Anda di halaman 1dari 14

Modul 3: Toyota Production System

Judul : The Integration of Lean Manufacturing and Promodel


Simulation in the Shampoo Production Process with the
VALSAT and VSM Method Approach
Penulis : Jakfat Haekal
Jurnal :
Tahun :
Reviewer : Muhammad Irfan
Tanggal :
a. Latar belakang
Penelitian ini dilakukan pada industri manufaktur yang fokus memproduksi produk kosmetik
dan kebutuhan rumah tangga, salah satunya adalah sampo. Pada tahun 2021 permintaan
produksi sampo akan meningkat. Namun, waktu proses produksi yang terlalu lama terutama
pada tahap pengendapan busa yang berlangsung. selama 97,4% dari 100% total waktu proses
produksi sampo shingga menjadi kendala bagi perusahaan karena adanya pemborosan aktivitas.
b. Metodologi
Penelitian ini menggunakan value stream mapping (VSM) untuk mengetahui aliran material
dan aliran informasi mengenai proses produksi shampo, dilanjutkan dengan mencari
pemborosan menggunakan waste assessment model (WAM) dan value stream mapping analysis
tools (VALSAT) Finding Root Cause Analysis (RCA).
c. Hasil dan pembahasan
Renyebab-penyebab waste yang ditemukan dari hasil fishbone merupakan hasil dari permasalahan,
sehingga pada tahap ini dilakukan penyempitan ruang lingkup permasalahan dengan menggunakan
tool Root Cause Analysis untuk menganalisa penyebab-penyebab tersebut sehingga ditemukan
faktor. Penyebab sebagai acuan untuk membuat usulan perbaikan. Berikut ini adalah saran dengan
menggunakan 5W dan 1H:
didapatkan hasil bahwa terdapat 9 waste kritis dengan total waktu 67766 detik. Kemudian
berdasarkan implementasi usulan perbaikan, didapatkan bahwa waktu proses produksi awal
mengalami penurunan dari 70720,2 Detik menjadi 54974,1 detik atau 23%, dan disimulasikan
dengan menggunakan software ProModel dengan waktu run time 15,3 jam, dan didapatkan hasil
5 pcs. Dengan adanya usulan penggabungan proses produksi dan tata letak ulang lantai produksi,
maka akan berdampak pada pengurangan waktu dalam proses produksi shampo, yang nanti akan
memberikan dampak positif bagi perusahaan untuk lebih efektif dan efisien dalam memproduksi
shampo dan produk lebih diterima konsumen.
Modul 4 SLP

Judul :
Penulis :
Jurnal :
Tahun :
Reviewer :
Tanggal :
a. Latar belakang
Biaya penanganan material yang tinggi dapat memicu inefisiensi dalam produktivitas
perusahaan. Di Biopro Cosmeceutical Sdn. Bhd. di Malaysia, selama ini menghasilkan biaya
material handling yang tinggi, yaitu sebesar RM 45.793 per bulan. Biaya material handling
tersebut tergolong sangat tinggi, oleh karena itu diperlukan tata letak ulang untuk mengurangi
biaya material handling dengan menggunakan metode Systematic Layout Planning (SLP).
b. Metodologi
Metode yang digunakan untuk merancang ulang tata letak perusahaan ini menggunakan metode
SLP
c. Hasil dan pembahasan
Biaya penanganan material per meter yang dihasilkan oleh tenaga manusia adalah RM 0,22.
Biaya penanganan material per meter yang dihasilkan oleh kereta dorong adalah RM 4,24.
Sedangkan biaya penanganan material yang dihasilkan dengan conveyor belt adalah RM 11,23
per meter. Sehingga OMH yang dihasilkan pada tata letak awal perusahaan adalah RM 45.793
per bulan. Cukup tinggi untuk biaya material handling setiap bulannya.
Berdasarkan tabel jarak pada alternatif pertama, dapat dilihat bahwa terjadi pengurangan
jarak pada jarak dari stasiun H ke CE sekitar 1,8 meter kemudian jarak dari stasiun F ke stasiun
CR berkurang 4 meter. Jarak dari stasiun CR ke stasiun_PM berkurang 7 meter dari jarak pada
tata letak awal perusahaan. Dan, untuk pengurangan jarak yang paling besar adalah antara
stasiun B ke stasiun F1, yaitu berkurang 23,8 meter, dari jarak sebelumnya 29,9 meter, menjadi
6,1 meter. Sehingga total jarak yang dihasilkan dalam proses produksi serum
adalah 114,1 meter.
Oleh karena itu, dari perhitungan tersebut, total biaya penanganan material pada alternatif
pertama adalah sekitar RM 27.584 per bulan. Berkurang sebesar 40% dari total biaya
penanganan material pada tata letak awal perusahaan. Jadi, hasil dari alternatif pertama dapat
menghemat RM 18.209 setiap bulannya.
Berdasarkan alternatif kedua, dapat dilihat bahwa hampir semua stasiun mengalami pengurangan
jarak dari jarak awal di perusahaan. Stasiun yang tidak mengalami penguranangan jarak dari
stasiun D ke H yang bertambang 0,9 meter dari tata letak awal. Dan jarak stasiun LP ke B yang
bertambah 0,9 meter dari tata letak awal.
Kesimpulan

