Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Dalam kehidupan masyarakat, harta benda sangat diperlukan oleh manusia
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, baik materil seperti kebutuhan fisik,
biologis dan sosial maupun spiritual seperti kebutuhan agama dan pendidikan.
Karena itu Islam mewajibkan manusia agar bekerja keras untuk memperoleh
anugerah Allah dan rezekinya dengan cara yang dibenarkan oleh agama.
Kehidupan manusia tak pernah terpisah dengan lingkungan sekitarnya, Allah
SWT menciptakan berbagai makhluk hidup diantaranya manusia, hewan dan
tumbuhan. Makhluk hidup tersebut merupakan satu kesatuan dalam hubungan
sosial antar makhluk hidup, makhluk hidup yang diciptakan Allah SWT untuk
tetap bertasbih dan bersujud kepada-Nya, apakah itu manusia, hewan maupun
tumbuhan. Semuanya tetap harus mematuhi perintah dari Tuhan-nya dan
menjauhi segala larangannya. Terkhusus bagi manusia sebagai khalifah di muka
bumi ini. Manusia perlu menghindari setiap perbuatan/sikap dan sifat yang
berdampak negatif, tidak memakan makanan yang telah dilarang dalam agama.
Maka dari itu, manusia harus selalu mengingat hal-hal yang dilarang dalam
agamanya. Allah membolehkan manusia seluruhnya memakan makanan yang
telah diberikan Allah di bumi ini, yang halal dan yang baik saja, serta
meninggalkan yang haram. Allah menyeru manusia supaya menikmati makanan–
makanan yang baik dalam kehidupan mereka dan menjahui makanan–makanan
yang tidak baik, karena dunia diciptakan untuk seluruh manusia. Karunia Allah
bagi setiap manusia adalah sama, baik beriman atau tidak beriman. Makanan yang
halal dan baik merupakan tuntunan agama, makanan yang halal, bersih dan baik akan
membentuk jiwa yang suci dan jasmani yang sehat dan sebaliknya makanan yang haram akan
membentuk jiwa yang keji. Manusia membutuhkan bahan yang dapat diolah menjadi
makanan yang dapat dikonsumsi untuk kebutuhan dan keberlangsungan hidupnya.
Saat ini, banyak cara yang diupayakan oleh manusia dalam memeperoleh

1
rezekinya, baik dengan cara yang diridhai oleh Allah maupun yang menyimpang
dari jalan lurus. Banyak orang yang sudah tidak peduli lagi mana haram mana
halal dalam mencari rezekinya. Hal ini perlu menjadi bahan pemikiran dan
perenungan kita. Banyak faktor yang mendukung berhasil tidaknya seseorang
dalam memperoleh rezekinya, dan salah satunya adalah bagaimana ia mampu
menggunakan cara-cara dan metode-metode, dengan tetap berpegang kepada
ketentuan yang telah digariskan oleh Islam.
Kebanyakan orang mengatakan bahwa rezeki itu adalah uang, penghasilan
yang besar, bahan makanan yang makmur, rumah yang megah, atau memiliki
kendaraan pribadi. Akan tetapi, menurut ulama, rezeki itu bukan hanya sebatas
sederetan materi. Menurut Drs. A.F. Jaelani, rezeki merupakan “segala anugerah
dan karunia Allah”. Itu berarti meliputi uang, pekerjaan, rumah, kendaraan,
makanan, anak-anak yang saleh, istri yang saleha kesehatan, ketenangan batin,
ilmu pengetahuan, dan segala sesuatu yang dirasa nikmat dan membawa manfaat.
Jadi, rezeki itu merupakan segala sesuatu yang ditentukan Allah, yang dapat
dipakai, dimakan, dinikmati dengan cara memperoleh yang halal dan yang baik,
sehingga dapat membawa manfaat bagi kita semua.
Di dalam Al-Qur’an cara memperoleh rezeki yang halal dan yang baik
yang disebut juga dengan kata “halalan thayyiban” itu terdapat empat ayat yaitu
pada surat Al-Baqarah ayat 168, surat al-Maidah ayat 88, surat al-Anfaal ayat 69
dengan surat An-Nahl ayat 114. Dari empat surat tersebut kata halalan thayyiban
mengandung berbagai macam makna dalam menafsirkannya.
Pertama, perintah memakan yang halal dan larangan mengikuti langkah-
langkah setan:

Artinya: “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang
terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah
syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata
bagimu”. (QS. Al Baqarah: 168)

2
Ayat tersebut menjelaskan bahwa orang Quraisy pada waktu dahulu
mengharamkan barang yang halal dan menyembelih binatang tidak menyebut
asma Allah. Dengan adanya peristiwa itu, ayat tersebut turun berlaku untuk semua
orang baik Islam maupun non Islam. Haram di sini ada dua; (1) haram zatnya; (2)
haram Arid (haram mendatang karena sesuatu sebab). Dari penafsiran ayat di atas,
bahwa halal berarti zatnya (yang telah ditetapkan oleh Allah), sedangkan
thayyiban berarti cara memperolehnya.
Kedua, larangan mengharamkan makanan yang halal, sebagaimana firman
Allah:

Artinya: “Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah
rezkikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-
Nya”. (QS. Al-Maidah: 88)
Dalam surat Al-Maidah: 88 ini menurut Hamka berkaitan dengan adanya seorang
sahabat Nabi yang melakukan zuhud sehingga mereka mengharamkan barang
yang halal seperti tidak makan daging, menjauhi istrinya, dengan peristiwa itu
maka ayat ini turun ditujukan kepada orang mu’min. Untuk menuju kehidupan
dunia, kita harus memakan dengan cara yang halal dan yang baik. Sehingga kita
dapat beribadah dengan sempurna. Jadi halal di sini berarti suatu yang
diperbolehkan agama, sedangkan thayyiban berarti suatu kekuatan yang bisa
untuk jalan ke dunia dan akhirat.
Ketiga, masalah harta tawanan perang. Sebagaimana firman Allah:
)٦٩:‫َفُك ُلو۟ا ِمَّم ا َغ ِنْم ُتْم َح ٰل اًل َطِّيًباۚ َو اَّتُقو۟ا َهَّللاۚ ِإَّن َهَّللا َغ ُفوٌر َّر ِح يٌم (األنفال‬
Artinya: “Maka makanlah dari sebagian rampasan perang yang telah kamu ambil
itu, sebagai makanan yang halal lagi baik, dan bertakwalah kepada
Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
(QS. al-Anfaal: 69)
Ayat di atas menjelaskan bahwa dengan rahmat dan kasih sayang-Nya, Allah
tidak menimpakan siksa kepada kaum muslimin atas tindakan yang beliau

3
lakukan, bahkan mengampuni dan mengizinkan mereka memakan, memiliki dan
mempergunakan hasil dari tebusan tawanan itu. Dengan empat perlima untuk
bersama, dan seperlima untuk Allah dan Rasul. Kata halal pada ayat tersebut
berarti harta yang telah ditetapkan oleh Allah, sedangkan thayyiban berarti cara
memperolehnya dengan jalan tawanan perang atau tebusan.
Keempat, masalah makanan yang halal dan yang haram, sebagaimana
firman Allah:
‫) َتْعُبُد وَن‬114( ‫َفُك ُلوا ِمَّم ا َر َز َقُك ُم ُهَّللا َح اَل اًل َطِّيًبا َو اْشُك ُروا ِنْع َم َة ِهَّللا ِإْن ُكْنُتْم ِإَّياُه‬
Artinya: “Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezki yang telah diberikan
Allah kepadamu; dan syukurilah ni`mat Allah jika kamu hanya kepada-
Nya saja menyembah”. (QS. An-Nahl: 114)
Di sini disebut dua pokok yang terpenting, yaitu halal dan baik. Yang halal ialah
yang tidak dilarang oleh agama. Sedangkan memakan daging babi, memakan atau
meminum darah, memakan bangkai dan memakan makanan yang disembelih
bukan karena Allah semuanya itu telah dinyatakan haram. Kemudian disebut pula
makanan yang baik yaitu diterima oleh selera, yang tidak menjijikkan. Misalnya
anak kambing yang telah disembelih adalah halal dimakan, tetapi kalau tidak
dimasak terlebih dahulu, langsung saja dimakan daging mentah itu, mungkin
sekali tidak baik, lantaran itu maka kata-kata yang baik atau dalam asal kata
thayyib, adalah ukuran dari kebiasaan kita sendiri-sendiri atau kemajuan
masyarakat kita.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka pokok rumusan
masalah dalam makalah ini adalah sebagain berikut:
1.2.1 Apa pengertian dari halal dan haram ?
1.2.2 Apa saja yang termasuk dalam jenis-jenis makanan dan minuman halal ?
1.2.3 Apa saja yang termasuk dalam jenis-jenis makanan dan minuman haram ?
1.2.4 Apa saja manfaat mengkomsumsi makanan halal ?
1.2.5 Apa dampak negatif dari mengkomsumsi makanan haram ?

