Penghayatan Spiritual Kerendahan Hati Bunda Maria Sebagai Teladan Katekis Zaman Now
Penghayatan Spiritual Kerendahan Hati Bunda Maria Sebagai Teladan Katekis Zaman Now
ABSTRACT
Catechists are important figures in the Catholic church, but in this digital age, catechists are also challenged
not to be influenced to participate in competing to follow the trend so as to neglect duties and responsibilities in
servants. And as an example for today's catechists, the spiritual life of Mary's humility teaches to be humble and
accept God's will wholeheartedly. In the practice of humility, catechists can learn not to boast and assume that
others cannot, but instead they must recognize their limitations as human beings and rely on God in everything.
This devotion aims to learn about how the spiritual life of a catechist can emulate the attitude and humility of
the Virgin Mary by studying the stories and teachings related to the humility of the Virgin Mary, because having
a spiritual is a step towards the salvation of all God's creation.
1
Marselina Epifani Dheku, Margaretha Jayusni Siribere, Fransiska Evangelia Dede,
,Yuliana Deri.
Penghayatan Spiritual Kerendahan Hati Bunda Maria Sebagai Teladan Bagi Katekis Zaman Now
PENDAHULUAN
Saat ini dunia mengalami kemajuan teknologi yang sangat pesat di berbagai bidang
kehidupan. Salah satu bidang kehidupan yang megalami perkembangan teknologi adalah bidang
komunikasi. Kemajuan dalam bidang komunikasi ini melahirkan era yang disebut era digital. Dunia
digital adalah dunia manusia zaman now. Tidak ada sesuatu yang tidak tersentuh digitalisasi di zaman
now. Semua sudah sibuk pada layer kecil ditangan dan semua mempunyai dunia tersendiri.
Kehidupan menggereja juga merupakan salah satu aspek yang berpengaruh digitalisasi ini. Misalkan
kitab suci ada di handphone, doa-doa, bacaan rohani dan katekese semuanya pun berbasis digital.
(Wiwin and Firmanto 2021)
Perubahan zaman kerap kali membawa umat manusia kedalam dunia yang modern. Setiap
orang be rlomba-lomba untuk mengikuti trend yang sedang beredar didunia maya. Hal ini tidak
terkecualikan bagi Katekis Zaman Now. Katekis yang merupakan figur penting dalam Gereja Katolik,
seringkali juga berusaha untuk menyesuaikan diri dengan perubahan zaman yang begitu memikat.
Ketika Katekis mulai mengikuti perubahan zaman, maka nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran
sebagai Katekis, sedikit demi sedikit mulai memudar. Nilai-nilai itu seperti kerendahan hati. Sebagai
Katekis seharusnya bisa mempraktekan sikap kerendahan hati Bunda Maria dalam dunia zaman now.
Memang setiap orang perlu menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman, namun sebagai seorang
Katekis harus tetap menegakan nilai kerendahan hati seperti yang diajarkan Bunda Maria.(Senda and
Pakaenoni 2023)
Penghayatan spiritual adalah proses mendalaminya dan mengintegrasikannya ke dalam
kehidupan sehari-hari. Kerendahan hati adalah sikap yang sangat penting dalam penghayatan spiritual,
karena melibatkan kesadaran akan keterbatasan diri dan ketergantungan pada Tuhan. Bunda Maria,
sebagai figur sentral dalam agama Katolik, dapat dijadikan teladan bagi katekis zaman now dalam
menghayati kerendahan hati. Dan sebagai teladan bagi katekis zaman now, penghayatan spiritual
kerendahan hati Bunda Maria mengajarkan untuk merendahkan diri dan menerima kehendak Tuhan
dengan sepenuh hati. Perawan Maria adalah contoh iman yang sempurna. Karena Maria memiliki
tujuh buah Roh Kudus, dan Maria adalah salah satu dari sekian banyak orang yang dapat mewujudkan
ketujuh buah Roh Kudus tersebut secara utuh. Jika Yesus adalah manusia sempurna, maka Perawan
Maria adalah teladan iman yang sempurna bagi umat manusia. Oleh karena itu Gereja menekankan
dalam ajarannya agar umat beriman senantiasa meneladani kesempurnaan hidup Maria sebagai
ciptaan Tuhan. Melalui teladan Maria, rencana keselamatan Allah dapat terwujud. Oleh karena itu,
