LAPORAN KASUS
A. ANAMNESIS (Autoanamnesis)
IDENTIFIKASI
Nama : Tn. Anas
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 45 tahun
Alamat : Kelurahan semper barat 1
Pekerjaan : Kru Pelayaran
Status perkawinan : Menikah
STATUS GIZI
Diet sebelum sakit : 3 x sehari, teratur, porsi sedang
Variasi Diet
Karbohidrat : Nasi 1/2 piring 3 x 1 hari, kadang-kadang Pempek gandum
Protein : Telur setiap hari, tahu dan tempe setiap hari.
Lemak : Daging ayam 1 potong, 3 x 1 minggu.
Daging sapi jarang, 1x 6 bulan.
Sayur : Setiap hari, sayur bayam
Buah : 1 x 1 minggu
Susu : jarang 1x/minggu
B. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Tampak sakit
Keadaan Sakit : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Gizi : (BB : 45 kg, TB : 160cm)
RBW = (45/160 - 100) x 100% = 75 %
Kesan : Status gizi kurang
Tekanan darah : 110/60 mmHg
Nadi : 76 kali/menit, regular, isi dan tegangan cukup.
Pernapasan : 23 kali/menit, regular, thoracoabdominal
Temperatur : 36.7 ºC
Berat badan : 45 Kg
Panjang badan : 160 cm
C. KEADAAN SPESIFIK
Kulit
Warna kuning langsat, eflorosensi (-), scar (+), pigmentasi normal, ikterus(-),sianosis (-),
spider nevi (-), temperatur kulit dingin, keadaan kulit lembab, pertumbuhan rambut normal,
telapak tangan dan kaki pucat (-).
KGB
Kelenjar getah bening di submandibula, leher, axilla, inguinal tidak teraba.
Kepala
Bentuk oval, simetris, ekspresi tampak sakit, warna rambut hitam, rambut mudah rontok (-),
deformitas (-).
Mata
Eksophtalmus (-), endophtalmus (-), edem palpebra (-), konjungtiva palpebra pucat (-),
sklera ikterik (+), pupil isokor, reflek cahaya (+), pergerakan mata ke segala arah baik.
Hidung
Bagian luar hidung tidak ada kelainan, septum dan tulang-tulang dalam perabaan baik,
selaput lendir dalam batas normal, epistaksis (-).
Telinga
Kedua meatus acusticus externus normal, pendengaran baik.
Mulut
Sariawan (-), pembesaran tonsil (-), gusi berdarah (-), lidah pucat (-), lidah kotor (-), atrofi
papil (-), rhagaden (-), bau pernafasan khas (-), gusi bengkak (-).
Leher
Pembesaran KGB (-), pembesaran kelenjar tyroid, JVP (5-2) cm H2O, hipertrofi musculus
sternocleidomastoideus (-), kaku kuduk (-)
Thorax
Paru (anterior)
Inspeksi : statis : simetris kanan dan kiri
dinamis : kanan tertinggal daripada kiri
retraksi : (-)
Palpasi : fremitus kanan kurang daripada kiri.
Perkusi : kanan redup mulai ICS 5 redup sampai ICS 8 dan kiri sonor.
Auskultasi : vesikuler kanan menurun, kiri normal. Ronki basah nyaring (+) kanan,
wheezing (-).
Paru (posterior)
Inspeksi : statis : simetris kanan dan kiri
dinamis : simetris kanan dan kiri.
Palpasi : fremitus kanan kurang daripada kiri.
Perkusi : kanan redup mulai ICS 5 redup sampai ICS 8 dan kiri sonor.
Auskultasi : vesikuler kanan menurun, kiri normal. Ronki basah nyaring (+) kanan pada
daerah apex kiri, wheezing (-).
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba
Perkusi : Batas kanan: linea sternalis dextra,
Batas kiri: linea midclavicula sinistra ICS 5,
Batas atas ICS II
Auskultasi : HR= 76 kali/menit, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : datar, venektasi (-)
Palpasi : Lemas, Nyeri tekan (-), hepar tiddak dapat dinilai dan lien tidak
teraba.