4
1.3. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk melengkapi
salah satu syarat kenaikan Pangkat Pegawai Negeri Sipil di Kementrian Agama
Republik Indonesia
Sedangakan tujuan khusus penulisan makalah ini adalah untuk membahas
tentang makanan dan minuman yang halal dan haram dalam Islam.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Halal dan Haram


2.1.1 Pengertian Halal
Kata halal berasal dari bahasa Arab yang berarti disahkan, diizinkan, dan
diperbolehkan. Pada prinsipnya semua makanan dan minuman yang ada di dunia ini
halal untuk dimakan dan diminum kecuali ada larangan dari Allah yaitu yang
terdapat dalam Al Qur’an dan yang terdapat dalam hadist Nabi Muhammad SAW. Tiap
benda di permukaan bumi menurut hukum asalnya adalah halal kecuali kalau ada
larangan secara syar’i. Dalam sebuah hadist Rasulullah SAW pernah ditanya para
sahabat tentang hukum minyak sapi (samin), keju, kulit binatang beserta bulunya
untuk perhiasan maupun untuk tempat duduk.

2.1.2 Pengertian Haram


Kata haram berasal dari bahasa Arab yang berarti larangan (dilarang oleh
agama). Termasuk di antara keluasan dan kemudahan dalam syari’at Islam, Allah SWT
menghalalkan semua makanan yang mengandung maslahat dan manfaat, baik yang
kembalinya kepada ruh maupun jasad, baik kepada individu maupun masyarakat.
Demikian pula sebaliknya Allah mengharamkan semua makanan yang memudhorotkan
atau yang mudharatnya lebih besar daripada manfaatnya. Hal ini tidak lain untuk
menjaga kesucian dan kebaikan hati, akal, ruh, dan jasad, yang mana baik atau
buruknya keempat perkara ini sangat ditentukan -setelah hidayah dari Allah SWT dengan
makanan yang masuk ke dalam tubuh manusia yang kemudian akan berubah menjadi
darah dan daging sebagai unsur penyusun hati dan jasadnya.

2.2 Jenis-jenis Makanan dan Minuman Halal


2.2.1 Makanan yang halal
Makanan yang halal ialah makanan yang dibolehkan untuk dimakan
menurut ketentuan syari’at Islam. segala sesuatu baik berupa tumbuhan, buah-

6
buahan ataupun binatang pada dasarnya adalah hahal dimakan, kecuali apabila
ada nash Al-Quran atau Al-Hadits yang mengharamkannya. Allah berfirman:

Artinya:
“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di
bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; Karena
Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu”. (QS. Al-Baqarah :
168).
Makanan yang dimakan oleh seorang Muslim hendaknya memenuhi 2 syarat,
yaitu:
1) Halal, artinya diperbolehkan untk dimakan dan tidak dilarang oleh hukum
syara’.
2) Baik, artinya makanan itu bergizi dan bermanfaat untuk kesehatan.
Makanan halal dari segi jenis ada tiga :
1) Berupa hewan yang ada di darat maupun di laut, seperti kelinci, ayam,
kambing, sapi, burung, ikan.
2) Berupa nabati (tumbuhan) seperti padi, buah-buahan, sayur-sayuran dan
lain-lain.
3) Berupa hasil bumi yang lain seperti garam semua.
Makanan yang halal dari usaha yang diperolehnya, yaitu :
1) Halal makanan dari hasil bekerja yang diperoleh dari usaha yang lain
seperti bekerja sebagai buruh, petani, pegawai, tukang, sopir, dll.
2) Halal makanan dari mengemis yang diberikan secara ikhlas, namun pekerjaan itu
halal , tetapi dibenci Allah seperti pengamen.
3) Halal makanan dari hasil sedekah, zakat, infak, hadiah, tasyakuran, walimah,
warisan, wasiat, dll.
4) Halal makanan dari rampasan perang yaitu makanan yang didapat
dalam peperangan (ghoniyah). Binatang yang berkehidupan didarat, ada

