Anda di halaman 1dari 19

Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 1 No.

2 2017 │132

TANTANGAN PELAYANAN DALAM TUGAS MENGAJAR PAK: KAJIAN TEOLOGIS,


PEDAGOGIS IMPLEMENTASI PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN SEBAGAI
INTEGRASI IMAN DAN ILMU

Dirk Roy Kolibu


Universitas Kristen Indonesia
Program Studi Magister Pendidikan Agama Kristen
dirkkolibu@gmail.com

Abstrak:

Tugas mengajar PAK merupakan representatif ilmu pengetahuan harus disandingkan


dengan pelayanan sebagai representatif iman pendidik agar tetap mempertahankan kualitas
pengajaran bedasarkan Alkitab tanpa direduksi oleh kekuatan paham dunia yang bersifat
filosofis seperti rasionalisme, humanisme serta sekularisme yang membonceng lewat arus
globalisasi dunia kerja. Untuk itu pendidik Kristen sudah saatnya mengantisipasi tantangan
kedepan dengan meningkatkan kompetensi dan integritasnya sebagai pendidik Kristen.
Makalah ini memberikan gambaran tentang pelayanan pendidikan sebagai tugas
mengajar PAK dalam mengantisipasi tantangan globalisasi dunia pada umumnya dan MEA
pada skup Asia terhadap pendidikan Kristen. Oleh karena itu dalam makalah ini perlunya
memahami konteks pelayanan dalam tugas mengajar sebagai suatu integrasi iman dan ilmu
dalam menghadapi berbagai tantangan internal dan eksternal, sebagai implementasi PAK di
sekolah maupun perguruan tinggi. Untuk itu diperlukan pemahaman teologis dan pedagogis
sebagai upaya memfilter berbagai paham dan godaan yang akan datang.
Makalah ini berbicara mengenai prinsip-prinsip pelayanan dalam tugas mengajar
PAK, prinsip mengajar sebagai panggilan Tuhan untuk mendidik, serta makna tugas mengajar
PAK dalam memaknai iman dan ilmu sebagai kesatuan melakukan trobosan dalam dunia
PAK.

Kata Kunci: Pelayanan, Mengajar, Pendidikan Agama Kristen, integrasi Iman dan Ilmu.
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 1 No. 2 2017 │133

Pendahuluan melahirkan penemuan-penemuan signifikan


bagi kesejahteraan masyarakat luas.2
Derasnya arus globalisasi dunia saat Apa yang dijelaskan diatas merupa-kan
ini mengakibatkan berbagai perubahan dalam hal yang sangat kompleks dan menjadi
tatanan kehidupan sosial. Pengaruh kuat perhatian bagi lembaga pendidikan untuk
akibat pesatnya perkembangan revolusi mengadakan kajian bahwa ada kesenjangan
teknologi informasi dan komunikasi, meng- yang nyata dalam konteks pendidikan
akibatkan masyarakat dunia masuk dalam khususnya di wilayah pendidikan Kristen.
persaingan terbuka dalam berbagai bidang, Salah satu bahaya yang menjadi acuan
khususnya bidang pendidikan. Salah satu ciri lembaga pendidikan Kristen adalah,
tersebut adalah hubungan tanpa batas antar “ketidaksiapan” dalam memasuki atau men-
masyarakat dunia yaitu revolusi teknologi. jadi bagian Masyarakat Ekonomi ASEAN
Pendidikan secara umum terkait erat dengan yang disebut MEA, (Association of Southeast
perubahan zaman. Asian Nations), atau juga AEC (Asean
Pada era globalisasi abad ke-21 dan Economic Community),3 bahkan di-tingkat
seterusnya, sebagaimana yang pernah di- globalisasi4 dunia. Ketidaksiapan yang
kemukakan oleh Prof. Dr. H.A.R Tilaar dimaksud adalah sumberdaya yang kurang
dalam mengantisipasi ketertinggalan pen- memadai akibat beragam problematika pen-
didikan mengatakan bahwa: Perencanaan didikan di perguruan tinggi yang melahirkan
pendidikan dan pelatihan yang dibutuhkan sumberdaya manusia “seadanya” atau “asal
dunia masa depan, dunia abad 21 sebagai lahir” dan tidak me-mentingkan kualitas
abad informasi dan kemajuan ilmu yang diminati pasar dunia. Sutrisno dan
pengetahuan serta teknologi, telah dan akan Suyadi dalam pe-nelitiannya mengenai
mengubah gaya hidup masyarakat Indonesia Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia
yang sedang menapak kearah masyarakat (KKNI) mengatakan, jumlah doktor di
industri. Transformasi masyarakat masa Indonesia hanya 98 orang per satu juta
depan menuntut suatu visi pendidikan dan penduduk kalah dengan Jepang yang sudah
pelatihan yang jelas, yang mengakomodasi
dinamika transformasi sosial-ekonomi 2
H. A. R. Tilaar. Paradigma Baru Pendidikan
masyarakat yang akan terjadi.1 Nasional. (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm 52.
3
Sembilan belas tahun kemudian tulisan Yang dimaksud adalah ketika Indonesia menjadi
Tilaar perlu dicermati kembali oleh karena bagian dari MEA maka ada dampak yang
tantangan globalisasi memasuki milennium ditimbulkan yaitu, tidak hanya terjadi pada aliran
ketiga semangkin intensif terbukti. bebas barang diantara negara-negara ASEAN
tetapi terjadi arus bebas jasa, arus bebas
Kecendrungan-kecendrungan tersebut di-
investasi, arus bebas tenaga kerja terampil, dan
perlukan suatu bentuk pendidikan baru untuk arus bebas modal. Wellem Sairmona. Shanan,
dapat memberikan jawaban yang tepat ter- Jurnal Pendidikan Agama Kristen (Jakarta:
hadap lahirnya budaya global. Maksudnya, Program Studi Magister PAK: Universitas
bangsa Indonesia ditengah-tengah peradaban Kristen Indonesia. Volume 1 No.1, 2017), hal. 82
4
Asia perlu memiliki sikap inovatif yang Globalisasi adalah era tanpa batas yang ditandai
ditenggarai sebagai kelemahan pendidikan di dengan perubahan struktur sosial dimasyarakat.
Asia khususnya di Indonesia yang masih Perubahan tersebut terlihat dari tingginya
mementingkan hafalan, mengisi ujianatau keterkaitan antara masyarakat dan elemen-elemen
multiple choice, menghafal rumus-rumus yang terjadi akibat trankulturasi melalui
perkembangan teknologi dan komunikasi yang
tanpa inovatif dan produktif sehingga tidak
begitu cepat. Arus globalisasi juga dimaknai
sebagai gerakan mendunia yang mempengaruhi
pembentukan sistem dan nilai-nilai kehidupan
yang mau tidak mau itu harus dihadapi.
1
H. A. R. Tilaar. Beberapa agenda reformasi https://www.kompasiana.com/tantangan-
pendidikan nasional dalam perspektif abad 21. pendidikan-di-era-globalisasi. (diunduh hari senin
(Magelang: Tera Indonesia, 1998), hlm 114. 28 November 2017, Pkl 9.41 wib).
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 1 No. 2 2017 │134

memiliki 6.438 doktor per satu juta penduduk dari semua paham filosofis humanistik
dengan dana riset yang mencapai 3,3% dari sekuler pada satu sisi, dan pada sisi lain
dana PDB, sedangkan Indonesia hanya mendidik orang Kristen dengan kebenaran
0,07% dari pendapatan Bruto (PDB).5 mutlak yang hanya terdapat di dalam Alkitab.
Dengan demikian logika globalisasi untuk Tantangan yang lebih luas datangnya dari
memeringkat pendidikan tinggi tidak bisa kalangan masyarakat masa kini yang semakin
dihindari, hal ini juga terlihat dengan me- lama semakin sekuler dalam sistem nilai dan
ngenakan biaya kepada mahasiswa sebesar kehidupannya.8 Khoe Yao Tung memberikan
$80.000 atau (1,2 miliar) di Havard sinyal waspada oleh karena kurikulum agama
University Amerika dibanding pendidikan di sekolah-sekolah Kristen semangkin di
tinggi Indonesia yang hanya mengenakan reduksi untuk menjadi pembelajaran
biaya 12 juta per mahasiswa, itu berarti satu “religiositas”. Khoe menegaskan religiositas
9

mahasiswa di Havard University, cukup bukanlah solusi untuk sekolah Kristen.


untuk membiayai 100 mahasiswa di Artinya, visi dan misi sekolah Kristen
Indonesia.6 Berdasarkan data statistik, pada berbeda keberadaanya (lih. Yoh.15:19). Khoe
tahun 2014, ketika sertifikasi guru dilaksana- menambahkan sekolah Kristen hadir sebagai
kan Kemendikbud yaitu untuk meng- suatu misi Kristus untuk menjadi berkat bagi
akselerasi kompetensi guru, jumlah guru di sesama dan memuliakan Tuhan. Sedangkan
Indonesia sekitar 2.600.000 orang. Sebanyak keanekaragaman atau religiositas hampir
78% di antara mereka belum lulus sama dengan pluralitas (kemajemukan) atau
sertifikasi.7 Dari uraian tersebut secara umum istilah lainnya “banyak jalan menuju Roma”
sudah dapat disimpulkan bagaimana peta atau “banyak jalan menuju keselamatan”.
kekuatan kualitas sumber daya manusia Dalam pembelajaran PAK pluralitas sangat
(SDM) yang ada di Indonesia. berbahaya dan hal tersebut berdampak
Hal lain yang menjadi perhatian para “kompromi tanpa konflik atas nama
lembaga pendidikan adalah arus bebas jasa keberagaman”10 (lih. Yoh.14:6), “Kata Yesus
dan tenaga kerja trampil. Sekalipun belum
semua profesi yang disepakati namun 8
Tan Giok Lie. Stulos: Jurnal Teologi.
langkah bijak adalah seluruh komponen ke- Tantangan dalam Pendidikan dan Pengajaran
pendidikan Kristen sudah “harus mem- Masa Kini. (Penerbit: STT Bandung, 2013), hlm
persiapkan diri” serta mengevaluasi kembali 9-16.
9
bagaimana peran serta Pendidikan Agama Religiositas adalah materi pembelajaran berupa
pengenalan ajaran berbagai agama, symbol-
Kristen kedepan dalam menyambut
simbol agama, sejarah keagamaan, pemahaman
Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Michael beragama, serta menekankan toleransi beragama.
J. Anthony mengatakan bahwa, karakteristik Disinilah Khoe menilai bahwa urusan
abad ke-21 ini adalah, meningkatnya spiritualisme adalah urusan iman, urusan
komunikasi, pasar internasional yang pesat, kehidupan kerohanian bersama Tuhan dan
ekonomi global, pasar bebas, dan relasi yang pengalaman bersama Tuhan secara pribadi bukan
multinasional. Tentunya kesiapan merupakan diintervensi dan direduksi oleh berbagai paham
hal yang utama dalam menghadapi lain oleh karena modus tertentu melainkan
tantangan-tantangan pendidikan Kristen pada sekolah Kristen memiliki kesempatan yang lebih
abad ke-21 ini adalah menghadapi serangan luas untuk menanamkan doktrin, pemahaman
iman dan menaburnya dalam pedagogi sehingga
masalah spritualitas adalah tugas sekolah untuk
5
H. Sutrisno, & Suyadi. Desain Kurikulum mendidik mereka dalam kebenaran dalam mandat
Perguruan Tinggi; Mengacu Kerangka Injil bebas intervensi. Khoe Yao Tung.
Kualifikasi Nasional Indonesia. (Bandung: Terpanggil Menjadi Pendidik Kristen Yang
Remaja Rosdakarya Offset, 2016), hlm 4. Berhati Gembala. (Yogyakarta: ANDI,2016), hlm
6
Ibid, Sutrisno, H. & Suyadi, hlm 4-5. 146.
7 10
https://nasional.sindonews.com/read/858244/18/t Implikasi pembelajaran pluralisme adalah
iga-tantangan-pendidikan-nasional. (diunduh hari netralitas pengajaran dalam proses pendidikan.
Senin 28 November 2017, Pkl. 9.33 wib). Khoe Yao Tung menjelaskan bahwa dalam
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 1 No. 2 2017 │135

kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran Kristen agar jangan bercampur dengan
dan hidup. Tidak ada seorangpun yang berbagai ajaran filsafat dunia yang cenderung
datang kepada Bapa, kalau tidak melalui meniadakan keberadaan Tuhan.12 Richard J.
Aku.” Khoe lebih jauh mengatakan Edlin mengkritisi seluruh komponen pen-
“pendidikan tidak ada yang netral”. 11 Jadi, didikan Kristen yaitu: orang tua, guru,
Kurikulum kristiani tidak dapat diganti pengurus yayasan dan nara didik agar pen-
dengan dalih “penyesuaian” atau “di- didikan dari perspektif Kristen mencakup
standarkan” dengan dunia (global). upaya menantang anak-anak untuk memulia-
Semakin sekulernya masyarakat me- kan Kristus sebagai Tuhan atas semua
masuki abad 21 membuat perubahan system ciptaan.13 Maksudnya, dalam tujuan pen-
nilai dan gaya hidup, sehingga sangat didikan tersebut untuk memastikan bahwa
mempengaruhi pola-pola pendidikan se- setiap individu di sekolah Kristen diperleng-
karang ini, juga merupakan tantangan yang kapi untuk melayani dan memuliakan Tuhan
sangat ekstrem bagi dinamika pendidikan dalam segala sesuatu untuk dikerjakan.
khususnya dalam area PAK. Alih-alih Argumentasi logisnya adalah sebagai
mengatakan keseluruhan praksis pendidikan pendidik Kristen diperhadapkan dengan
di sekolah Kristen telah dibangun di atas situasi di mana pendidik Kristen dilarang
basis filosofi pendidikan sekuler. Artinya, untuk menyampaikan kebenaran (iman)
kegiatan yang berjubah rohani hanyalah secara langsung (toleransi). Inilah pangkal
hiasan saja dalam kurikulum tanpa peng- krisis pendidikan Kristen.
hayatan dan tidak menyentuh dinamika Nicholas P. Wolterstorff mengatakan
kehidupan dalam proses pembentukan ada tiga krisis dalam sekolah Kristen. Krisis
karakter dan spiritual yang Alkitabiah pertama adalah mengenai jati diri sekolah
khususnya para murid dan guru. Banyak Kristen. Maksudnya, hilangnya karakteristik
sekolah Kristen, baik di level sekolah dasar pendidikan yang mencerminkan pengertian
maupun sekolah menengah, bahkan per- tentang posisi manusia dalam keberadaannya
guruan tinggi pun, sekadar menyandang dan posisi manusia dihadapan Allah, se-
nama Kristen saja. Pada umumnya, lembaga bagaimana pendahulu gerakan Reformed
pendidikan Kristen ini lebih menjalankan Calvinis yang telah meletakkan dasar-dasar
praksis pendidikannya dengan menekankan pendidikan Kristen. Kritis yang kedua adalah,
prestasi akademis semata. Oleh karena itu sebagai hal yang cenderung diabaikan oleh
Khoe menegaskan bahwa kurikulum Kristen para pendidik yaitu orientasi intelektualnya
harus dibangun dari filsafat pendidikan hanya kepada buku-buku dan ceramah-
ceramah. Hal ini merupakan ekspresi dan
symposium kurikulum pendidikan tinggi yang
sekaligus berfungsi sebagai persiapan untuk
disajikan New York pada November 1993, gaya hidup. Wolterstorff menilai tentang
dilaporkan dalam Ney York Times, para guru gaya hidup yang berbeda sebagaimana
besar dari beberapa perguruan tinggi negeri secara kritikus Inggris Donald Davie namakan se-
terbuka mengakui ketidaknetralan pendidikan bagai “kesederhanaan, keseriusan, dan
tersier. Mereka menyatakan bahwa diskriminasi pengekangan diri.” Sebagian lain dari per-
dapat dilakukan atas nama toleransi, pluralisme, bedaan itu terletak dari peran utama yang
dan keanekaragaman. Ibid, 147. dipegang keluarga, sebagian lain terletak
11
Sejak semula netralitas merupakan sumber dosa dalam peran utama yang diberikan Alkitab
yang mencoba mengingkari kedaulatan Allah
dan sebagian lainnya adalah terletak dalam
dalam hidup manusia. artinya, sampai kapan pun
pendidikan tidak ada yang netral, terlebih dalam
12
memperkenalkan Tuhan kepada anak-anak tugas Khoe Yao Tung. Filsafat Pendidikan Kristen:
dan tanggungjawab mengajarkan sumber Meletakkan Fondasi dan Filosofi Pendidikan
kebenaran dan keselamatan ada dipundak sekolah Kristen di Tengah Tantangan Filsafat Dunia.
Kristen dalam meng-integrasikan iman dan ilmu (Yogyakarta: ANDI,2013), hlm ix.
13
sesuai dengan rencana Tuhan. Ibid, Khoe Yao Richard J. Edlin. Hakikat Pendidikan Kristen.
Tung, hlm 148. (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2015), hlm. 57.
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 1 No. 2 2017 │136

keyakinan yang kuat bahwa pekerjaan bukan sisi konsep maupun pada sisi teknis atau
hanya merupakan sarana untuk mencari uang pelaksanaan tugas.
dan wibawa dan respek, melainkan merupa- Kepemimpinan memegang peranan
kan panggilan Allah, sebuah vokasi yang penting yang menentukan maju mundurnya
ditransplantasi ke dunia. Krisis yang ketiga, suatu organisasi. Sebagaimana yang dikata-
banyak peserta didik memiliki kepahitan kan Yakob Tomatala, “diakui atau tidak,
yang telah di timbulkan oleh pendidikan telah terbukti bahwa kepemimpinan mem-
Kristen. Wolterstorff menjelaskan mereka pengaruhi kehidupan organisasi mana pun di
tidak melihat kasih Allah dalam diri guru- dunia ini”17. Dalam konteks kehidupan dan
guru (pengajar) mereka maupun institusinya pelaksanaan tugas pelayanan di sekolah dan
melainkan tangan besi dari konformitas.14 gereja, diperlukan adanya pemimpin.
Maksudnya, peserta didik tidak memiliki Shermen Williams mengatakan: “God has
kontinuitas dan integritas dalam ekspresinya chosen certain men as pastors to preach and
kepada Tuhan untuk melayani atau bekerja teach, to lead and guide, to quard and train
akibat keharusan menyesuaikan diri terhadap all those who believe on Jesus Christ through
system. Sekolah tidak berhasil memasarkan hearing the gospel.”18 Maksudnya, Tuhan
dirinya kepada produk-produknya akibat menentukan orang-orang yang dapat me-
nilai-nilai sekolah bertentangan dengan Injil. mimpin melalui pengajaran akan kebenaran
firman Tuhan. Untuk itu perlu adanya upaya-
upaya yang maksimal dalam memimpin se-
Mengajar adalah Panggilan Tuhan bagaimana yang dikatakan Yakob Tomatala
bahwa: ”Proses memimpin ditandai oleh
Sebagaimana yang diuraikan diatas adanya upaya pemimpin mempengaruhi, atau
berbagai tantangan pendidikan dan masa menggerakan serta mengarahkan, memotivasi
depannya maka lembaga pendidikan Kristen atau mendorong dan mengawasi atau
dituntut melahirkan pemimpin yang memiliki mengevaluasi orang dipimpin kepada
integritas, kompeten, dan takut akan Tuhan, pencapaian tujuan dan target yang dilakukan
karena keberhasilan atau kegagalan suatu seefektif dan seefisien mungkin.19 Artinya,
institusi atau lembaga pendidikan kunci keberhasilan suatu tujuan organisasi
(organisasi) atau gereja ditentukan oleh baik sekolah maupun gereja ada pada
pemimpin15. John C. Maxwell mengatakan pemimpin dalam pelaksanaan pendidikan
bahwa segala hal bangkit dan jatuh karena agama Kristen.
kepemimpinan.”16 Pemahaman ini menunjuk- Tuhan memanggil sebagian umat
kan bahwa tanggung jawab pendidik Kristen Kristen untuk menjadi pemimpin. Semua
sebagai pemimpin di dalam institusi-institusi karunia yang dari Tuhan berperan melayani
atau lembaga-lembaga formal maupun non- dan memperlengkapi gereja maupun sekolah
formal merupakan tanggung jawab yang agar mampu melaksanakan Amanat Agung
sifatnya komprehensif. Oleh sebab itu Tuhan Yesus Kristus. Hal ini menunjukkan
kesiapan serta kemampuan kepemimpinan bahwa menjadi pendidik adalah berawal dari
yang memadai sangat diperlukan, baik pada panggilan Allah. Allahlah yang terlebih dulu
memanggil manusia. Kemudian manusia
14
Nicholas P. Wolterstorff. Refleksi Mengenai
17
Pengajaran Dan Pembelajaran: Men-didik Untuk Yakob Tomatala, Kepemimpinan Yang
Kehidupan. (Surabaya: Momentum, 2010), hlm Dinamis. (Jakarta: YT Leadership Foundation,
190. dan Malang. Penerbit Gandum Mas. 2012)., hlm.
15
Yang dimaksud pemimpin disini adalah para 5
18
pengajar Kristen; pendeta, penginjil, guru, dosen, Shermen Williams, The Pastor and Christian
dll. Education, dalam Werner G. Graendorf, ed.,
16
John C. Maxwell, Mengembangkan Introduction To Biblical Christian Education
Kepemimpinan di Dalam Diri Anda (Jakarta: (Chicago: Moody Press, 1981), hlm 233.
19
Binarupa Aksara, 1995), hlm ii. Yakob Tomatala., ibid, hlm 152,153.
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 1 No. 2 2017 │137

