Anda di halaman 1dari 9

GURU PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI ERA GLOBALISASI

Sebuah Refleksi Tentang Profesi Seorang Guru Pendidikan Agama Katolik

Oleh

SIMON SABTARIA PUTRAM JULIET

IK 2018 022

SEKOLAH TINGGI PASTORAL TAHASAK DANUM PAMBELUM

KEUSKUPAN PALANGKARAYA

2021
1.1. Latar Belakang

Era Globalisasi dipandang sebagai zaman dimana informasi bisa didapatkan hanya
dengan hitungan detik saja. Mengutip kata salah satu tokoh yaitu Marshall McLuhan ia
mengatakan bahwa dunia sudah menjadi desa dunia (Global Village1). Dari ungkapan tersebut
tampak nyata bahwa sekarang dunia ini sudah dalam genggaman manusia. Hal ini terbukti
bagaimana jaringan internet bisa menyatukan komunikasi dari berbagai belahan dunia, dan
internet hanya salah satu kemajuan zaman, masih banyak kemajuan yang bisa ditemukan dan
dilihat pada masa sekarang ini. Banyak kemudahan yang ditawarkan dari perkembangan zaman
ini, namun juga tak bisa dipungkiri bahwa kemajuan ini memunculkan dampak negatif “ibarat
mata uang logam yang memiliki dua sisi”. Dari dampak yang ditimbulkan itulah sejatinya
menuntut sikap yang bijaksana dalam penggunaan fasilitas modern ini, setiap orang memang
lihai dan pandai dalam menggunakan segala sesuatu namun yang menjadi pertanyaan apakah
semua orang akan bijak menyikapi fenomena yang sedang terjadi ini. Setiap individu ditawari
untuk bisa meningkatkan kemampuan seiring perkembangan zaman namun, satu hal yang perlu
diingat jangan sampai arus deras globalisasi membuat ia ternggelam lalu tidak bisa menunjukan
eksistensinya bagi dunia ini.

Guru adalah topik pembicaraan yang tak akan pernah lekang oleh waktu. Seorang pribadi
yang mengabdikan dirinya untuk kecerdasan bangsa. Memberikan dan berbagi berbagai
pengetahuan kepada setiap insan demi menyelamatkan generasi bangsa dari ketertinggalan ilmu
pengetahuan. Disadari maupun tidak abad 21 adalah situasi dimana bisa dikatakan
perkembangan dunia begitu pesat, setiap orang ikut merasakan dampak yang terjadi. Setiap
orang dari tingkatan usia, profesi maupun tingkatan sosial lainnya ikut merasakan yang namanya
globalisasi. Guru adalah salah satu profesi yang juga harus beradaptasi dengan era yang serba
canggih ini. Dahliana mengatakan bahwa “Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi (TIK)
telah memberikan pengaruh dalam proses pembelajaran. Dengan berkembangnya penggunaan
TIK ada lima pergeseran dalam proses pembelajaran yaitu: (1) dari pelatihan ke penampilan, (2)
dari ruang kelas ke di mana dan kapan saja, (3) dari kertas ke on line atau saluran, (4) fasilitas
fisik ke fasilitas jaringan kerja, (5) dari waktu siklus ke waktu nyata”2.
1
Fransiskus Emanuel da Santo.2019. Guru Katolik: Antara Tugas dan Panggilan pada Era Digital.
Yogyakarta:Kanisius. Hal., 72.
2
Shalahudin Ismail, Suhana dan Eri Hadiana. 2020. Kompetensi Guru Zaman Now dalam Menghadapi Tantangan
di Era Revolusi Industri 4.0. Islamic Religion Teaching & Learning Journal. Vol 5 No 2. Hal., 199.
Dalam tuntutan profesinya seorang guru tentunya memiliki kompetensi masing-masing
dalam bidangnya. Istilah profesi diambil dari bahasa latin yaitu professio yang bermakna
pengakuan atau pernyataan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dinyatakan profesi adalah
bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (ketrampilan, kejuruan dan sebagainya)
tertentu3. Dari pengertian tersebut maka bisa dipahami bahwa ketika seorang berprofesi sebagai
guru maka individu tersebut adalah orang yang sudah terlatih dan menempuh pendidikan tertentu
serta merupakan seorang yang kompeten dibidangnya. Hal ini juga berlaku bagi seorang guru
pendidikan agama katolik atau guru pak. Ketika ia memilih profesi tersebut maka sudah secara
langsung segala hal yang menyangkut iman katolik melekat dalam guru tersebut. Tugas
utamanya adalah memberikan pengajaran yang ditujukan kepada setiap anak katolik yang
bermaksud agar anak-anak tersebut dapat memhani dengan sungguh nilai luhur iman katolik dan
mampu mengimplementasikannya dalam hidup bersama ditengah perbedaan baik suku, bahasa,
budaya maupun agama.