\
Efektivitas dari kedua alternatif di atas dapat dibandingkan berdasarkan biaya penanganan
material. Perbandingan tersebut dapat dilihat dari tabel XIV. Dapat dilihat bahwa ongkos
material handling alternatif ke-1 dan alternatif ke-2 menghasilkan nilai yang lebih kecil
dibandingkan dengan ongkos awal. Penghematan alternatif ke-1 sebesar 40% atau sebesar RM
18.209 per bulan. Dan penghematan alternatif ke-2 sebesar 47% atau RM 21.333 per bulan.
Namun demikian, masing-masing alternatif masih memerlukan pertimbangan biaya investasi
tambahan untuk memperbaiki tata letak fasilitas.
Pada alternatif ke-1 dibutukan investasi sebesar RM 618, sedangkan alternatif ke-2
membutuhkan investasi sebesar RM 898. Maka, dari hasil tersebut diputuskan untuk memilih
alternatif 2 sebagai pilihan tata letak perusahaan. Hal ini dikarenakan keuntungan yang
dihasilkan dapat bersifai jangka panjang
MODUL 1
Judul :
Penulis :
Jurnal :
Tahun :
Reviewer :
Tanggal :
Latar belakang :
Penelitian ini bertujuan untuk membahas pendekatan peramalan mechine learning dan pendekatan
peramahan regresi otomatis untuk perbandingan kesalahan model dan kinerja, sehingga dapat
mengetahui lebih lanjut model peramalan yang paling tepat untuk peramalan kosmetik.
Metode : metode yang diguanakn model BPNN (Back Propagation Neural Network), Least-square
Support Vector Machine Model (LS-SVM), model auto regressive (AR)
Hasil dan pembahasan :
1. Hasil peramalan model Back Propagation Neural Network Model
Pada peramalan ini penjualan kosmetik pada tahun 2015 menunjukkan bahwa fluktuasi nilai
prediksi sangat tidak stabil. Pada bulan januari, jumlah penjualan berkinerja sangat baik tapi pada
bulan februari mencapai titik terendah. pada bulan maret terjadi peningkatan yang sangat
signifikan, dari april sampai juni terjadi perubahan yang fluktuatif.
2. Hasil peramalan dari Least-square Support Vector Machine Model (LS-SVM)
Pada peramalan ini penjualan kosmetik model LS-SVM untuk meramalkan jumlah penjualan
kosmetik pada tahun 2015, menunjukkan bahwa nilai prediksi kurang stabol dibandingan dengan
nilai prediksi yang diperoleh pada model Back Propagation Neural Network.
3. Hasil peramalan auto regressive model
Pada peramalan ini penjualan kosmetik pada tahun 2015 dengan model AR dapat diketahui bahwa
nilai peramalan ini menunjukkan fluktuasi dengan kenaikan dan penurunan yang cukup besar.
4. Pengukuran dan perbandingan model
a. Perbandingan hasil perkiraan
Dari hasil perkiraan model, dapat simpulan bahwa model LS-SVM mungkin memiliki hasil
yang lebih baik.
b. Perbandingan kesalahan model peramalan

