ISSN: 1411-8564
Vol. 10 No. 2
Nurokhim1*
1 *Universitas Jayabaya
90
Jurnal Penelitian Hukum Legalitas Volume 10 No.2
Pendahuluan
Sengketa tanah dalam masyarakat seringkali
Tanah mempunyai arti dan peranan yang sangat terjadi dimana semakin tahun semakin
penting bagi kehidupan manusia, karena semua meningkat dan terjadi hampir di seluruh daerah
orang memerlukan tanah semasa hidupnya di Indonesia baik di daerah perkotaan maupun
sampai meninggal dunia dan mengingat di pedesaan.
susunan kehidup an dan pola perekonomian
Kasus pertanahan yang seringkali terjadi bila
sebagian besar yang masih bercorak agraris
dilihat dari konflik kepentingan para pihak
(Nugroho, 2001). Tanah bagi kehidupan
dalam sengketa pertanahan antara lain:
manusia, mengandung makna yang
1. Rakyat berhadapan dengan birokrasi negara;
multidemensional. Pertama, dari sisi ekonomi,
2. Rakyat berhadapan dengan perusahaan
tanah merupakan sarana produksi yang dapat
negara;
mendatangkan kesejahteraan. Kedua, secara
3. Rakyat berhadapan dengan perusahaan
politis, tanah dapat menetukan posisi seseoarang
swasta;
dalam pengambilan keputusan masyarakat.
4. Konflik antara rakyat.
Ketiga, sebagai kapital budaya, dapat menetukan
tinggi rendahnya status sosial pemiliknya. Hubungan hukum antara manusia dengan tanah
Keempat, tanah bermakna sakral, karena pada di Indonesia telah lama mendapat perhatian.
akhir hayat setiap orang akan kembali kepada Sifat hubungan itu berkembang menurut
tanah. (Nugroho, 2001) berkembangnya budaya terutama oleh pengaruh
sosial, politik, dan ekonomi. Kuatnya sistem
Dominasi kegiatan manusia yang berkaitan
penguasaan tanah oleh masyarakat merupakan
dengan tanah dibidang ekonomi diwujudkan
cermin dari sistem budaya dan perekonomian
melalui pemanfaatan tanah sesuai dengan
tradisional yang ada di Indonesia.
ketentuan UUPA dengan berbagai jenis hak atas
tanah seperti Hak Milik, Hak Guna Bangunan, Di Indonesia, sebagian besar penghidupan
Hak Guna Usaha dan sebagainya. Akibat masyarakatnya masih mengandalkan ekonomi
pemanfaatan tanah sesuai dengan kebutuhan mereka di sektor pertanahan. Banyak sekali
manusia melalui perbuatan hukum sering usaha yang berkaitan dengan pertanahan.
menimbulkan hubungan hukum sebagai contoh Kondisi tata kota yang berubah–ubah di
pemilikan hak atas tanah. Selain itu tanah juga Indonesia menyebabkan banyaknya masalah
sering menjadi obyek yang sangat subur untuk pertanahan, seiring dengan bertambahnya
dijadikan ladang sengketa oleh berbagai pihak jumlah penduduk di Indonesia. (Salehindo, 2000)
dan kelompok2.
91
Nurokhim/ Perlindungan Hukum Bagi Pemegang Hak Atas Tanah../
Kecenderungan berkurangnya tanah untuk yang diajukan oleh pemegang hak atas tanah
digarap dan juga kondisi sosial yang kurang (yang sifatnya tidak melalui jalur hukum seperti
seimbang dikarenakan keadaan perekono- mian verzet) memperoleh dukungan moral dan politis
masyarakatnya yang tidak merata dan juga dari berbagai lapisan masyarakat seperti
diperparah dengan kondisi tata kota yang Parlemen, Pemda, Lembaga Sosial Masyarakat
kurang terencana dengan baik akan menim- (LSM) dan lain-lain.