Sebelum memasuki pembahasan yang lebih lanjut maka penting memahami topik yang akan
direfleksikan dalam tulisan ini, agar maksud dan tujuan tulisan ini dibuat menjadi jelas dan tidak
memiliki makna yang bias bagi para pembaca. Dalam tulisan ini akan direfleksikan tentang
profesi seorang guru pendidikan agama katolik atau bisa disingkat menjadi Guru PAK, terlebih
apa yang harus dilakukan setiap individu yang berkutat dalam profesi ini dalam menghadapi
tantangan zaman atau bisa disebut era globalisasi. Tentang apa yang dihadapinya dan bagaimana
cara menyikapi permasalahan tersebut. Semoga tulisan sederhana ini bisa menjadi inspirasi
kepada setiap guru agama katolik maupun yang masih menempuh pendidikan menjadi guru pak,
agar bijaksana dalam mengambil tindakan menghadapai era globalisasi yang begitu cepat ini.

1.2. Tujuan
1.2.1. Menghidupi Semangat Ecclesia Semper Reformanda
Ecclesia Semper Reformanda atau dikenal dengan istilah Gereja yang selalu
memperbaharui diri4. Ungkapan ini sangat dikenal setelah konsili vatikan II, bukan tanpa
sebab istilah ini dikeluarkan, namun pada waktu itu wajah Gereja sudah dinilai terlalu tua