menanggapi panggilan Allah sebagai pem- mulia yang merupakan pemberian Allah.21
berian anugerah, tugas dan tanggung jawab Dengan demikian hal itu mempunyai suatu
dari Allah. Oleh karena itu, seseorang yang implikasi rohani, bahwa tidak ada alasan
terpanggil menjadi seorang pengajar harus apapun bagi seseorang yang mengampu
menyadari akan anugerah, tugas dan jabatan tersebut untuk meninggikan dirinya.
tanggung jawab dari Allah ini, sehingga Karena alasan itulah tugas mengajar
dalam melaksanakan pelayanannya sebagai oleh “pengajar” PAK, dituntut menjalankan
pengajar dapat dilakukannya dengan segenap fungsi strategisnya, yakni sebagai
hati, pikiran dan jiwa. Seluruh jiwa raga penanggung jawab dan pelaksana utama pen-
didedikasikan untuk memenuhi panggilan didikan agama Kristen kepada sesama umat
tersebut. dan dunia ini. Hal itu diungkapkan secara
Dalam rangka memahami kedudukan tegas oleh Tuhan Yesus sendiri dalam kitab
serta pentingnya jabatan “pengajar” yang Matius 28: 19-20, kita mendapati tugas
juga merupakan “pemimpin” yang “me- pelayanan dari Tuhan Yesus kepada setiap
layani” dalam suatu institusi atau lembaga orang percaya yang telah mendapatkan
kerohanian dalam hal ini adalah sekolah- pendidikan Alkitabiah22 dan juga merupakan
sekolah atau perguruan tinggi Kristen, maka perintah Agung Tuhan Yesus yang sangat
sebaiknya kita mencermati serta mengacu populer bagi pengajar Kristen dimuka bumi
kepada apa yang dikemukakan oleh ini sebagai landasan pelayanannya: Karena
Homrighausen dan Enklaar. Kedua pakar itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-
pendidikan itu membicarakan “jawatan Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa
gerejawi” yang berkaitan dengan tugas dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah
mengajar. Mereka mengatakan bahwa: mereka melakukan segala sesuatu yang telah
“Janganlah hendaknya kita melupakan, Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah,
bahwa Tuhan sendiri telah memberi amanat Aku menyertai kamu senantiasa sampai
ini kepada gereja, yakni supaya mengajar. kepada akhir zaman.23
PAK itu tidak lain dan tidak bukan hanyalah Yang dimaksud adalah bagaimana
suatu pemberian dan amanat Tuhan sendiri Yesus menyerahkan mandat24 “dua tugas”
kepada jemaat-Nya.20 Dalam surat Rasul penting pelayanan yaitu: “pergilah”, dan
Paulus kepada jemaat di Efesus (Ef. 4:11), “ajarlah”, sebagai integrasi iman dan ilmu25.
bahwa Tuhan telah memanggil dan meng-
angkat dari antara anggota-anggota gereja 21
“baik rasul-rasul maupun nabi-nabi baik E. G. Homrighausen, I.H. Enklaar. Ibid, hlm
22.
pemberita-pemberita Injil maupun gembala- 22
Pendidikan yang dimaksud bahwa murid-murid
gembala dan pengajar-pengajar.” Pelbagai Yesus telah mengalami proses pembelajaran
tugas diletakkan Tuhan atas bahu jemaat; selama kurang lebih 3 setengah tahun berjalan dan
beberapa pelayanan dipercayakanNya kepada mengikuti Yesus. Hal tersebut menandasakan
gereja-Nya di bumi ini, di antaranya ter- bahwa setiap orang yang mau melaksanakan tugas
masuk pula tugas mengajar dan mendidik mulia ini harus masuk dalam proses pendidikan
orang dalam agama Kristen. Dari uraian baik formal maupun non-formal.
23
tersebut kita mendapati kata “memberikan” 24
Alkitab LAI, Matius 28:19-20
ἔδωκεν (Yunani) Kata ini, dalam perspektif Mandat menerangkan; 1. Instruksi yang
iman Kristiani mengandung pengertian diberikan oleh orang banyak (perkumpulan dsb);
2. Perintah dan tugas yang diberikan oleh pihak
bahwa jabatan “pengajar” (Yunani)=
atasan; 3. Surat perintah; 4. Perwalian atas suatu
διδαζκάλους, diterima sebagai suatu tugas daerah. W.J.S. Poerwardarminta., Kamus Umum
Bahasa Indonesia., (Jakarta: Balai Pustaka, 1999),
hlm. 629.
25
Integrasi iman dan ilmu adalah suatu sikap
20
Geoffrey W Bromiley, Theological Dictionary yang seharusnya diambil oleh orang Kristen,
of The New Testament (Michigan: William B. dengan sebuah pemahaman dan kesadaran bahwa
Eerdmans Publishing Company, 1985), 161. iman dan ilmu pengetahuan merupakan dua
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 1 No. 2 2017 │138

Kata “pergilah” menunjuk pada iman26 yang Mengajar Adalah Melayani


dimiliki seorang pelayan karena untuk mau
pergi dibutuhkan keberanian khusus, yaitu: Sebagaimana yang dijelaskan diatas
keyakinan yang sungguh-sungguh dan per- bahwa mengajar merupakan tugas panggilan
caya akan penyertaan Tuhan. Sedangkan kata setiap orang percaya yang diberi karunia
“ajarlah” merupakan mandat yang ber- khusus oleh Tuhan untuk dapat di
hubungan dengan kompetensi seorang implementasikan dalam dunia pendidikan.
pelayan Tuhan dalam disiplin ilmu yang dia Oleh karena itu harus dipahami bahwa
kuasai untuk tugas mengajar. Artinya, se- mandidik itu adalah melayani, sebagaimana
orang pemimpin atau pendidik Kristen telah Yesus Kristus berkiprah didunia adalah
mengatahui tugas panggilannya serta me- melayani bukan dilayani (lih. Mat.20:28).
ngetahui karunia yang dimiliki. Untuk dapat mengerti lebih jauh tentang
melayani, F. L. Bakker dalam bukunya me-
nulis bahwa kita harus memahami terlebih
dahulu sejarah umat Israel dalam proses
keselamatan yang dimulai dari Abraham.27
Perjanjian itu sangat jelas terlihat dalam
Kejadian 15 dan diperbarui dalam Kejadian
„dunia‟ yang berbeda, namun masing-masing 17:2.28 Dari bangsa inilah mulai sejarah
„dunia‟ tersebut bisa saling berkomunikasi dan keselamatan umat manusia melalui Yesus
berkontribusi satu dengan yang lain. Dalam Kristus sebagaimana yang diceritakan dalam
pemahaman ini, orang Kristen bersikap kritis dan PB dan oleh-Nya setiap bangsa di dunia dapat
analitis, baik terhadap Alkitab maupun ilmu memperoleh berkat. Dari uraian di atas dapat
pengetahuan. Ada beberapa pandangan yang kita pahami hakikat umat Allah dalam
dianut oleh kelompok orang Kristen mengenai
hubungan iman dan ilmu yaitu, fanatisme Alkitab.
Perjanjian Lama yang diungkapkan dengan
Kelompok ini sangat anti terhadap ilmu “tanda keselamatan” yang dinyatakan Allah
pengetahuan. Sebaliknya fanatisme ilmu dengan membebaskan Israel menjadi milik-
pengetahuan menerima berbagai teori dalam ilmu Nya (bdk. Kel. 19:5-6; 1 Ptr. 2:9-10).29
pengetahuan, walaupun sikap tersebut berakibat Penjelasan diatas membantu kita untuk
penyangkalan terhadap iman Kristen yang dapat melihat model atau pola hidup umat
dianutnya. Kompromi adalah pandangan yang Allah (Israel) dalam Perjanjian Lama yang
berusaha mengharmoniskan pandangan Alkitab memiliki konti-nuasi dengan umat Allah
maupun ilmu pengetahuan, dengan akibat pasif
terhadap penyelidikan terhadap Alkitab maupun
27
ilmu pengetahuan. Herlianto., Alkitab dan Ilmu F. L. Bakker, Sejarah Kerajaan Allah, (Jakarta:
Pengetahuan. (Jakarta: BPK Gunung Mulia, BPK Gunung Mulia, 2000), 93.
28
1981.), hlm 91. Kejadian 15:18, Pada hari itulah TUHAN
26
Dalam buku “Questions on the Christian Faith mengadakan perjanjian dengan Abram serta
Answered from the Bible” yang ditulis oleh Derek berfirman: “Kepada keturunanmulah Kuberikan
Prime dan diterjemahkan oleh M.H. negeri ini, mulai dari sungai Mesir sampai ke
Simanungkalit, dijelaskan bahwa “Iman me- sungai yang besar itu, sungai Efrat”; diperbaharui
ngandung dua hal: 1. Tindakan yang menentu- dalam Kejadian 17:2; “Aku akan mengadakan
kan; 2. Sikap yang terus menerus. Iman dimulai perjanjian antara Aku dan engkau, dan Aku akan
sebagai suatu tindakan seseorang yang membuang membuat engkau sangat banyak.”
29
kepercayaan pada diri sendiri untuk mendapatkan Tanda keselamatan dari Allah ini diwujudkan
keselamatan. Orang beriman yakin dengan teguh oleh-Nya melalui “covenant” (perjanjian berkat)
kebenaran janji-janji kasih karunia Allah dalam dengan umat-Nya (yang dalam hal ini Israel sejati
Yesus Kristus dan sungguh-sungguh bergantung yang percaya kepada Allah seperti Abraham, bapa
pada janji-janji itu. Kemudian iman menjadi leluhur mereka). Tanda kovenan ini dapat dilihat
hidup sehari-hari dari orang itu”. J.E. Sahetapi., pada pengalaman Abraham (Kej. 17) dan Israel
Prosiding Seminar Integrasi Iman dan Ilmu (Kel. 20:1-7; Ul. 5:1-21). Lihat Yakob Tomatala,
2005., (Surabaya: Universitas Kristen Petra, Teologi Misi, (Jakarta: YT Leadership
,2005), hlm 2. Foundation, 2013), 136.
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 1 No. 2 2017 │139