7
yang halal dan ada pula yang haram. Binatang yang halal diantaranya :
Unta, sapi, kerbau, kambing, kuda, ayam, ikan,dan lain sebagainya.
Berdasarkan firman Allah dan hadits Nabi SAW, dapat disimpulkan bahwa jenis-
jenis makanan yang halal ialah:
 Semua makanan yang baik, tidak kotor dan tidak menjijikan.
 Semua makanan yang tidak diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya.
 Semua makanan yang tidak memberi mudharat, tidak membahayakan
kesehatan jasmani dan tidak merusak akal, moral, dan aqidah.

2.2.2 Minuman yang halal


Minuman yang halal ialah minuman yang boleh diminum menurut syari’at
Islam. Adapun minuman yang halal dibagi menjadi 4 bagian yaitu:
1. Semua jenis air atau cairan yang tidak membahayakan bagi kehidupan manusia
baik membahayakan dari segi jasmani, akal, jiwa maupun aqidah.
2. Air atau cairan yang tidak memabukkan walaupun sebelumnya telah
memabukkan seperti arak yang telah berubah menjadi cuka.
3. Air atau cairan itu bukan berupa benda najis atau benda suci yang terkena najis
(mutanajis).
4. Air atau cairan yang suci itu didaatkan dengan cara-cara yang halal yang tidak
bertentangan dengan ajaran agama Islam.

2.3 Jenis-jenis Makanan dan minuman yang Haram


2.3.1 Makanan yang Haram
Makanan yang haram adalah makanan yang dilarang oleh syara’ untuk
dimakan. Setiap makanan yang dilarang oleh syara’ pasti ada bahayanya dan
meninggalkan yang dilarang syara’ pasti ada faidahnya dan mendapat pahala.
Berikut adalah jenis-jenis makanan yang termasuk diharamkan:
1. Semua makanan yang disebutkan dalam firman Allah surat Al-Maidah ayat 3.

8
Artinya:
“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging
hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang
dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas,
kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu)
yang disembelih untuk berhala”.(QS. Al-Maidah [5]: 3).
2. Semua makanan yang keji, yaitu yang kotor, menjijikan.
3. Semua jenis makanan yang dapat mendatangkan mudharat terhadap jiwa,
raga, akal, moral dan aqidah.
4. Bagian berupa daging, tulang atau apa saja yang dipotong dari binatang yang
masih hidup. Nabi SAW bersabda, artinya:
“Daging yang dipotong dari binatang yang masih hidup, maka yang
terpotong itu termasuk bangkai”. (HR. Ahmad)
5. Makanan yang didapat dengan cara yang tidak halal seperti makanan hasil
curian, rampasan, korupsi, riba dan cara-cara lain yang dilarang agama.
6. Makanan haram yang diperoleh dari hasil judi, undian harapan, taruhan,
menang togel.
7. Hasil haram karena telah menggandakan uang.
8. Hasil memakan harta anak yatim dengan boros / tidak benar.

9
2.3.2 Minuman yang haram
Minuman yang haram adalah minuman yang tidak boleh diminum karena
dilarang oleh syariat Isam. Adapun jenis minuman yang haram tersebut adalah:

1. Semua minuman yang memabukkan atau apabila diminum menimbulkan


mudharat dan merusak badan, akal, jiwa, moral dan aqidah seperti arak,
khamar, dan sejenisnya. Allah berfirman:

Artinya:
“Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: “Pada
keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi
dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya”. (QS. Al-Baqarah [2]: 219)
2. Minuman dari benda najis atau benda yang terkena najis.
3. Minuman yang didapatkan dengan cara-cara yang tidak halan atau yang
bertentangan dengan ajaran Islam.
4. suatu minuman dari hewan, seperti darah sapi, darah kerbau, bahkan darah
untuk obat seperti darah ular, darah anjing, dan lain-lain.
5. Suatu minuman dari tumbuhan seperti tuak dari buah aren, candu, morfin, air
tape bertuak dari bahan ubi, anggur telah bertuak, dan lain sebagainya.

