Anda di halaman 1dari 5

SIAPA PENANGGUNG JAWAB

PENDIDIKAN KATOLIK?
Oleh: Zet Paerunan

Perubahan zaman dalam berbagai aspek kehidupan membuat kemajuan dan juga
kemerosotan. Perubahan situasi hidup terkadang membawa perubahan besar. Perubahan ini juga
terjadi dalam dunia pendidikan Katolik. Keadaan sekarang berubah banyak, bahkan berubah
total. Banyak sekali keluhan yang terdengar dari kalangan umat Katolik, bahwa pendidikan
Katolik tidaklah seperti dulu. Pada generasi sebelumnya, hampir semua pendidikan Katolik
terkenal baik mutunya dan banyak diminati1. Sekarang ini, kualitas pendidikan Katolik semakin
merosot. Melihat kemerosotan itu, The Sacred Congregation for Catholic Education
mengeluarkan dokumen yang berjudul the Catholic School. Masalah kemerosotan mutu
pendidikan Katolik harus mendapat perhatian khusus dari berbagai pihak. Pihak-pihak yang
bertanggung jawab adalah orang tua, guru, anak muda, sekolah, dan masyarakat (CS 21). Bukan
hanya itu, Konsili Vatikan II juga menambahkan bahwa pendidikan Katolik juga menjadi
tanggung jawab dari Gereja sendiri (GE 3). Dengan demikian, pihak-pihak yang bertanggung
jawab terhadap pendidikan Katolik adalah orang tua, guru, sekolah, orang muda, masyarakat,
dan Gereja.

1. Keluarga (orang tua)

Ada banyak anak-anak yang menganggap rumah sebagai tempat makan dan tidur saja.
Kedua orang tua mereka hanya sibuk dengan urusan mereka masing-masing, sehingga tidak ada
waktu yang cukup untuk berkomunikasi dengan anak. Jika berkomunikasi tentang hal-hal yang
sehari- hari saja sudah kurang, apalagi pembicaraan tentang Tuhan dan iman Katolik. Padahal
dalam dokumen the Catholic School artikel 51 mengatakan bahwa tempat yang paling tepat
untuk berkatekese adalah keluarga. Konsili Vatikan II (1962-1965) juga menegaskan bahwa
orang tua adalah pendidik yang pertama dan utama (GE 3). Orang tua harus menyediakan waktu
bagi anak-anak untuk membentuk mereka menjadi pribadi-pribadi yang baik. Maksudnya adalah
orang tua bertanggung jawab untuk mendidik anaknya dengan penuh perhatian dan mereka harus

1Katolitas.org dalam artikel yang berjudul “Mungkinkah Menerapkan Prinsip Pendidikan Katolik?” (Kamis, 22 November
2018)

1
memberikan perhatian walaupun kecil. Misalnya orang tua bertanya kepada anak-anak mengenai
kegiatan-kegiatannya di sekolah. Jika orang tua kurang memperhatikan anaknya, maka anak
mencari kesenangannya sendiri dan mencari pemenuhan kebutuhan mereka untuk diperhatikan
dan dikasihi. Sebagian besar mereka dapatkan dari permainan game di komputer, chatting di
media sosial, nonton TV atau jalan-jalan. Bahkan, yang lebih parah anak-anak terjerumus dalam
pergaulan yang salah dan pada akhirnya terlibat dengan masalah narkoba. Maka dari itu, peran
orang tua dalam mendidik dan memberi perhatian sangatlah penting.

2. Guru

Seorang pendidik atau guru juga memiliki tanggung jawab yang besar terhadap
pendidikan Katolik. Dalam dokumen the Catholic School artikel 40, guru berada dalam posisi
yang sangat baik untuk membimbing muridnya. Seorang guru yang baik tidak memusatkan
perhatiannya hanya pada anak-anak yang pandai, tetapi juga kepada anak-anak yang kurang
pandai dan memiliki masalah di sekolah. Anak sering mendapat masalah karena mereka kurang
mendapat perhatian dan kasih dari keluarganya atau status mereka yang rendah (GE 8). Peran
para guru sangatlah besar untuk mendukung mereka yang lemah ini. Bahkan guru juga berperan
untuk mengubah sikap anak-anak, agar mereka kembali mempunyai rasa percaya diri,
mempunyai semangat belajar, dan bersikap positif menghadapi kehidupan2. Berkat bantuan dari
gurunya, anak-anak dapat mengejar ketinggalannya dan meraih prestasi, dan mereka tidak akan
melupakan pengorbanan gurunya. Demikian juga, sang guru pasti merasa bangga karena
muridnya telah menjadi orang yang sukses.

