Anda di halaman 1dari 9

Sabtu, 06 Desember 2014

[Makalah] Bentuk-bentuk Pendidikan Agama kristen ( PAK )

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Pusat pendidikan PAK ada tiga, yaitu : Keluarga, masyarakat (jemaat), dan sekolah. Konteks PAK kita
adalah kehidupan atau masyarakat yang majemuk, di era teknologi dan informasi yang begitu pesat
dengan dampak positif dan negatifnya, perkembangan ilmu pengetahuan yang membawa perubahan
pandangan termasuk norma dan nilai. Dunia kita mengalami proses liberalisasi dan demokratisasi, tetapi
juga sekaligus fundamentalisme oleh kaum resisten. Profesi dipilah dengan

spesialisasi namun tetapi tetap bersinergis. Dalam dunia teologi dan agama juga terjadi pergeseran
karena penemuan baru dibidang arkeologi khususnya ditanah Palestina dan sekitarnya, serta kesadaran
baru untuk bersikap kritis terhadap dogma dan mencari kebenaran kepada teks Alkitab kembali.

I.2 Rumusan Masalah

1. Sebut dan Jelaskan bentuk-bentuk Pendidikan Agama Kristen ?

2. Adakah Bentuk-bentuk nyata PAK dalam kehidupan kita ?

I.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini, untuk memenuhi tugas dari Ibu Dosen untuk menjadi tugas Semester. Dan
mengembangkan materi yang sudah pernah dibahas oleh kelompok.
BAB II
PEMBAHASAN

II.1 Bentuk-bentuk Pendidikan Agama Kristen (PAK)

Suatu bidang ilmu pastilah memiliki bentuk-bentuk dalam penyelenggaraannya. Dalam Pendidikan
Agama Kristen sendiri ada beberapa metode yang kita pakai seperti Metode melalui jalur Keluarga,
kepada Anak-anak, PAK di sekolah.

Dalam PAK ada beberapa bentuk, diantaranya :

II.1.1 PAK dalam Keluarga

Keluarga adalah komunitas cinta yang sangat alami dan intim. Melalui keluarga peserta didik
membangun sikap dan karakter yang mendorong untuk ikut menjaga dan memelihara keluarga[1]. Dan
juga, Gereja mengajar melalui partisipasi keluarga-keluarga dalam persekutuan yang beribadah. Kini
keluarga semakin mendapat perhatian dalam gereja, dan banyak penelitian telah diterbitkan dalam
banyak buku tentang pokok tersebut. Di dalam hubungan antara keluarga dan gereja terdapat tindakan
ganda: tindakan kesaksian keluarga melalui ibadah bersama, dan tindakan Roh Kudus dalam kehidupan
keluarga yang menucul dari ibadah tersebut. “Horace Bushnell” berpendapat bahwa, suatu kesatuan
organis antara kehidupan keluarga di gereja dan keluarga-keluarga yang terikat dalam perjanjian di
Israel[2].

Keluarga adalah pusat pendidikan yang pertama dan utama, dengan orang tua sebagai pendidik. Lama
sebelum ada pendidikan formal sekolah, keluarga sudah ada. Tanggung jawab orang tua sebagai
pendidik, khususnya dalam hal iman atau agama tercatat dalam Perjanjian Lama (Ulangan 6), namun
tanggung jawab ini umumnya diahlihkan kepada guru agama di sekolah maupun jemaat. hal ini
disebabkan karena orang berpikir bahwa pendidikan adalah yang dilaksanakan secara formal saja, yakni
yang dilakukan menggunakan bentuk skolastik, dengan kurikulum dan guru yang khusus. Hanya sedikit
yang berpikir bahwa pendidikan dapat dilaksanakan tanpa kelas maupun kurikulum[3].

Keluarga Kristen adalah pemberian Tuhan yang tak ternilai harganya keluarga Kristenlah yang memang
peranan yang terpenting dalam PAK, bahkan lebih penting pula dari segala jalan lain yang dipakai gereja
untuk pendidikan itu. Baik anak-anak, maupun orang tuanya memperoleh berkat rohani besar di dalam
keluarga yang dipimpin oleh Roh Tuhan. apabila keluarga itu disucikan dan dikuasai oleh Yesus Kristus
sendiri, niscaya keluarga itu menjadi taat yang kuat dalam tangan Tuhan untuk memperkembangkan dan
mematangkan pribadi Kristen yang luhur. Dengan demikian keluarga Kristen merupakan suatu
persekutuan antara anak-anak dengan ayah dan ibunya (dengan kakek dan neneknya pula), yang
sanggung menciptakan suasana Kristen sejati di dalam lingkungan mereka sendiri.

Keluarga mempunyai tempat yang mutlak dalam sejarah suci. Di Alkitab kita menyaksikan pentingnya
keluarga yang dipakai oleh Tuhan sebagai saluran dan jalan keselamatan yang dirancangkan Tuhan bagi
umat manusia[4].
Dalam perjanjian lama kita dapat melihat keluarga yang dapat kita mengambil contoh dari keluarga-
keluarga para Patriakh (bapa-bapa leluhur). Seperti Abraham, Ishak, dan Yakub. Keluarga-keluarga ini
besar pengaruhnya terhadap hidup segala keturunan dan anggota keluarganya[5].

Pendidikan agama dalam keluarga merupakan dasar bagi seluruh pendidikan lainnya dalam masyarakan
ujmat Tuhan pada zaman Perjanijan Lama. Demikianlah rumah tangga Kristen dapat merupakan
bayangan dari gereja, bahkan dari kerajaan Allah.

Akan tetapi, sepanjang sejarah umat manusia, keluarga selalu menghadapi suatu perjuangan untuk
memperhatankan diri di hadapan pelbagai kuasa yang mengamcam keutuhannya. Sering keljuarga
diibartkan dengan suatu negara kecil yang tertangkap dalam pertempuran kuasa-kuasa yang hebat;
kawan-kawannya sedikit saja, lawan-lawannya terlalu banyak. Adakalanya gereja sendiri menjadi seteru
bagi keluarga, yakni bilamana gereja hanya memakai tenaga keluarga untuk membangun dirinya
sendiri[6]

II.1.2 PAK di Gereja

Di lingkungan Gereja memang sudah tersedia pedoman katekisasi namun belum terlaksana dengan baik.
Selain perlu dievaluasi perlu dirumuskan warna teologi gereja khususnya GMIM yang dituangkan dalam
pengakuan iman GMIM yang adalah sumber ketekisasi gereja. Teologi GMIM mengacu kepada teologi
Calvin, namun di jemaat kita dapat melihat adanya warna pentakosta baru atau karismatik, tetapi juga
fundamentalisme dan bahkan Roma katolik[7].

Dalam gereja ada beberapa bentuk pengajaran PAK, salah satunya yang paling menonjol adalah
Katekisasi Sidi.

Katekisasi Sidi adalah salah satu bentuk dari beberapa katekisasi yang ada. Namun pada zaman ini ada
bahaya-bahaya katekisasi sidi yang belakangan ini sering muncul dalam kehidupan jemaat diantaranyan :

a. Ketekisasi hanya dituruti para jemaat oleh sebab adat gereja menuntutnya.

b. peneguhan sidi itu sendiri saja yang menjadi tujuan dan pegangan seterusnya bagi calon-calon
anggota Sidi jemaat.

c. pelajaran yang diberikan di katekisasi dianggap sudah cukup untuk seleruh hidup kemudian.

d. katekisasi gampang cendurung pada suasana sekolah. Para pelajarnya memang datang untuk belajar
tetapi jangan hendaknya pengajaran itu bersifat intelektualistis atau dengan kata lain terlalu menitik
beratkan pengetahuan otak[8].

Dalam katekisasi hendaknya pendeta dengan para calon Sidi jemaat bersifat ramah tamah bagaikan
seorang bapa yang bercakap-cakap dengan anaknya, hubungan mereka harus mesra dan secara
perseorangan. Jangan kita merasakan puas mengajar di depan kelask atekisasi saja, melainkan
seharusnya kita mencari atau mengadakan kesempatan untuk bicara secara pribadi dengan masing-
masing calon sendiri, karena mereka tidak boleh diterima secara otomatis saja menjadi anggota penuh
dalam gereja, biarpun mereka sudah mengikuti pelajaran katekisasi dengan setia.
II.1.3 PAK di Sekolah

PAK di sekolah adalah salah satu bentuk pendidikan agama Kristen di samping katekisasi sidi, sekolah
Minggu, dan PWG (pembinaan warga gereja), sehingga seharnya juga merupakan tanggung jawab
gereja. Di Indonesia pendidikan agama dilihat sebagai bagian integral yang hakiki bagi pembangunan
bangsa dan pencapaian tujuan pendidikan nasional. Akihbatnya gereja-gereja sering tidak
memperdulikan penyelenggaraan PAK di sekolah-sekolah, terutama di sekolah negeri atau swasta yang
non-Kristen, karena menganggap itu merupakan wewenang serta tanggung jawab sekolah atau
pemerintah, bukan Gereja.

Banyak gereja yang belum memahami hakikat PAK di sekolah atau menyadari tanggung jawabnya atas
PAK di sekolah. Hal ini tampak dalam strategi pelayannya, khususnya di bidang pendidikan atau
pembinaan iman jemaat, yang umumnya belum mencantumkan PAK di sekolah dalam rencana
program[9].

Dalam PAK di sekolah negeri mempunyai faedah dan bahayanya seperti :

a. Dengan jalan ini gereja dapat menyampaikan Injil kepada banyak anak-anak dan pemuda-
pemuda yang sukar dikumpulkan dalam PAK gereja sendiri, seperti dalam sekolah minggu atau
katekisasi.

b. Anak-anak yang menerima PAK di sekolah, akan merasa bahwa pendidikan umum dan agama
itu bukan dua hal yang tak ada hubungannya, melainkan sebaliknya harus berjalan bersama-sama.

c. Jikalau gereja tak mampu membiayai pekerjaan sekolah minggu dan sekolah Kristen secara
besar-besaran, maka PAK di sekolah negeri itu banyak menolong gereja yang lemah secara keuangan.

d. Dan akhirnya ada faedahnya bahwa dengan termasuknya pengajaran agama dalam rencana
pelajaran umum, maka agama itu dengan sendirinya mulai merupakan suatu bagian mutlak dari
kebudayaan segenap rakyat.

Akan tetapi di pihak lain jangan kita menutup mata bagi bahaya-bahaya yang terkandung dalam PAK di
sekolah negeri, seperti :

a. Ada kalanya pengajaran agama itu dijadikan sebagian yang resmi dari seluruh rencana pelajaran
di sekolah.

b. Apabila PAK itu diberikan dalam suasana sekolah umum besarlah bahanya pokok-pokok agama
itu diajarkan sama seperti pokok-pokok lain yang direncakan sekolah itu.

c. Oleh sebab itu sebaiknya kita waspada jangan sampai kita menurunkan derajat dan mengubah
wujud PAK.

e. boleh jadi murid-murid berpendapat bahwa PAK yang telah diterimanya di sekolah sudah
cukup, sehingga kurang perlu mereka mengikuti pengajaran agama yang diselenggarakan gereja[10].

II.1.4 PAK kepada Anak-anak


Anak-anak yang dibaptiskan termasuk golongan manusia lain daripada anak-anak bukan Kristen,
akerna mereka selalu dikelilingi oleh pagar jemaat dan rumahtangga Kriste, hidupnya bercorak lain dari
hidup orang yang belum tergolong pada umat Tuhan[11]

Dalam PAK bagi anak-anak kita dapat menggunakan beberapa cara untuk mengajar :

II.1.4.1 Baptisan

Baptisanlah yang meletakkan dasar bagi segala pimpinan dan pengajaran selanjutnya dalam kehidupan
seorang anak. Sebab itu baiklah orangtua menerima baptisan kudus itu sebagai suatyu bagian dari berita
Injil,, yang menyampaikan dan menyugguhkan rakhmat Allah dalam Yesus Kristus kepada anak mereka
ang lemah dan berdosa itu. Di

Di samping itu baptisan Kristen meltekkan tanggungjawab dan tugas yang penting pada orangtua.
Mereka harus menyahut beberapa soal yang didapkan kepada mereka, antara lain mengenai kewajiab
mereka untuk mendidik anaknya sendiri sebagai anak Tuhan pula. Mereka harus mendidik anak mereka
dalam “takut akan Tuhan” kata takut disini berarti rasa sega, hotmati, penakluklan diri kepada Firman
Tuhan

II.1.4.2 Rumah-tangga Kristen

Rumah tanggalah yang merupakan dasar masyarakat. Sebab itu rumahtangga Kristen sangat besar
artinya. Di antara kaum lainnya. Perhubungan suami dan isteri adalah perhubungan yang paling rapat
antara dua manusia. Dan jikalau suami isteri Kristen yang telah menjadi sedarah itu dianugerahi anak,
mereka merupakan segitiga yang suci.

Mula-mula bayi kecil hanya mengenal ayah dan ibunya, yang menyelengaran segala
keperluaannya. Juga pada umur yang amat muda itu si anak sudah banyak menerima kesan-kesan yang
besar pengaruhnya bagi seluruh hidupnyua kemudian. Rumah-tanggalah yang dapagt menanamklan
dalam abtin anak-anak muda pengertian akan dua hal yang merupakan inti sari pengajaran agama
Kristen. Yakni apakah Taurat dan anugerah.

Anak-anak belajar supaya jangan berdusata dan jangan bersikap munafik. Mereka disuruh
menjujung dan mempraktikkan peraturan ketertiban rumah tanggak mereka, dan kalau mereka
melanggarnya patat dihukum. Tetapi serentak dengan itu ayah dan ibu mengajar anak-anaknya pakah
anugerah itu. Betapa indahnya apabila seorang anak kecil memohon dan menerima kemampuan.

II.1.4.3 Gerej sendiri

Baiklah gereja untuk memberikan tempat kepada anak-anak dalam segala usaha dalam gereja. Memang
sudah ada sekola minggu, tetapi di samping sekolah Minggu sebaiknyalah anak-anak juga mendapat
perhatian dan pendidika nayng lebih luas lagi. Pendeta seyogianaya tahu nama-nama anak yang ada di
jemaatnya. Anak-anak kecil masih terlalu muda untuk selalu masuk kebaktian orang dewasam tetapi
mereka boleh mengambil bagian dalam kebaktian anak-anak; mereka harus turut merakan pesata besar
dair jemaat, sepert pada hati Natal ataupun Paskah.

II.1.5 PAK kepada Kaum Pemuda


Kaum pemuda merupakan suatu masalah yang sukar dan penting bagi Greja Kristen dewasa ini. Kaum
pemuda di Indonesia tentu saja menyerupai pemuda di seluruh dunia. Di mana-mana kaum pemuda
bergerak dan bertindak. Mereka suka berbaris dan beraksi. Mereka menggemari perarakan dan upacara.
Mereka ingin berorganisasi serta mengikuti pemimpin-pemimpin yang dikagumi.

Kaum pemuda bersifat dinamis, dan mau berjuang untuk mewudkan cita-citanya. Nmereka
hendak membarui masyrakat dan ingin memberantas segala sesuatu yang jelek, yang jahat, yang
merintangi perkembangan dunia ini ke arah keadilan dan kemakmuran. Janganlah hendaknya gereja
mengabaikan tugasnya terhadap golongan ini, melainkan sebalkiknya hendaknya gereja banyak
mencurhakan perhatian dan pekerjaan kepada orang muda, supaya jangan sebentar mwereka
membelakangi gereja.

Pentingnya umur pemuda tentu saja pertama mengenai diri mereka sendiri. Mereka telah tiba
pada masa peralihan dalam hodupnya yang besar akibatnya. Mereka sudah bukan anak lagi, dan beluim
juga masuk ke usia kedewasaan. Umur antara ini menyatakan diri dengan rupa-rupa perubahan, baik
dalam tubuh maupun jiwa di pemuda itu.