2.4. Manfaat Makanan dan Minuman yang Halal


Makanan dan minuman yang halal serta bergizi tentu sangat berguna bagi
kita, baik untuk kebutuhan jasmani dan rohani. Diantara beberapa manfaat
menggunakan makanan dan minuman halal, yaitu :

10
1) Membawa ketenangan hidup dalam kegiatan sehari-hari, dapat menjaga
kesehatan jasmani dan rohani.
2) Mendapat perlindungan dari Allah SWT.
3) Mendapatkan iman dan ketaqwaan kepada Allah SWT.
4) Tercermin kepribadian yang jujur dalam hidupnya dan sikap apa adanya.
5) Rezeki yang diperolehnya membawa barokah dunia akhirat.

2.5. Dampak Buruk Dari Makanan Dan Minuman Yang Haram


Apabila manusia memakan makanan dan meminum minuman yang haram
maka akan menimbulkan akibat buruk bagi manusia itu sendiri maupun terhadap
orang lain atau masyarakat terhadap lingkungannya. Dampak buruk dari makanan
dan minuman yang haram adalah:
1. Amal ibadahya tidak akan diterima dan doanya tidak akan dikabulkan Allah
Swt. Rasulullah Saw bersabda yang artinya:
“Rasulullah Saw bersabda: Sesungguhnya Allah Saw adalah Dzat Yang Maha
Baik, tidak mau menerima kecuali yang baik dan sesungguhnya Allah telah
memerintahkan orang-orang mukmin sesuai dengan yang diperintahkan
kepada para Rasul. Allah Ta’ala berfirman: Hai Para Rasul, makanlah dari
amaknan yang baik-baik dan kerjakanlah amal yang shalih, Allah Swt
berfirman: Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rizki yang
baik-baik yang kami berikan kepada kamu sekalian…” (HR. Muslim)
2. Makanan dan minuman haram bisa merusak jiwa (terutama minuman keras
yang mengandung alkohol), seperti:
 Kecerdasan menurun
 Cenderung lupa dan melakukan hal-hal yang negatif
 Senang menyendiri dan melamun
 Semangat kerja berkurang
3. Makan dan minuman yang haram dapat membahayakan kesehatan
4. Menimbulkan permusuhan dan kebencian
5. Menghalangi mengingat Allah. Allah SWT berfirman:

11
Artinya:
“Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan
kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan
menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; Maka berhentilah
kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu)”. (QS. Al-Maidah [5] : 91)
6. Hati tertutup daripada menerima hidayah Allah.
7. Susah mendapat ilmu pengetahuan.
8. Dilaknat oleh Allah dan azab di akhirat.
9. Mudah dihasut syaitan.

12
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pada prinsipnya semua makanan dan minuman yang ada di dunia ini halal
untuk dimakan dan diminum kecuali ada larangan dari Allah yaitu yang terdapat
dalam Al Qur’an dan yang terdapat dalam hadist Nabi Muhammad SAW. Tiap
benda di permukaan bumi menurut hukum asalnya adalah halal kecuali kalau ada
larangan secara syar’i.
Dengan mengetahui hukum-hukum makanan dan minuman yang halal dan
haram. Maka kita dapat memilih jenis-jenis makanan dan minuman untuk
dikonsumsi dan juga bagaimana cara kita untuk mendapatkan makanan dan
minuman yang diridhai oleh Allah SWT . Segala jenis makanan apa saja yang ada
di dunia halal untuk dimakan sampai ada dalil yang melarangnya. Makanan yang
enak dan lezat belum tentu baik untuk tubuh, dan boleh jadi makanan tersebut
berbahaya bagi kesehatan. Selanjutnya makanan yang tidak halal bisa
mengganggu kesehatan rohani. Daging yang tumbuh dari makanan haram, akan
dibakar di hari kiamat dengan api neraka.
Ada banyak ayat Al-Qur’an yang berbicara tentang makanan halal dan makanan
haram, namun tentu saja tidak dapat kami tampilkan semua, di antaranya
sebagaimana yang telah kami uraian dalam pembahasan di atas.
Makanan yang halalan thoyyibah atau halal dan baik serta bergizi tentu sangat
berguna bagi kita, baik untuk kebutuhan jasmani dan rohani.. Hasil dari makanan
minuman yang halal sangat membawa berkah, barakah meskipun jumlahnya
sedikit. Makanan dan minuman haram, selain dilarang oleh Allah, juga
mengandung lebih banyak mudharat (kejelekan) daripada kebaikannya. Hasil
haram meskipun banyak, namun tidak barokah atau cepat habis dibandingkan
yang halal dan barokah.
Berdasarkan Firman Allah dan Hadist Nabi SAW, dapat disimpulkan bahwa jenis-
jenis makanan yang halal ialah:
2) Semua makanan yang baik, tidak kotor dan menjijikan
3) Semua makanan yang tidak diharamkan oleh Allah dan rosul-Nya