dalam PB (Gereja). Modus “covenant” yang layanan kasih, bagi Dia dan bagi sesamanya.
dimaksud ialah “ketaatan” kepada Allah, Tugas ini terletak dalam perjanjian yang di-
adalah sama.30 Kontinuasi ini yang menjadi buatNya dengan umat-Nya.34
menarik kita telusuri bahwa “Israel sejati” Makna pelayanan semangkin nyata
mewakili PL dan “Gereja” mewakili PB dalam Perjanjian Baru. Kata “pelayanan”,
sebagai landasan memahami makna pelayan- secara harfiah adalah diakonia: “memberi
an yang terintegrasi dalam covenant, yaitu pertolongan atau pelayanan”; diakonein: “me-
Umat Allah (Ibr. ‫“ ) ָק ָ֙ ָהל‬qahal”31 artinya layani” dan diakonos: “pelayan”.35 Artinya,
“memanggil” (orang-orang yang dikumpul- panggilan untuk melayani Tuhan me-
kan oleh karena panggilan Allah (lih. Kel. ngandung arti bahwa manusia harus benar-
35:11; Bil. 16:26; Ul. 9:10) dan “edhah”32 benar menjadi manusia bersama orang lain.
(‫ )ע ָ ֵָ֖דה‬artinya “memilih” atau “menunjuk” Noordegraaf menemukan pengertian diakonia
(bdk. Kel. 12:3; Bil. 16:9; 31:12). Yang yang mendasar dan sangat berbeda.
menarik adalah jika kedua kata ini dipakai Pengertian ini terletak di dalam maksud
bersama, maka kata qahal dan edhah artinya Tuhan terhadap manusia. Apabila pengertian
“kumpulan seluruh umat” (Kel. 12:6; Bil. ini hilang dari pandangan kita, maka
14:5; Yer. 26:17).33 Jelasnya bahwa kedua walaupun kita bermaksud baik, pelayanan
istilah tersebut dapat dikatakan “panggilan kasih kita akan menyimpang menjadi satu
Allah” berhubungan erat dengan keberadaan bentuk sede-kah.36 Disini timbulah istilah-
umat Allah yang harus diekspresikan dalam istilah sebagaimana yang dikatakan G.
konteks hidup pelayan Tuhan dalam ber- Riemer dalam sebutan-sebutan yang mengacu
negara, bermasyarakat maupun bergereja [dan kepada tugas diakonia, samas/syamas, diaken,
dalam berkeluarga]. diakon, diakones, diakonal, dalam bahasa
Jadi, dapat dirumuskan bahwa kasih Indonesia padanannya adalah: pelayan, pem-
Allah yang membebaskan itu mempunyai bantu, hamba.37
tujuan supaya bangsa per-budakan yang Dalam Perjanjian Baru, Rasul Paulus
sudah dibebaskan itu akan “melayani Tuhan” menegaskan dirinya sebagai pelayan jemaat
dalam kebebasan dan menjawab kasih-Nya yang adalah tubuh Kristus. Pelayan jemaat
dengan balasan kasih. Tindakan penyelamat- atau tubuh Kristus tidak lain adalah pelayan
an Tuhan adalah: Ia mengampuni, mem-
bebaskan, dan membarui. Untuk itu Ia me- 34
manggil umat-Nya guna melakukan pe- Sejalan dengan waktu bangsa Israel tidak lagi
mengindahkan perintah Tuhan agar senantiasa
hidup dalam pelayanan. Sehingga kerap kali
30
Artinya, modus kovenan yang isinya hukum-hukum Alah yang berfungsi sebagai
mengandung pengakuan dari Allah kepada umat- petunjuk dan norma, setiap kali terbentur pada
Nya, dan ketaatan dari umat-Nya kepada-Nya kenyataan kehidupan masyarakat yang ber-dosa.
dengan komitmen tinggi adalah bagian integral Dalam setiap zaman hukum Allah itu
dari kehidupan umat Allah PL yang memiliki bertentangan dengan keinginan dan upaya hati
hubungan yang berkontinuasi dengan umat Allah manusia. Diakonia yang sesungguhnya tidak lahir
PB (bdk. Luk 16:16; Yoh. 4:23-25). Lihat dengan sendirinya dari hati manusia, tetapi lahir
Tomatala, Teologi Misi, hlm 138. dari percaya dan ketaatan. Itulah sebabnya
31
‫ ָק ָ֙ ָהל‬qahal (kaw-hawl); a prim.root; to convoke: kesaksian Alkitab mempunyai watak nabiah. Ia
assemblage, assembly, company, congregation, memanggil kita melakukan pemeliharaan dengan
multitude. James Strong. The New Strong bertobat secara konkret.
35
Exhaustive Concordance of The Bible, (Nashville, Noordegraaf, Orientasi Diakonia Gereja:
Tennessee: Thomas Nelson, 1995), hlm 124. Teologi dalam Perspektif Reformasi, (Jakarta:
32
HALOT, 6789. BPK Gunung Mulia, 2004), hlm 2.
33 36
Terj. kedua istilah ini dari bahasa Ibrani ke Ibid., hlm 2.
37
bahasa Yunani (Septuaginta) kata qahal menjadi G. Riemer, Jemaat yang Diakonal: Perspektif
ekklesia dan edhah menjadi sinagoge yang berarti Baru dalam Pelayanan Kasih Nasional dan
“dipanggil keluar”. Tomatala, Teologi Misi,hlm Internasional, (Jakarta: Yayasan Komunikasi
150. Bina Kasih/OMF, 2004), hlm 46, 47.
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 1 No. 2 2017 │140

Injil.38 Jika ditinjau dari fungsinya, menurut 2941, yang bersifat eksposisi. Dari sinilah
G. S. M. Walker adalah untuk mengungkap- rumusan yang cukup lengkap, terdapat be-
kan ide profesi, pelayan atau pelayanan imam. berapa unsur: pelayanan, sumber pelayan-an,
Walker menjelaskan pula bahwa pelayanan tugas pelayanan. Yang lebih menenarik
dalam pengertian PB tidaklah hak khusus bahwa pelayanan Paulus diterima dari Allah.
golongan imam. Sebenarnya setiap orang Ini didasarkan pada genetif tou theou di-
yang mengaku percaya dipanggil untuk pandang sebagai subjektif (tugas dari Allah).
melayani dengan bermacam-macam cara Artinya, pelayanan Paulus semata-mata
(Rm. 15:27; Flp. 2:17; Fil. 13; 1 Ptr. 2:16), adalah prakarsa Allah bukan penugasan
dan untuk pekerjaan pelayanan itu mereka manusia.42 Untuk itulah setiap tugas mengajar
diperlengkapi oleh pelayan-pelayan firman dapat dipahami merupakan penugasan dari
(Ef. 4:11-12).39 Menurut Barth yang dikutip J. Allah. Penugasan Allah dalam pandangan
L. Ch. Abineno fungsi pelayanan adalah: Paulus tidak lain merupakan anugerah. Pel-
Pelayanan bukanlah salah satu fungsi dari ayan mengajar mengemban penugasan
jemaat yang hidup di dunia. Pelayanan adalah “oikonomia”. Kata oikonomos digunakan
satu-satunya fungsi jemaat. Segala sesuatu dalam dua arti: pengelola tugas (Rm. 16:23;
yang ia lakukan, pemberitaannya, kesaksian- Gal. 4:2; 1 Kor. 4:1) dan rencana (Ef. 1:10;
nya, pengajarannya, penggembalaannya, 3:2, 9). Kata “penugasan” dapat dirumuskan
ibadahnya, dan lain-lain adalah pelayanan, sebagai: (i) pelayanan kerasulan Paulus (1
diakonia. Ia hidup karena dan seberapa jauh ia Kor. 9:17); (ii) rencana keselamatan Allah
melayani … menjadi orang Kristen (orang terhadap dunia (Ef. 1:10; 3:9). Artinya,
Kudus) dalam jemaat berarti: melayani di menunjuk pada tugas Paulus dan rahasia
dalam dan bersama-sama dengan jemaat. rencana kehendak Allah. Rahasia yang
Bukan semua anggota jemaat mendapat disebut dalam Kolose 1:25-26 dinyatakan
karunia yang sama, tetapi mereka semua di- kepada Paulus dan kemudian rahasia ini
panggil untuk melayani, masing-masing di menjadi tugas Paulus dalam melaksanakan
tempatnya sendiri dan dengan tugasnya pengajaran untuk meneruskan Firman Tuhan
sendiri. Jemaat dapat hidup sebagai tubuh kepada generasi penerus sebagai tugas
Yesus Kristus, Kepala-Nya.”40 mengajar dalam konteks melayani Tuhan.
Selanjutnya Abineno menyatakan, jika
dilihat dari tujuannya adalah: “Tujuan
pekerjaan pelayanan anggota-anggota jemaat 41
ialah pembangunan tubuh Kristus (oikodome Kolose 1:25-29; “Aku telah menjadi pelayan
jemaat itu sesuai dengan tugas yang dipercayakan
tou somatos Christou). Yang sebenarnya
Allah kepadaku untuk meneruskan firman-Nya
membangun ialah Kristus sendiri. Ia mem- dengan sepenuhnya kepada kamu, yaitu rahasia
bangun oleh pelayanan yang mereka lakukan yang tersembunyi dari abad ke abad dan dari
dalam persekutuan dengan Dia.” Pengertian turunan ke turunan, tetapi yang sekarang
pelayanan dimulai dari Kolose 1:25 hingga dinyatakan kepada orang-orang kudus-Nya.
Kepada mereka Allah mau memberitahukan,
betapa kaya dan mulianya rahasia itu di antara
bangsa-bangsa lain, yaitu: Kristus ada di tengah-
38
Arman Barus, Paulus dan Jemaat:Kolose 1:24- tengah kamu, Kristus yang adalah pengharapan
2:3. Bahan Ajar Kuliah Program Doktor Teologi akan kemuliaan! Dialah yang kami beritakan,
(S3) SETIAJakarta, 2013, 11. apabila tiap-tiap orang kami nasihati dan tiap-tiap
39
G. S. M Walker, “Layan-Pelayanan”, orang kami ajari dalam segala hikmat, untuk
diterjemahkan oleh M. H. Simanungkalit, dalam memimpin tiap-tiap orang kepada kesempurnaan
J. D Douglas, N. Hilyer, F. F. Bruce, D. Guthrie, dalam Kristus. Itulah yang kuusahakan dan
A. R. Millard, J. I. Packer, dan D. J. Wiseman kupergumulkan dengan segala tenaga sesuai
(para penyunting), Ensiklopedi Alkitab Masa Kini dengan kuasa-Nya, yang bekerja dengan kuat di
Jilid I: A–L, (Jakarta: YKBK, 1997), 637-638. dalam aku”.
40 42
J. L. Ch. Abineno, Tafsiran Alkitab Surat Barus, Paulus dan Jemaat: Kolose 1:24-2:3,
Efesus, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001), 135. 12.
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 1 No. 2 2017 │141

