Anda di halaman 1dari 15

PEMBERDAYAAN LINGKUNGAN PENDIDIKAN ISLAM

(Telaah Buku “Pendidikan Islam di Era Kontemporer, KOMPRI)

Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah negara multikultural terbesar di dunia. Kenyataan ini


nyata dan harus diterima, dimana negara Indonesia terdiri dari berbagai kelompok
etnis, suku, agama, budaya dan lain sebagainya. Pada saat ini Inonesia terdiri dari
13.000 pulau besar maupun kecil, Populasi pendudukanya sekitar 250 juta jiwa
dengan berbagai macam keberagamannya, terdiri dari 300 suku, dan 200 bahasa.
Selain itu masyarakat Indonesia menganut 6 agama seperti Islam, Kristen,
Katolik, Hindu, Budha, dan Konghuchu, serta berbagai macam aliran kepercayaan
(Nurcahyo, 2018)

Persaingan global dalam bidang ekonomi akan semakin keras tetapi selalu
dalam konteks kerja sama. Demikian juga industrialisasi yang menuntut
rasionalitas, efektivitas, dan efisiensi dalam semua segi kehidupan. Rasionalitas
dapat berbenturan dengan nilai nilai hadits yang emosional, termasuk nilai nilai
keagamaan. Dominasi rasio ini berkembang pesat melalui pendidikan dan
menyebabkan lemahnya kehidupan beragama sebagaimana dilihat dari
berkembangnya sekularisme di dunia barat yang memisahkan agama dari
kehidupan bernegara (Kompri, 2019)

Pendidikan dalam Islam merupakan sebuah rangkaian proses


pemberdayaan manusia menuju kedewasaan, baik secara akal, mental maupun
moral, untuk menjalankan fungsi kemanusiaan yang diemban-sebagai seorang
hamba dihadapan Khaliq-Nya. Menurut (Kompri, 2019) , dalam Al Qur’an cukup
banyak ayat-ayat yang pengertiannya bersifat 1dhanni, dan sangat kurang yang
bersifat1qath’i.

1. Nurcahyo, O. H. (2018). PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI


INDONESIA: ANALISIS SINKRONIS DAN DIAKRONIS. Jurnal Pendidikan
Sosiologi, Dan Antropologi, 2(1), 105–115.
2. Kompri, 2019. Pendidikan Islam di Era Kontemporer, Edisi 1, Bandung :
Alfabeta
Pandangan yang berasal dari kalangan ulama fiqih ini digunakan Kompri untuk
semua masalah agama dalam Islam. Sehingga dia beranggapan bahwa lapangan
ajaran Islam yang berasal dari dhanni al-dilalah, sangat banyak (Ibrahim, 2016).
Pendidikan Islam bukan sekedar proses penanaman nilai moral untuk
membentengi diri dari akses negatif globalisasi atau modernisme.

Tetapi yang paling penting adalah bagaimana nilai moral yang telah
ditanamkan pendidikan Islam mampu berperan sebagai pembebas dari himpitan
kebodohan dan keterbelakangan (Wahidah & Rozi, n.d.). Persoalan sebenarnya
terletak pada mereka yang menguasai komunikasi global tersebut memiliki
perbedaan perspektif yang ekstrim dengan Islam dalam memberikan criteria nilai-
nilai moral; antara nilai baik dan buruk, antara kebenaran sejati dan yang artifisial
(Syuhud, n.d.).

Pendidikan Islam saat ini, dihadapkan pada berbagai perkembangan yang


meniscayakan untuk melakukan perubahan dan perbaikan sehingga mampu
melakukan penyesuaian terhadap perubahan tersebut. Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK) menjadi tantangan bagi pendidikan Islam,
terutama dalam menghadapi era globalisasi yang telah mampu
mengsistematisasikan jarak dan waktu antar berbagai negara dalam pertukaran
informasi dan pengetahuan, khususnya dalam bidang pendidikan Islam.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi itu, telah melahirkan


aneka media yang dapat difungsikan untuk mengembangkan pendidikan Islam
dimaksud. Jika pada era klasik, pendidikan Islam hanya dapat menjangkau sasaran
masyarakat lokal dengan kualitas yang relatif rendah, dengan adanya multi media,
terutama internet, maka pendidikan Islam bisa berlangsung dengan jangkauan
tanpa batas, waktu yang sangat singkat, dan kualitas yang lebih tinggi