Berdasarkan pengukuran, model LS-SVM memiliki MSE yang paling kecil , LS-SVM
memiliki MAPE paling kecil, sehingga LS-SVM paling akurat dalam perbandingan kesalahan.
c. Perbandingan dari model peramalan

LS-SVM lebih cocok untuk peramalan penjualan kosmetik daripada model lainnya.
Kesimpulan :
1. Dalam peramalan penjualan industri kosmetik, diperoleh kesimpulan bahwa LS-SVM
memiliki kesalahan model yang paling kecil melalui perbandingan kesalahan model
peramalan, yaitu peramalan penjualan kosmetik, adopsi LS-SVM akan memiliki kesalahan
yang paling kecil dan mendapatkan hasil yang lebih baik.
2. Dalam peramalan penjualan industri kosmetik, kesimpulan bahwa test set dan nilai prediksi
memiliki terbesar dalam model LS-SVM melalui perbandingan kinerja model peramalan
yaitu untuk peramalan penjualan kosmetik, adopsi LS-SVM akan memiliki kinerja dan
hasil yang lebih baik. Berdasarkan kesimpulan diatas dapat dibuktikan bahwa LS-SVM
lebih cocok digunakan untuk peramalan kosemtik dibandingan dengan model lainnya.
MODUL 2
Judul : Production Scheduling Process Assessment According to an
Enterprise Engineering Perspective
Penulis :
Jurnal :
Tahun :
Reviewer :
Tanggal :
Latar belakang :
Proses penjadwalan produksi merupakan inti dari operasi sehari-hari industri. Pendekatan ini
terdiri dari kerangka kerja analisis dan prosedur penilaian dan hasil penerapannya pada studi
kasus produsen kosmetik disajikan. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan pemahaman
proses penjadwalan produksi dengan mengusulkan kerangka kerja penilaian yang membantuk
anaisisnya melalui perspektid rekayasa perusahaan. Tujuannya untuk memberikan jawaban
apakah proses tersebut terstuktur dengan baik dan apa saja area perbaikan utamanya.
Hasil dan pembahasan :
Kesimpulan :
Baik pedoman rekayasa perusahaan maupun prosebur penilaian juga dapat diterapkan pada
analisis unit organisasi atau proses dari eraa yang berbeda. Namun, hasil analisis dibatasi oleh
pengatahuan yang dimiliki oleh penilai tentang area aplikasi yang sedang dipertimbangkan dan
pengetahuan yang dimiliki oleh analis tentang proses untuk menguraikan saran perbikan.
MODUL 5
Judul : Research on Simulation and Optimization of Production Line Based
on Flexsim
Penulis :
Jurnal :
Tahun :
Reviewer :
Tanggal :
Latar belakang
Penelitian ini berfokus pada lini produksi perakitan bagaian cermin kosmetik perusahaan Z.
Hasil dan pembahasan :
Model simulasi lini produksi dibuat dengan menggunakan perangkat lunak simulasi flexsi untuk
melacak hasil simulasi ulitisasi peralatan, waktu proses produk dan tingkat hambatan untuk
menemukan proses bottleneck. Hasil perhitungan menunjukkan bahw tingkat keseimbangan lini
produksi hanya sebesar 55,45%, tingkat kehilangan lini produksi sebesar 44,55% dan kapasitas
produksi sebesar 707pcs. Setelah dioptimalkan, kapasitas produki lini produksi ini meningkat
menjadi 956 pcs dalam satu shift dan efesiensi produksi meningkat secara signifikan. Tingkat
keseimbangan produksi setelah dioptimalkan mendekati 70%. Hal ini juga diimplementasikan
untuk membantu perusahaan meningkatkan manajemen di lokasi pabrik produksi perakitan dan
menciptakan lingkungan kerja yang aman dan bersih. Optimalisasi keseimbangan lini produksi
dan penerapan manajemen lokasi meningkatkan kerja setiap stasiun kerja dan dapat membawa
manfaat yang signifikan bagi perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai