A. Celebrity Worship & Parasocial Relationship Metode Alat Ukur No. Judul Penelitian Penulis/Peneliti Masalah Penelitian Subjek Penelitian Hasil Penelitian Penelitian Penelitian 1. The Relationship Rizki Widiastuti, Selebriti adalah salah satu Subjek dalam Alat ukur yang Berdasarkan hasil between Celebrity Marty elemen penting dari dunia penelitian ini digunakan penelitian dinyatakan Worship and Mawarpury, hiburan yang dijadikan adalah para dalam bahwa ada hubungan Parasocial Arum Sulistyani model untuk menarik remaja yang penelitian ini signifikan antara Interaction on and Maya perhatian publik. Popularitas berasal dari adalah The celebrity worship dan Emerging Adult Khairani dari selebriti telah memicu Banda Aceh Celebrity interaksi parasosial para penggemar untuk Penelitian dengan usia Atittude Scale pada orang dewasa menjadikan mereka sebagai Kuantitatif sekitar 18 - 25 Developed by yang sedang panutan atau referensi tahun dan masing Maltby et al. berkembang. Sehingga perilaku. Untuk - masing memiliki (2006). semakin tinggi tingkat memudahkan hal tersebut idola. celebrity worship, mereka menggunakan media maka semakin tinggi sebagai jembatan untuk pula tingkat interaksi melakukan promosi perilaku parasosial individu. kepada para penggemar. Hasil penelitian Menurut Ningalih (2011) menunjukkan bahwa kemudahan dalam sebanyak 37 (9,22%) mengakses media tersebut dari 401 subjek yang memungkinkan penggemar ada berada dalam untuk dapat secara intens kategori tingkat tinggi berbagi informasi dan celebrity worship yang berinteraksi dengan idola terjadi pada remaja mereka setiap saat. Selain berusia 22 tahun. itu, para penggemar juga Kemudian, sebanyak dapat meniru cara mereka 278 subjek (69,32%) berpakaian maupun yang sebagian besarnya berbicara. Hal tersebut berusia 21 tahun berada sejalan dengan apa yang pada kategori sedang, disampaikan oleh Maltby, dan sebanyak 86 subjek Hari, Celebrity worship (21,44%) yang berusia McCutcheon, Houran, dan 20 tahun berada pada Ashe, (2006) dimana kategori rendah. perilaku penggemar yang Sehingga, dapat mengikuti gaya idola mereka disimpulkan bahwa atau merasa dirinya mirip dari banyaknya subjek dengan idola mereka, lama dalam penelitian ini kelamaan dapat yang paling banyak menyebabkan perilaku yang melakukan celebrity lebih ekstrem yang dapat worship berada pada membahayakan diri sendiri kategori sedang. Hasil dan orang lain. Sedangkan serupa juga interaksi parasosial menurut disampaikan oleh Sukmana & Mardiawan Darfiyanti dan Putra (2015) adalah perasaan yang (2021) dalam studi dimiliki dan dirasakan oleh mereka tentang para penggemar yang celebrity worship, memiliki hubungan khusus dimana ditemukan dengan idolanya. Selain itu, bahwa tiga dari empat Stever (2009) subjek yang diteliti mendefinisikan interaksi berada dalam kategori parasosial sebagai suatu sedang. Sedangkan hubungan satu arah dengan pada interaksi seseorang atau sosok yang parasosial, sebanyak memiliki status atau 286 (71,32%) dari 401 kedudukan yang lebih tinggi, subjek penelitian ini dimana individu tersebut berada pada kategori mengenal sosok tersebut tinggi. Kemudian tetapi tidak sebaliknya. sebanyak 114 (28,42%) subjek termasuk dalam kategori sedang, dan hanya satu subjek (0,2%) yang berada dalam kategori rendah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa subjek penelitian yang mengalami interaksi parasosial sebagian besar termasuk dalam kategori tingkat tinggi. Berdasarkan hasil analisis yang menunjukkan bahwa adanya korelasi antara celebrity worship dan interaksi parasosial pada orang dewasa yang berkembang. Sebanyak 51% dari subjek penelitian yang termasuk dalam celebrity worship kategori sedang dan interaksi parasosial kategori tinggi. Jadi, semakin tinggi perilaku celebrity worship yang dilakukan oleh para penggemar terhadap idolanya, maka akan semakin tinggi pula kemungkinan mereka akan mengembangkan interaksi parasosial dengan idola mereka. 2. Celebrity Worship Dini Cahyani, Berawal dari sebuah rasa Kriteria subjek Dalam Terdapat tiga aspek on Early Adult Yulia Purnamasari kagum, kemudian yang dibutuhkan penelitian ini mengapa individu K-Pop Fangirling terbentuklah perilaku dalam penelitian penulis melakukan celebrity pemujaan terhadap idola ini adalah peserta mempublikasi worship, yang pertama atau selebritas yang disebut yang sesuai kan data adalah nilai sosial yang dengan pemujaan selebritas. dengan studi dengan dilihat dari pandangan Menurut Maltby, Houran, & kasus, yaitu menggunakan dan alasan para McCutcheon pemujaan fangirl K-pop metode penggemar menyukai selebriti merupakan salah Penelitian yang berada pada wawancara idola mereka. Menurut satu bentuk hubungan Kualitatif rentang usia dan observasi. pernyataan dari tiga parasosial dimana seseorang dewasa awal 20 - orang yang menjadi menjadi terobsesi dengan 30 tahun. partisipan penelitian, selebriti (Frederika, mereka menyukai idola Suprapto, & Tanojo, 2015). mereka karena bakat, Perilaku pemujaan selebriti kualitas musik, kualitas ini sama halnya dengan akting, dan fashion kecanduan, semakin tinggi idolanya, serta tingkat kecanduan seseorang kepribadian yang unik terhadap idolanya, akan yang menginspirasi semakin tinggi juga tingkat para penggemarnya. keterlibatan orang tersebut Aspek kedua dari dengan idolanya (Widjaja & celebrity worship Ali, 2015). Apabila adalah perasaan pribadi intensitas engagement yang kuat. Menurut penggemar dengan selebriti keterangan dari ketiga meningkat, maka penggemar partisipan ketika tersebut akan menganggap mereka berkesempatan selebriti atau idola tersebut bertemu dengan idola merupakan sosok yang mereka, mereka akan sangat dengannya sehingga berteriak karena ia akan terus kesenangan, merasa mengembangkan hubungan mudah untuk parasosial. Pemujaan mengeluarkan uang selebriti terbagi menjadi tiga untuk membeli barang aspek menurut Maltby et al., yang sama dan (2006), pertama keterlibatan berhubungan dengan penggemar dengan idola idola mereka dan akan dengan tujuan untuk merasa sedih dan menghibur atau khawatir apabila menghabiskan waktu mendengar berita bersama didasarkan pada buruk yang menimpa bakat, sikap dan perilaku idola mereka, sehingga serta hal - hal yang telah merasa harus update dilakukan idolanya. Kedua, mengenai berita untuk intens - personal feelings mengetahui yang menggambarkan perkembangan kondisi perasaan intensif dan idola mereka. Aspek kompulsif terhadap selebriti, ketiga adalah dan hampir mendekati kecenderungan garis perasaan obsesif penggemar borderline-pathologica pada idolanya. Dan yang l tendency atau terakhir, kecenderungan merupakan tingkatan patologis borderline adalah paling tinggi dari tingkat paling tinggi dan hubungan keterlibatan mendalam antara penggemar antara penggemar dan idolanya. Hal ini dengan selebriti. Pada tergambar dari sikap seorang aspek ketiga ini, penggemar yang rela partisipan yang melakukan apa saja untuk merupakan penggemar idolanya meskipun akan memilih dan melanggar hukum. mendukung idola Berdasarkan penjelasan mereka pada acara - diatas peneliti ingin acara tertentu, mengetahui lebih lanjut menghemat uang demi tentang pemujaan selebriti membeli album, yang dilakukan oleh individu menonton acara tv yang sudah memasuki yang dibintangi idola perkembangan dewasa awal. mereka, dan membeli Bukankah pada masa dan mengoleksi foto - perkembangan dewasa awal foto idola mereka individu sudah mulai untuk dipajang sebagai memikirkan atau bahkan hiasan. Pada penelitian memiliki hubungan dengan sebelumnya lawan jenis dan tidak disampaikan bahwa terjebak dalam hubungan para individu yang parasosial atau ilusi melakukan celebrity parasosial. worship dapat mengalami masalah dalam penggunaan internet, seperti menjadi lebih sering menghabiskan waktu untuk online dan mampu mempengaruhi perilaku maladaptif yang dapat mengganggu kehidupan individu tersebut (Zsila, MCcutcheon, & Demetrovic, 2018). Berdasarkan analisis yang telah dilakukan pada ketiga partisipan, tingginya perasaan empati yang dimiliki oleh para penggemar terhadap idolnya membuat mereka memiliki ikatan khusus, sehingga mampu merasakan apa yang sedang dialami oleh idola tersebut. 3. Parasocial Jayson L. Dibble, Dikemukakan oleh Horton Peserta yang Dalam Tujuan umum dari Interaction and Tilo Hartmann, & dan Wohl (1956), interaksi berpartisipasi penelitian ini penelitian ini adalah Parasocial Sarah F. Rosaen parasosial mengacu pada dalam penelitian terdapat untuk meningkatkan Relationship: reaksi pengguna media ini adalah beberapa alat pengukuran interaksi Conceptual terhadap pelaku media itu sebanyak 446 ukur yang parasosial. Untuk Clarification and a sendiri, yang kemudian Independe yang direkrut digunakan, menetapkan ukuran Critical membuat pengguna media nt-groups menggunakan dua interaksi parasosial Assessment of menganggap pelaku sebagai experiment fitur Mechanical diantaranya yang “lebih murni” Measures mitra percakapan yang lebih Turk (MTurk) adalah Rubin sebagai persepsi intim. Sejak awal konsep dari et al.’s (1985) kesadaran timbal balik, dari Horton dan Wohl telah Amazon.com. PSI-Scale dan perhatian, dan disukai oleh para peneliti Partisipan terdiri Hartmann and penyesuaian dengan dan banyak tindakan yang dari 52% Goldhoorn’s pelaku media, muncul untuk menilai perempuan dan (2011) Hartmann dan interaksi parasosial dan 48% laki - laki, Experience of Goldhoorn (2011) hubungan parasosial. Tetapi, dengan rentang Parasocial mengembangkan dalam beberapa dekade usia 18 - 70 Interaction EPSI-scale. Menurut cukup banyak kebingungan tahun. (EPSI) Scale penulis skala EPSI konseptual dan emepiris merupakan ukuran telah terjadi, karena ukuran interaksi parasosial yang dimaksudkan untuk yang lebih cocok mengukur salah satu dibandingkan skala konstruk tersebut tidak PSI, khususnya yang memungkinkan untuk versi pendek. Skala mengukur dengan validitas EPSI menunjukkan dan presisi yang seharusnya. varian yang lebih Secara singkat, penelitian signifikan daripada mengenai interaksi Skala PSI pendek parasosial membutuhkan (walaupun tidak lebih klarifikasi konseptual dan signifikan daripada validasi tambahan. Sehingga Skala PSI panjang). tujuan dari penelitian ini Secara keseluruhan, adalah untuk menilai secara skala EPSI mungkin kritis pengukuran interasi lebih cocok untuk parasosial. Elaborasi Horton menilai interaksi dan Wohl (1956) mengenai parasosial, sedangkan konsep interaksi parasosial skala PSI pendek harus dipahami dalam mungkin lebih cocok konteks ini (Beniger, 1987; dengan keinginan Ellis, Streeter, & jangka panjang Engelbrecht, 1983). Mereka pengguna media. mendefinisikan interaksi parasosial sebagai “simulakrum percakapan memberi-dan-menerima”. Adapaun menurut Horton dan Wohl (1956) dan Horton dan Strauss (1957), interaksi parasosial bisa dipicu apabila pelaku media mengakui kehadiran penonton dan kinerja yang mereka miliki, menyesuaikan gaya percakapan pertemuan tatap muka informal, dan secara fisik dan verbal menyapa pengguna media. Selain itu, Rubin et al. mendefinisikan interaksi parasosial sebagai keterlibatan interpersonal pengguna media dengan apa yang dia konsumsi, termasuk melihat media sebagai teman, membayangkan menjadi bagian dari dunia sosial program favorit, dan ingin bertemu dengan pelaku media. Setelah membahas interaksi dan hubungan parasosial, penulis menyampaikan bahwa interaksi parasosial cenderung mengacu pada rasa kesadaran timbal balik palsu yang hanya terjadi selama menonton. Sebaliknya, hubungan parasosial mengacu pada hubungan jangka panjang yang mungkin mulai berkembang selama menonton. Atau dapat dikatakan bahwa hubungan parasosial dapat berkembang tanpa interaksi parasosial. Kesimpulan Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dituliskan pada tabel di atas adalah menurut Dr. Lynn McCutcheon (2002), celebrity worship merupakan sebuah fenomena dimana seseorang dengan identitas utuh terobsesi pada satu selebriti atau lebih dan mengakibatkan seseorang tersebut merasa memiliki kedekatan real dengan tokoh idolanya. Sedangkan interaksi parasosial didefinisikan oleh Horton dan Wohl (1956) sebagai interaksi imajiner antara pengguna media dan pelaku media. Kunci utama dalam hubungan interaksi parasosial adalah membuat khalayak atau pengguna media “merasa” memiliki hubungan dengan tokoh - tokoh media yang diidolakan, walaupun interaksi yang terjadi cenderung hanya bersifat sepihak. Dari definisi kedua variabel tersebut, maka saya ingin mengajukan interaksi parasosial sebagai variabel kedua setelah kesepian. Karena berdasarkan beberapa definisi terkait interaksi parasosial, faktor, aspek - aspek, serta bentuk - bentuk hubungan interaksi parasosial, memiliki kesesuaian dengan kriteria subjek atau partisipan yang saya pilih.