13
4) Semua makanan yang tidak mengandung mudharat, tidak membahayakan
kesehatan jasmani, dan tidak merusak akal, moral, dan aqidah.
5) Binatang yang hidup di dalam air, baik air laut atau air tawar

Makanan yang diharamkan dalam kitabullah secara umum ada empat


macam, yakni: Bangkai, Darah, Daging babi, Binatang yang disembelih tanpa
menyebut asma Allah.
Minuman yang halal dalam hal ini dibagi menjadi 4 bagian:
1) Semua jenis air atau cairan yang tidak membahayakan bagi kehidupan manusia,
baik membahayakan dari segi jasamani, akal, jiwa maupun aqidah.
2) Air atau cairan yang tidak memabukkan walupun seebelumnya pernah
memabukan seperti arak yang berubah menjadi cuka.
3) Air atau cairan bukan berupa benda yang najisatau benda suci yang terkena
najis.
4) Air atau cairan yang suci itu didapatkan dengan cara-cara yang halal yang tidak
bertentangan dengan Syari'at

Adapun minuman yang haram adalah setiap minuman yang berbau haram,
pada dasarnya karena ada sesuatu yang dapat membunuh, lambat ataupun cepat
dan bersifat membahayakan.
Segala bagian dari babi adalah haram, jadi segala makanan yang bahan
dasarnya babi dan segala produk turunannya adalah haram juga, karena bahannya
adalah babi yang asalnya najis. Adapun hukum menggunakan Alkohol sebagai
campuran makanan dan minuman adalah haram. Karena diketahui bahwa alkohol
itu najis, sehingga pemanfaatan benda najis pada dasarnya haram. Namun
dikecualikan hukum tesebut ketika dalam kondisi dlorurot, yaitu jika tidak
memakan makanan tersebut akan mengancam keselamatan jiwa, maka
diperbolehkan sebagai mana koidah fiqh

14
3.2. Saran

Demikianlah serangkaian bentuk makalah yang kami buat, kami


menyadari bahwa dalam makalah ini tak kuasa dengan kesalahan-kesalahan yang
ada, baik itu dari segi penulisan, gaya bahasa yang ditampilkan atau juga
sistematika pengambilan referensi. saya mohon maaf yang sebesar-
besarnya. Seperti pepatah "Tak ada gading yang tak retak". Untuk itu kami
meminta kritik yang bersifat membangun, dan saran guna untuk memperbaiki
serta mengevaluasi makalah ini. Semoga Makalah yang dibuat ini bisa
mendatangkan kemanfaatan bagi penulis khususnya, serta pembaca pada
umumnya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Thobib Al-Asyhar. Bahaya Makanan Haram Bagai Kesehatan Jasmani dan


Rohani, Jakarat: Al-Mawadi Prima, 2003.

Syaikh Al-Fauzan. Al-Ath’imah wa Ahkamis Shoyd wadz Dzaba`ih, Penerbit:


Maktabah Al-Ma’arif Ar-Riyadh, cet. I th. 1408 H/1988 M.

Imam An-Nawawy. Al-Majmu’, Penerbit: Dar Ihya`ut Turots Al-Araby, cet.


Terakhir, th. 1415 H/1995 M.

Ibnu Rusyd Al-Malik., Bidayatul Mujtahid, Penerbit : Darul Kutubil ‘Ilmiyah, cet.
X, th. 1408 H/1988 M.

Al ghazali, Imam. Ihya’ Ulumuddin, Jakarta: Pustaka Amani, 1995.

Rusyd, Ibnu. Bidayatul Mujtahid, Jakarta: pustaka Amani, 2002.

Yahya, Abu Zakariya bin Syarif An-Nawawi. Riyadhush Shalihin, Surabaya: Al-
Hidayah, 1997.

16

Anda mungkin juga menyukai