BUKITTINGGI
Oleh :
KELAS REGULER
MAGISTER AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
TAHUN 2022
DAFTAR ISI
COVER
DAFTAR ISI………………………………………………………………………… 2
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………... 16
2
BAB I
PENDAHULUAN
yang lebih berkualitas untuk pengambilan keputusan dalam rangka meningkatkan profitabilitas
memerlukan penggunaan sistem penetapan biaya yang tepat. Vaan Raaij et al. (2003)
laba segmen pelanggan atau pelanggan individual. Pelaksanaan CPA memerlukan alokasi
pendapatan dan biaya untuk pelanggan tertentu sedemikian rupa sehingga profitabilitas masing-
masing pelanggan dapat dihitung. Kaplan dan Narayanan (2001) menyatakan bahwa pemahaman
CPA sangat penting bagi perusahaan jasa karena biaya penyediaan jasa umumnya ditentukan
oleh perilaku pelanggan. Menurut Zeithaml dan Bitner (1996), biaya menemukan dan
mendapatkan pelanggan baru di perusahaan jasa lima kali lebih besar daripada biaya
mempertahankan pelanggan saat ini. Oleh karena itu, penerapan CPA yang sukses untuk
mempertahankan hubungan yang menguntungkan dengan pelanggan saat ini sangat penting bagi
perusahaan jasa.
pendekatan margin kontribusi tradisional dan kualitas CPA. Sistem ABC pertama kali
diperkenalkan pada tahun 1980. Pada sistem ini mengkoreksi kekurangan yang ada pada sistem
akuntansi biaya tradisional. Namun pada sistem ABC mensyaratkan banyak karyawan dan
3
banyak fasilitas sehingga membutuhkan biaya yang mahal, selain itu sistem ABC juga
membutuhkan waktu yang sangat banyak. Secara umum, sistem ABC kurang dapat diterima dan
bahkan beberapa perusahaan meninggalkan sistem tersebut. Menurut survey yang dilakukan oleh
Kaplan dan Norton (2004), perusahaan perusahaan yang mengadopsi sistem ABC banyak yang
mengalami kegagalan dan bahkan meninggalkan sistem tersebut walaupun separuh jalan. Pada
sistem ABC ini, tingkat akurasi pembebanan biaya didasarkan pada subyektivitas estimasi
prosentase waktu yang dikonsumsi oleh berbagai aktivitas, sehingga sistem ini tingkat
akurasinya dipertanyakan. Selain sulit dilakukan, sistem ini juga sulit untuk modifikasi. Atas
dasar kelemahan – kelemahan yang ada pada implementasi sistem ABC maka muncul sistem
ABC yang baru yaitu Time – driven Activity Based Costing atau yang biasa disingkat TD-ABC.
Dua aspek penting dari sistem TDABC adalah: memperkirakan kapasitas praktis dari
sumber daya yang disediakan dan biaya sumber daya tersebut. Membagi total biaya sumber daya
yang disediakan oleh kapasitas praktis menghasilkan biaya per unit waktu. Kemudian, waktu
yang dibutuhkan untuk melakukan aktivitas dikalikan dengan biaya per unit waktu untuk
membebankan biaya ke produk atau pelanggan. Dengan bantuan persamaan waktu TDABC,
waktu yang dibutuhkan untuk melakukan suatu kegiatan dapat diperkirakan tanpa perlu
mewawancarai orang secara terus menerus. Persamaan waktu ini dapat mencakup beberapa
penggerak waktu jika suatu aktivitas digerakkan oleh lebih dari satu penggerak. Jelas sekali,
menit yang dihabiskan anggota staf untuk aktivitas dalam periode waktu tertentu. Oleh karena
itu, persamaan waktu TDABC dapat memberikan transparansi yang lebih besar daripada sistem
ABC tradisional. Dengan TDABC, juga memungkinkan untuk menentukan pelanggan mana
yang menghabiskan waktu dan sumber daya terbesar (Kaplan dan Anderson, 2004).