3
Rusydi Ananda. 2018. Profesi Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Medan: Lembaga Peduli Pengembangan
Pendidikan Indonesia (LPPPI). Hal., 1.
4
R.F.Bhanu Viktorahadi. 2016. Warna-Warni Wajah Gereja: Gagasan Tentang Hidup Menggereja.
Yogyakarta:Kanisius. Hal., 90.
untuk zaman yang semakin maju hal inilah yang akhirnya membuat Paus Yohanes XXIII
membuat terobosan baru yaitu mengadakan konsili ekumenis sebagai suatu pembaharuan
dalam diri Gereja.
Dari semangat konsili vatikan II inilah diharapkan setiap angin pembahruan bisa
menjadi suatu keuntungan dalam pewartaan tak terkecuali oleh setiap warga Gereja itu
sendiri. Guru PAK adalah bagian dari Gereja maka semangat inilah yang harus selalu
dihidupi dalam setiap tugas perutusannya, selain mengajarkan iman katolik bagi yang
seiman ia juga harus terbuka kepada siapa saja untuk terus mewartakan kasih Kristus
dalam tutur kata dan tindakannya. Senantiasa membaharui diri terhadap segala bentuk
kemajuan zaman agar jangan sampai ia dibuat bingung dengan segala kecanggihan yang
ada.
1.2.2. Pendidikan Kristiani itu sangat penting
Salah satu dokumen konsili vatikan II yaitu Gravissimum Educationis
menyatakan bahwa “pendidikan itu tidak hanya bertujuan pendewasaan pribadi manusia
seperti yang telah diuraikan, melainkan terutama hendak mencapai, supaya mereka yang
telah dibaptis langkah demi langkah makin mendalami misteri keselamatan...”5, dari
kutipan tersebut menunjukan bahwa peran guru pak dalam pengajaran iman katolik
adalah suatu tanggung jawab besar, dimana anak-anak yang ia ajarkan adalah generasi
harapan Gereja dimasa mendatang, untuk itulah perannya dalam proses pembelajaran
tidak bisa dilepaskan begitu saja. Terlebih lagi tantangan zaman yang semakin maju
maka guru pak harus menyesuaikan cara dalam pengajarannya untuk itulah pemanfaatan
teknologi informasi dan komunikasi sangat diperlukan agar nantinya proses belajar
mengajar yang dilakukannya semakin menambah atusiasme peserta didiknya terlebih
dalam memhami dan menghidupi iman katolik dalam kehidupannya.
1.3. Masalah
1.3.1. Perubahan Zaman Yang Begitu Pesat
Perkembangan di kiri dan kanan Gereja sudah begitu cepat berlari sehingga
terpaksalah Gereja tunggang langgang dan terbirit-birit mengikutinya6. Dari uangkapan
tersebut bisa kita lihat bahwa perkembangan zaman ini begitu pesat sekali contohnya
dalam satu bulan saja gawai atau Handphone bisa dikeluarkan dalam seri-seri yang baru.
5
Bdk.Gravissimum Educationis art 2
6
Op.Cit. R.F.Bhanu Viktorahadi. Hal., 90.
Belum lagi alat-alat lainnya ini mengandaikan bahwa inovasi dilakukan oleh setiap orang
hanya dalam hitungan menit bahkan detik. Oleh karena itulah sikap selektif dan bijaksana
adalah hal utama yang perlu ditanmkan dalam setiap warga Gereja. Seorang guru pak
haruslah melihat fenomena ini dalam kacamata kebijaksanaa. Di era modern ini lebih
banyak orang yang hidup dalam dunia maya namun sudah mulai melupakan realita
lapangan, untuk itulah seorang guru pak harus mampu melihat realitas yang ada. Hal ini
senada dengan apa yang diungkapkan bapa suci Paus Fransiskus dalam peringatan hari
komunikasi sosial ke-55, dalam surat tersebut Paus mengatakan bahwa kita harus
menghabiskan sol sepatu kita, turun ke jalanan dan melihat realita yang ada 7. Untuk itulah
seorang Guru PAK harus bisa menyentuh realitas yang ada bukan hanya diam dirumah
sembari menikmati beragam media sosial yang ada.
1.3.2. Sekulerisme
Sejak Abad Pencerahan manusia mulai meningalkan sesuatu yang berhubungan
dengan hal teologis. Ruang antara kehidupan mulai dibedakan tidak ada tempat untuk
Tuhan di dunia ini. Sebagian orang menganggap bahwa yang nyata adalah hanya dunia
ini lain daripada itu hanyalah sebuah khayalan manusia, sikap inilah yang disebut dengan
sekulerisme8. Humanisme moderen bersifat sekuler. Ia tidak menerima kepercayaan akan
Allah sebagai sumber kekuasaan atas bagaimana menjalani kehidupan. Manusia harus
memecahkan persoalan sendiri9. Dari pandangan tersebut jika dipandang kehidupan
manusia dilihat sebagai keegoisan belaka, dimana hubungan dengan Tuhan bukan lagi
menjadi permenungan, yang ada hanyalah tentang dirinya sendiri.
Memang dalam kehidupan berbangsa dan bernegara kehidupan agama harus
dibedakan. Akan tetapi, pembedaan itu bukan berarti menghilangkan Tuhan dalam
kehidupan manusia namun lebih kepada cara hidup beragama agar bisa menyesuaikan
dengan kehidupan bersama, pandangan atau paham radikal hendaknya tidak dimuat
dalam hidup bernegara itulah sebenarnya yang harus diperhatikan. Bagi para guru PAK
hal inilah yang harus juga menjadi perhatian penuh, sehingga apa yang diajarkannya
bukan menjadi sesuatu yang bias tapi bisa menunjukan bagaimana menunjukan iman
7
Konferensi Waligereja Indonesia.2021. Datang dan Lihatlah: Pesan Bapa Suci Paus Fransiskus Pada hari
Komunikasi sosial Sedunia ke 55. 16 Mei 2021. Hal.,3.
8
Konferensi Waligereja Indonesia.1996. Iman Katolik. Jakarta:Obor. Hal.,
9
Subagya, dkk. 2010. Religiositas, Agama dan Budaya Nilai: Sebagai Mata Kuliah di Perguruan Tinggi.
Jakarta:Grasindo. Hal.,187.
dalam hidup bersama terlebih kepada pengharapan akan penyertaan Tuhan dalam
kehidupannya.
1.3.3. Pluralitas Agama
Di Era yang modern ini kehidupan beragama juga tak pernah lepas dari
perbincangan hangat. Bisa dilihat dalam kehidupan masyarakat Indonesia, agama yang
dianut tidak hanya satu melainkan ada banyak. Namun di satu sisi kehidupan bergama di
negara ini kadang juga menimbulkan permasalahan serius mulai dari sikap radikalisme,
intoleransi dan banyak lagi yang mengatasnamakan agama. Sebagai warga Gereja
mengatakan agama orang adalah kafir niscaya adalah bukan sesuatu yang cocok dalam
kehidupan masyarakat yang heterogen ini. Cara mewartakan kebenaran iman tidak bisa
hanya dilakukan dengan menghina atau membandingkan agama orang lain. Pada
kenyataannya, mereka bukan hanya”non-kristiani”, tetapi sungguh-sungguh Muslim,
Hindu, Buddha, dan lain-lain10.
1.4. Cara Memecahkan Masalah
Melihat fenomena yang terjadi sekarang ini semua itu adalah masalah yang bukan sepele
melainkan lebih kepada perhatian penuh bagi seorang Guru PAK. Dalam menghadapi
permasalahan diatas figur utama adalah Yesus sang gembala baik, ajaran Yesus adalah
mendidik para murid pada kedewasaan emosional, yaitu kemapuan mengendalikan
perasaan,kemampuan untuk tetap mempertahankan kepala yang dingin11. Menghadapi
kemajuan zaman yang begitu pesat sudah sepantasnya disikapi dengan cara cerdas dan
bijaksana, kedewasaan dalam menentukan sesuatu yang akan digunakan. Konsep 5W
+ 1 H adalah pola pikir sederhana dalam menyipaki kemajuan teknologi yang begitu pesat
ini.
Kehidupan masyarakat yang sekuler hendaknya menjadi suatu permenungan mendalam
bagi seorang Guru PAK, apa yang akan ia ajarkan, apa yang akan ia wartakan. Iman Katolik
haruslah selalu dihidupi bukan malah semakin surut lalu hilang ditelan arus globalisasi.
Itulah pentingnya belajar semua hal agar tidak mudah dikalahkan oleh kerasnya kehidupan
modern. Posisi Tuhan dalam kehidupan manusia tidak sepantasnya dileyapkan atau
dihilangkan, justru dengan adanya Tuhan yang menjadi pengharapan membuat setiap orang
bisa menentukan apa yang baik untuk kehidupan dan apa yang akan merusak kehidupannya.
10
C. Putranto. 2019. Dihimpun untuk Diutus: Pengantar Singkat Eklesiologi. Jakarta:Kanisius. Hal., 206.
11
Op.Cit. Fransiskus Emanuel da Santo. Hal., 15.
Dialog antar agama adalah solusi terbaik menyikapi pluralitas agama yang ada di
indonesia, Yesus sebagai sang guru selalu mengajarkan cinta kasih. Sudah sepatutnya ajaran
ini selalu dihidupi oleh umat kristiani tak terkecuali Guru PAK dengan demikian harapan
untuk perdamaian bisa terwujud. Ketika semua agama bisa duduk berdampingan dalam
diskusi hangat, tanpa disertai kepala yang panas. Ajaran iman memang tetap harus
dipertahankan namun memaksakan ajaran iman itu agar bisa diterima oleh orang lain
bukanlah sikap yang mencerminkan Kasih Tuhan. Sebagai warga Gereja sudah sepatutnya
seorang Guru PAK bisa menerima kebenaran ajaran agama lain tetapi tidak pernah
meruntuhkan ajaran imannya sendri.

1.5. Manfaat

Memahami persoalan yang sedang terjadi dan menemukan cara mengatasinya adalah sikap
yang memang harus dimiliki seorang Guru PAK ditengah arus globaliasasi. Kepekaan dan sikap
kritis haruslah tetap dibangun, semua itu bertujuan agar warta keselamatan tetap bisa
dikumandangkan dengan pendekatan yang lebih masuk akal dan manusiawi. Dalam dokumen
Instrumentum Laboris disebutkan bahwa “Dunia, dengan segala keragamannya, ingin dibimbing
menuju nilai-nilai luhur umat manusia, kebenaran, kebaikan dan keindahan; sekarang lebih
daripada sebelumnya”12. Dari ungkapan tersebut bisa dipahami peran dari seorang pendidik
dalam membina dan membimbing para muridnya untuk bisa sampai kepada nilai suatu
kebenaran yang luhur bukan makan semakin membuat keruwetan masalah yang menjadi-jadi.
Untuk itulah pentinya seorang Guru PAK untuk selalu meningkatkan kapasitas dirinya terhadap
segala yang ada. Memanfaatkan kemajuan teknologi sebagai sarana pengembangan diri dan juga
mendukung karya pewartaan kepada warga Gereja maupun bukan warga Gereja.

1.6. Harapan
Semoga teladan pribadi Kristus menjadikan semangat utama dalam menghidupi panggilan
sebagai guru pendidikan agama katolik. Teladan Kristus menjadi spritualitas yang tak akan
pernah hilang ditelan waktu. Semangat mebaharui diri sebagaimana terungkap dalam motto
konsili vatikan II haruslah selalu ditanamkan dalam diri guru pendidikan agama katolik.

12
Dokpen KWI. 2014. Instrumentum Laboris. Terj Mendidik Masa Kini dan Masa Depan oleh FX Adisusanto dan
Bernadeta Harini Tri Prasasti pada Agustus 2015. Hal., 26.
Memang bukan hal yang mudah menyesuaikan diri ditengah kemajuan zaman yang begitu pesat,
namun kemajuan zaman bukanlah sesuatu yang tidak bisa ditaklukan. Sebagai seorang guru yang
selalu ingin belajar sudah sepantasnya untuk mampu berjuang menemukan hal-hal baru, asalkan
hal itu diperuntukan bagi kesejahteraaan bersama dalam dunia pendidikan maupu untuk
kemuliaan nama Tuhan.
Akhirnya harapan terindah adalah mewartakan kasih Kristus kepada semua mahluk ditengah
zaman yang semakin maju. Berdialog dengan sesama yang berbeda suku, bahasa, budaya, dan
Agama karena kita hidup dengan memperhatikan sisi kemanusiaan setiap orang, tidak peduli ia
memiliki agama maupun tidak. Rasa kemanusiaan adalah pemersatu ditengah perbedaan kita.
Namun juga perlu diperhatikan bahwa sebagai orang yang beriman kehidupan religius juga
tetaplah harus dilaksanakan terlibat dalam hidup menggereja adalah amanat umum bagi setiap
orang yang mengimani Kristus, perayaan liturgi tetaplah sebagai sumber dan puncak hidup
Kristiani. Tanpa ilmu pengetahuan hidup tidak akan pernah bisa mengalami kemajuan namun
ilmu pengetahuan tanpa adanaya Tuhan adalah kehancuran bagi diri sendiri.
Semoga permenungan ini bisa mengembalikan kita kepada sikap yang bijaksana dalam hidup
terlebih menyikapi zaman yang semakin berkembang pesat ini. Sebagai guru pendidikan agama
katolik,semua kemajuan ini bisa kita manfaatkan untuk semakin mewartakan Allah sang sumber
keselamatan, namun tetaplah hidup berdampingan dengan sesama dengan realita yang
terjadi.Jangan sampai kemajuan teknologi membuat sekat baru dalam kehidupan kita. Dalam
media sosial kita akrab namun di dunia nyata tak pernah bertegur sapa. Bukankah itu hanya
seperti hidup dalam dunia mimpi. Mari datang dan lihatlah sentuhlah kenyataan itu dengan
sapaan, senyuman, perbuatan amal kasih, dan persaudaraan. Dengan demikian kita bisa
menyongsong masa depan yang cerah namun tetap dalam pelukan hangat kenyataan.
Daftar Rujukan

Ananda, Rusydi. 2018. Profesi Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Medan: Lembaga
Peduli Pengembangan Pendidikan Indonesia (LPPPI).

Dokpen KWI. 2014. Instrumentum Laboris. Terj Mendidik Masa Kini dan Masa Depan
oleh FX Adisusanto dan Bernadeta Harini Tri Prasasti pada Agustus 2015.

Hardawiryana, R. 1993. Dokumen Konsili Vatikan II (ed Terj). Jakarta:Obor

Ismail. Shalahudin, Suhana dan Eri Hadiana. 2020. Kompetensi Guru Zaman Now dalam
Menghadapi Tantangan di Era Revolusi Industri 4.0. Islamic Religion Teaching & Learning
Journal. Vol 5 No 2.

Konferensi Waligereja Indonesia.2021. Datang dan Lihatlah: Pesan Bapa Suci Paus
Fransiskus Pada hari Komunikasi sosial Sedunia ke 55. 16 Mei 2021

Konferensi Waligereja Indonesia.1996. Iman Katolik. Jakarta:Obor

Putranto, C.. 2019. Dihimpun untuk Diutus: Pengantar Singkat Eklesiologi. Jakarta:Kanisius.

Subagya, dkk. 2010. Religiositas, Agama dan Budaya Nilai: Sebagai Mata Kuliah di
Perguruan Tinggi. Jakarta:Grasindo

Santo, Fransiskus Emanuel da. 2019. Guru Katolik: Antara Tugas dan Panggilan pada
Era Digital. Yogyakarta:Kanisius.

Viktorahadi, R.F.Bhanu. 2016. Warna-Warni Wajah Gereja: Gagasan Tentang Hidup


Menggereja. Yogyakarta:Kanisius.

Anda mungkin juga menyukai