Anda di halaman 1dari 16

LITERATURE REVIEW

NADIA RAHMAWATY YUSUF (201810230311446)


A. Celebrity Worship & Parasocial Relationship
Metode Alat Ukur
No. Judul Penelitian Penulis/Peneliti Masalah Penelitian Subjek Penelitian Hasil Penelitian
Penelitian Penelitian
1. The Relationship Rizki Widiastuti, Selebriti adalah salah satu Subjek dalam Alat ukur yang Berdasarkan hasil
between Celebrity Marty elemen penting dari dunia penelitian ini digunakan penelitian dinyatakan
Worship and Mawarpury, hiburan yang dijadikan adalah para dalam bahwa ada hubungan
Parasocial Arum Sulistyani model untuk menarik remaja yang penelitian ini signifikan antara
Interaction on and Maya perhatian publik. Popularitas berasal dari adalah The celebrity worship dan
Emerging Adult Khairani dari selebriti telah memicu Banda Aceh Celebrity interaksi parasosial
para penggemar untuk Penelitian dengan usia Atittude Scale pada orang dewasa
menjadikan mereka sebagai Kuantitatif sekitar 18 - 25 Developed by yang sedang
panutan atau referensi tahun dan masing Maltby et al. berkembang. Sehingga
perilaku. Untuk - masing memiliki (2006). semakin tinggi tingkat
memudahkan hal tersebut idola. celebrity worship,
mereka menggunakan media maka semakin tinggi
sebagai jembatan untuk pula tingkat interaksi
melakukan promosi perilaku parasosial individu.
kepada para penggemar. Hasil penelitian
Menurut Ningalih (2011) menunjukkan bahwa
kemudahan dalam sebanyak 37 (9,22%)
mengakses media tersebut dari 401 subjek yang
memungkinkan penggemar ada berada dalam
untuk dapat secara intens kategori tingkat tinggi
berbagi informasi dan celebrity worship yang
berinteraksi dengan idola terjadi pada remaja
mereka setiap saat. Selain berusia 22 tahun.
itu, para penggemar juga Kemudian, sebanyak
dapat meniru cara mereka 278 subjek (69,32%)
berpakaian maupun yang sebagian besarnya
berbicara. Hal tersebut berusia 21 tahun berada
sejalan dengan apa yang pada kategori sedang,
disampaikan oleh Maltby, dan sebanyak 86 subjek
Hari, Celebrity worship (21,44%) yang berusia
McCutcheon, Houran, dan 20 tahun berada pada
Ashe, (2006) dimana kategori rendah.
perilaku penggemar yang Sehingga, dapat
mengikuti gaya idola mereka disimpulkan bahwa
atau merasa dirinya mirip dari banyaknya subjek
dengan idola mereka, lama dalam penelitian ini
kelamaan dapat yang paling banyak
menyebabkan perilaku yang melakukan celebrity
lebih ekstrem yang dapat worship berada pada
membahayakan diri sendiri kategori sedang. Hasil
dan orang lain. Sedangkan serupa juga
interaksi parasosial menurut disampaikan oleh
Sukmana & Mardiawan Darfiyanti dan Putra
(2015) adalah perasaan yang (2021) dalam studi
dimiliki dan dirasakan oleh mereka tentang
para penggemar yang celebrity worship,
memiliki hubungan khusus dimana ditemukan
dengan idolanya. Selain itu, bahwa tiga dari empat
Stever (2009) subjek yang diteliti
mendefinisikan interaksi berada dalam kategori
parasosial sebagai suatu sedang. Sedangkan
hubungan satu arah dengan pada interaksi
seseorang atau sosok yang parasosial, sebanyak
memiliki status atau 286 (71,32%) dari 401
kedudukan yang lebih tinggi, subjek penelitian ini
dimana individu tersebut berada pada kategori
mengenal sosok tersebut tinggi. Kemudian
tetapi tidak sebaliknya. sebanyak 114 (28,42%)
subjek termasuk dalam
kategori sedang, dan
hanya satu subjek
(0,2%) yang berada
dalam kategori rendah.
Sehingga dapat
disimpulkan bahwa
subjek penelitian yang
mengalami interaksi
parasosial sebagian
besar termasuk dalam
kategori tingkat tinggi.
Berdasarkan hasil
analisis yang
menunjukkan bahwa
adanya korelasi antara
celebrity worship dan
interaksi parasosial
pada orang dewasa
yang berkembang.
Sebanyak 51% dari
subjek penelitian yang
termasuk dalam
celebrity worship
kategori sedang dan
interaksi parasosial
kategori tinggi. Jadi,
semakin tinggi perilaku
celebrity worship yang
dilakukan oleh para
penggemar terhadap
idolanya, maka akan
semakin tinggi pula
kemungkinan mereka
akan mengembangkan
interaksi parasosial
dengan idola mereka.
2. Celebrity Worship Dini Cahyani, Berawal dari sebuah rasa Kriteria subjek Dalam Terdapat tiga aspek
on Early Adult Yulia Purnamasari kagum, kemudian yang dibutuhkan penelitian ini mengapa individu
K-Pop Fangirling terbentuklah perilaku dalam penelitian penulis melakukan celebrity
pemujaan terhadap idola ini adalah peserta mempublikasi worship, yang pertama
atau selebritas yang disebut yang sesuai kan data adalah nilai sosial yang
dengan pemujaan selebritas. dengan studi dengan dilihat dari pandangan
Menurut Maltby, Houran, & kasus, yaitu menggunakan dan alasan para
McCutcheon pemujaan fangirl K-pop metode penggemar menyukai
selebriti merupakan salah Penelitian yang berada pada wawancara idola mereka. Menurut
satu bentuk hubungan Kualitatif rentang usia dan observasi. pernyataan dari tiga
parasosial dimana seseorang dewasa awal 20 - orang yang menjadi
menjadi terobsesi dengan 30 tahun. partisipan penelitian,
selebriti (Frederika, mereka menyukai idola
Suprapto, & Tanojo, 2015). mereka karena bakat,
Perilaku pemujaan selebriti kualitas musik, kualitas
ini sama halnya dengan akting, dan fashion
kecanduan, semakin tinggi idolanya, serta
tingkat kecanduan seseorang kepribadian yang unik
terhadap idolanya, akan yang menginspirasi
semakin tinggi juga tingkat para penggemarnya.
keterlibatan orang tersebut Aspek kedua dari
dengan idolanya (Widjaja & celebrity worship
Ali, 2015). Apabila adalah perasaan pribadi
intensitas engagement yang kuat. Menurut
penggemar dengan selebriti keterangan dari ketiga
meningkat, maka penggemar partisipan ketika
tersebut akan menganggap mereka berkesempatan
selebriti atau idola tersebut bertemu dengan idola
merupakan sosok yang mereka, mereka akan
sangat dengannya sehingga berteriak karena
ia akan terus kesenangan, merasa
mengembangkan hubungan mudah untuk
parasosial. Pemujaan mengeluarkan uang
selebriti terbagi menjadi tiga untuk membeli barang
aspek menurut Maltby et al., yang sama dan
(2006), pertama keterlibatan berhubungan dengan
penggemar dengan idola idola mereka dan akan
dengan tujuan untuk merasa sedih dan
menghibur atau khawatir apabila
menghabiskan waktu mendengar berita
bersama didasarkan pada buruk yang menimpa
bakat, sikap dan perilaku idola mereka, sehingga
serta hal - hal yang telah merasa harus update
dilakukan idolanya. Kedua, mengenai berita untuk
intens - personal feelings mengetahui
yang menggambarkan perkembangan kondisi
perasaan intensif dan idola mereka. Aspek
kompulsif terhadap selebriti, ketiga adalah
dan hampir mendekati kecenderungan garis
perasaan obsesif penggemar borderline-pathologica
pada idolanya. Dan yang l tendency atau
terakhir, kecenderungan merupakan tingkatan
patologis borderline adalah paling tinggi dari
tingkat paling tinggi dan hubungan keterlibatan
mendalam antara penggemar antara penggemar
dan idolanya. Hal ini dengan selebriti. Pada
tergambar dari sikap seorang aspek ketiga ini,
penggemar yang rela partisipan yang
melakukan apa saja untuk merupakan penggemar
idolanya meskipun akan memilih dan
melanggar hukum. mendukung idola
Berdasarkan penjelasan mereka pada acara -
diatas peneliti ingin acara tertentu,
mengetahui lebih lanjut menghemat uang demi
tentang pemujaan selebriti membeli album,
yang dilakukan oleh individu menonton acara tv
yang sudah memasuki yang dibintangi idola
perkembangan dewasa awal. mereka, dan membeli
Bukankah pada masa dan mengoleksi foto -
perkembangan dewasa awal foto idola mereka
individu sudah mulai untuk dipajang sebagai
memikirkan atau bahkan hiasan. Pada penelitian
memiliki hubungan dengan sebelumnya
lawan jenis dan tidak disampaikan bahwa
terjebak dalam hubungan para individu yang
parasosial atau ilusi melakukan celebrity
parasosial. worship dapat
mengalami masalah
dalam penggunaan
internet, seperti
menjadi lebih sering
menghabiskan waktu
untuk online dan
mampu mempengaruhi
perilaku maladaptif
yang dapat
mengganggu
kehidupan individu
tersebut (Zsila,
MCcutcheon, &
Demetrovic, 2018).
Berdasarkan analisis
yang telah dilakukan
pada ketiga partisipan,
tingginya perasaan
empati yang dimiliki
oleh para penggemar
terhadap idolnya
membuat mereka
memiliki ikatan
khusus, sehingga
mampu merasakan apa
yang sedang dialami
oleh idola tersebut.
3. Parasocial Jayson L. Dibble, Dikemukakan oleh Horton Peserta yang Dalam Tujuan umum dari
Interaction and Tilo Hartmann, & dan Wohl (1956), interaksi berpartisipasi penelitian ini penelitian ini adalah
Parasocial Sarah F. Rosaen parasosial mengacu pada dalam penelitian terdapat untuk meningkatkan
Relationship: reaksi pengguna media ini adalah beberapa alat pengukuran interaksi
Conceptual terhadap pelaku media itu sebanyak 446 ukur yang parasosial. Untuk
Clarification and a sendiri, yang kemudian Independe yang direkrut digunakan, menetapkan ukuran
Critical membuat pengguna media nt-groups menggunakan dua interaksi parasosial
Assessment of menganggap pelaku sebagai experiment fitur Mechanical diantaranya yang “lebih murni”
Measures mitra percakapan yang lebih Turk (MTurk) adalah Rubin sebagai persepsi
intim. Sejak awal konsep dari et al.’s (1985) kesadaran timbal balik,
dari Horton dan Wohl telah Amazon.com. PSI-Scale dan perhatian, dan
disukai oleh para peneliti Partisipan terdiri Hartmann and penyesuaian dengan
dan banyak tindakan yang dari 52% Goldhoorn’s pelaku media,
muncul untuk menilai perempuan dan (2011) Hartmann dan
interaksi parasosial dan 48% laki - laki, Experience of Goldhoorn (2011)
hubungan parasosial. Tetapi, dengan rentang Parasocial mengembangkan
dalam beberapa dekade usia 18 - 70 Interaction EPSI-scale. Menurut
cukup banyak kebingungan tahun. (EPSI) Scale penulis skala EPSI
konseptual dan emepiris merupakan ukuran
telah terjadi, karena ukuran interaksi parasosial
yang dimaksudkan untuk yang lebih cocok
mengukur salah satu dibandingkan skala
konstruk tersebut tidak PSI, khususnya yang
memungkinkan untuk versi pendek. Skala
mengukur dengan validitas EPSI menunjukkan
dan presisi yang seharusnya. varian yang lebih
Secara singkat, penelitian signifikan daripada
mengenai interaksi Skala PSI pendek
parasosial membutuhkan (walaupun tidak lebih
klarifikasi konseptual dan signifikan daripada
validasi tambahan. Sehingga Skala PSI panjang).
tujuan dari penelitian ini Secara keseluruhan,
adalah untuk menilai secara skala EPSI mungkin
kritis pengukuran interasi lebih cocok untuk
parasosial. Elaborasi Horton menilai interaksi
dan Wohl (1956) mengenai parasosial, sedangkan
konsep interaksi parasosial skala PSI pendek
harus dipahami dalam mungkin lebih cocok
konteks ini (Beniger, 1987; dengan keinginan
Ellis, Streeter, & jangka panjang
Engelbrecht, 1983). Mereka pengguna media.
mendefinisikan interaksi
parasosial sebagai
“simulakrum percakapan
memberi-dan-menerima”.
Adapaun menurut Horton
dan Wohl (1956) dan Horton
dan Strauss (1957), interaksi
parasosial bisa dipicu
apabila pelaku media
mengakui kehadiran
penonton dan kinerja yang
mereka miliki,
menyesuaikan gaya
percakapan pertemuan tatap
muka informal, dan secara
fisik dan verbal menyapa
pengguna media. Selain itu,
Rubin et al. mendefinisikan
interaksi parasosial sebagai
keterlibatan interpersonal
pengguna media dengan apa
yang dia konsumsi, termasuk
melihat media sebagai
teman, membayangkan
menjadi bagian dari dunia
sosial program favorit, dan
ingin bertemu dengan pelaku
media. Setelah membahas
interaksi dan hubungan
parasosial, penulis
menyampaikan bahwa
interaksi parasosial
cenderung mengacu pada
rasa kesadaran timbal balik
palsu yang hanya terjadi
selama menonton.
Sebaliknya, hubungan
parasosial mengacu pada
hubungan jangka panjang
yang mungkin mulai
berkembang selama
menonton. Atau dapat
dikatakan bahwa hubungan
parasosial dapat berkembang
tanpa interaksi parasosial.
Kesimpulan
Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dituliskan pada tabel di atas adalah menurut Dr. Lynn McCutcheon (2002), celebrity worship merupakan
sebuah fenomena dimana seseorang dengan identitas utuh terobsesi pada satu selebriti atau lebih dan mengakibatkan seseorang tersebut merasa
memiliki kedekatan real dengan tokoh idolanya. Sedangkan interaksi parasosial didefinisikan oleh Horton dan Wohl (1956) sebagai interaksi
imajiner antara pengguna media dan pelaku media. Kunci utama dalam hubungan interaksi parasosial adalah membuat khalayak atau pengguna
media “merasa” memiliki hubungan dengan tokoh - tokoh media yang diidolakan, walaupun interaksi yang terjadi cenderung hanya bersifat sepihak.
Dari definisi kedua variabel tersebut, maka saya ingin mengajukan interaksi parasosial sebagai variabel kedua setelah kesepian. Karena berdasarkan
beberapa definisi terkait interaksi parasosial, faktor, aspek - aspek, serta bentuk - bentuk hubungan interaksi parasosial, memiliki kesesuaian dengan
kriteria subjek atau partisipan yang saya pilih.

Anda mungkin juga menyukai