4
Penelitian yang dilakukan mengenai analisis sistem penetapan biaya pada industri jasa
dan industri pariwisata khususnya sangat terbatas. Penelitian yang dilakukan Raabet al. (2009)
penelitian tersebut menunjukkan bahwa ABC dapat digunakan oleh manajer restoran untuk
menganalisis struktur biaya restoran mereka dengan lebih baik. A.B.Ganokar (2020)
menunjukkan bahwa TDABC memberikan informasi yang berguna untuk mengidentifikasi area
Ganokar (2018) juga meneliti implementasi TDABC di perusahaan keci dan menengah , hasil
menunjukkan bagaimana menerapkan model TDABC untuk lima departemen klinik rawat jalan
melalui studi kasus. Mereka menemukan bahwa penggunaan sistem TDABC memberi informasi
kepada managemen, perawat dan dokter informasi berharga yang membantu mereka dalam
Penulis memilih melakukan penelitian di sebuah hotel yang berada di daerah wisata
wilayah provinsi Sumatera Barat. Hotel yang Bernama Novotel Bukittinggi yang di kelola oleh
PT Grahamas Citrawisata Tbk (GMCW) dan entitas anak membukukan rugi neto tahun
berjalan sebesar Rp1,94 miliar hingga Juni 2021 atau sampai kuartal dua tahun lalu.
Penulis ingin menganalisis penerapan CPA dengan TDABC di hotel tersebut sehingga
dapat menjadi pertimbangan bagi manajemen untuk keluar dari kerugian yang terjadi terus
5
1.2 Perumusan Masalah
profitability analysis (CPA) dengan time driven activity based costing (TDABC) dapat
1. Apakah setiap aktivitas dan waktu unit di hotel dapat diadaptasi untuk model TDABC
bagaimana peningkatan ini akan memengaruhi nilai eksternal dan profitabilitas organisasi
secara keseluruhan ?
2. Apakah TDABC mampu mengungkap aktivitas tidak bernilai tambah (non value
keseluruhan. Adapun penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi management Novotel
6
Kontribusi penelitian ini adalah untuk menambah wawasan pembaca dan pihak yang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Van Raaij (2005) menyebutkan hasil customer profitability analysis dapat digunakan
merumuskan keputusan strategis. Ada dua cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan
profitabilitas yaitu mengurangi customer relationship cost dan meningkatkan pendapatan dari
pelanggan. Customer Profitability Analysis memberikan informasi yang lebih akurat dengan
menganalisis secara detil pendapatan dan biaya pelayanan masing– masing pelanggan serta
keterkaitan antara laba operasi perusahaan dengan pelanggannya. Banyak perusahaan yang mulai
berusaha memfokuskan diri pada pelanggannya tetapi tidak mencatat dan memahami hubungan
antara angka dan jumlah biaya pelayanan pelanggan. Customer Profitability Analysis adalah alat
strategis yang penting yang berpotensi membangkitkan energi perusahaan dan penyalur untuk
mengidentifikasi aktivitas layanan pelanggan dan cost driver serta menentukan profitabilitas tiap
pelanggan atau kelompok pelanggan. Layanan pelanggan mencakup seluruh aktivitas untuk
melakukan penjualan dan memuaskan pelanggan contohnya iklan, sales call, pengiriman,
pelanggan dapat membantu perusahaan untuk meningkatkan profit dan menjadi lebih kompetitif.
Van Raaij et al. (2003) menyebutkan enam tahap customer profitability analysis yaitu:
7
1. Mengidentifikasi daftar pelanggan aktif dalam database perusahaan untuk memastikan
biaya hanya dialokasikan pada pelanggan aktif. Pelanggan aktif merupakan pelanggan
profitability model yang baik harus mampu mengalokasikan biaya tetap dan variabel ke
tiap pelanggan.
4. Menginterpretasikan hasil. Dalam tahap ini, kita akan mengidentifikasi mana pelanggan
Van Raaij (2005) menyebutkan hasil customer profitability analysis dapat digunakan
Ada dua cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan profitabilitas yaitu
Risk management
8
manajemen juga dapat berfokus pada pelanggan yang menyebabkan kerugian
Strategic positioning
Hasil CPA dapat dijadikan dasar untuk segmentation, targeting dan positioning.
permintaan pelanggan.
9
2.2 Time Driven Activity Based Costing
TD-ABC merupakan suatu pendekatan dalam akuntansi biaya yang lebih mudah dan lebih
murah dibandingkan sistem ABC (Kaplan, 2004). Selain itu menurut Lambino (2007) TD-ABC
merupakan model inovasi yang tersedia bagi organisasi untuk memperoleh kejelasan tentang
biaya dan laba yang akan diperoleh perusahaan yang telah menjual produk atau jasa pada
pelanggan. Lambino (2007) juga menjelaskan bahwa TD-ABC merupakan model yang dapat
diestimasi dan diinstal dengan cepat daan dapat dengan mudah diupdate untuk merefleksikan
perubahan dalam proses, variasi pesanan serta biaya dari sumber daya yang digunakan. Data TD-
ABC dapat diperoleh dari system customer relation management (CRM) dan Enterprise
Resource Planning (ERP) TD-ABC dapat divalidasi dengan melakukan observasi langsung
terhadap estimasi model waktu. TD-ABC secara eksplisit mampu memisahkan kapasitas sumber
daya terpakai dari kapasitas sumber daya yang tidak terpakai untuk keperluan management
action. TD-ABC mengeksploitasi time question yang menggabungkan berbagai variasi pesanan.