3. Sekolah
Sekolah Katolik merupakan tempat istimewa bagi siswa untuk mendapatkan pengetahuan
dan pelatihan untuk menghasilkan sesuatu. Bukan hanya di bidang pengetahuan umum saja
tetapi juga bidang keagamaan. Pengetahuan agama penting untuk membentuk siswa menjadi
manusia yang beriman, taqwa kepada Tuhan Yang maha Esa dan berakhlak mulia. Dengan
begitu, mereka dapat menjalani kehidupan baru dalam Kristus. Kehidupan yang sejalan dengan
ajaran-ajaran dari Yesus. Oleh karena itu Sekolah Katolik harus didasarkan pada nilai-nilai Injili
(CS 36). Maksudnya adalah Yesus Kristus menjadi pondasi dari kegiatan pendidikan di sekolah

2
Katolitas.org dalam artikel yang berjudul “Mungkinkah Menerapkan Prinsip Pendidikan Katolik?” (Minggu, 25 November
2018)

2
Katolik. Pondasi itu membantu semua pihak yang terlibat dalam kegiatan di sekolah untuk
mengarahkan diri mereka kepada Kristus, sesuai ajaran Injil. Konsili vatikan II (1962-1965)
mengatakan bahwa ciri khas dari sekolah Katolik adalah menciptakan lingkungan hidup bersama
di sekolah. Lingkungan yang dijiwai oleh semangat Injil, kebebasan dan cinta kasih, dan
membantu kaum muda, supaya mereka mengembangkan kepribadian mereka (GE 8). Banyak
orang menyangka bahwa ciri khas sekolah Katolik terletak pada kualitas ajaran religiusnya yakni
pelajaran agama dan aktivitas pastoral. Padahal Sekolah Katolik disebut Katolik, karena sekolah
tidak hanya menekankan pada intelektual, tetapi juga pendidikan moral untuk masa depan para
murid.
4. Orang Muda

Orang muda adalah harapan Gereja dan bangsa. Itu jelas dalam Konsili Vatikan II (1962-
1965), orang muda adalah harapan dan masa depan Gereja dan masyarakat (GE 2). Konsili
Vatikan II melihat bahwa kaum muda sebagai harapan dan masa depan Gereja memiliki peran
yang sangat penting dalam perkembangan masa depan Gereja. Orang muda adalah bagian yang
sangat penting dalam perkembangan kehidupan menggereja. Bukan hanya itu, mereka juga
bagian yang sangat dari masa depan pendidikan Katolik. Maka dari itu, Kaum muda seharusnya
belajar dengan serius agar kepercayaan Gereja terhadap mereka tidak disia-siakan.

5. Masyarakat

Perlu diingat bahwa orang tidak boleh mengabaikan peran masyarakat dalam pendidikan.
Hal itu termuat dalam dokumen the Catholic School artikel 48, orang tidak boleh mengabaikan
banyak bidang kegiatan lain dalam masyarakat yang memiliki pengaruh terhadap pendidikan.
Alasannya karena, dalam masyarakat anak-anak mempraktikkan nilai-nilai moral yang telah
mereka dapatkan di sekolah. Anak-anak perlu belajar untuk mengekspresikan kepribadian
mereka tanpa rasa takut untuk dihukum. Dengan begitu, orang-orang dapat mengetahui bahwa
sekolah berhasil atau gagal mendidik muridnya. Konsili Vatikan II juga mengatakan bahwa tugas
menyelenggarakan pendidikan, pertama-tama menjadi tanggung jawab keluarga, memerlukan
bantuan seluruh masyarakat (GE 3). Oleh sebab itu, disamping kewajiban-kewajiban orang tua,
guru, dan sekolah, masyarakatpun mempunyai peranan dalam pendidikan.

3
6. Gereja

Gereja bukan hanya tempat berkumpulnya umat, melainkan pusat pendidikan bagi
seluruh warga gereja. Dalam konteks ini, Gereja harus memberikan layanan pendidikan atau
pembinaan bagi warga gereja. Gravissimum Educationis artikel 8 mengatakan bahwa Kehadiran
Gereja di dunia persekolahan secara khas nampak melalui sekolah Katolik. Ciri khas Gereja ialah
menciptakan lingkungan hidup bersama di sekolah yang dijiwai oleh semangat Injil dan cinta
kasih. Lingkungan seperti itu dapat membantu kaum muda dalam mengembangkan diri. Dengan
demikian Gereja bertanggung jawab terhadap pendidikan Katolik.

Pihak-pihak yang bertanggung jawab terhadap pendidikan Katolik memiliki peran


masing masing. Akan tetapi, setiap pihak tidak dapat menjalankan tugasnya tanpa bantuan dari
pihak-pihak lain. Kerja sama sebagai tim diperlukan. Mereka yang bertanggung jawab harus
bekerjasama secara aktif dengan sekolah yang berarti mendukung upaya pendidikan sekolah
dengan melibatkan orang tua. Peran yang sama pentingnya bagi para guru dalam menjaga dan
mengembangkan ciri khas pendidikan Katolik yaitu sesuai dengan ajaran Yesus. Bukan hanya
itu, melalui masyarakat orang muda atau siswa mampu mempraktekkan nilai nilai luhur yang
diajarkan di sekolah. Oleh karena itu, pihak-pihak yang bertanggung jawab terhadap pendidikan
Katolik harus bekerja sama, meskipun mereka memiliki peran yang berdeda-beda.

4
Daftar Pustaka

1. The Sacred Congregation for Catholic Education.1977.The Catholic School.dokumen

2. Consili Vatikan II. 1962-1965. Gravisium Educationis. Dokumen

3. Katolitas organisasi. Apakah Sekolah Katolik Sungguh Katolik?. Dikutip dari


http://www.katolisitas.org/apakah-sekolah-katolik-sungguh-katolik/

Anda mungkin juga menyukai