Maria adalah salah satu dari banyak tokoh dalam Perjanjian Baru yang berjasa mengandung Putra
Allah sebagai seorang perawan guna menggenapi rencana keselamatan Allah, (Society, Maria, and
Injil 2017)
Dalam penghayatan kerendahan hati, Katekis zaman now dapat belajar untuk tidak
membanggakan diri, tetapi mengakui keterbatasan sebagai manusia dan mengandalkan Tuhan dalam
segala hal. Dengan kerendahan hati, juga belajar untuk menghormati dan melayani sesama dengan
kasih, tanpa memandang tinggi diri sendiri. Katekis juga dapat mengajarkan nilai-nilai kerendahan
hati melalui kisah hidup dan peristiwa-peristiwa dalam kehidupan Bunda Maria. Pengabdian dalam
penghayatan spiritual kerendahan hati Bunda Maria sebagai teladan bagi katekis zaman now dapat
Menggali pemahaman yang lebih dalam tentang kerendahan hati Bunda Maria: Pengabdian ini
bertujuan untuk mempelajari kisah dan ajaran yang terkait dengan kerendahan hati Bunda Maria.
Katekis dapat membantu umat Kristen menghayati dan menginternalisasi nilai-nilai kerendahan hati
yang terkandung dalam kehidupan dan tindakan Bunda Maria.(Karakter 2021)
Zaman digital memang membuat perubahan gaya hidup masyrakat modern, termasuk dalam
hal hidup menggereja. Secara umum gereja dapat menerima kemajuan teknologi untuk digunakan
dalam hidup menggereja, namun harus disertai dengan sikap dan tanggungjawab yang positif
Kehadiran teknologi tentu membawa dampak yang sangat berpengaruh dalam hidup. Dampak postif
yakni mempermudah katekis dalam melakukan berbagai aktivitas. Umat seringkali mengadakan doa,
sharing bersama melalui via zoom meating. Banyak konten-konten yang dibuat demi menumbuhkan
iman uamt. Selain dampak postif ada juga dampak negatif seiring dengan perkembangan saat ini,
sehingga memberikan tantangan bagi perkembangan iman katekis. Katekis harus sigap menghadapi
tantangan sehingga tidak terseret kedalam pengaruh negatif teknologi. Pembekalan aspek spiritualitas
yang baik dan benar harus dilakukan oleh pihak Gereja. Aspek spiritual yang lebih ditekankan yakni
mengenai kerendahan hati Bunda Maria(Mayong Andreas Acin 2021).
Aspek spiritualitas sangat ditekankan bagi katekis karena katekis sebagai salah satu model
hidup menggereja. Ada begitu banyak peran yang dilakukan oleh katekis. Peran pertama sebagai
saksi, para katekis memberikan kesaksian hidup yang menarik sebagai bentuk pewartaan yang
memiliki daya tarik tinggi. Peran kedua adalah sebagai rekan seperjalanan. Seorang katekis
merupakan teman yang selalu ada bersama dengan umat yang dilayaninnya. Peran ketiga adalah
sebagai pembawa Sabda. Seorang katekis adalah pewarta Sabda Allah. Dalam menjalankan peran ini,
katekis harus menjadikan Sabda Allah sebagai bagian penting dalam kehidupa sehari-hari. Pern
keempat, sebagai pembangun komunitas. Seorang katekis hidup dalam dunia dengan berbagai
komunitas yang ada didalamnya. Kehadiran seorang katekis seharusnya berkontribusi bagi
pertumbuhan dan perkembangan dari berbagai komunitas yang ada(Randa et al. 2011)
METODE
Metode yang digunakan dalam artikel ini adalah pendidikan katekis dan pelatihan. Pendidikan katekis
akan dilakukan melalui penyuluhan dan sosialisasi tentang penghayatan spiritual kerendahan hati
Bunda Maria sebagai teladan bagi Katekis Zaman Now. Kegiatan ni dilakukan dengan mengadakan
seminar, lokakarya, dan diskusi kelompok kecil untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran para
Katekis tentang pentingnya nilai-nilai kerendahan hati dalam kehidupan dan pelayanan mereka. Selian
itu, kegiatan pelatihan juga akan dilakukan untuk membekali para Katekis dengan keterampilan
praksis dalam mengimplementasikan nilai-nilai kerendahan hati dalam kehidupan sehari-hari dan
pelayanan para Katekis. Pelatihan akan dilakukan melalui demonstrasi dan percontohan, serta
dilengkapi dengan diskusi dan refleksi untuk memastikan pemahaman dan penerapan yang tepat.