bulkan masalah–masalah pertanahan yang
nantinya dapat mengakibatkan permasalahan di Metodologi Penelitian
bidang politik, ekonomi dan sosial. Kebutuhan
Sifat penelitian yang akan dilakukan yaitu
atas tanah untuk keperluan pem- bangunan
deskriptif analitis (Adi, 2004). Disebut deskriptif
harus pula mendapat perhatian dalam rangka
karena dari penelitian ini diharapkan diperoleh
mencapai masyarakat adil dan makmur, oleh
gambaran secara menyeluruh dan sistematis
karena itu harus pula di- usahakan adanya
mengenai masalah yang diteliti yaitu mengenai
keseimbangan antara keperluan tanah untuk
Perlindungan Hukum Terhadap Pemilik Tanah
keperluan pribadi atau perorangan dan
Atas Sengketa Tanah dan dianalisis berdasarkan
kepentingan banyak pihak atau masyarakat pada
peraturan perundang-undangan dan pen- dapat-
umumnya.
pendapat para ahli yang sesuai dengan
Sengketa mengenai tanah dapat dicegah, paling permasalahan yang diteliti. Penelitian ini
tidak dapat diminimalkan apabila diusahakan merupakan penelitian yang bersifat kualitatif
menghindari penyebabnya, sengketa–sengketa yang lebih mementingkan pemahaman data
itu adalah peristiwa hukum, sehingga sebab– yang ada dari pada kuantitas atau banyaknya
sebabnya dapat diketahui dan dikenali dengan data (Lexy, J., 2000). Dengan demikian penelitian
kembali melihat melalui pandangan–pandangan ini selalu mengacu kepada asas-asas hukum,
hukum tanah yang ada. Dari sengketa– sengketa peraturan perundang-undangan, jurisprudensi
di pengadilan, proses penyelesaian perkaranya dan doktrin-doktrin hukum yang
memerlukan waktu yang panjang, adakalanya menitikberatkan pada penelitian kepustakaan di
sampai bertahun–tahun, hal tersebut bidang hukum dengan menggunakan bahan
dikarenakan adanya tingkatan pengadilan yang yang ada. Langkah awal dalam penelitian ini
harus dilalui yaitu Pengadilan Negeri, adalah menginventarisasi hukum positif yang
Pengadilan Tinggi dan Mahkamah Agung. berlaku. Hukum positif yang telah
(Rajagukguk, 1999) diinventarisasi kemudian dipilah menurut
norma-normanya untuk menentukan mana yang
Pemerintah yang diwakili oleh instansi yang
merupakan norma hukum dan mana yang
berwenang untuk mengadakan dan menye-
merupakan norma non hukum. Hasil norma-
lenggarakan administrasi pertanahan apabila
norma yang telah dipilih tersebut ditelaah untuk
melakukan tugasnya dengan baik dan benar
melihat kesesuaiannya atau sinkronisasi,
serta dapat sebaik mungkin meminimalkan
pencerminan asas-asas dan hirarkhi tata urutan
terjadinya hal–hal yang dapat memicu terjadinya
perundang-undangan.
sengketa, maka hal–hal yang menyebabkan
terjadinya sengketa tanah dapat dihindari. Hak Dalam penelitian ini, digunakan pendekatan
atas tanah yang dapat dimiliki perorangan, kasus (case approach). Kajian pokok dalam
maupun institusi beragam mulai dari hak milik, pendekatan kasus adalah ratio decidendi yaitu
hak pakai, hak guna usaha dan sebagian pertimbangan pengadilan sampai pada suatu
diletakkan dengan hak tanggungan. Perlawanan putusan. (Mahmud Marzuki, 2005)
92
Jurnal Penelitian Hukum Legalitas Volume 10 No.2
Teknik pengumpulan data yang digunakan Badan Pertanahan Nasional Republik Indo-
dalam penelitian ini, sesuai dengan jenis dan nesia. (Syarief, 2012)
sumber datanya. Sumber data yang kemudian
Untuk menyelesaikan kasus-kasus pertanahan
disebut bahan penelitian ini diperoleh lewat
maka BPN akan melakukan Pengelolaan
penelitian kepustakaan akan diinventarisasi dan
Pengkajian dan Penanganan Kasus Pertanahan
dianalisis. Sedangkan melalui penelitian
meliputi:
lapangan berupa observasi dan wawancara
a. Pelayanan Pengaduan dan Informasi Kasus
hanya sebagai pelengkap.
Pertanahan;
b. Pengkajian Kasus Pertanahan;
Hasil Analisa dan Pembahasan
c. Penanganan Kasus Pertanahan;
Penyelesaian Sengketa Atas Tanah di d. Penyelesaian Kasus Pertanahan; dan
Indonesia e. Bantuan Hukum dan Perlindungan Hukum.
f. Pelayanan Pengaduan dan Informasi Kasus
Setiap kasus pertanahan yang disampaikan
Pertanahan
kepada Badan Pertanahan Nasonal maka
dilakukan pengelolaan pengkajian dan Pengaduan kasus pertanahan disampai- kan
penanganan kasus pertanahan karena hal kepada Kepala BPN RI, Kakanwil dan/atau
tersebut merupakan salah satu fungsi Badan Kepala Kantor Pertanahan baik secara lisan
Pertanahan Nasional Republik Indonesia dalam maupun tertulis atau melalui www.bpn.go.id.
rangka menanggulangi sengketa, konflik dan Pengaduan yang diaju- kan secara lisan atau
perkara pertanahan guna mewujudkan melalui www. bpn.go.id harus ditindaklanjuti
kebijakan pertanahan bagi keadilan dan dengan pembuatan permohonan secara tertulis.
kesejahteraan masyarakat.
Surat pengaduan kasus pertanahan paling
Kasus Pertanahan adalah sengketa, konflik, atau sedikit memuat identitas pengadu, obyek yang
perkara pertanahan yang disampaikan kepada diperselisihkan, posisi kasus (legal
Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia standing) dan maksud pengaduan dengan
untuk mendapatkan penanganan penyelesaian dilampiri fotocopy identitas pengadu dan data
sesuai ketentuan peraturan perundang- pendukung yang terkait dengan pengaduan.
undangan dan/atau kebijakan pertanahan Surat pengaduan yang diterima melalui loket
nasional. Sengketa Pertanahan adalah pengaduan dicatat dalam Register Penerimaan
perselisihan pertanahan antara orang Pengaduan dan kepada Pengadu diberikan
perseorangan, badan hukum, atau lembaga yang Surat Tanda Penerimaan Pengaduan kemudian
tidak berdampak luas secara sosio-politis. diteruskan ke satuan organisasi yang tugas dan
Konflik Pertanahan adalah perselisihan fungsinya menangani sengketa, konflik dan
pertanahan antara orang perseorangan, perkara pertanahan.
kelompok, golongan, organisasi, badan hukum,
atau lembaga yang mempunyai kecenderungan
atau sudah berdampak luas secara sosio-politis. Pihak pemohon/pengadu dan termohon dapat
Perkara Pertanahan adalah perselisihan menanyakan informasi tentang perkembangan
pertanahan yang penyelesaian- nya penanganan kasus per-tanahan kepada Kantor
dilaksanakan oleh lembaga peradilan atau BPN RI yang menangani kasusnya. Informasi
putusan lembaga peradilan yang masih mengenai perkembangan penanganan kasus
dimintakan penanganan perselisihannya di pertanahan yang diberikan tertulis disampaikan
93
Nurokhim/ Perlindungan Hukum Bagi Pemegang Hak Atas Tanah../
dalam bentuk Surat Informasi Perkembangan Penanganan kasus pertanahan dimak- sudkan
Penanganan Kasus Pertanahan yang berisi untuk memberikan kepastian hukum atas
tentang penjelasan pokok masalah, posisi kasus penguasaan, pemilikan, penggunaan dan
dan tindakan yang telah dilaksanakan. Surat pemanfaatan tanah untuk memastikan tidak
Informasi Perkembangan Penanganan Kasus terdapat tum- pang tindih pemanfaatan,
Per- tanahan disampaikan paling lambat 30 (tiga tumpang tindih penggunaan, tumpang tindih
puluh) hari sejak diterimanya permintaan. penguasaan dan tumpang tindih pemilikan
Informasi kasus pertanahan yang diminta oleh tanah. Penanganan kasus pertanahan untuk
instansi pemerintah atau lembaga terkait yang memastikan pemanfaatan, penguasaan,
berwenang meminta informasi kasus penggunaan dan pemilikan sesuai ke- tentuan
pertanahan, diberikan BPN RI, Kantor Wilayah peraturan perundang-undangan serta bukti
Badan Pertanahan Nasional dan/atau Kantor kepemilikan tanah bersifat tunggal untuk setiap
Pertanahan paling lambat 14 (empat belas) hari bidang tanah yang diperselisihkan. (Murad,
sejak diterimanya permintaan. (Syarief, 2012) 2011)
94
Jurnal Penelitian Hukum Legalitas Volume 10 No.2
95
Nurokhim/ Perlindungan Hukum Bagi Pemegang Hak Atas Tanah../
96
Jurnal Penelitian Hukum Legalitas Volume 10 No.2
b. tanah yang dimohon perbuatan hukum keluarga pegawai BPN, yang sedang
administrasi merupakan tanah yang menghadapi masalah hukum;
merupakan obyek perkara di b. pengkajian masalah hukum yang berkaitan
pengadilan; dengan kepentingan BPN;
c. pelaksanaan pembatalan diperkirakan c. pengkajian masalah hukum akibat tindakan
dapat menimbulkan gejolak yang dilakukan oleh pejabat atau pegawai
sosial/konflik massal. BPN.
Kegiatan pendampingan hukum bagi keluarga
Dalam hal di atas satu bidang tanah terdapat
besar BPN meliputi:
beberapa sertipikat hak atas tanah yang tumpang
a. bantuan hukum dalam proses peradilan
tindih, BPN RI melakukan perbuatan hukum
pidana, antara lain:
pertanahan berupa pembatalan dan/atau
1) bantuan pembuatan legal opinion;
penerbitan sertipikat hak atas tanah, sehingga di
2) pendampingan dalam pemeriksaan di
atas bidang tanah tersebut hanya ada satu
tingkat penyelidikan;
sertipikat hak atas tanah yang sah. Cacat hukum
3) pendampingan dalam pemeriksaan di
administrasi yang dapat mengakibatkan tidak
tingkat penyidikan;
sahnya suatu sertipikat hak atas tanah harus
4) pendampingan selama proses persi-
dikuatkan dengan bukti berupa:
dangan.
a. putusan pengadilan yang telah
b. bantuan hukum dalam proses peradilan
berkekuatan hukum tetap; dan/atau
perdata/tata usaha negara, antara lain:
b. hasil penelitian yang membuktikan
1) bantuan penyiapan surat Kuasa Hukum;
adanya cacat hukum administrasi;
2) bantuan dalam penyiapan gugatan;
dan/atau
3) bantuan pembuatan legal opinion;
c. keterangan dari penyidik tentang
4) pendampingan selama proses persi-
adanya tindak pidana pemalsuan surat
dangan.
atau keterangan yang digunakan dalam
proses penerbitan, pengalihan atau Bantuan Hukum dilaksanakan oleh Tim Bantuan
pembatalan sertipikat hak atas tanah; Hukum yang terdiri dari pegawai/pejabat BPN
dan/atau dari unsur Deputi, Pusat Hukum dan Hubungan
d. surat-surat lain yang menunjukkan Masyarakat BPN RI, Kantor Wilayah Badan
adanya cacat administrasi. Pertanahan Nasional dan/ atau Kantor
Pertanahan.
Bantuan Hukum Dan Perlindungan Hukum
Kasus pertanahan itu timbul karena adanya
Penyelesaian Sengketa Pertanahan
klaim/pengaduan/keberatan dari suatu kepu-
Bantuan Hukum dilaksanakan untuk tusan Tata Usaha Negara di bidang pertanahan
kepentingan BPN RI atau aparatur BPN RI, yang telah ditetapkan oleh Pejabat Tata Usaha
Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Negara di lingkungan Badan Pertanahan
dan/atau Kantor Pertanahan baik yang masih Nasional, serta keputusan Pejabat tersebut
aktif maupun yang sudah purna tugas yang dirasakan merugikan hak-hak mereka atas suatu
menghadapi masalah hukum. Kegiatan bantuan bidang tanah tersebut.
hukum meliputi:
Kasus pertanahan meliputi beberapa macam
a. pendampingan hukum dalam proses
antara lain mengenai masalah status tanah,
peradilan pidana, perdata, atau tata usaha
masalah kepemilikan, masalah bukti-bukti
negara bagi keluarga besar BPN yang
perolehan yang menjadi dasar pemberian hak
meliputi pegawai BPN, pensiunan BPN dan
97
Nurokhim/ Perlindungan Hukum Bagi Pemegang Hak Atas Tanah../
98
Jurnal Penelitian Hukum Legalitas Volume 10 No.2
Kepala Badan Pertanahan Nasional dapat juga akan diambil berkenaan dengan adanya suatu
mengeluarkan suatu keputusan yang berisi putusan hakim yang tidak dapat dilaksanakan.
menolak tuntutan pihak ketiga yang Semua ini agar diserahkan kepada Kepala Badan
berkeberatan atas Keputusan Tata Usaha Negara Pertanahan Nasional untuk menimbang dan
yang telah dikeluarkan oleh Pejabat Badan mengambil keputusan lebih lanjut.
Pertanahan Nasional tersebut. Sebagai
konsekuensi dari penolakan tersebut berarti Kesimpulan
Keputusan Tata Usaha Negara yang telah
1. Penyebab terjadinya sengketa pertanahan,
dikeluarkan tersebut tetap benar dan sah
biasanya bermula dari penanganan persoalan
walaupun ada pihak lain yang mengajukan ke
yang kurang tepat atau tidak tuntas pada
pengadilan setempat.(Sukadana)
waktu yang lalu. Dengan adanya kenaikan
Sementara menunggu putusan pengadilan yang harga tanah yang meningkat menimbulkan
berkekuatan hukum tetap, dilarang bagi Pejabat banyak pihak mengklaim sebagai pemilik
Tata Usaha Negara yang terkait mengadakan tanah walau- pun tanpa didukung oleh bukti
mutasi atas tanah yang bersangkutan (status quo). kepemi- likan yang kuat dan jelas. Persoalan
Oleh karena itu untuk menghindari terjadinya menjadi bertambah rumit bila campur tangan
masalah di kemudian hari yang menimbulkan pihak ketiga yang tidak beritikad baik.
kerugian bagi pihak-pihak yang berperkara Masalah akan sulit diselesaikan apabila para
maupun pihak ketiga, maka kepada Pejabat Tata pihak merasa paling benar dan tidak mau
Usaha Negara di bidang Pertanahan yang terkait bermusyawarah.
harus menerapkan asas-asas umum
Masalah pertanahan yang disengketakan
pemerintahan yang baik, yaitu untuk
meliputi obyek tanah, batas-batas, luas, status
melindungi semua pihak yang berkepentingan
tanah, menyangkut subyek, hak yang
sambil menunggu adanya putusan yang telah
membebani, pemindahan haknya dan lain
mempunyai kekuatan hukum tetap (in kracht
sebagainya. Terkait dengan instansi Pemerintah
van gewijsde). (Soemartono, 2006)
atau swasta biasanya masalahnya menyangkut
Kemudian apabila sudah ada putusan hakim penunjukkan lokasi dan penetapan luasnya,
yang mempunyai kekuatan hukum yang pasti, pelepasan atau pembebasan, pengosongan
maka Kepala Kantor Pertanahan Kabupa- tanah, ganti rugi atau imbalannya lainnya,
ten/Kota setempat melalui Kepala Kantor pembatalan haknya dan pencabutan haknya. Jika
Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi diidentifikasi, permasalahan tanah meliputi
yang bersangkutan mengusulkan permohonan masalah penggarapan rakyat atas areal
pembatalan suatu Keputusan Tata Usaha Negara kehutanan, pelanggaran ketentuan landreform,
di bidang Pertanahan yang telah diputuskan akses penyediaan tanah untuk pembangunan,
tersebut di atas. Permohonan tersebut harus sengketa tanah perdata dan tuntutan masyarakat
dilengkapi dengan laporan mengenai semua terhadap hak tanah adat baik ulayat maupun
data yang menyangkut subjek dan beban yang perseorangan. Penyebab lainnya adalah
ada di atas tanah tersebut serta segala kurangnya pemahaman terhadap peraturan
permasalahan yang ada. Kewenangan perundangan di bidang pertanahan.
administratif permohonan pem- batalan suatu
Surat Keputusan Pemberian Hak Atas Tanah
2. Terhadap sengketa pertanahan yang
atau Sertifikat Hak Atas Tanah adalah menjadi
diajukan ke pengadilan ada dua hal yang perlu
kewenangan Kepala Badan Pertanahan Nasional
dicatat. Pertama, pengadilan seringkali dianggap
termasuk langkah-langkah kebijaksanaan yang
99
Nurokhim/ Perlindungan Hukum Bagi Pemegang Hak Atas Tanah../
tidak efektif dan efisien dan kedua, kualitas yang relatif sederhana, waktunya lebih singkat
keputusannya masih diragukan. Dari dan biaya yang lebih murah. Model ini disebut
pengalaman berperkara di pengadilan sungguh Alternative Dispute Resulution (ADR). Bentuk
tidak sederhana dan memakan waktu. Selain ADR yang sudah dikenal di Indonesia antara lain
kendala yang bersifat organisatoris, adanya mediasi, arbitrase, konsiliasi dan negosiasi. Dari
campur tangan yang bersifat non yuridis berbagai jenis ADR, yang lebih cocok diterapkan
membuat putusan pengadilan sering diragukan. di bidang pertanahan adalah mediasi. Pilihan ini
Kondisi itu memunculkan ide perlunya didasarkan pada pertimbangan karena struktur
membentuk peradilan khusus memeriksa dan dan mekanismenya lebih sederhana. Disamping
mengadili masalah pertanahan. Selain itu untuk itu bagi bangsa Indonesia yang menjunjung
sengketa perdata sudah ditangani oleh Peradilan tinggi asas musyawarah untuk mencapai
Umum dan jika melibatkan pejabat negara sudah mufakat lembaga ini rasanya tidak asing lagi.
ditangani oleh Peradilan Tata Usaha Negara Dan akhir-akhir ini cara-cara yang digunakan
(PTUN). Karena berbagai kendala yang dialami oleh Komnas HAM dalam menyelesaikan
oleh para pencari keadilan dalam berperkara di berbagai sengketa juga memanfaatkan prinsip-
pengadilan, sudah saatnya ditempuh cara prinsip mediasi.
penyelesaian sengketa alternatif (non letigasi)
Daftar Pustaka
Adi, R. (2004). Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum, Edisi I. Jakarta: Granit.
Lexy, J., M. (2000). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mahmud Marzuki, P. (2005). Penelitian Hukum. Jakarta: Kencana.
Muádi, S. (2010). Penyelesaian Sengketa Hak Atas Tanah Dengan Cara Litigasi dan Non Litigasi. Jakarta:
Prestasi Pustaka.
Murad, R. (2011). Penyelesaian Sengketa Hukum Atas Tanah, Alumni, Bandung, 2011, Hlm. 64. Bandung:
Alumni.
Nugroho, H. (2001). Menggugat Kekuasaan Negara. Surakarta: Muhammadiyah University Press.
Rajagukguk, E. (1999). Hukum Agraria, Pola Penguasaan Tanah dan Kebutuhan Hidup. Jakarta: Chandra
Pratama.
Salehindo, J. (2000). Masalah Tanah Dalam Pembangunan. Jakarta: Sinar Grafika.
Soemartono, G. (2006). Arbitrase dan Mediasi Di Indonesia,. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Sukadana, M. Mediasi Peradilan. Jakarta: Prestasi Pustaka Raya.
Syarief, E. (2012). Menuntaskan Sengketa Tanah : Melalui Pengadilan Khusus Pertanahan. Jakarta: Penerbit
KPG.
Usman, R. (2003). Pilihan Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
100