biaya sumber daya pada aktivitas. Selain itu sistem ini hanya mengunakan dua pengukuran yaitu:
tingkat biaya kapasitas (the capacity cost rate) untuk departemen-departemen dan kapasitas
penggunaan tiap-tiap transaksi di departemen- departemen tersebut. Kedua pengukuran ini dapat
diestimasi secara mudah dan obyektif. TD-ABC memudahkan perusahaan dalam hal variasi
waktu yang diminta atas berbagai jenis transaksi. Dalam TD-ABC diperbolehkan mengestimasi
waktu atas dasar pesanan atau karakteristik aktivitas. Akurasi model TD-ABC meningkat dari
kemampuan memenuhi permintaan sumber daya dari berbagai operasi yang berbeda dengan
menambahkan istilah-istilah pada time equation departemen tersebut. Time equation juga
Kaplan (2004:8) menjelaskan bahwa model TD-ABC menunjukkan proses aktual dalam
mengerjakan suatu aktivitas di perusahaan. TD- ABC dapat dipergunakan dalam proses yang
lebih bervariasi dan lebih kompleks dibandingkan ABC konvensional. Namun Kaplan dam
Lambino (2007) menjelaskan bahwa ada dua pertanyaan penting yang harus dijawab sebelum
1. Berapa banyak biaya yang dibutuhkan kapasitas sumber daya masing-masing proses ?
Selanjutnya, Lambino (2007) juga menjelaskan bahwa ada tiga langkah yang harus dilakukan
agar suatu perusahaan berhasil dalam mengimplementasikan TD-ABC. Tiga langkah tersebut
antara lain:
11
1. Mempersiapkan model.
2. Integrasi yang bagus dengan data yang tersedia dari ERP dan CRMS
produk, channel, segmen pasar dan proses, serta jumlah konsumen yang banyak.
Informasi biaya yang dihasilkan akan lebih akurat walaupun berdasarkan proses dan aktivitas
yang sangat beragam dan spesifik. Berbeda dengan ABC, TD-ABC mampu memproses lebih
banyak data transaksi hanya dalam beberapa hari saja oleh 2 karyawan saja. Sistem tersebut
mampu menyederhanakan proses costing dengan mengeliminasi wawancara dan survey untuk
kebutuhan alokasi resource cost ke aktivitas sebelum membebankannya ke cost object, seperti
order, produk, atau konsumen. Model TD-ABC membebankan resource cost langsung ke cost
object (Kaplan & Anderson, 2007). Mungkin alur TD-ABC sejalan dengan pendekatan
traditional costing, namun sangat berbeda pada logika dasar perhitungannya. TD-ABC
menghitung cost driver rate berdasarkan practical capacity dari resources yang tersedia,
12
mengukur atau mengestimasi jumlah waktu untuk sebuah aktivitas. Jumlah transaksi sangat
Dalam aplikasinya, pertama kali dihitung biaya pengadaan resource capacity kemudian
mengkalkulasikan seluruh resource cost. Kemudian total biaya tersebut dibagi dengan kapasitas
untuk menentukan capacity cost rate. Langkah berikutnya, TD-ABC menggunakan capacity cost
rate untuk menggerakkan resource cost ke cost object dengan mengestimasi kebutuhan resource
capacity (time) yang dibutuhkan oleh cost object. Dalam hal ini TD- ABC mampu menghitung
13
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif studi kasus. Penelitian studi kasus
ditujukan untuk menerapkan dan mengembangkan teori dengan menyelidiki fenomena dalam
kehidupan nyata. Oleh karena penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan dan menganalisis
secara keseluruhan , pendekatan studi kasus dirasa cocok untuk penelitian ini.
Pada peneltian ini data dikumpulkan melalui wawancara, observasi , dan telaah dokumen untuk
memperoleh data seperti deskripsi entitas secara umum, penetapan biaya yang dilakukan akuntan
hotel, aktivitas yang dilakukan serta waktu yang diperlukan untuk menjalankan aktivitas dan
rincian biaya dari aktivitas tersebut. Wawancara semi-terstruktur dengan personel hotel (yaitu
manajer umum, asisten manajer umum, akuntan biaya, resepsionis, pembantu rumah tangga,
memungkinkan peneliti memahami permasalahan secara mendalam (Bryman dan Bell, 2007).