Dalam pelakasanaan kegiatan, akan melibatkan para ahli dan praktisi yang memiliki pengalaman
dalam bidang spiritualitas dan pelayanan Katekis. Selian itu, akan dilakukan kerjasama dengan paroki
dan Katekis untuk memastikan partisipasi yang maksimal dan efektif dari para Katekis. Melalui
metode inni diharapkan para Katekis dapat memberikan kontribusi positif dalam meningkatkan
pemahaman dan kesadaran para Katekis tentang nila-nilai kerendahan hati dalam kehidupan dan
pelayanan mereka. Serta membekali mereka dengan keterampilan praktis dalam
mengimplementasikan nilai-nilai tersebut.
sumber ketentraman dan kebahagiaan dengan melakukan tindakan sesuai dengan ajaran-ajaran
agama. Kaitan agama dengan masyarakat banyak dibuktikan oleh pengetahuan agama dalam
argumentasi rasional tentang arti dan hakikat kehidupan, tentang kebesaran Tuhan dalam arti
mutlak, dan kebesaran manusia dalam arti relatif selaku makhluk. Spiritualitas adalah
hubungannya dengan Yang Maha Kuasa, tergantung dengan kepercayaan yang dianut oleh
individu. Mempunyai kepercayaan atau keyakinan berarti memercayai atau mempunyai komitmen
terhadap sesuatu atau seseorang. Secara etimologis, kata spiritualitas berasal dari kata Latin “spiritus” yang
berarti roh, jiwa, semangat. Secara literer, spiritualitas adalah roh, jiwa, dan semangat yang menggerakkan
seseorang dalam hidupnya. Spiritualitas Kristen dipahami sebagai “cara seseorang mengalami hubungan dengan
Tuhan dan memelihara serta mengekspresikan imannya dengan penekanan khusus pada praktik Kristen” (Asih
et al., 2020). Dengan kata lain, spiritualitas mencakup api, semangat, sikap dasar, serta cara hidup yang
mengantar orang kepada kepenuhan hidupnya (Gasc et al., 2018(Wiwin and Firmanto 2021))
Spiritualitas dapat dimiliki oleh semua kelompok atau golongan yang sedang berjuang untuk
mencapai tujuan atau cita-cita. Memiliki spiritualitas merupakan sebuah langkah untuk menuju ke
keselamatan seluruh ciptaan Allah. Hal ini merupakan visi untuk mewujudkan kerajaan Allah. Visi
tentang kerajaan Allah berkaitan dengan panggilan dan perutusan dari Allah sendiri. Setiap orang
dipanggil untuk ikut serta dalam perutusan, mewujudkan kerajaan Allah sehingga dalam
melaksanakan tugas perutusan umat Allah membutuhkan kekuatan atau roh untuk tahan uji. (Mayong
Andreas Acin 2021). Bagi Umat Kristiani termasuk orang muda katolik, melalui pembaptisan telah
menerima perutusan dan dengan sendirinya membutuhkan kekuatan . Markus Meran (Meran 2017)
dalam artikelnya mengutip beberapa pengertian tentang spiritualitas. Kata spiritualitas berasal dari
akar kata bahasa Latin yaitu ‘spiritus’. Dalam bahasa Indonesia kata spirit berarti ‘roh’, ‘daya’,
‘semangat’. Dalam perspektif Kristen makna spiritus berdasarkan pengertian etimologis ini
berkembang ke makna yang lebih luas dan lebih terarah kepada semangat Allah Roh Kudus. Jadi
dapat dikatakan bahwa spiritualitas berarti suatu cara, gaya, daya dan semangat untuk membangun
dan mewujudkan diri dalam cita-cita secara utuh dan menyeluruh di dalam Allah sumber keselamatan.
