Persaingan global dalam bidang ekonomi akan semakin keras tetapi selalu
dalam konteks kerja sama. Demikian juga industrialisasi yang menuntut
rasionalitas, efektivitas, dan efisiensi dalam semua segi kehidupan. Rasionalitas
dapat berbenturan dengan nilai nilai hadits yang emosional, termasuk nilai nilai
keagamaan. Dominasi rasio ini berkembang pesat melalui pendidikan dan
menyebabkan lemahnya kehidupan beragama sebagaimana dilihat dari
berkembangnya sekularisme di dunia barat yang memisahkan agama dari
kehidupan bernegara (Kompri, 2019)
Tetapi yang paling penting adalah bagaimana nilai moral yang telah
ditanamkan pendidikan Islam mampu berperan sebagai pembebas dari himpitan
kebodohan dan keterbelakangan (Wahidah & Rozi, n.d.). Persoalan sebenarnya
terletak pada mereka yang menguasai komunikasi global tersebut memiliki
perbedaan perspektif yang ekstrim dengan Islam dalam memberikan criteria nilai-
nilai moral; antara nilai baik dan buruk, antara kebenaran sejati dan yang artifisial
(Syuhud, n.d.).
Rumusan Masalah
Dalam hal ini, maka pendidikan Islam di Indonesia dewasa ini memberi
kesan yang tidak menggembirakan. Dalam teori pendidikan modern, pendekatan
ini dikenal dengan 4andragogi. Intervensi yang bisa dilakukan TI dalam model
pembelajaran ini sangat jelas. Hadirnya dengan semua variasi tingkatannya telah
memfasilitasi perubahan ini. Secara umum, e-learning dapat didefinisikan sebagai
pembelajaran yang bisa dilakukan semua media elektronik termasuk, Internet,
intranet, extranet, satelit, audio/ video tape, TV interaktif, dan CD ROM
Tujuan Penelitian
Kegunaan Penelitian
Selain itu, pendidik harus melakukan penilaian dan evaluasi untuk melihat
kemajuan yang dialami oleh peserta didik. Oleh karena itu, seorang guru dituntut
memiliki kompetensi 3pedagogik, sosial, kepribadian, profesional, dan leadership.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat kitadefinisikan kembali bahwa secara umum,
pendidik merupakan orang yang memiliki tanggung jawab terhadap
perkembangan peserta didik
b) Menyelamatkan manusia dari diri sendiri, oleh diri sendiri, dan untuk
diri sendiri, dan
Metode Kajian
Data yang dikumpulkan dapat berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-
angka. Penelitian deskriptif pada umumnya dilakukan dengan tujuan utama, yaitu
menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek atau subjek yang
diteliti secara tepat. Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library
research) maka dari itu diperlukan banyaknya literatur-literatur yang relevan
dengan konten kebebasan manusia dalam berkreativitas ditinjau pendidikan Islam.
Sumber data pokok yang akan diteliti dalam penelitian ini berupa buku-
buku yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Literature yang terdiri dari:
Pertama, sumber data utama (Primer), yaitu: buku-buku yang mengacu kepada
pokok bahasan terutama telaah dari buku “Pendidikan Islam di Era Kontemporer)
oleh Kompri; Kedua, sumber data Sekunder yang merupakan buku-buku
penunjang ataupun pembanding terhadap judul yang akan diteliti.
1
Qath'i secara leksikal berarti ‘‘secara pasti’’.1 Sedangkan kata dhanni
secara leksikal berarti: Pikiran, pendapat, dugaan, perkiraan. 2 Secara terminologi,
qath’i menunjuk makna khusus berdasarkan teks sehingga tidak berpeluang
ditakwilkan, dan tidak ada ruang untuk memaknai kecuali makna dasarnya.3
Sedangkan dhanni adalah (ayat-ayat Al Qur’an) yang memugkinkan ditakwilkan
dari makna asalnya kepada makna lain. Dengan demikian, ayat-ayat yang qath’i
adalah ayat yang mengandung makna yang jelas sehingga tidak ada ruang untuk
memaknai selain dari makna asalnya. Sedangkan ayat-ayat yang tergolong dhanni
adalah ayat yang mengandung makna ambigu/ganda, sehingga terbuka ruang
untuk ditakwilkan dari makna leksikalnya kepada makna yang lain (Mahfudh,
2016)
2
Terminologi pendidikan dalam konteks Islam pada umumnya mengacu
kepada term altarbiyah, al-ta’dib, dan al-ta’lim. Dari ketiga istilah tersebut term
yang popular digunakan dalam praktik pendidikan Islam adalah term al-tarbiyah.
Sedangkan term al-ta’dib dan al-ta’lim jarang sekali digunakan. Padahal kedua
terminologi dimaksud telah digunakan sejak awal pertumbuhan pendidikan Islam.
(Omar Mohammad al-Thoumy al-Syaibany dalam al-Rasyidin dan Samsul Nizar,
Fislsafat Pendidikan Islam: Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis, Jakarta:
Ciputat Press, 2005, Cet.ke-2). Meskipun dalam kondisi tertentu, ketiga terma
tersebut memiliki kesamaan makna. Namun secara substansial, setiap term
memiliki perbedaan, baik secara tekstual maupun kontekstual.
3
Long Life Education (konsep pendidikan seumur hidup) adalah rancangan
atau gagasan tentang proses pembimbingan manusia yang terus berlangsung
selama ia hidup.
4
Pedagogi adalah disiplin yang berhubungan dengan teori dan praktik
pendidikan; dengan demikian ini menyangkut studi tentang cara terbaik untuk
mengajar. Mencakup serangkaian praktik yang luas, tujuannya berkisar dari
memajukan pendidikan liberal (pengembangan umum potensi manusia) hingga
spesifik yang lebih sempit dari pendidikan kejuruan (menanamkan dan
mengakuisisi keterampilan khusus).
5
Andragogi ialah adalah proses untuk melibatkan peserta didik dewasa ke
dalam suatu struktur pengalaman belajar.
Daftar Pustaka
Wahidah, E. Y., & Rozi, A. (N.D.). Potret Pendidikan Islam Di Era Kontemporer.