Wawancara dilakukan berdasarkan jadwal wawancara detail yang telah disepakati dengan asisten
general manager hotel. Orang yang diwawancarai diberi pertanyaan tertutup dan terbuka tentang
masalah yang berkaitan dengan kegiatan utama yang dilakukan di hotel, tugas yang dilakukan
oleh setiap anggota staf, jenis biaya yang dikeluarkan, dan pelanggan hotel. Tujuan dari
14
wawancara tersebut adalah untuk mengklarifikasi bagaimana anggota staf melakukan tugas
mereka dan berapa banyak waktu (dalam hitungan menit) yang mereka habiskan untuk
Pengamatan langsung juga digunakan untuk memeriksa kegiatan sementara anggota staf
secara fisik melakukan tugas. Seperti yang disarankan oleh Tharenouet al. (2007), observasi
adalah alat penting untuk memahami prosedur. Dalam hal ini, kami melakukan observasi untuk
memastikan bahwa data yang dikumpulkan melalui wawancara secara akurat mencerminkan
pengalaman karyawan secara real time. Setelah setiap kunjungan ke departemen terkait, penulis
akan menulis catatan untuk menganalisis sifat kegiatan. Peneliti juga mendokumentasikan tugas
yang dilakukan oleh anggota staf. Semua wawancara direkamt dan data yang diperoleh melalui
Peneleiti menyalin rekaman dan catatan dan membaca transkrip beberapa kali untuk
membuat analisis aktivitas menyeluruh. Data biaya diperoleh dari laporan biaya yang
didokumentasikan oleh bagian akuntansi. Peneliti juga menggunakan deskripsi pekerjaan dalam
meninjau tugas. Selain itu, peneliti menganalisis laporan tahunan hotel untuk menganalisis
pendapatan yang dihasilkan dari akomodasi dan daerah penghasil pendapatan lainnya, terutama
belanja makanan dan minuman. Peneliti mengembangkan persamaan waktu menggunakan data
mengenai tugas dan satuan waktu yang diperlukan untuk melakukan tugas ini. Berdasarkan
persamaan waktu yang kami rumuskan dan data biaya yang disediakan oleh departemen
15
TDABC dan membandingkan hasil TDABC dengan yang ditemukan di bawah ABC
konvensional.
DAFTAR PUSTAKA
A.B Ganorkar (2019) Cost and productivity analysis of the manufacturing industry using
-fytTDABC . South African Journal of Industrial Engineering vol 30 196-208
A.B. Ganorkar (2020) Productivity and profitability of process industry using TDABC: A case
study. International Journal of Process Management and Benchmarking. vol. 20 240-260
Blocher, E. J., et al. (2010). Cost management: A strategic emphasis: McGraw- Hill/Irwin.
Bryman, A. dan Bell, E. (2007),Metode Riset Bisnis,edisi ke-2, Oxford University Press, Oxford.
Cooper, R. (1988), “Munculnya penetapan biaya berdasarkan aktivitas – bagian dua: kapan saya
memerlukan sistem biaya”,Jurnal Manajemen Biaya,Vol. 2 No.3, hlm.41-8.
Kaplan, R., dan Narayanan, V. G. (2001). Customer profitability measurement and management.
Harvard Business School, Boston, 1-12
Kaplan, R. dan Anderson, SR (2004), “Time Driven Activity Based Costing ”,Harvard Business
Scholl,Vol. 82 No.11, hlm.131-8.
Lambino, Christine R. 2007. Time-Driven Activity-Based Costing, Business Journal diakses dari
alamat website http://www.entrepreneur.com
Van Raaij, E. M. (2005). The strategic value of customer profitability analysis. Marketing
Intelligence & Planning, 23(4), 372-381.
Van Raaij, E. M., et al. (2003). The implementation of customer profitability analysis: A case
study. Industrial Marketing Management, 32(7), 573-583.
16
Raab, C., Mayer, K., Shoemaker, S. dan Ng, S. (2009), “Penetapan harga berbasis aktivitas:
dapatkah diterapkan di restoran”,Jurnal Internasional Manajemen Perhotelan
Kontemporer,Vol. 21 No.4, hlm.393-410.
Smith, M., dan Dikolli, S. (1995). Customer profitability analysis: An activity- based costing
approach. Managerial Auditing Journal, 10(7), 3-7.
17