Anda di halaman 1dari 2

TEORI BIG BANG

Teori Big Bang atau ledakan dahsyat adalah sebuah peristiwa yang menyebabkan pembentukan alam semesta.
Sebelumnya, jagat raya adalah sebuah energi panas yang sangat padat. Hingga suatu hari, energi panas yang padat
tersebut mengembang dan meledak. Hasil dari ledakan itu kemudian memadat dan menjadi benda-benda langit
seperti sekarang ini. Teori Big Bang didasarkan pada penelitian bahwa jagat raya ini mengembang dan semakin
meluas. Seluruh bintang dan planet bergerak saling menjauh seolah-olah seluruh benda langit itu berasal dari satu
titik. Berdasarkan teori Big Bang juga diprediksi bahwa suatu saat alam semesta akan kembali seperti semula.

TEORI PLANETESIMAL

Dinyatakan pada 1904 oleh T. C. Chamderlin dan F.R. Moulton. Planetesimal diartikan sebagai salah satu dari
sekumpulan benda yang memiliki teori telah bergabung dalam membentuk bumi dengan berbagai planet lainnya
setelah mengembun dari konsentrasi materi difus yang ada pada awal sejarah tata surya. Gumpalan dengan ukuran
paling besar yang ada pada pusat kabut pilin berubah menjadi matahari, sedangkan beberapa gumpalan yang
memiliki ukuran yang relatif lebih kecil berubah menjadi planet yang bersama beredar mengelilingi matahari atau
berevolusi terhadap matahari.

TEORI PASANG SURUT

Pembentukan tata surya dalam teori Pasang Surut menyebutkan bahwa planet dapat terbentuk karena mendekatnya
bintang lain dengan matahari. Tertariknya materi tersebut disebabkan oleh gaya pasang surut yang timbul antara
bintang dan matahari tersebut, kemudian materi itu mengalami kondensasi dan membentuk sebuah planet.

TEORI BINTANG KEMBAR

Teori tersebut menyebutkan bahwa bumi berupa dua bintang yang hampir sama ukurannya dan berdekatan yang
salah satunya meledak meninggalkan serpihan-serpihan kecil. Serpihan-serpihan tersebut terperangkat oleh gravitasi
bintang yang tidak meledak dan mulai mengelilinginya.

TEORI NEBULA

Immanuel Kant dan Pierre Marquis de Laplace beranggapan adanya suatu bintang yang berbentuk kabut raksasa
dengan suhu yang tidak terlalu panas. Karena penyebarannya yang sangat terpencar. Benda tersebut yang kemudian
disebut sebagai awal mula dari matahari. Gaya tarik-menarik antargas membentuk kumpulan kabut yang sangat
besar dan berputar semakin cepat. Proses perputaran ini mengakibatkan materi kabit dibagian khatulistiwa terlempar
dan berpisah, kemudian memadat karena pendinginan. Pada bagian yang terlempar itu menjadi planet-planet salah
satunya bumi.
TEORI AWAN DEBU

Teori Awan Debu pada awalnya dicetuskan oleh Carl Friedrich von Weizsӓcker, kemudian teori
ini ‘disempurnakan’ lagi oleh G. P. Kuiper. Pada dasarnya, mereka mengatakan kalau tata surya terbentuk dari
gumpalan awan dan debu dengan jumlah yang sangat banyak, yang berputar menyerupai cakram, lalu berubah
bentuk menjadi planet dan matahari.
Pada teori Awan Debu, proses yang terjadi adalah pemampatan atau penggumpalan. Pada proses pemampatan ini,
partikel debu tertarik ke bagian pusat awan, membentuk bola, dan lama kelamaan menjadi cakram. Partikel yang
berada di tengah cakram saling menekan, lalu menimbulkan panas dan menjadi pijar. Bagian tengah ini, kemudian
menjadi matahari. Sementara bagian luarnya berputar dengan sangat cepat, lalu sampai pada titik di mana mereka
terpental dan terpecah menjadi gumpalan yang lebih kecil. Bagian inilah yang pada akhirnya menjadi planet dan
penyusun tata surya lainnya selain matahari.

TEORI EVOLUSI KIMIA

Menyatakan bahwa asal-usul kehidupan diawali oleh terbentuknya senyawa-senyawa organik di atmosfer. Dengan
adanya gas-gas, seperti metana, hidrogen, uap air, dan amonia di atmosfer serta bantuan energi dari sinar kosmis dan
kilatan halilintar, dapat terbentuk senyawa organik seperti asam amino. Senyawa organik tersebut terkumpul dalam
sup primordial (sup purba). Melalui sup purba inilah kemungkinan kehidupan paling sederhana muncul. Tokoh: A.I.
Oparin, J.B.S. Haldane, dibuktikan oleh Stanley Miller.

PERCOBAAN STANLEY

Miller membuat sebuah alat yang meniru keadaan awal bumi sebelum kehidupan terbentuk. Alat percobaan Miller
tersusun atas tabung kaca yang dilengkapi dengan kran-kran untuk memasukkan bermacam-macam gas, seperti
metana, uap air, hidrogen, dan amonia. Mirip gas-gas yang terdapat di atmosfer bumi awal. Tabung tersebut
dilengkapi dengan dua elektroda yang dihubungkan dengan listrik 75.000 volt untuk menghasilkan bunga api listrik
sebagai pengganti halilintar.

Setelah beberapa hari, air penampungan dari rangkaian tabung kaca Miller berubah warna. Setelah dianalisis,
perubahan warna air penampungan karena adanya asam amino dalam air. Asam amino merupakan zat organik
pembentuk protein. Hal ini membuktikan bahwa zat anorganik (materi tidak hidup) dapat membentuk setidaknya zat
organik yang terdapat pada makhluk hidup.Pembentukan asam amino pada sup purba dapat menjadi langkah
pertama dalam evolusi yang menghasilkan makhluk hidup.

TEORI EVOLUSI BIOLOGI

Oparin juga menduga bahwa senyawa yang akan terbentuk dari peristiwa evolusi kimia akan jatuh ke laut yang
panas. Dalam waktu yang lama, senyawa-senyawa yang ada di lautan akan membentuk senyawa baru yang lebih
kompeks, dan memiliki kemampuan untuk menggandakan diri dan membuat senyawa kimia lain untuk mencukupi
kebutuhan energi dan makanannya.

Diduga bahwa sel hidup yang pertama menggunakan bahan organik di lautan sebagai pembangun struktur tubuhnya
serta pemenuhan kebutuhan energinya, sehingga secara perlahan kadar bahan organik yang ada di lautan akan habis
lebih cepat dibandingkan pembentukannya oleh tenaga alam. Karena molekul organik lenyap dari laut, organisme
mulai belajar bagaimana membuat biomolekul organiknya sendiri dengan memanfaatkan energi sinar matahari
melalui proses fotosintesis untuk membuat gula dan molekul organik lainnya dari CO ₂, mengikat nitrogen, seperti
asam amino.

Anda mungkin juga menyukai