Perkusi : Tympani, shifting dullness (-), batas paru hepar di ICS V, peranjakan
hepar ICS VI. Nyeri ketok tidak ada.
Auskultasi : Bising usus normal
Genital
Tidak diperiksa
Ektremitas
Ekstremitas atas : Palmar eritem (-), nyeri sendi (-), gerakan bebas, edema (-), jaringan
parut (-), pigmentasi (-), jari tabuh (-), turgor kembali lambat (-)
Ekstremitas bawah : Nyeri sendi (-), gerakan bebas, edema (-), jaringan parut (-),
pigmentasi (-), telapak kaki pucat (-), jari tabuh (-), turgor kembali
lambat (-)
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
+ 1 bulan SMRS Os mengeluh batuk berdahak, dahak kental warna putih. Kadang dahak
disertai darah banyaknya + 1 sendok teh. Keringat malam tidak ada, nyeri dada tidak ada,
nyeri ulu hati tidak ada, sesak nafas tidak ada, demam tidak ada, mual tidak ada, muntah
tidak ada, nafsu makan menurun. BAB biasa. BAK biasa. Os lalu berobat ke klinik dokter
swasta dinyatakan sakit batuk biasa dan diberi obat 4 macam. Os lupa nama obatnya, os
menyangkal mengonsumsi obat yang menyebabkan warna kencing menjadi seperti teh. Os
mengaku tidak mengalami perbaikan kesehatan.
+ 1 minggu SMRS Os mengeluh sesak nafas saat melakukan aktifitas berat. Sesak nafas
tidak dipengaruhi cuaca, emosi, dan debu. Os tidur menggunakan 1 bantal. Batuk ada
disertai dahak kental warna putih kekuningan. Dahak campur darah terkadang ada
banyaknya + 1 sendok teh. Keringat malam ada, mual ada, muntah tidak ada, nyeri dada
tidak ada, nyeri ulu hati tidak ada, nafsu makan menurun dan berat badan menurun. Sakit
kepala ada, merasa mudah lelah, demam ada. BAK biasa. BAB biasa.
+ 3 hari SMRS. Os mengeluh sesak nafas menghebat. Os mengeluh sesak nafas saat
melakukan aktifitas biasa. Os tidak dapat berjalan lebih dari 50 meter dikarenakan sesak
nafasnya. Sesak nafas tidak dipengaruhi cuaca, emosi, dan debu. Os tidur menggunakan 1
bantal. Os lebih merasa nyaman tidur dengan posisi menghadap kanan. Batuk ada disertai
dahak kental warna putih kekuningan banyaknya + 1 sendok teh. Keringat malam ada, mual
ada, muntah tidak ada, nyeri dada tidak ada, nafsu makan menurun. Sakit kepala ada, merasa
mudah lelah, demam ada. BAK biasa. BAB biasa.
Riwayat penyakit dahulu seperti sakit asma, penyakit darah tinggi, dan penyakit kencing
manis disangkal. Os mempunyai riwayat meokok sejak 10 tahun yang lalu tetapi os
menyatkan telah berhenti sejak 6 bulan yang lalu.. Riwayat penyakit dengan keluhan yang
sama disangkal oleh Os.
Status gizi Os sebelum sakit, makan 3 kali sehari, teratur dan porsi sedang. Dari bagian
karbohidratnya, nasi 1/2 piring 3 x 1 hari, pempek gandum di pagi hari. Dari bagian protein,
telur setiap hari, tahu dan tempe setiap hari. Dari bagian lemaknya, daging ayam 1 potong,
3 x 1 minggu, daging sapi jarang, 1x 6 bulan. Dari bagian sayurnya, setiap hari Os makan
sayur bayam. Os hanya makan buah 1 kali seminggu dan jarang minum susu.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak sakit sedang, kesadaran compos
mentis, tekanan darah 110/60 mmHg, nadi 76 x/m, regular, isi dan tegangan cukup,
pernafasan Os 23 x/m, reguler dan thoracoabdominal, temperatur 36.7°C, berat badan 45 kg
dan panjang badan 160 cm. Pemeriksaan jantung dalam batas normal. Pemeriksaan paru,
stemfremitus kanan menurun, perkusi redup dari ICS 5 sampai ICS 8 pada thoraks bagian
kanan, vesikuler kanan berkurang, RBH di apeks kiri. Pemeriksaan fisik abdomen dalam
batas normal.
DIAGNOSIS SEMENTARA
Suspek Efusi Pleura e.c TB Paru
Anemia
DIAGNOSIS BANDING
Suspek Efusi Pleura e.c pneumonia
Suspek Efusi Pleura e.c Keganasan
Suspek Efusi pleura e.c CHF
Farmakologi
Ambroxol Tablet 3 x 1
Paracetamol 3 x 500 mg (k/p)
RENCANA EDUKASI
Berhenti merokok
RENCANA PEMERIKSAAN
Pemeriksaan Rontgen Thoraks A/P
Pemeriksaan Rontgen Thoraks Lateral
Pemeriksaan Patologi Anatomi Cairan Efusi
F. PROGNOSIS
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functional : dubia ad bonam
Quo ad sanactionam : dubia ad bonam
ANALISIS KASUS
A. Definisi
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan dari dalam
kavum pleura diantara pleura parietalis dan pleura viseralis dapat berupa cairan transudat atau
cairan eksudat. Pada keadaan normal rongga pleura hanya mengandung cairan sebanyak 10-20
ml, cairan pleura komposisinya sama dengan cairan plasma, kecuali pada cairan pleura
B. Etiologi
Efusi pleura tipe transudatif dibedakan dengan eksudatif melalui pengukuran kadar
Efusi pleura eksudatif memenuhi paling tidak salah satu dari tiga kriteria berikut
ini, sementara efusi pleura transudatif tidak memenuhi satu pun dari tiga criteria ini:
Chlamydia. Cairan efusi biasanya eksudat dan berisi leukosit antara 100-
malaise, mialgia, sakit dada, sakit perut, gejala perikarditis. Diagnosa dapat
efusi.
bakteri yang berasal dari jaringan parenkim paru dan menjalar secara
dan metronidazol serta mengalirkan cairan infus yang terinfeksi keluar dari
rongga pleura.
melalui focus subpleural yang robek atau melalui aliran getah bening, dapat
yang disebabkan oleh TBC biasanya unilateral pada hemithoraks kiri dan
5. Efusi pleura karena neoplasma misalnya pada tumor primer pada paru-
abses paru atau bronkiektasis. Khas dari penyakit ini adalah dijumpai
pada empiema dan efusi pleura yang terlokalisir. Menurut Light, terdapat 4
parapneumonik:
pleura
Penanganan keadaan ini tidak boleh terlambat karena efusi parapneumonik yang
mengalir bebas dapat berkumpul hanya dalam waktu beberapa jam saja.
Skleroderma.
parapneumonik.
1. Gangguan kardiovaskular
tekanan kapiler dinding dada sehingga terjadi peningkatan filtrasi pada pleura
bening juga akan menurun (terhalang) sehingga filtrasi cairan ke rongg pleura
Tekanan hidrostatik yang meningkat pada seluruh rongga dada dapat juga
menyebabkan efusi pleura yang bilateral. Tapi yang agak sulit menerangkan
adalah kenapa efusi pleuranya lebih sering terjadi pada sisi kanan.
sesak.
2. Hipoalbuminemia
diuretik dan restriksi pemberian garam. Tapi pengobatan yang terbaik adalah
3. Hidrothoraks hepatik
Mekanisme yang utama adalah gerakan langsung cairan pleura melalui lubang
kecil yang ada pada diafragma ke dalam rongga pleura. Efusi biasanya di sisi
kanan dan biasanya cukup besar untuk menimbulkan dyspneu berat. Apabila
penatalaksanaan medis tidak dapat mengontrol asites dan efusi, tidak ada
4. Meig’s Syndrom
Sindrom ini ditandai oleh ascites dan efusi pleura pada penderita-penderita
dengan tumor ovarium jinak dan solid. Tumor lain yang dapat menimbulkan
karena sekresi cairan yang banyak oleh tumornya dimana efusi pleuranya terjadi
karena cairan asites yang masuk ke pleura melalui porus di diafragma. Klinisnya
5. Dialisis Peritoneal
Efusi dapat terjadi selama dan sesudah dialisis peritoneal. Efusi terjadi unilateral
pleura terjadi melalui celah diafragma. Hal ini terbukti dengan samanya
c) Darah
Adanya darah dalam cairan rongga pleura disebut hemothoraks. Kadar Hb pada
hemothoraks selalu lebih besar 25% kadar Hb dalam darah. Darah hemothorak yang
baru diaspirasi tidak membeku beberapa menit. Hal ini mungkin karena faktor
koagulasi sudah terpakai sedangkan fibrinnya diambil oleh permukaan pleura. Bila
darah aspirasi segera membeku, maka biasanya darah tersebut berasal dari
C. Patofisiologis
Dalam keadaan normal hanya terdapat 10-20 ml cairan dalam rongga pleura
berfungsi untuk melicinkan kedua pleura viseralis dan pleura parietalis yang saling
bergerak karena pernapasan. Dalam keadaan normal juga selalu terjadi filtrasi cairan
ke dalam rongga pleura melalui kapiler pleura parietalis dan diabsorpsi oleh kapiler
dan saluran limfe pleura viseralis dengan kecepatan yang seimbang dengan kecepatan
pembentukannya.
Gangguan yang menyangkut proses penyerapan dan bertambahnya kecepatan proses
dalam rongga pleura. Mekanisme yang berhubungan dengan terjadinya efusi pleura
yaitu;
1). Kenaikan tekanan hidrostatik dan penurunan tekan onkotik pada sirkulasi
kapiler
3). Kenaikan permeabilitas kapiler dan penurunan aliran limfe dari rongga pleura.
Bila proses radang oleh kuman piogenik akan terbentuk pus/nanah, sehingga
empiema/piotoraks. Bila proses ini mengenai pembuluh darah sekitar pleura dapat
parietalis sehingga udara akan masuk ke dalam rongga pleura. Proses ini sering disebabkan
oleh trauma dada atau alveoli pada daerah tersebut yang kurang elastik lagi seperti pada
Efusi cairan dapat berbentuk transudat, terjadinya karena penyakit lain bukan primer
paru seperti gagal jantung kongestif, sirosis hati, sindrom nefrotik, dialisis peritoneum.
Efusi eksudat terjadi bila ada proses peradangan yang menyebabkan permeabilitas
kapiler pembuluh darah pleura meningkat sehingga sel mesotelial berubah menjadi bulat atau
kuboidal dan terjadi pengeluaran cairan ke dalam rongga pleura. Penyebab pleuritis
eksudativa yang paling sering adalah karena mikobakterium tuberculosis dan dikenal sebagai
pleuritis eksudativa tuberkulosa (Halim et al., 2006). Penting untuk menggolongkan efusi
D. Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis baik dan pemeriksaan fisik yang
teliti, diagnosis pasti ditegakkan melalui pungsi percobaan, biopsi dan analisa cairan
pleura.
E. Manifestasi Klinis
a. Gejala Utama.
Gejala-gejala timbul jika cairan bersifat inflamatoris atau jika mekanika paru terganggu.
Gejala yang paling sering timbul adalah sesak (Davey., 2003), berupa rasa penuh dalam
dada atau dispneu (Ward et al., 2007). Nyeri bisa timbul akibat efusi yang banyak
(Davey., 2003), berupa nyeri dada pleuritik atau nyeri tumpul (Ward et al., 2007). Adanya
gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil, dan nyeri dada pleuritis
banyak riak.
Deviasi trachea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika terjadi penumpukan cairan
b. Pemeriksaan Fisik.
Jika terjadi inflamasi, maka dapat terjadi friction rub. Apabila terjadi
Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan, karena
cairan akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan kurang bergerak dalam
pernapasan, fremitus melemah (raba dan vocal), pada perkusi didapati daerah pekak,
dalam keadaan duduk permukaan cairan membentuk garis melengkung (garis Ellis
Damoiseu).
Didapati segitiga Garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup timpani
dibagian atas garis Ellis Domiseu. Segitiga Grocco-Rochfusz, yaitu daerah
c. Pemeriksaan Penunjang.
Foto thoraks
Pada foto dada posterior anterior (PA) permukaan cairan yang terdapat dalam rongga
pleura akan membentuk bayangan seperti kurva, dengan permukaan daerah lateral lebih
tinggi dari pada bagian medial, tampak sudut kostrofrenikus menumpul (Davey., 2003).
Pada pemeriksaan foto dada posisi lateral dekubitus, cairan bebas akan mengikuti posisi
Torakosentesis.
Pelaksanaannya sebaiknya dengan posisi duduk. Aspirasi dilakukan pada bagian bawah
paru sela iga garis aksilaris posterior dengan jarum abbocath nomor 14 atau 16.
Pengeluaran cairan pleura sebaiknya tidak melebihi 1000-1500 cc pada setiap aspirasi.
a. Warna cairan.
b. Biokimia.
Terbagi atas efusi pleura transudat dan eksudat. Perbedaannya dapat dilihat pada
tabel dibawah:
c. Sitologi.
maligna).
d. Bakteriologi.
Cairan pleura umumnya steril, bila cairan purulen dapat mengandung
2006).
Biopsi Pleura.
Dapat menunjukkan 50%-75% diagnosis kasus pleuritis tuberkulosis dan tumor pleura.
F. Penatalaksanaan
Torakosentesis.
Aspirasi cairan pleura selain bermanfaat untuk memastikan diagnosis, aspirasi juga dapat
1. penderita dalam posisi duduk dengan kedua lengan merangkul atau diletakkan
diatas bantal; jika tidak mungkin duduk, aspirasi dapat dilakukan pada
2. Lokasi penusukan jarum dapat didasarkan pada hasil foto toraks, atau di daerah
sedikit medial dari ujung scapula, atau pada linea aksilaris media di bawah
diahfrahma atau terlalu dalam sehingga mengenai jaringan paru, atau jarum
tidak mencapai rongga pleura oleh karena jaringan subkutis atau pleura
parietalis tebal.
secara mendadak. Selain itu pengambilan cairan dalam jumlah besar secara
Pemasangan WSD.
Jika jumlah cairan cukup banyak, sebaiknya dipasang selang toraks dihubungkan
dengan WSD, sehingga cairan dapat dikeluarkan secara lambat dan aman.
5. Selang dan trokar dimasukkan ke dalam rongga pleura dan kemudian trokar
6. Setelah posisi benar, selang dijepit dan luka kulit dijahit serta dibebat dengan
dibawah permukaan air sedalam sekitar 2 cm, agar udara dari luar tidak dapat
9. Selang torak dapat dicabut jika produksi cairan/hari <100ml dan jaringan paru
Pleurodesis.
penanganan terpilih pada efusi pleura keganasan. Bahan yang digunakan adalah
sitostatika (misal; tiotepa 45 mg) diberikan selang waktu 710 hari; pemberian obat
tidak perlu pemasangan WSD. Setelah 13 hari, jika berhasil, akan terjadi pleuritis
Pada pemberian obat ini WSD harus dipasang dan paru dalam keadaan mengembang.
dimasukkan ke dalam rongga pleura melalui selang toraks, ditambah dengan larutan
garam faal 1030 ml larutan garam faal untuk membilas selang serta 10 ml lidokain
2% untuk mengurangi rasa nyeri yang ditimbulkan obat ini. Analgetik narkotik
diberikan 11,5 jam sebelum pemberian tetrasiklin juga berguna mengurangi rasa nyeri
tersebut. Selang toraks diklem selama 6 jam dan posisi penderita diubah-ubah agar
penyebaran tetrasiklin merata di seluruh bagian rongga pleura. Apabila dalam waktu
24 jam -48 jam cairan tidak keluar, selang toreaks dapat dicabut.
G. Diagnosa Banding
o Pneumotoraks
o Fibrosis paru
H. Prognosa
Tergantung penyakit yang mendasari, pada kasus tertentu, dapat sembuh sendiri
1. Jeremy, et al. Penyakit Pleura. At a Glance Sistem respirasi Edisi kedua. EMS. Jakarta :
2008.
2. Halim, Hadi. Penyakit Penyakit Pleura. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. 2007. Balai
Penerbit FK UI Jakarta.