Rebecca M. Pipert yang mengatakan, Jadi dapat disimpulkan bahwa tugas-


ada tiga cara utama yang Allah berikan tugas yang diutarakan di atas merupakan
kepada setiap umat-Nya untuk melaksanakan suatu panggilan kudus dari Tuhan sebagai-
tugas panggilannya: 1) pelayanan yang paling mana telah ditetapkan Tuhan sendiri sebagai
efektif ketika kita memberitakan Injil; 2) jabatan yang mulia yang telah dipercayakan
mendemonstrasikan belas kasihan Kristus kepada Gereja-Nya. Dalam surat Rasul Paulus
melalui kata-kata kita dan pelayanan kasih; 3) kepada jemaat di Efesus (Ef. 4:11), dinyata-
bergantung kepada Roh dan demontrasi kan bahwa Tuhan telah memanggil dan meng-
kekuatan Roh. Maksudnya, kehidupan se- angkat dari antara anggota-anggota Gereja
orang pelayan dalam tugas mengajar PAK “baik rasul-rasul maupun nabi-nabi baik
memiliki model dari ketiganya43. Rick pemberita-pemberita Injil maupun gembala-
Warrent mengatakan tugas mengajar seorang gembala dan pengajar-pengajar.” Penjelasan
pendidik harus memahami bagaimana Tuhan akan hal ini dapat disimak dalam uraian
membentuk dirinya bagi pelayanan. Kapan David L. Baker (mengenai 1 Korintus 12:27-
saja Tuhan memberi sebuah tugas, Ia selalu 30), “fungsi” pelayanan jemaat yaitu, dalam
memperlengkapi seorang pelayan dengan apa ayat 28; Paulus telah menyebut terlebih
yang dibutuhkan untuk menyelesaikannya. dahulu tiga jabatan dalam jemaat, dan kurang
Hal ini dapat diindentifikasi dan memahami mendapat tanggapan kurang penting (bdk. 1
faktor-faktor yang ada. Warren menjelaskan Kor. 4; 16:15-16). Pada ayat 8-10, Paulus me-
bahwa tugas mengajar seorang pelayan itu nambah tugas “bantuan” dan “pimpinan”
sendiri adalah sebuah kombinasi dari banyak sebagai “karunia” walaupun tidak disadari
faktor yang berbeda-beda. Kombinasi khusus jemaat pada saat itu. Maksudnya, bukan
dari kemampuan-kemampuan ini disebut hanya bahasa lidah sebagai pemberian-
Shape44. pemberian rohani yang berasal dari Roh
Allah, melainkan juga setiap fungsi di dalam
43
Rebecca Manley Pippert, Keluar dari Garam jemaat.45
Masuk ke Dalam Dunia: Penginjilan sebagai
Hidup, (Jakarta: YKBK, 2010), 169. yang kebanyakan di luar kendali dirinya. Tuhan
44
Yang dimaksud Shape adalah: 1) Spiritual gift mengizinkannya terjadi bagi tujuan-Nya
(karunia rohani). Tuhan memberi se-tiap orang membentuk diri seseorang. Pengalaman masa lalu
percaya karunia rohani untuk diguna-kan dalam itu adalah: pengalaman keluarga, pengalaman
pelayanan. 2) Heart (hati). Alkitab menggunakan pendidikan, pengalaman pekerjaan, pengalaman
istilah hati untuk menggambarkan paket dari rohani, pengalaman pelayanan dan pengalaman
hasrat, harapan, minat, ambisi, impian, dan menyakitkan. Dari keenam pengalaman tersebut,
semangat yang dimiliki seseorang. 3) Abilities pengalaman menyakitkanlah yang paling sering
(kemampuan). Kemampuan-kemampuan seorang digunakan Tuhan untuk mempersiapkan umat-
pelayan adalah bakat alamiah sejak lahir. Semua Nya bagi pelayanan. Rick Warren, The Purpose
kemampuan datang dari Tuhan. Setiap Driven Life, (Zondervan 2002).
45
kemampuan dapat digunakan bagi kemauliaan Kata “bantuan” (antilempsis) dapat di-
Tuhan. 4) Personality (kepribadian). Kepribadian bandingkan dengan karunia “mem-bagi-bagikan
sangat mempengaruhi bagaimana dan di mana sesuatu” (metadidous) dan “menunjukan
seseorang menggunakan karunia-karunia rohani kemurahan” (eleon) dalam Roma 12:8; dan
dan kemampuan-kemampuannya. Sebagai contoh, “pimpinan” (kubernesis) juga disebut dalam ayat
dua orang mungkin memiliki karunia penginjilan itu tetapi dengan istilah Yunani yang berbeda
yang sama, tetapi jika salah satu introvert dan (proistamenos). Barrett mengusulkan bahwa
yang lainnya ekstrovert karunia itu akan karunia “bantuan” membayangkan jabatan diaken
diungkapkan dalam cara yang berbeda. Jadi, di (diakonos) yang bertugas melaksanakan bantuan
sini seorang pelayan ketika melayani dalam cara jemaat kepada orang-orang yang berkebutuhan,
yang konsisten dengan kepribadian yang Tuhan dan karunia “pimpinan” membayangkan jabatan
berikan, akan mengalami kepenuhan, kepuasan, penilik jemaat (episkopos). Lihat Filipi 1:1; 1
dan berbuah. 5) Experince (pengalaman). Timotius 3:1-13; bdk. Roma 12:7, David L.
Seseorang tentunya telah dibentuk oleh Baker, Roh dan Kerohanian dalam Jemaat,
pengalaman-pengalaman dalam kehidupannya, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), 87.
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 1 No. 2 2017 │142

Fungsi yang dimaksud Baker se- ketiga merupakan kecendrungan yang banyak
bagaimana yang diutarakan Barret, dilakukan Yesus dan Paulus selama kiprahnya
Schweiser, Ruef, dan Dun, adalah: 1) jabatan di dunia.
“rasul” (apostolos) berarti seorang yang Jadi, fungsi pelayanan dalam tugas
diutus (bdk. kata kerja apostellein „meng- mengajar terlihat dari panggilan Tuhan untuk
utus‟. Rm. 10:15; 1 Kor. 1:17). Artinya, membangun persekutuan tubuh Kristus
secara lengkap, “seorang yang dipanggil oleh sebagai tugas kudus yang harus ditransmisi-
Kristus dan diutus oleh-Nya untuk mem- kan kedalam kehidupan sehari-hari. Pelbagai
beritakan Injil.”46 2) jabatan “nabi” (profetes; tugas diletakkan Tuhan atas bahu jemaat;
bdk. Ef. 4:11). Nabi-nabi sering disebut beberapa pelayanan dipercayakan-Nya ke-
bersama dengan rasul-rasul dalam Perjanjian pada Sekolah dan Gereja-Nya di bumi ini, di
Baru (mis: Luk. 11:49; Ef. 2:20; 3:5; Why antaranya termasuk pula tugas mengajar dan
18:20), sebagai “karunia bernubuat”. Meski- mendidik orang dalam agama Kristen. Arti-
pun secara prinsip dimiliki oleh seluruh nya, semua jabatan atau karunia telah Tuhan
jemaat oleh karena Roh Kudus bekerja dalam berikan untuk menjadi pemimpin umat yang
diri orang percaya kepada Kristus, namun terintegrasi dalam “pelayanan tanpa hak”.
tidak semua menjadi “nabi”, karena terus- Pelayanan tanpa hak adalah setiap hamba
menerus menerima karunia nubuat47. 3) Tuhan yang melayani tidak menganggap diri
jabatan “guru” atau “pengajar” (didaskalos), sebagai “yang paling....”, mengingat fungsi
yang bertugas mengajar orang lain tentang seorang pelayan “harus” seperti Yesus.49
iman Kristen serta implikasinya untuk Tidak heran banyak pelayan Tuhan yang
kehidupan sehari-hari (Gal. 6:6).48 Hal yang tidak puas dalam pelayanannya oleh karena
mereka menyangka bahwa mereka mem-
46 punyai “hak” sebagai pelayan. Akibatnya,
Syarat utama menjadi Rasul ialah memiliki
kesaksian akan kebangkitan Yesus (Kis. 1:21-22;
pelayanan berpusat pada diri sendiri. Jika
bdk. Kis. 4:33; 10:40-41; 1 Kor. 9:1; 15:7). pelayanannya bagus, “itu karena saya”, jika
Seorang Rasul langsung diutus oleh Kristus (Luk.
6:13; Kis. 10:42; Gal. 1:1; 15-17), dan tidak ada (bdk. Rm. 12:6-7) dan dengan rasul-rasul serta
dasar untuk ajaran yang timbul dalam Gereja nabi-nabi dalam Efesus 4:11. Guru yang paling
kemudian bahwa seorang Rasul dapat menugas- terkenal dalam jemaat di Korintus ialah Apolos
kan orang lain sebagai gantinya, untuk menerus- (Kis. 18:24-19:1; 1 Kor. 3:6) tetapi ada juga guru-
kan kerasulannya ... kadang-kadang pada masa guru lain (1 Kor. 4:125). Baker, Roh dan
kini istilah “rasul” dipakai secara kiasan untuk Kerohanian dalam Jemaat, hlm 88.
49
menyebut pendiri jemaat Kristen di tempat Filipi 2:3-9, “... dengan tidak mencari
tertentu, misalnya Carey disebut “Rasul India” kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia.
dan Nommansen “Rasul orang Batak”. Ibid, Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang
Baker, Roh dan Kerohanian dalam Jemaat, hlm seorang menganggap yang lain lebih utama dari
87. pada dirinya sendiri; 2:4 dan janganlah tiap-tiap
47
Suatu jabatan tidak mempunyai arti lagi orang hanya memperhatikan kepentingannya
seandainya banyak orang memegangnya sekali- sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga. 2:5
gus, tetapi suatu karunia bisa saja dimiliki oleh Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama,
semua (bdk. 1 Kor. 14:5), walaupun mungkin menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga
secara praktis itu tidak perlu (lihat juga pasal 1:2). dalam Kristus Yesus, 2:6 yang walaupun dalam
Ibid, Baker, Roh dan Kerohanian dalam Jemaat, rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan
hlm 88. Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,
48
Mereka berfungsi memelihara, menerus-kan 2:7 melainkan telah mengosongkan diri-Nya
dan menafsirkan tradisi Kristen (bdk. 2 Tes. 2:15; sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan
3;6). Pada mulanya inti pokok tradisi Kristen itu menjadi sama dengan manusia. 2:8 Dan dalam
terdiri dari kitab-kitab suci Yahudi (=PL), yang keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan
kemudian dilengkapi dengan tulisan-tulisan pada diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai
Rasul dan Nabi Kristen (=PB; bdk. 1 Kor. 11:23- mati di kayu salib. 2:9 Itulah sebabnya Allah
32; 15:3-11). Guru-guru juga disebut bersama sangat meninggikan Dia dan mengarunia-kan
dengan nabi-nabi dalam Kisah Para Rasul 13:1 kepada-Nya nama di atas segala nama.”
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 1 No. 2 2017 │143

Gereja berhasil “itu karena saya”, jika Sedangkan kata (yārâ)53 memiliki arti:
sekolah ini maju itu hasil usaha saya” dan melempar, mengajar, menembak, menunjuk-
banyak lagi pelayanan yang terjadi “karena kan. (Kej. 31:51); arti dasar yang terkandung
saya”. Alan E. Nelson menyatakan, “me- di dalamnya ialah “melemparkan.” Dalam
lepaskan hak kita untuk menjadi diri kita perkembangannya, kata ini digunakan dalam
sendiri merupakan salah satu kualitas pe- arti “menunjukkan” suatu kebenaran atau
layanan. Ini adalah satu kedudukan dengan fakta. Dari kata inilah gagasan mengajar
kuasa yang tertinggi-mengalahkan diri sebagai perbuatan memberi arah. Dengan
sendiri.”50 Maksud Nelson adalah Tuhan kata lain melalui kegiatan mengajar kita
tidak mengendalikan kita secara paksa. Jika mengarahkan orang ke jalan yang baru dan
kita melepaskan hak kita yang hakiki maka benar (lih. Kej. 46:28). Kita juga mendorong
pengharapan kuasa Roh-Nya dapatlah kita orang kepada harapan yang baru (lih. Kel.
imani untuk menguasai hidup kita. Di sini 4:12, 15; 24: 12; 35:34; 1 Sam. 12:23; Mzm.
para pelayan harus belajar bagaimana Yesus 27:11; 119:33). Yang ke tiga adalah kata
pun melepaskan hak-Nya untuk dihormati tôrâ, suatu kata yang sangat penting dalam
(Flp. 2:3-9), kita pun dapat belajar dari Perjanjian Lama. Tôrâ bukanlah hanya
gambaran sikap Yesus menjadi yang terkecil sekedar hukum atau sekumpulan peraturan-
jika mau menjadi yang besar. Yesus peraturan belaka. Tôrâ bukanlah suatu
membuktikan hal itu dan Allah memuliakan pembatasan atau hambatan, melainkan suatu
Dia ke tempat yang paling tinggi. cara/alat yang dengannya seseorang dapat
meraih tujuan atau kesempurnaan. Tôrâ
diberikan pada bangsa Israel untuk me-
Mengajar Dalam Perspektif Alkitab mampukan mereka menjadi umat Allah yang
sungguh-sungguh (real). Sayangnya Israel
Ada banyak pemahaman yang ber- terjebak dalam suatu perangkap- mereka
kembang mengenai mengajar, namun hal memandang tôrâ bukan sebagai alat (means),
tersebut berbeda dengan prinsip dasar Alkitab melainkan sebagai tujuan (end). Mereka
mengenai mengajar. Dalam Perjanjian Lama bukan memandang tôrâ sebagai panduan,
ada tiga kata Ibrani tentang mengajar, yaitu: melainkan sebagai suatu kumpulan
“Lamath, Yara dan Tora”. Kata (lāmad)51 peraturan-peraturan eksternal belaka.
memiliki arti: mengajar, belajar, menyebab- Akibatnya, tôrâ menjadi suatu beban bagi
kan sesuatu untuk belajar. ( Ul. 4:1). Bagi mereka, dan bukan sebagai suatu ke-
umat Allah dalam Perjanjian Lama telah kuatan/kuasa yang membebaskan dan me-
terbiasa dengan belajar dan mengajar dan itu mimpin (freeing and guiding power). Dengan
sudah dianggap sebagai pengalaman baru. memahami tiga kata Ibrani tersebut, intinya
Sijabat mengatakan “fokus utama dalam adalah kesemuanya menunjuk kepada
kegiatan belajar dan mengajar ialah men- pengertian “mengajar”, yang memberi arah
disiplin, mendorong, membimbing, dan serta memimpin orang ke jalan yang baru dan
melatih orang untuk takut kepada Tuhan”.52 benar. Di samping itu, menunjukkan pula
bahwa sebenarnya konsep pendidikan atau
yang biasa disebut proses belajar mengajar
sudah dimulai sejak dalam Perjanjian Lama.
50 Di dalam Perjanjian Baru kata me-
Alan E. Nelson, Spirituality & Leadership,
ngajar memiliki pengertian yang spesifik
(Bandung: Kalam Hidup, 2007), hlm 83.
51
Merrill F. Unger & William White, Jr., ed.,
yaitu: Didáskō,54 Kata “didasko” menunjuk
Nelson’s, Expository Dictionary of The Old
53
Testament (Nashville: Thomas Nelson Publishers, Merril F. Unger & William White, Jr. Ed., Ibid.,
1980), 419. 419.
52 54
B.S. Sidjabat, Menjadi Guru Profesional Geoffrey W Bromiley, Theological Dictionary
Sebuah Perspektif Kristiani (Bandung: Kalam of The New Testament (Michigan: William B.
Hidup, 1994), 15. Eerdmans Publishing Company, 1985), 161. Kata
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 1 No. 2 2017 │144

pada “kegiatan mengajar” dan belajar dalam disebutkan guru yang datang dari Allah (lih.
arti yang luas, yaitu membagikan atau Yoh. 3:2 bnd. juga dengan Yoh. 13:13). Dia
mengimpartasikan pengetahuan teoritis dan disebut sebagai Rabi, artinya ”Guru” (lih.
praktis dengan tujuan untuk mengembangkan Mat. 26:25, 49; Mrk. 9:5; 11:21; Yoh.
segala kemungkinan dan kemampuan dari 1:38,39; 3:2; 4:31; 6:25; 9:2; 11:8). Ketiga,
seorang murid. Kata Didáskein55 menurut Tuhan Yesus mendelegasikan kepada murid-
Injil-Injil Sinoptik, adalah salah satu “fungsi murid-Nya untuk pergi mengajarkan tentang
utama” dari Yesus (lih.Mat. 4:23; 9:35; 11:1). apa yang telah didengar dan dilihat mereka
Ia mengajar di sinagoge-sinagoge, di Bait dari Yesus (Lihat Markus 6:30 bnd. Matius
Allah serta di alam terbuka. Didáskalos56 28:20).
(rabi), Kata ini sering muncul dalam himne- Mengajar pada hakekatnya suatu
himne karangan Homerus, yang berarti: proses, yakni proses mengatur, meng-
pengajar, pemimpin sekolah, pemimpin organisasi lingkungan yang ada di sekitar
paduan suara. Di dalam gereja mula-mula peserta didik sehingga menumbuhkan dan
atau biasa juga disebut jemaat mula-mula, mendorong peserta didik untuk belajar.
kata didáskalos ini sering digunakan Menurut Alvin W. Howard, mengajar adalah
menunjuk pada seorang yang memberikan suatu aktivitas untuk mencoba menolong,
penjelasan (expositor) mengenai Taurat serta membimbing seseorang untuk mendapat,
penggenapannya (lih. Yak. 3:1). mengubah atau mengembangkan skill,
Dari berbagai pengertian diatas maka attitude, ideals (cita-cita), appreciations
dapatlah kita mengambil kesimpulan bahwa (penghargaan) dan knowledge58. Disini kita
tugas mengajar PAK sangatlah penting serta mendapati suatu pemahaman bahwa adanya
mendesak. Bagi seorang guru iman Kristen “sistem” yang terintegrasi dalam pelaksana
dituntut memiliki pengetahuan lebih yaitu, proses belajar dan mengajar. Hal ini tentunya
pengetahuan tentang iman Kristen. Tetapi memerlukan kesiapan dan disiplin “ilmu”
lebih dari itu seorang guru Kristen juga yang dapat menjelaskan secara baik dan
mutlak bersandar pada pertolongan Roh mengorganisasikan tujuan mengajar dalam
Kudus. Howard G. Hendricks dalam Sidjabat sistem tersebut. Ilmu yang dipakai untuk
mengemukakan sebuah ungkapan, “teaching menjelaskan bagaimana seseorang mengajar
to change lives” atau “mengajar untuk dikenal dengan sebutan didaktik (Yun),
menghasilkan perubahan hidup secara didaskein yaitu, ilmu mengajar. Andar Ismail
menyeluruh”.57 Artinya, tugas mengajar mengatakan didaktik adalah ilmu mengajar,
sangat penting dan berharga karena dapat tetapi bukan asal mengajar. Artinya, didaktik
membimbing orang mengenal diri sendiri dan adalah ilmu mengajar yang membuat orang
mengenal Tuhan. Alasan apa seorang jadi belajar59. Selanjutnya Andar menjelaskan
pendidik Kristen melakukan tugas mengajar? bahwa didaktik tidak sama dengan pedagogi.
Pertama, Allah adalah pengajar utama dalam Pedagogi adalah ilmu tentang mendidik dan
kehidupan ini. Alkitab memberikan ke- cakupannya lebih luas. Disini banyak pen-
terangan perbuatan Allah mengajar dimulai didik Kristen terjebak dalam pemahaman
sejak di dalam Taman Eden, di mana Adam yang salah tentang mendidik dan mengajar.
dan Hawa sebagai peserta didik-Nya. Kedua, Mengajar hanyalah salah satu aspek dari
Tuhan Yesus adalah sang Guru Agung, mendidik, namun mengajar adalah unsur
yang utama dalam mendidik. Demikian pula
dengan metodik, metodik mempelajari
didáskō merupakan kata kerja dalam bentuk
Present Active Indicative 1st person singular.
55 58
Geoffrey W Bromily, Ibid., 162. Kata didáskein http://www.lpmpjabar.go.id/sites/default/files/A
merupakan kata kerja dalam bentuk Present RTIKEL%20Guru-Evi.doc
59
Active Infinitive. Andar Ismail., Ajarlah Mereka Melakukan
56
Geoffrey W. Bromily, Ibid., 163. (Kumpulan Karangan Seputar Pendidikan Agama
57 B.S. Sidjabat. Mengajar Secara Profesional. Kristen)., BPK Gunung Mulia., Jakarta 1999, hal.
(Bandung:Yayasan Kalam Hidup,2011), hlm 29. 79.
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 1 No. 2 2017 │145

kepelbagaian metode mengajar. Padahal sebagaimana Alkitab katakan dalam Roma


didaktik mempelajari prinsip-prinsip me- 10:17, “iman timbul dari pendengaran, dan
ngajar dan belajar terlepas dari apa metode- pendengaran oleh firman Kristus.” Berarti
nya. Didaktik tidak membicarakan metode- ada dua pihak yang terlibat di dalamnya
nya.60 yaitu, iman dan rasio. 62 Steven Tong
Jadi, apa yang diuraikan diatas bahwa menegaskan bahwa “Iman adalah pe-
tugas mengajar perlu mengintegrasikan iman ngembalian rasio kepada kebenaran.”
dan ilmu sebagai tolak ukur keberhasilan Maksudnya Tong adalah, Iman harus kembali
pendidikan agama Kristen. Artinya pen- kepada kebenaran karena natur rasio adalah
didikan agama Kristen (PAK), perlu mem- created, limited, and polluted.63 Epistemologi
proyeksikan hakikat dan tujuannya dalam Ibrani 11:3 menyebutkan, “karena iman kita
konteks bernegara dan bermasyarakat serta mengerti bahwa alam semesta telah
bergereja. Disini tentunya tidaklah mudah jika dijadikan oleh firman Allah, sehingga apa
kita tidak memiliki aspek iman dan ilmu yang kita lihat telah terjadi dari apa yang
pengetahuan (rasio). Disatu sisi kita harus tidak dapat kita lihat.” Dan “firman itu telah
memperlihatkan iman kita kepada dunia agar menjadi manusia, dan diam di antara kita,
dunia tahu bahwa Yesus adalah juru s‟lamat dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu
umat manusia yang pada akhirnya jiwa-jiwa kemuliaan yang diberikan kepada-Nya
yang akan dimenangkan untuk Kemuliaan sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih
Tuhan. Disisi lain orang Kristen khususnya karunia dan kebenaran.” (Yohanes 1:14).
para pendidik Kristen dituntut untuk memiliki Dari penjelasan firman Tuhan diatas
kompetensi dalam disiplin ilmu yang harus kita tidak mendapat pertentangan secara
digunakan selama bekerja dan melayani. signifikan karena iman dibutuhkan untuk
menjelaskan hal-hal yang supranatural
missalnya: Yesus membangkitkan orang
mati, air menjadi anggur, orang buta di
Integrasi Iman Dan Ilmu Dalam celikkan, semua ini perlu penjelasan karena
Pendidikan Agama Kristen banyak hal tidak sanggup dipahami melalui
rasio melainkan hanya dengan iman. Logika
Berbicara ilmu tidak dapat dilepaskan manusia (penalaran) atau konsep berpikir
aspek rasio yang melatarbelakangi. Banyak manusia semua tidak memadai untuk
manusia ingin membuktikan kebenaran me- memperoleh pengetahuan tentang Allah. Jadi,
lalui rasio. Rasio merupakan bagian yang ada keduanya saling melengkapi tidak di-
dalam diri manusia sebagai mahluk ciptaan pertentangkan sebagaimana banyak para
Tuhan. Dari rasiolah maka lahir berbagai skeptis iman yang selalu curiga dengan
ilmu pengetahuan. Namun dalam per- kekristenan. Iman tidak meniadakan rasio
kembangan waktu rasio menjadi dewa dalam sebab rasio diberikan Allah untuk berpikir
konteks ilmu pengetahuan. Sebut saja
62
pemikir-pemikir yang mengandalkan rasio di Derek Prime dijelaskan bahwa Iman
abad ke-17 dan abad 18 seperti Hegel, mengandung dua hal penting, yaitu: 1) Tindakan
Charles Darwin, Karl Marx, Ludwig yang menentukan 2) Sikap yang terus menerus.
Feuerbach, Immanuel Kant yang tidak lagi Artinya iman dimulai sebagai suatu tindakan
mengakui kebenaran iman Kristen dan seseorang yang membuang kepercayaan pada diri
sendiri untuk mendapatkan keselamatan. Artinya,
kebenaran Alkitab pada waktu itu. 61 Akan
orang beriman yakin teguh kebenaran janji-janji
tetapi fakta membuktikan bahwa semua kasih karunia Allah dalam Yesus Kristus dan
kebenaran tidak dapat diuji dengan rasio saja sungguh-sungguh bergantung pada janji-janji
melainkan diterima dengan iman tersebut. Kemudian iman menjadi bagian hidup
sehari-hari dari orang itu. Derek Prime. Questions
60
Ibid., hal. 80 on The Christian Faith Asweredfredom The
61
Steven Tong. Iman, Rasio dan Kebenaran. Bible”, (Publisher: Kingsway Publications,1989).
63
(Surabaya: Momentum, 2008), hlm 16. Ibid. Steven Tong 2008, hlm 29 & 40.
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 1 No. 2 2017 │146

dan mengerti tentang kebenaran melalui khususnya pendidikan agama Kristen.


iman. Sebaliknya iman menjadi landasan atau Thomas H. Groome dalam bukunya
dasar dari rasio untuk mengarahkan “Christian Religious Education” setidaknya
kebenaran. John Stott dalam tulisan mengata- mencatat hal tersebut sebagai “ketegangan
kan: “Banyak orang Kristen memiliki ke- pendidikan”, sudah terlihat dalam
tekunan tanpa pengetahuan, dengan semangat perdebatan-perdebatan pendidikan sejak
tanpa penerangan”. Artinya ketekunan tanpa Comenius (1592-16-70). Comenius meng-
pengetahuan sama buruknya dengan usulkan metode mengajar induktif “di bawah
pengetahuan tanpa ketekunan. Dr. John bimbingan alam” yang dimulai dengan
Mackay seorang teolog juga mengatakan kemampuan-kemampuan bawaan lahir dan
“Komitmen tanpa refleksi adalah fanatisme pengalaman-pengalaman para nara didik.
tanpa tindakan. Tapi refleksi tanpa komitmen Lain halnya Agustinus H. Francke (1663-
melumpuhkan segala tindakan.64 Untuk itu 1727), yang menggusung sistem pendidikan
dalam mengantisipasi kesalahpahaman Prusia, yang menjadi model bagi seluruh
tentang iman dan ilmu dalam tugas mengajar Eropa, dimulai dengan “pengetahuan yang
PAK dalam kaitannya dengan kemajuan pola akurat dan jelas” disampaikan secara ketat.
pikir manusia yang mengakibatkan majunya Memasuki abad ke 19, seorang pemikir
ilmu pengetahuan dalam berbagai bidang, Johann Pestalozzi (1746-1827) dan muridnya
maka seorang pengajar Kristen harus Friedrich Froebel (1782-1852) mengusulkan
menjelaskan dengan benar integrasi iman dan pendekatan yang berpusat pada murid, pen-
ilmu sebagai tugas mengajar mendidik orang dekatan yang berdasarkan pengalaman.
dalam kebenaran. Namun Johan Herbart (1776-1841) lebih
Berbicara pendidikan agama Kristen menyukai pendekatan yang berpusat pada
tidak bisa melepaskan peranan iman dan pokok/isi pelajaran66. Mengetahui sumber
ilmu. Pendidikan agama Kristen merupakan perdebatan yang terjadi pada masa itu
proyeksi iman yang disosialisasikan melalui muncullah tokoh pendidikan besar dan
berbagai aspek kehidupan sedangkan ilmu sekaligus penentang dikotomi konstan67 yaitu
sebagai cara untuk menganalisis, mengkritisi John Dewey (1859-1952). Pendidikan bagi
dan mengevaluasi. Hal tersebut dapat kita Dewey, harus selalu berlandaskan kegiatan
lihat dalam sejarah pendidikan agama Kristen pengalaman masa kini. Artinya, rekonstruksi
diamana para pemikir bergulat dalam waktu reorganisasi pengalaman yang menambah
dan berusaha mencari hakikat yang benar makna pengalaman, dan yang meningkatkan
tentang pendidikan.65 Tidak dapat dihindar- kemampuan untuk menentukan arah pe-
kan bahwa dalam mencari hakikat pendidikan ngalaman berikutnya. Dari penjelasan
yang benar terjadi berbagai “ketegangan” tersebut menarik kita cermati dalam situasi
yang menghiasi dinamika pendidikan “ketegangan pendidikan”, maka dapatlah kita
menarik kesimpulan dari Whitehead yang
64
https://thisisreformedfaith.wordpress.com/kabar dijelaskan oleh Groome menerangkan; “inti
-baik/berpikir-dan-beriman-john-stott/ (diunduh dari pendidikan adalah bahwa pendidikan
hari senin 28 November 2017, Pkl 8,35 wib) bersifat keagamaan, pendidikan pada
65
Plato, Aristoteles, Agustinus, Alcuin, Aquinas, akhirnya adalah pencapaian hal-hal yang
Erasmus,Luther, Calvin, Comenius, Locke, bersifat transenden dan ekspresi dari
Rouseau, Kant, Pestalozzi, Hegel, Herbart, Marx,
Whitehead, dan Dewey seluruhnya menjadi
66
anggota “kuil pendidikan”. namun sayangnya Ibid. Thomas H. Groome., Jakarta 2010., hal.
semua pertanyaan dan usaha besar manusia, 13.
67
pendidikan ternyata belum berhasil menemukan Dewey mencela para pendidik yang tetap
sebuah definisi atau deskripsi yang diterima mempertahankan cara berpikir “satu di antara
secara umum. Thomas H. Groome.,“Christian dua”, kemudian diekspresikan dalam sikap
Religious Education”(Pendidikan Agama mempertentangkan antara pendidikan tradisional
Kristen)., BPK Gunung Mulia., Jakarta 2010., hal. dan pendidikan progresif. Ibid, Thomas H.
5. Groome., Jakarta 2010., hal. 14
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 1 No. 2 2017 │147

pencarian manusia, maka seluruh pendidikan seorang rasionalis”70, sebagaimana Hegel,


yang baik dapat disebut bersifat Charles Darwin, Karl Marx, Ludwig
keagamaan”.68 Feuerbach, Immanuel Kant, yang tidak
Manusia hidup dikuasai oleh konsisten mengakui iman Kristen dan
pandangan hidupnya (world view)69. kebenaran Alkitab. Mereka tidak lagi
Soegiharjo mengatakan, “cara pandang mengabungkan hal tersebut sebagai hal yang
manusia atau pandangan dunia yang benar saling berkontribusi, saling menjembatani
inilah yang seharusnya dimiliki dan dipahami dan terdapat harmonisasi yang membantu
oleh setiap orang Kristen, yang akan memecahkan suatu masalah dan saling
membantunya untuk menilai segala sesuatu melengkapi, melainkan mereka membatasi
secara benar sesuai dengan iman yang rasio atau ilmu pengetahuan tidak dapat
diterimanya”. Disini perlu dijelaskan bahwa berkolaborasi, mereka mengintropeksi
manusia pada hakikatnya adalah mahluk Alkitab dengan rasio bukan perpaduan iman
yang memiliki ilmu pengetahuan (rasio). dan rasio.
Dengan ilmu pengetahuannya manusia Sebenarnya sudah sangat jelas jika
mencari kebenaran-kebenaran sejati. Namun mengacu pada Ibrani 11:1 bahwa “iman”
janganlah kita berpegang pada kebenaran dikatakan “dasar dari segala sesuatu”. Itu
yang mendewakan rasio diatas segalanya menandasakan bahwa segala sesuatu
karena kebenaran yang kita terima tidak merupakan integrasi iman dan ilmu. Artinya
semua dapat diuji dengan pengetahuan kita tidak dapat menjelaskan iman kita
melainkan diterima dengan iman dengan baik kepada dunia ini jika tidak
sebagaimana Roma 10:17 katakan; “Iman memakai pengetahuan yang kita miliki.
timbul dari pendengaran akan Firman Amsal 1:7 mengatakan; “takut akan Tuhan
Kristus”, hal tersebut diperjelas dalam kitab permulaan pengetahuan”. Artinya, pe-
Ibrani 11:3; “Karena iman kita mengerti, ngetahuan tidak datang dengan sendirinya,
bahwa alam semesta telah dijadikan oleh melainkan Tuhan yang memberikan
firman Allah, sehingga apa yang kita lihat pengetahuan tersebut yang diterima dengan
telah terjadi dari apa yang tidak dapat kita iman percaya oleh manusia71. Pengetahuan
lihat”. Steven Tong mengatakan, “kita dapat itu telah Tuhan tanamkan didalam diri kita
mengerti karena kita beriman, bukan karena didalam Yohanes 1:14 katakan; “FirmanNya
kita mengerti dulu baru kita beriman. Namun diam diantara kita”, bukankah Firman Tuhan
demikian, pandangan Steven Tong, yang jauh melampaui akal pikiran kita? Firman
seimbang bahwa kita sebagai orang beriman, Tuhan yang menjadikan langit dan bumi,
tidak boleh meniadakan rasio tetapi juga sehingga dapatlah manusia mengetahui
tidak boleh memperilah rasio. Orang Kristen
harus menggunakan rasio sebaik mungkin 70
Stephen Tong., Iman, Rasio dan Kebenaran.,
dan rasional, tetapi tidak jatuh menjadi (Penerbit: Institut Reformed., Cetakan: Pertama,
Mei 1996), hlm 17.
71
Iman Alkitabiah yang sejati memiliki isi
intelektual. Ini adalah poin yang Calvin tekankan
68
Ibid. Thomas H. Groome., Jakarta 2010., di pasal mengenai iman dalam bukunya The
hal.31. Institutes of the Christian Religion sebagaimana
69
Seperangkat presuposisi atau asumsi yang yang dikatakan oleh James Montgomery Boice
diyakini oleh seseorang (baik secara sadar atau dalam bukunya “Foundation of the Chtistian
tidak) untuk memahami tentang dunia di mana Faith, ia menekankan bahwa objek iman adalah
seseorang tersebut berada. (Jerry Solomon) yang Kristus, bahwa iman bersandar pada pengetahuan
dikutip Oegik Soegiharjo dalam makalahnya alih-alih pada ketidaktahuan yang saleh, bahwa
berjudul “Pandangan Dunia Kristen (Christian pengetahuan yang niscaya ini berasal dari Firman
World View) sebagai landasan Integrasi Iman dan Allah, bahwa iman mencakup kepastian, bahwa
Ilmu” Prosiding Seminar Integrasi Iman dan Ilmu Alkitab adalah pelindungnya dan seterusnya.
2005., Universitas Kristen Petra, Surabaya,2005 (James Montgomery Boice., Dasar-Dasar Iman
hal. 107 Kristen., Momentum, Jakarta 2011: 466).
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 1 No. 2 2017 │148

kebenaran yang absolut yang tertulis dalam PAK tidak pernah berbicara
Alkitab seperti “baik dan jahat”, benar dan “kristenisasi”, melainkan PAK di sekolah-
salah” dst. James Montgomery dalam tulisan- sekolah dan di perguruan tinggi adalah bentuk
nya mengatakan; “kita akan memiliki definisi menjaga konsistensi iman atau kualitas
yang tepat tentang iman jika kita me- keagamaan pendidik dan peserta didik dalam
nyebutnya suatu pengetahuan yang teguh dan proses belajar mengajar selalu mengedepan-
pasti tentang kemurahan Allah kepada kita, kan aspek iman dan rasio menjadi suatu
yang didirikan diatas kebenaran dari janji kesatuan dalam memperoleh ilmu
yang dikarunikan secara cuma-cuma dalam pengetahuan yang utuh yang dapat di
Kristus, baik yang dinyatakan kepada akal implementasikan sebagai wujud pelayanan
budi kita maupun yang dimateraikan pada kepada Tuhan dengan tujuan “membawa
hati kita melalui Roh Kudus”72. peserta didik mengalami perjumpaan dengan
Tugas mengajar PAK memerlukan Tuhan secara pribadi”, sebagaimana Rasul
pengetahuan (ilmu) dalam mempresentasikan Paulus katakan: “Di dalam Dia kamu juga--
"kehendak Allah”, namun jangan dilupakan karena kamu telah mendengar firman
bahwa dalam melaksanakan tugas mengajar kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu--di
diperlukan iman sebagai landasan pemaham- dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya,
an tentang Allah secara komprehensif dimeteraikan dengan Roh Kudus , yang
(teologi) sehingga tugas mengajar menjadi dijanjikan-Nya itu. Dan Roh Kudus itu
suatu dampak dalam pelayanan pendidik adalah jaminan bagian kita sampai kita
Kristen kepada Tuhan bagi perkembangan memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan
pendidikan agama Kristen di sekolah-sekolah yang menjadikan kita milik Allah, untuk
dan perguruan tinggi Kristen. memuji kemuliaan-Nya.” (Ef.1:13-14).

Kesimpulan

Dari berbagai uraian diatas maka


dapatlah disimpulkan bahwa setiap tugas Daftar Pustaka
pengajaran baik disekolah maupun gereja
adalah bentuk pelayanan kita kepada Tuhan Alkitab. Lembaga Alkitab Indonesia (LAI)
sebagai wujud nyata mengaktualkan karunia
yang dimiliki. Pendidikan agama Kristen Abineno, J. L. Ch. Tafsiran Alkitab Surat
(PAK) memerlukan kesiapan pendidik Efesus. Jakarta: BPK Gunung Mulia,
(pengajar) untuk dapat mengimplementasikan 2001.
pengajaran (doktrin) Alkitab tanpa direduksi
oleh paham-paham apapun sehingga menjaga Baker,David L. Roh dan Kerohanian dalam
kemurnian iman ditengah-tengah masyarakat Jemaat. Jakarta: BPK Gunung Mulia,
dunia yang plural. 2009.
PAK harus bisa melihat perkembangan
jaman yang berubah tanpa mengubah prinsip- Barus, Arman. Paulus dan Jemaat: Kolose
prinsip yang menjadi dasar keyakinan 1:24-2:3. Bahan Ajar Kuliah Program
(doktrin) dengan melakukan inovasi-inovasi Doktor Teologi (S3) SETIA. Jakarta,
dalam kurikulum PAK untuk mengantisipasi 2013.
arus budaya globalisasi secara luas seperti
MEA yang sudah didepan mata guna Boice., James Montgomery. Dasar-Dasar
meningkatkan kualitas sumber daya untuk Iman Kristen., Momentum, Jakarta
bersaing di kancah Asia dan dunia. 2011.

72
Ibid hal, 467.
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 1 No. 2 2017 │149

Bromiley,Geoffrey W. Theological Sairmona.Wellem Shanan, Jurnal


Dictionary of The New Testament Pendidikan Agama Kristen Jakarta:
Michigan: William B. Eerdmans Program Studi Magister PAK:
Publishing Company, 1985. Universitas Kristen Indonesia. Volume
Edlin, Richard J. Hakikat Pendidikan 1 No.1, 2017.
Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia, Sidjabat, B.S. Mengajar Secara Profesional.
2015. Bandung:Yayasan Kalam Hidup,2011.
F. L. Bakker, Sejarah Kerajaan Allah, Sidjabat,B.S. Menjadi Guru Profesional
Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000. Sebuah Perspektif Kristiani. Bandung:
Groome, Thomas H. “Christian Religious Kalam Hidup, 1994.
Education”. Pendidikan Agama Tong. Steven. Iman, Rasio dan Kebenaran.
Kristen., BPK Gunung Mulia., Jakarta Surabaya: Momentum, 2008.
2010. Strong, James. The New Strong Exhaustive
Herlianto., Alkitab dan Ilmu Pengetahuan. Concordance of The Bible, Nashville,
Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1981. Tennessee: Thomas Nelson, 1995.
Homrighausen, E.G. dan Enklaar. I.H. Sutrisno, H. & Suyadi. Desain Kurikulum
Pendidikan Agama Kristen. Jakarta: Perguruan Tinggi; Mengacu Kerangka
BPK Gunung Mulia, 2009. Kualifikasi Nasional Indonesia.
Ismail. Andar. Ajarlah Mereka Melakukan. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset,
Kumpulan Karangan Seputar 2016.
Pendidikan Agama Kristen. BPK Tilaar, H.A.R. Beberapa agenda reformasi
Gunung Mulia., Jakarta 1999. pendidikan nasional dalam perspektif
Lie.Tan Giok. Stulos: Jurnal Teologi. abad 21. Magelang: Tera Indonesia,
Tantangan dalam Pendidikan dan 1998.
Pengajaran Masa Kini. Penerbit: STT Tilaar. H.A.R. Paradigma Baru Pendidikan
Bandung, 2013. Nasional. Jakarta: Rineka Cipta, 2010.
Maxwell, John C. Mengembangkan Tomatala, Yakob. Teologi Misi, Jakarta: YT
Kepemimpinan di Dalam Diri Anda Leadership Foundation, 2013.
Jakarta: Binarupa Aksara, 1995. Tomatala, Yakob. Kepemimpinan Yang
Nelson, Alan E. Spirituality & Leadership, Dinamis. Jakarta: YT Leadership
Bandung: Kalam Hidup, 2007. Foundation, dan Malang. Penerbit
Noordegraaf, Orientasi Diakonia Gereja: Gandum Mas. 2012.
Teologi dalam Perspektif Reformasi, Tung, Khoe Yao. Filsafat Pendidikan
Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004. Kristen: Meletakkan Fondasi dan
Pippert,Rebecca Manley. Keluar dari Garam Filosofi Pendidikan Kristen di Tengah
Masuk ke Dalam Dunia: Penginjilan Tantangan Filsafat Dunia.
sebagai Hidup, Jakarta: YKBK, 2010. Yogyakarta: ANDI,2013.
Poerwardarminta., W.J.S. Kamus Umum Tung, Khoe Yao. Terpanggil Menjadi
Bahasa Indonesia., Jakarta: Balai Pendidik Kristen Yang Berhati
Pustaka, 1999. Gembala. Yogyakarta: ANDI,2016.
Prime Derek. Questions on The Christian Unger, Merrill F. & White William, Jr., ed.,
Faith Asweredfredom The Bible. Nelson’s, Expository Dictionary of The
Riemer,G. Jemaat yang Diakonal: Perspektif Old Testament. Nashville: Thomas
Baru dalam Pelayanan Kasih Nasional Nelson Publishers, 1980.
dan Internasional. Jakarta: Yayasan Walker.G.S.M. Ensiklopedi Alkitab Masa
Komunikasi Bina Kasih/OMF, 2004. Kini Jilid I: A–L, Jakarta: YKBK,
Sahetapi., J.E. Prosiding Seminar Integrasi 1997.
Iman dan Ilmu 2005., Surabaya: Warren,Rick The Purpose Driven Life,
Universitas Kristen Petra, ,2005. Zondervan 2002.
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 1 No. 2 2017 │150

Williams, Shermen. The Pastor and


Christian Education, dalam Werner G.
Graendorf, ed., Introduction To
Biblical Christian Education Chicago:
Moody Press, 1981.
Wolterstorff, Nicholas P. Refleksi Mengenai
Pengajaran Dan Pembelajaran:
Mendidik Untuk Kehidupan. Surabaya:
Momentum, 2010
http://www.lpmpjabar.go.id/sites/default/files
/ARTIKEL%20Guru-Evi.doc
https://nasional.sindonews.com/read/858244/
18/tiga-tantangan-pendidikan-nasional.
(diunduh hari Senin 28 November
2017, Pkl. 9.33 wib).
https://thisisreformedfaith.wordpress.com/ka
bar-baik/berpikir-dan-beriman-john-
stott/ (diunduh hari senin 28 November
2017, Pkl 8,35 wib)
https://www.kompasiana.com/tantangan-
pendidikan-di-era-globalisasi.
(diunduh hari senin 28 November
2017, Pkl 9.41 wib).

Anda mungkin juga menyukai