1. Ibrahim. (2016). PEMIKIRAN ISLAM KONTEMPORER (Studi Kritis


terhadap Pemikiran Harun Nasution). Jurnal Aqidah-Ta, II(2), 99–110.
2. Syuhud, F. (n.d.). Tantangan Pendidikan Islam di Era Globalisasi. 1–12.
3. Wahidah, E. Y., & Rozi, A. (n.d.). POTRET PENDIDIKAN ISLAM DI ERA
KONTEMPORER.
Di sisi lain era kontemporer identik dengan era sains dan teknologi, yang
pengembangannya tidak terlepas dari studi kritis dan riset yang tidak kenal henti.
Era kontemporer artinya kekinian, modern atau sesuatu yang sama dengan kondisi
saat ini. Era Kontemporer mencermin sebuah kejadian yang benar-benar terjadi
saat ini bukan masa lalu. Era kontemporer menggambarkan waktu yang sama
dengan saat ini. Pendidikan Islam di era kontemporer adalah keadaan Pendidikan
Islam saat ini yang modern dan terbarukan sesuai dengan tuntutan zaman.
Gagasan pembaharuan pendidikan Islam adalah keniscayaan yang tidak dapat
dianggap sederhana karena modernisasi Pendidikan Islam tidak akan berjalan
dengan baik jika kita terlena kejayaan masa lalu dan tidak mempersiapkan diri
dalam menghadapi tuntutan zaman di era kontemporer. Keinginan untuk
mengembalikan bendera kejayaan hanya omong kosong, jika kita tidak berikhtiar
mencari jalan terbaik dalam menyelesaikan seluruh problematika Pendidikan
Islam (Wiranata, 2019).

Pendidikan Islam tidak dipungkiri memiliki peran yang penting dalam


perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Meskipun demikian, keberadaan pendidikan
Islam saat ini nampaknya sudah mulai kurang menarik . Kondisi ini membutuhkan
respon yang aktif-kreatif untuk memberdayakan pendidikan Islam untuk
merespon (Wahid, 2006). Kesenjangan antara idealitas Islam sebagai agama yang
cinta akan perdamaian dan berkemajuan dengan kenyataan berbagai peristiwa
kekerasan dan kondisi ketertinggalan umat Islam saat ini adalah fakta yang mau
tidak mau harus diselesaikan.

Manusia menjadi salah satu faktor penentu dalam upaya menjaga


kelestarian lingkungan, sekaligus memiliki peran dan tanggung jawab untuk
memberdayakan kekayaan lingkungan guna kelangsungan hidup ekosistem.
Dalam kenyataan keinginan besar untuk memenuhi kepuasan hidup, sering
menjadi pemicu manusia untuk menguasai alam yang cenderung menimbulkan

1. Wahid, F. (2006). Pemberdayaan Pendidikan Islam Merespon Perkembangan


Teknologi Informasi. El- Tarbawi -Jurnal Pendidikan Islam, I(1), 71–82.
2. Wiranata, R. S. (2019). Konsep Pemikiran Pembaharuan Muhammad Abduh
Dan Relevansinya Dalam Manajemen Pendidikan Islam Di Era Kontemporer
(Kajian Filosofis Historis). Al-Fahim, I(1), 113–133
kerusakan akibat sikap mementingkan kebutuhan sendiri tanpa memperhatikan
kelangsungan hidup (Karim, 2017).

Sejarah dan Definisi Pendidikan Islam

Sejarah pendidikan Islam di Indonesia sebenarnya telah berlangsung sejak


sekian lama dari zaman prakemerdekaan sampai sekarang.Oleh sebab itulah
dalam perkembangan penataan kebijakan dan pemberdayaan pendidikan Islam
mesti tetap memerhatikan dua aspek strategis.Yakni, pertama, aspek kontinuitas
tujuan, subtansi dan jatidiri pendidikan Islam.Kedua, aspek inovasi dan
transformasi yang memungkinkan pendidikan Islam memiliki keunggulan
komparatif dan kompetitif dalam sistem pendidikan secara umum di Indonesia
(Wahidah & Rozi, n.d.).

Untuk penataan kembali pendidikan Islam, tanpaknya perlu kita menoleh


sejarah perkembangan pendidikan Islam pada abad ke-9, di mana dunia Islam
mulai mengenal sistem madrasah yang ternyata telah menimbulkan perubahan
radikal dalam sistem pendidikan Islam. Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan dan mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, akhlak
mulia dan ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara
(Maunah, 2015).

Sementara konsep pendidikan dalam Islam adalah 2“long life education”


atau dalam bahasa Hadits Rasul “sejak dari pangkuan ibu sampai ke liang lahat”
(from the cradle to the grave). Term ini memiliki pengertian bahwa pada tahap
awal, khususnya sebelum memasuki bangku sekolah, peran orang tua (ibu)
amatlah krusial dan menentukan, mengingat pada usia balita inilah orang tua,
memegang peran penting di dalam menanamkan nilai-nilai keislaman kepada
anak. Hal ini akan terjadi, jika para pimpinan dan pendidik di berbagai lembaga

1. Karim, A. (2017). Mengembangkan Kesadaran Melestarikan Lingkungan


Hidup Berbasis Humanisme Pendidikan Agama. Jurnal Penelitian Pendidikan
Islam, 12(2), 309–330.
2. Maunah, B. (2015). Pendidikan Dalam Perspektif Struktural Konflik.
Cendekia, 9(1), 71–78.
3. Wahidah, E. Y., & Rozi, A. (N.D.). Potret Pendidikan Islam Di Era
Kontemporer.
pendidikan Islam memulai untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan
kinerjanya. Jika tidak, maka cita-cita mening-katkan kualitas pendidikan Islam
hanyalah sebuah impian belaka. (Anwar, 2018)

Dari berbagai literatur ditemukan bahwa terminologi “Pendidikan Islam”


digunakan untuk merujuk dua hal; lembaga pendidikan dan pengajaran Islam.
Pertama, pendidikan Islam diartikan sebagai lembaga pendidikan Islam. Lembaga
pendidikan Islam pada awal berdirinya memang hanya mengajarkan kurikulum
yang terkait dengan perkembangannya beberapa juga mengajarkan yang disebut
“ilmu umum”, mulai dari tingkat madrasah ibtidaiyah sampai dengan perguruan
tinggi. Pesantren dan madrasah adalah contoh klasik lembaga pendidikan Islam
yang sangat berperan sampai saat ini, bahkan mulai sebelum kelahiran Indonesia
(Hasri, 2016).

Tujuan Pendidikan Islam

Pendidikan Islam Kontemporer adalah kegiatan yangdilaksanakan secara


terencana dan sistematis untuk mengembangkan potensi anak didik berdasarkan
pada kaidah-kaidah agama Islam pada masa sekarang. Tujuan Pendidikan Islam
Kontemporer harus sesuai dengan tujuan pendidikan Nasional yang sesuai dengan
UU Sisdiknas 2003 Pasal 1 ayat (2) yakni pendidikan yang berdasarkan Pancasila
dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar
pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional dan tanggap terhadap tuntutan
perubahan zaman (Soehadha, 2018)

Tujuan pendidikan Islam adalah membentuk manusia sempurna (insan


kamil) yang bermuara pada penghambaan kepada Allah. Dalam pendidikan Islam,
tidak satu pun aspek dalam pengembangan manusia yang tidak tersentuh, mulai
dari (1) membantu pengembangan individu, (2) meningkatkan pemahaman
masyakarat terhadap aturan-aturan sosial dan moral, dan (3) mentransmisikan

1. Anwar, K. (2018). Pendidikan Islam Kontemporer : Antara Konsepsi Dan


Aplikasi. Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung.
2. Hasri. (2016). Studi Kritis Pemikiran Islam Kontemporer. Journal Of Islamic
Education Management, 1(1), 33–47.
3. Soehadha, M. (2018). Distingsi Keilmuan Sosiologi Agama Sejarah
Perkembangan , Epistemologi , Dan Kontribusi Praksis. Jurnal Sosiologi Agama,
12(1), 31–46.
pengetahuan. Ketiga hal ini dicapai dengan implementasi ketiga prinsip dalam
pendidikan Islam, mulai dari 1tarbiyah (to grow, increase), 1ta’dib (to be refined,
disciplined, cultured), dan 1ta’lim (to know, be informed, perceive, discern)
(Anwar, 2018).

Pendidikan Islam di Indonesia

Pendidikan Islam telah berperan sangat penting dalam sejarah bangsa


Indonesia, dan terus berkembang sampai saat ini. Meskipun demikian, keberadaan
pendidikan Islam, yaitu madrasah, baru diakui statusnya oleh pemerintah pada
tahun 1975 sejak diterbitkannya Surat Keputusan Bersama (SKB) Tiga Menteri.
SKB ini mengakui lulusan madrasah sama dengan lulusan sekolah modern atau
sekuler. Sejak saat itu, madrasah masuk dalam sistem pendidikan.

Alasan mengapa ilmu pendidikan islam sangat diperlukan, antara lain :

1) Pendidikan sebagai usaha membentuk pribadi manusia harus melalui


proses yang panjang, dengan hasil yang tidak dapat diketahui dengan segera.
Dalam proses pembentukan tersebut diperlukan suatu perhitungan yang matang
dan hati-hati berdasarkan pandangan dan pemikiran-pemikiran atau teori yang
cepat, sehingga keggalan atau kesalahan langakah pembentukan terhadap anak
didik dapat dihindarkan;

2) Pendidikan Islam yang bersumber dari nilai-nilai ajaran Islam harus


bisa menanamkan atau membentuk sikap hidup yang dijiwai nilai-nilai tersebut,
juga mengembangkan kemapuan berilmu pengetahuan sejalan dengan nilai-nilai
islam yang melandasi, merupakan proses ikhtiariah yang secara pedagogis
mamapu mengembangkan hidup anak ke arah kedewasaan atau kematangan yang
menguntungkan dirinya (Saihu, 2020)

Isu Kontemporer Pendidikan Islam Isu-isu kontemporer pendidikan di


Indonesia saat ini banyak sekali.Isu-isu tersebut berkembang begitu cepat dan
pesat dengan adanya ICT sekarang ini. Kontemporer artinya kekinian, modern

1. Anwar, K. (2018). Pendidikan Islam Kontemporer : Antara Konsepsi Dan


Aplikasi. Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung.
2. Saihu. (2020). KONSEP PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM
MENURUT FAZLURRAHMAN. Andragogi Jurnal Pendidikan Islam, 2(1), 83–
99.
atau sesuatu yang sama dengan kondisi waktu yang sama saat ini. Jadi isu
kontemporer pendidikan menurut penulis adalah isu-isu terkait dunia pendidikan
yang tidak terikat lagi oleh aturan-aturan zaman dulu, dan berkembang sesuai
zaman sekarang. Salah satu isu kontemporer pendidikan di Indonesia yaitu
"Komersialisasi Pendidikan" (Asrori, 2008)

Harus jujur diakui praktik komersialisasi pendidikan yang terjadi di


Indonesia saat ini telah menjadi sebuah rahasia umum. Nampaknya gejala
komodifikasi pendidikan itu telah menjangkit mulai dari jenjang playgroup
hingga perguruan tinggi, baik itu swasta maupun negeri. Contohnya yang paling
sederhana yaitu semakin mahalnya biaya untuk masuk ke sebuah perguruan tinggi
sekarang ini. Belum lagi besarnya biaya sumbangan pengembangan institusi yang
harus dibayarkan.Bahkan di kota-kota besar untuk sekedar masuk jenjang
playgroup saja para orang tua harus rela mengeluarkan uang jutaan rupiah
(Kompri, 2019).

Rumusan Masalah

Tujuan pendidikan Islam hanya diorientasikan kepada kehidupan akhirat


semata dan cenderung bersifat defendif, yaitu untuk menyelamatkan kaum
muslimin dari pencemaran dan pengrusakan yang ditimbulkan oleh dampak
gagasan barat yang datang melalui berbagai disiplin ilmu, terutama gagasan
gagasan yang mengancam akan meledakkan standar-standar moralitas tradisional
Islam (Saihu, 2020). Pendidikan Islam yang mengalami perubahan sesuai dengan
perkembangan zaman, perkembangan ilmu pengetahuan serta perkembangan
teknologi.

Dalam perkembangan tersebut lebih lanjut menyentuh berbagai aspek


pendidikan (Pendidikan Islam) yang ada. Oleh sebab itu, Pendidikan Islam harus
didesain mengikuti perubahan perkembangan zaman, kalau tidak begitu maka
siap-siap pendidikan Islam akan ketinggalan (Kompri, 2019). Pandangan ini

1. Asrori, M. (2008). Dinamika Pendidikan Islam Di Indonesia (Kajian Historis


Dari Tradisional Menuju Kontemporer). EL_Harakah, 10(1).
2. Kompri, 2019. Pendidikan Islam DI Era Kontemporer, Edisi 1, Bandung :
Alfabeta
3. Saihu. (2020). Konsep Pembaharuan Pendidikan Islam Menurut Fazlurrahman.
Andragogi Jurnal Pendidikan Islam, 2(1), 83–99.
sangat berpengaruh terhadap sistem pendidikan Islam, yang akhirnya dipandang
selalu berada pada posisi deretan kedua dalam konstelasi sistem pendidikan di
Indonesia, walaupun dalam undang-undang sistem pendidikan nasional
menyebutkan pendidikan Islam mesupakan sub-sistem pendidikan nasional.
Tetapi predikat keterbelakangan dan kemunduran tetap melekat padanya, bahkan
pendidikan Islam sering “dinobat” hanya untuk kepentingan orang-orang yang
tidak mampu atau miskin (Sanaky, n.d.).

Dalam hal ini, maka pendidikan Islam di Indonesia dewasa ini memberi
kesan yang tidak menggembirakan. Dalam teori pendidikan modern, pendekatan
ini dikenal dengan 4andragogi. Intervensi yang bisa dilakukan TI dalam model
pembelajaran ini sangat jelas. Hadirnya dengan semua variasi tingkatannya telah
memfasilitasi perubahan ini. Secara umum, e-learning dapat didefinisikan sebagai
pembelajaran yang bisa dilakukan semua media elektronik termasuk, Internet,
intranet, extranet, satelit, audio/ video tape, TV interaktif, dan CD ROM

E-learning telah mendorong demokratisasi pengajaran dan proses


pembelajaran dengan memberikan kendali yang lebih besar dalam pembelajaran
kepada murid. Hal ini sangat sesuai dengan prinsip penyelenggaraan pendidikan
nasional seperti termaktub dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa “pendidikan
diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif
dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan
kemajemukan bangsa” (Mahfudh, 2016).

Secara umum, intervensi e-learning dalam proses pembelajaran dapat


dikelompokkan menjadi dua: komplementer dan substitusi. Yang pertama
mengandaikan bahwa cara pembelajaran dengan pertemuan tatap-muka masih
berjalan tetapi ditambah dengan model interaksi berbantuan TI, sedang yang
kedua sebagian besar proses pembelajaran dilakukan berbantuan TI. Saat ini,

1. Mahfudh, H. (2016). Dari Ibrahim M . Abu Rabi ’ Tentang Problematika Studi


Islam Kontemporer. Journal Of Islamic Studies And Humanities, 1(1), 23–39

2. Sanaky, H. (N.D.). Pendidikan Islam Di Indonesia [ Suatu Kajian Upaya


Pemberdayaan ]
regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah juga telah memfasilitasi pemanfaatan
e-learning sebagai substitusi proses pembelajaran konvensional.

Berdasarkan uraian diatas dapat dibentuk beberapa rumusan masalah berupa


pertanyaan

1. Apa substansi Pendidikan Islam Kontemporer menurut Kompri?


2. Mengapa Pendidikan Islam Kontemporer perlu ditelaah secara konseptual?
3. Bagaimana aktualisasi dan pemikiran dari kompri mengenai Pendidikan
Islam Kontemporer ?
4. Bagaimana kepentingan pendidikan islam di era kontemporer ?

Tujuan Penelitian

Tulisan ini menjelaskan potensi TI (Teknologi Informasi) yang bisa


dimanfaatkan oleh pendidikan Islam, baik sebagai lembaga pendidikan Islam
maupun sebagai pengajaran Islam. Tulisan ini membahas tentang model pedidikan
Islam modern dalam perspektif Kompri. Sebagaimana diketahui, Kompri adalah
seorang pemikir kontemporer Islam yang banyak memiliki karya dan salah
satunya adalah tentang pendidikan Islam. Hal ini penting untuk diuraikan,
mengingat dan dewasa ini pendidikan Islam sedang mengalami kemunduran.
Suatu kutipan pernyataan dari (Kompri, 2019) mengenai kepemimpinan dalam
pendidikan islam ialah :

Seorang pemimpin yang menginginkan keberhasilan dalam


lembaga atau organisasi yang di pimpinnya harus banyak memiliki suatu
kelebihan yang dapat diteladani oleh para bawahannya. Pemimpin yang
baik memahami bahwa keteladanan merupakan alat bantu yang ampuh
dan efektif dalam menjalankan roda kepemimpinannya, keteladanan yang
diberikannya berdaya pengaruh jauh lebih hebat dibandingkan bila ia
hanya mengkhotbahkannya

Pemikiran pendidikan Islam dapat dijadikan landasan atau paling tidak


rujukan dalam rangka mengembangkan pendidikan Islam di era kontemporer
1. Kompri, 2019. Pendidikan Islam DI Era Kontemporer, Edisi 1, Bandung :
Alfabeta
sekarang ini serta dapat bersaing dengan model pendidikan modern lainnya.
Sesungguhnya Islam sangatlah memperhatikan dan mementingkan pendidikan.
Sebab pendidikan merupakan wadah untuk membentuk manusia yang sempurna.
Selain itu dengan pendidikan yang baik dan berkualiatas, individu-individu yang
beradab akan terbentuk dan pada akhirnya akan memunculkan kehidupan sosial
yang bermoral. Pendidikan merupakan proses budaya untuk meningkatkan harkat
dan martabat manusia yang berlangsung sepanjang hayat

Oleh karena itu dapat disederhankan menjadi 3 poin yaitu;

1. Mengetahui konsep dan substansi Pendidikan Islam menurut Kompri


secara filosofis, historis dan kritis.

2. Menelaah dan mendesrikpsikan keterkaitan antara pendidikan islam di


era kontemporer dengan aktualisasi nyata.

3. Menjadi sumbangan pemikiran Manajemen Pendidikan Islam dalam


menghadapi era kontemporer.

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini dapat memberikan kontribusi teoritis dan kontribusi praktis.


Kontribusi teoritis dapat dijadikan paradigma baru bagi peneliti berikutnya untuk
melakukan studi tentang pendidikan Islam Kontemporer: antara konsepsi dan
aplikasi. Sementara kontribusi praktis, bahwa pendidikan Islam sangat relevan
dan representatif untuk direalisasikan secara konsepsi dan aplikasi Kontemporer
saat ini, dimana disiplin ilmu ini selalu muttakhir, aktual, berkembang serta
update pada setiap era dan generasi (Anwar, 2018)

Diharapkan seorang pendidik tidak hanya mentransfer ilmu pengetahuan


saja, tetapi juga mentransfer nilai-nilai, etika dan moral yang baik. Sebagai
seorang murabbi ruh, pendidik juga bertugas melakukan bimbingan dan pelatihan,
baik dalam kegiatan kelas maupun kegiatan di luar kelas. Pendidik harus siap
mendengarkan permasalahan yang dialami peserta didik serta menawarkan

1. Anwar, K. (2018). Pendidikan Islam Kontemporer : Antara Konsepsi Dan


Aplikasi. Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung.
berbagai solusi untuk menyelesaikannya. Pendidik juga harus mengarahkan
peserta didik untuk mengembangkan minat dan bakatnya (Kompri, 2019).

Selain itu, pendidik harus melakukan penilaian dan evaluasi untuk melihat
kemajuan yang dialami oleh peserta didik. Oleh karena itu, seorang guru dituntut
memiliki kompetensi 3pedagogik, sosial, kepribadian, profesional, dan leadership.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat kitadefinisikan kembali bahwa secara umum,
pendidik merupakan orang yang memiliki tanggung jawab terhadap
perkembangan peserta didik

Oleh karena itu terdapat 3 (tiga) pendekatan pembaharuan pendidikan di


Era Kontemporer Menurut Kompri, yaitu:

1) Mengislamkan pendidikan sekuler modern;

2) Menyederhanakan silabus silabus dalam rangka pendidikan tradisional;

3) Menggabungkan cabang-cabang ilmu pengetahuan. Dengan demikian,


maka tujuan pendidikan Islam akan mengarah pada:

a) Pengembangan manusia sedemikian rupa sehingga semua pengetahuan


yang diperolehnya akan menjadi organ pada keseluruhan pribadi yang kreatif;

b) Menyelamatkan manusia dari diri sendiri, oleh diri sendiri, dan untuk
diri sendiri, dan

c) Untuk melahirkan ilmuwan yang padanya terintegrasi ilmu- ilmu agama


dan ilmu-ilmu umum modern yang ditandai oleh adanya sifat kritis dan kreatif.

Metode Kajian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Menurut


Nana Syaodih Sukmadinata, penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang
ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisa fenomena peristiwa, aktivitas
sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun
kelompok. Penelitian ini menggunakan pendekatan metode deskriptif. Metode

1. Kompri, 2019. Pendidikan Islam DI Era Kontemporer, Edisi 1, Bandung :


Alfabeta
deskriptif menurut Best, “metode deskriptif merupakan metode penelitian yang
berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya.

Data yang dikumpulkan dapat berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-
angka. Penelitian deskriptif pada umumnya dilakukan dengan tujuan utama, yaitu
menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek atau subjek yang
diteliti secara tepat. Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library
research) maka dari itu diperlukan banyaknya literatur-literatur yang relevan
dengan konten kebebasan manusia dalam berkreativitas ditinjau pendidikan Islam.

Untuk memudahkan pengumpulan data, fakta dan informasi yang


mengungkapkan dan menjelaskan permasalahan dalam penelitian ini, penulis
menggunakan metode penelitian studi kepustakaan, yaitu mengumpulkan data,
fakta dan informasi berupa tulisan-tulisan dengan bantuan bermacam macam
material yang terdapat di ruangan perpustakaan untuk mencari pijakan atau
fondasi landasan teori, misalnya berupa jurnal, buku-buku yang relevan, majalah,
naskah, catatan kisah sejarah; surat kabar, internet dan sumber lain yang
berhubungan dengan penelitian ini.

Sumber data pokok yang akan diteliti dalam penelitian ini berupa buku-
buku yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Literature yang terdiri dari:
Pertama, sumber data utama (Primer), yaitu: buku-buku yang mengacu kepada
pokok bahasan terutama telaah dari buku “Pendidikan Islam di Era Kontemporer)
oleh Kompri; Kedua, sumber data Sekunder yang merupakan buku-buku
penunjang ataupun pembanding terhadap judul yang akan diteliti.

Secara metodologis, analisis ini mencoba menawarkan asumsi-asumsi


epistemologis terhadap pemahaman yang tidak hanya berkutat pada analisa teks
tetapi juga menekankan pada konteks yang melingkupinya serta
kontekstualisasinya dalam masa yang berbeda. Sehingga diharapkan tidak ada
subjektifitas yang muncul dalam penelitian ini. interpretasi diarahkan pada
rekonstruksi filosofis yaitu mengaitkan gagasan tokoh dengan kejadian saat ini
(era kontemporer).

1. Kompri, 2019. Pendidikan Islam DI Era Kontemporer, Edisi 1, Bandung :


Alfabeta
Definisi Istilah

1
Qath'i secara leksikal berarti ‘‘secara pasti’’.1 Sedangkan kata dhanni
secara leksikal berarti: Pikiran, pendapat, dugaan, perkiraan. 2 Secara terminologi,
qath’i menunjuk makna khusus berdasarkan teks sehingga tidak berpeluang
ditakwilkan, dan tidak ada ruang untuk memaknai kecuali makna dasarnya.3
Sedangkan dhanni adalah (ayat-ayat Al Qur’an) yang memugkinkan ditakwilkan
dari makna asalnya kepada makna lain. Dengan demikian, ayat-ayat yang qath’i
adalah ayat yang mengandung makna yang jelas sehingga tidak ada ruang untuk
memaknai selain dari makna asalnya. Sedangkan ayat-ayat yang tergolong dhanni
adalah ayat yang mengandung makna ambigu/ganda, sehingga terbuka ruang
untuk ditakwilkan dari makna leksikalnya kepada makna yang lain (Mahfudh,
2016)

2
Terminologi pendidikan dalam konteks Islam pada umumnya mengacu
kepada term altarbiyah, al-ta’dib, dan al-ta’lim. Dari ketiga istilah tersebut term
yang popular digunakan dalam praktik pendidikan Islam adalah term al-tarbiyah.
Sedangkan term al-ta’dib dan al-ta’lim jarang sekali digunakan. Padahal kedua
terminologi dimaksud telah digunakan sejak awal pertumbuhan pendidikan Islam.
(Omar Mohammad al-Thoumy al-Syaibany dalam al-Rasyidin dan Samsul Nizar,
Fislsafat Pendidikan Islam: Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis, Jakarta:
Ciputat Press, 2005, Cet.ke-2). Meskipun dalam kondisi tertentu, ketiga terma
tersebut memiliki kesamaan makna. Namun secara substansial, setiap term
memiliki perbedaan, baik secara tekstual maupun kontekstual.

3
Long Life Education (konsep pendidikan seumur hidup) adalah rancangan
atau gagasan tentang proses pembimbingan manusia yang terus berlangsung
selama ia hidup.

4
Pedagogi adalah disiplin yang berhubungan dengan teori dan praktik
pendidikan; dengan demikian ini menyangkut studi tentang cara terbaik untuk
mengajar. Mencakup serangkaian praktik yang luas, tujuannya berkisar dari
memajukan pendidikan liberal (pengembangan umum potensi manusia) hingga
spesifik yang lebih sempit dari pendidikan kejuruan (menanamkan dan
mengakuisisi keterampilan khusus).

5
Andragogi ialah adalah proses untuk melibatkan peserta didik dewasa ke
dalam suatu struktur pengalaman belajar.

Daftar Pustaka

anwar, K. (2018). Pendidikan Islam Kontemporer : Antara Konsepsi Dan


Aplikasi. Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung.

Asrori, M. (2008). Dinamika Pendidikan Islam Di Indonesia (Kajian Historis Dari


Tradisional Menuju Kontemporer). El_Harakah, 10(1).

Hasri. (2016). Studi Kritis Pemikiran Islam Kontemporer. Journal Of Islamic


Education Management, 1(1), 33–47.

Ibrahim. (2016). Pemikiran Islam Kontemporer (Studi Kritis Terhadap Pemikiran


Harun Nasution). Jurnal Aqidah-Ta, Ii(2), 99–110.

Karim, A. (2017). Mengembangkan Kesadaran Melestarikan Lingkungan Hidup


Berbasis Humanisme Pendidikan Agama. Jurnal Penelitian Pendidikan
Islam, 12(2), 309–330.

Kompri, 2019. Pendidikan Islam Di Era Kontemporer, Edisi 1, Bandung :


Alfabeta
Mahfudh, H. (2016). Dari Ibrahim M . Abu Rabi ’ Tentang Problematika Studi
Islam Kontemporer. Journal Of Islamic Studies And Humanities, 1(1), 23–
39.

Maunah, B. (2015). Pendidikan Dalam Perspektif Struktural Konflik. Cendekia,


9(1), 71–78.

Nurcahyo, O. H. (2018). Pendidikan Multikultural Di Indonesia: Analisis


Sinkronis Dan Diakronis. Jurnal Pendidikan Sosiologi, Dan Antropologi,
2(1), 105–115.
Saihu. (2020). Konsep Pembaharuan Pendidikan Islam Menurut Fazlurrahman.
Andragogi Jurnal Pendidikan Islam, 2(1), 83–99.

Sanaky, H. (N.D.). Pendidikan Islam Di Indonesia [ Suatu Kajian Upaya


Pemberdayaan ].

Soehadha, M. (2018). Distingsi Keilmuan Sosiologi Agama Sejarah


Perkembangan , Epistemologi , Dan Kontribusi Praksis. Jurnal Sosiologi
Agama, 12(1), 31–46.

Syuhud, F. (N.D.). Tantangan Pendidikan Islam Di Era Globalisasi. 1–12.

Wahid, F. (2006). Pemberdayaan Pendidikan Islam Merespon Perkembangan


Teknologi Informasi. El- Tarbawi -Jurnal Pendidikan Islam, I(1), 71–82.

Wahidah, E. Y., & Rozi, A. (N.D.). Potret Pendidikan Islam Di Era Kontemporer.

Wiranata, R. S. (2019). Konsep Pemikiran Pembaharuan Muhammad Abduh Dan


Relevansinya Dalam Manajemen Pendidikan Islam Di Era Kontemporer
(Kajian Filosofis Historis). Al-Fahim, I(1), 113–133.

Anda mungkin juga menyukai