Atau suatu kesadaran dari umat untuk hidup dalam Allah dan kesediaan manusia beriman untuk
dibentuk oleh Roh Allah. Roh Allah yang menjadi sumber inspirasi dalam pendewasaan hidup rohani
bagi setiap manusia beriman (Meran 2017).
Di saat ini terjadi perkembangan yang sangat pesat di berbagai bidang kehidupan, sehingga
menimbulkan tantangan bagi pembinaan kerohanian katekis, dalam pembinaan katekis khususnya
yang berkaitan dengan liturgi, katekismus, Alkitab, kita perlu memperdalam kekatolikan kita. ajaran.
Metode dan Praktek Pastoral Selain mengembangkan perilakunya sendiri, umat Kristiani
mengembangkan kebajikan dan kekudusan dalam hidupnya. Pada masa ini, kita perlu membekali para
katekis dengan kursus-kursus baru dalam pengetahuan dan keterampilan misionaris untuk memelihara
dan memperkuat kehidupan rohani dan iman mereka, (Pauline 2022)
SIMPULAN
Katekis merupakan figure penting dalam gereja Katolik namun saat ini ada begitu
banyak perubahan yang terjadi di dunia ini salah satunya yaitu perubahan di bidang
teknologi, perubahan yang terjadi ada yang positif ada juga yang negative dan hal inilah yang
menjadi tantangan bagi perkembangan iman katekis karena katekis harus sigap dalam
menghadapi tantangan sehingga tidak terseret dalam pengaruh negative. Katekis tidak boleh
terpengaruh untuk ikut berlomba-lomba dalam mengikuti tren sehingga mengabaikan tugas
Amare (Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat) - Vol. I (2) 2022- (60-64) 5
Marselina Epifani Dheku, Margaretha Jayusni Siribere, Fransiska Evangelia Dede,
,Yuliana Deri.
Penghayatan Spiritual Kerendahan Hati Bunda Maria Sebagai Teladan Bagi Katekis Zaman Now
dan tanggung jawab dalam pelayanan. Pembekalan aspek spiritualitas yang baik dan benar harus
dilakukan oleh pihak Gereja. Aspek spiritual yang lebih ditekankan yakni mengenai kerendahan hati
Bunda Maria sebagai teladan bagi katekis zaman now, penghayatan spiritual kerendahan hati
bunda Maria mangajarkan untuk rendah hati dan menerima kehendak Tuhan dengan sepenuh
hati. Dalam penghayatan kerendahan hati, katekis juga dapat belajar untuk tidak
menyombongkan diri dan menggap bahwa orang lain tidak bisa, tetapi sebaliknya katekis
tetap harus mengakui keterbatasan sebagai manusia dan mengandalkan Tuham dalam segala
hal. Seorang katekis perlu mempelajari tentang bagaimana penghayatan spiritual seorang
katekis dapat meneladani sikap dan kerendahan hati Bunda Maria dengan mempelajari kisah
dan ajaran yang terkait dengan kerendahan hati Bunda Maria, karena memiliki spiritual
merupakan langkah untuk menuju keselamatan seluruh ciptaan Allah. Penhayatan spiritual
juga membawa manusia taat pada Yang Maha Kuasa
DAFTAR PUSTAKA
Adon, Mathias Jebaru et al. 2023. “Relevansi Spiritualitas Imamat Santo Montfort.” 23(1): 14–29.
Karakter, Pembentukan. 2021. “PEMBINAAN GURU PAK DAN BUDI PEKERTI TERHADAP
PEMBENTUKAN KARAKTER PESERTA DIDIK PADA MASA.” : 9–16.
Ketut, Albert I, and Deni Wijaya. 2019. “Identitas Seorang Katekis Profesional Dewasa Ini.” : 145–
47.
Mayong Andreas Acin, Florensius Sutami. 2021. “SPIRITUALITAS GURU AGAMA KATOLIK
DALAM PELAYANAN HIDUP MENGGEREJA DI WILAYAH PERBATASAN
KABUPATEN SANGGAU.” 1(2): 68–78.
Meran, Markus. 2017. “Berspiritualitas Katekis Menuju Konsistensi Penghayatan Panggilan Menjadi
Seorang Katekis.” Stkyakobus.Ac.Id V(1): 79.
Pauline, M. 2022. “Terhadap Ekspresi Iman Calon Guru Agama Katolik Dalam Masyarakat
Multikultural Di Indonesia.” 1(2).
Rafsanjan, Haqiqi. 2017. “Kepemimpinan Spiritual (Spiritual Leadership).” Jurnal Masharif Al-
Syariah: Jurnal Ekonomi dan Perbakan Syariah 2(1).
Randa, Fransiskus, Iwan Triyuwono, Unti Ludigdo, and Eko Ganis Sukoharsono. 2011. “Studi
Etnografi Akuntabilitas Spiritual Pada Organisasi Gereja Katolik Yang Terinkulturasi Budaya
Lokal.” Jurnal Akuntansi Multiparadigma 2(April).
Saragi, Lydia Caesera. 2022. “Pengaruh Sikap Kerendahan Hati Dan Keteladanan Pemimpin
Berdasarkan Yohanesn13: 4-5 Terhadap Pertumbuhan Gereja Di Kota Batam Pendahuluan.”
Jurnal Teruna Bhakti 4(2): 41–47.
Senda, Siprianus Soleman, and Hironimus Pakaenoni. 2023. “KEKUDUSAN MARIA SEBAGAI
MODEL KEKUDUSAN PEREMPUAN KRISTIANI MASA KINI : TINJAUAN BIBLIS DAN
DOKTRINAL.” 1407(November): 305–25.
Society, Konsep Civil, Teladan Maria, and Dalam Injil. 2017. “M a d i u N.”
Wiwin, and Antonius Denny Firmanto. 2021. “Kontruksi Model Spiritualitas Pastoral Bagi Katekis Di
Era Digital.” 1(2).
Adon, Mathias Jebaru et al. 2023. “Relevansi Spiritualitas Imamat Santo Montfort.” 23(1): 14–29.
Karakter, Pembentukan. 2021. “PEMBINAAN GURU PAK DAN BUDI PEKERTI TERHADAP
PEMBENTUKAN KARAKTER PESERTA DIDIK PADA MASA.” : 9–16.
Ketut, Albert I, and Deni Wijaya. 2019. “Identitas Seorang Katekis Profesional Dewasa Ini.” : 145–
47.
Mayong Andreas Acin, Florensius Sutami. 2021. “SPIRITUALITAS GURU AGAMA KATOLIK
DALAM PELAYANAN HIDUP MENGGEREJA DI WILAYAH PERBATASAN
KABUPATEN SANGGAU.” 1(2): 68–78.
Meran, Markus. 2017. “Berspiritualitas Katekis Menuju Konsistensi Penghayatan Panggilan Menjadi
Seorang Katekis.” Stkyakobus.Ac.Id V(1): 79.
Pauline, M. 2022. “Terhadap Ekspresi Iman Calon Guru Agama Katolik Dalam Masyarakat
Multikultural Di Indonesia.” 1(2).
Rafsanjan, Haqiqi. 2017. “Kepemimpinan Spiritual (Spiritual Leadership).” Jurnal Masharif Al-