Banyaknya terjadi permasalahan dalam PAK kepada kaum muda. Seperti hubungan Pemuda
dengan orang tuanya,para pemuda antara lain bergunul dengan soal-soal dan kesangsian mengenai
agama. Jikalau pemuda rupa-rupanya tak suka lagi mengaku kuasa orangtuanya atas hidupnya. Kitya
semua memang sudah mahluim bahwa soal hidup kelaliman merupakan masa dan perjuangan yang
sangat besar pengaruhnya dalam kehidupan kaum pemud

BAB III
PENUTUP

III.1 Kesimpulan

Pendidikan Agama Kristen jelas mempunyai ragam bentuk yang ada, baik lingkungan keluarga, gereja,
maupun sekolah. Bentuk PAK pada umumnya adalah sangat penting, mempunyai saling keterkaitan baik
keluarga gereja, maupun sekolah. Penggunaan bentuk-bentuk PAK harus diseimbangkan. Dalam bentuk
PAK di dalam keluarga memiliki peranan yang penting bagi seseorang karena lingkungan keluargalah
yang pertama mengajarkan tentang PAK itu sendiri. Tetapi gereja juga merupakan salah satu bentuk PAK
yang penting bukan hanya sekedar mengikuti pengajaran gereja tetapi penerapannya harus terealisasi
dalam kehidupan seseorang, begitupun dalam lingkungan sekolah PAK memiliki peranan yang cukup
penting. Tetapi dalam lingkungan sekolah PAK memiliki beberapa bahaya dan faedah yang ada.

Implikasinya bagi kita sekarang ini, kita harus mampu menyelaraskan setiap bentuk PAK yang ada dalam
kehidupan kita.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Homrighausen E.G & Enklaar I.H, 1984., Pendidikan Agama Kristen,

BPK Gunung Mulia,

Ismail, Andar, Pdt., Dr. 2004, Ajarlah mereka melakukan, BPK

gunung Mulia,.

Catatan Pribadi dari : JEDIDAH T.POSUMAH-SANTOSA S.T.M

Tim Kerja BPk & Pokja PGI, 2009 , Pak siswa 3 ktsp-revisi (Allah memelihara

CiptaanNya),BPK Gunung Mulia.

Iris V. Cully,2009, Dinamika Pendidikan agama kristen, BPK Gunung Mulia.


[1] Tim Kerja BPk & Pokja PGI, Pak siswa 3 ktsp-revisi (Allah memelihara CiptaanNya),BPK Gunung Mulia,
2009, hal 76

[2] Iris V. Cully, Dinamika Pendidikan agama kristen, BPK Gunung Mulia, 2009, hal

[3] Cat : JEDIDA T. POSUMAH-SANTOSSA S.T.M

[4] Dr E. G. Homrighausen & Dr I.H. Enklaar, Pendidikan Agama Kristen, 1984, hal 144-145

[5] Dr E. G. Homrighausen & Dr I.H. Enklaar, Pendidikan Agama Kristen, 1984, hal 129

[6] Dr E. G. Homrighausen & Dr I.H. Enklaar, Pendidikan Agama Kristen, 1984, hal 132

[7] Cat : JEDIDAH T. POSUMAH-SANTOSA S.T.M.

[8] Dr E. G. Homrighausen & Dr I.H. Enklaar, Pendidikan Agama Kristen, 1984, hal 126-128

[9] Ajarlah mereka melakukan : kumpulan karangan seputar pendidikan agama kristen, JEDIDAH
T.POSUMAH-SANTOSA, hal 152

[10] Dr E. G. Homrighausen & Dr I.H. Enklaar, Pendidikan Agama Kristen, 1984, hal 168-169

[11] Ibid, hal 120

Unknown di 19.33

Berbagi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beranda

Lihat versi web

Mengenai Saya

Unknown

Lihat profil lengkapku


Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai