Anda di halaman 1dari 7

Pengaruh Peradaban Islam terhadap

Bangsa Eropa

Mata Pelajaran : Sejarah Kebudayaan Islam

Guru Pengampu : Arizal Lestama

Kelompok 7 : 1. Ahmad Rizki

2. M. Rizki

3. M. Ibnu Althaf

4. Nur Aini
Pendahuluan

Islam merupakan agama dengan tingkat perkembangan terbesar di dunia dan agama
terbesar kedua di Eropa setelah Kristen.Konsentrasi utama populasi Muslim di Eropa saat ini
dapat ditemukan di Rusia, Albania, Perancis, Jerman, Inggris, dan beberapa negara di Eropa
Barat lainnya.

Pada 2018, umat Muslim di Rusia diperkirakan mencapai 28 juta jiwa, atau sekitar 20
persen dari total populasi Rusia. Sementara negara di Eropa yang mayoritas masyarakatnya
beragama Islam terletak di wilayah Balkan dan Eropa Tenggara. Mereka telah tinggal di wilayah
tersebut selama berabad-abad, bahkan sejak masuknya Islam di Eropa.

Sejarah Masuknya Islam ke Eropa

Sejak awal sejarah Islam, umat Muslim telah masuk ke wilayah Eropa. Tetapi pada masa itu,
mereka umumnya hanya sekadar berdagang dengan Kekaisaran Bizantium. Penaklukkan
Muslim atas Persia pada abad ke-7 membuka jalan bagi perkembangan Islam di benua Eropa.
Sementara gelombang besar pertama masuknya Islam ke Eropa terjadi pada tahun 711, setelah
penaklukan Semenanjung Iberia. Setelah penaklukkan itu, peradaban Islam berkembang di
wilayah Spanyol di bawah pemerintahan Dinasti Umayyah.

Majunya peradaban Islam di Spanyol kala itu dapat dilihat pada bidang ilmu pengetahuan,
yang ditandai dengan munculnya ilmuwan Muslim terkemuka, seperti Ibnu Khaldun dan Ibnu
Rusyd. Islam juga berhasil masuk dan berkembang di Italia pada sekitar abad ke-9, tepatnya di
Pulau Sisilia. Tidak hanya di Spanyol dan Italia, Bani Umayyah juga membawa Islam ke Eropa
Timur seperti Rusia. Sejak itu, pengaruh Islam terus menyebar ke berbagai negara di Eropa.

Populasi Muslim di Eropa sangat beragam apabila ditinjau dari sejarah dan asal-usul. Saat
ini, mayoritas Muslim di Eropa terdapat di Bosnia dan Herzegovina, Albania, Kosovo, beberapa
wilayah di Bulgaria, Macedonia, dan Montenegro, serta beberapa wilayah rusia di Kaukasus
Utara dan Volga. Mereka saat ini masih konsisten mempertahankan tradisi Islam sejak ratusan
tahun lalu. Negara-negara lintas benua seperti Turki, Azerbaijan dan Kazakhstan juga mayoritas
Muslim.
Moors, Al-Andalus dan Sisilia

Invasi kaum Muslim ke Eropa dimulai tak lama setelah lahirnya Islam. Dengan singkat Bizantium
Sisilia dapat ditaklukkan oleh armada kecil Pasukan Rasyidin pada tahun 652. Islam
menaklukkan benua Eropa dimulai sejak tahun 711, ditandai dengan penaklukkan Umayyah
atas Hispania. Orang-orang Arab kemudian mengganti nama Hispania menjadi Al-Andalus, yang
mencakup wilayah yang sekarang menjadi bagian dari negara Portugal dan Spanyol kecuali
untuk dataran tinggi di bagian utara. Pada abad ke-10 diperkirakan Al-Andalus memiliki
mayoritas Muslim setelah sebagian besar penduduk setempat dengan sukarela masuk Islam.
[4]
Hal Ini bertepatan dengan periode La Convivencia di Semenanjung Iberia serta periode
keemasan kebudayaan Yahudi di Spanyol.

Pada awal abad ke-8 umat Kristen mulai melakukan serangan balik yang kemudian dikenal
sebagai Reconquista, yang ditandai dengan keberhasilan mereka mendorong pasukan Muslim
ke Prancis selatan. Perlahan-lahan pasukan Kristen mulai melakukan penaklukan kembali
kerajaan Taifa di Al-Andalus. Hingga abad ke-10 masih terdapat umat Muslim di utara Spanyol,
terutama di Fraxinet hingga ke Swiss. Pasukan Muslim di bawah komando
dinasti Aghlabids menaklukkan Sisilia setelah melakukan serangkaian penaklukkan dari tahun
827 hingga 902, dan yang paling terkenal adalah menyerang Roma pada tahun 846. Keamiran
Sisilia didirikan pada tahun 965. Orang-orang Arab menguasai Italia selatan hingga
akhirnya diusir oleh Normandia pada tahun 1072. Pada tahun 1236 umat Muslim yang tersisa di
Eropa hanya di Spanyol selatan, provinsi Granada.

Orang-orang Arab menggunakan Syariah, sehingga komunitas Kristen serta komunitas Yahudi
diperlakukan sebagai dzimmi (non-Muslim). Mereka diwajibkan membayar jizyah (pajak
perseorangan), kharaj (pajak tanah), tetapi dibebaskan dari zakat. Pajak ini menandai status
mereka sebagai subjek dari pemerintahan Islam, sebagai bentuk pertukaran untuk
perlindungan terhadap serangan dari luar maupun internal.

Hungaria
Böszörmény merupakan komunitas pertama dari Muslim di Hungaria. Pemukiman terbesar
mereka berada dekat kota yang kini menjadi kota Orosháza di pusat Kerajaan Hungaria. Pada
waktu itu, pemukiman ini mungkin menjadi salah satu pemukiman Muslim yang terbesar di
Kerajaan Hungaria. Pada tahun 1241 pemukiman ini dan beberapa pemukiman lainnya hancur
dan penduduknya dibantai oleh Mongol.
Rusia dan Ukraina

Pada pertengahan abad ke-7 Masehi, setelah melakukan penaklukan Muslim di Persia, Muslim
kemudian menyebar ke daerah-daerah yang saat ini menjadi bagian dari Rusia.[20] Terdapat
hubungan dagang antara Muslim dan Bangsa Rus, lewat orang-orang dari kawasan Baltik yang
menuju Laut Hitam yang melalui Sentral Rusia. Dalam perjalanannya ke Volga Bulgaria, Ibnu
Fadlan membawa laporan rinci tentang bangsa Rus dan mengklaim bahwa beberapa dari
mereka telah masuk Islam. "Mereka sangat menyukai daging babi dan banyak dari mereka yang
telah menganggap Islam sebagai jalan yang sangat dirindukan". Bangsa Rus juga
menyukai nabidh yaitu minuman fermentasi yang sering disebut oleh Ibnu Fadlan sebagai
bagian dari minuman sehari-hari mereka

Kekaisaran Ottoman dan Balkan

Kesultanan Utsmaniyah memulai ekspansi ke Eropa yang sebelumnya merupakan bagiandari


Kekaisaran Bizantium pada abad 14 dan 15 hingga akhirnya pada tahun 1453 merebut
Konstantinopel dan menetapkan Islam sebagai agama negara di wilayah tersebut. Wilayah
Utsmaniyah terus berkembang hingga membentang ke utara. Wilayah Hungaria berhasil
direbut pada abad ke-16 hingga mencapai Podolia di pertengahan abad ke-17. Saat itu sebagian
besar wilayah Balkan berada di bawah kendali Kesultanan Utsmaniyah. Ekspansi Utsmaniyah di
Eropa berakhir dengan kekalahan mereka di Perang Turki Besar. Dalam Perjanjian Karlowitz
(1699), Utsmaniyah kehilangan banyak wilayahnya di Eropa Tengah. Kekhanan
Krimea kemudian dianeksasi oleh Rusia pada tahun 1783.[29] Selama berabad-abad, Kesultanan
Utsmaniyah secara bertahap kehilangan hampir semua wilayahnya di Eropa, hingga
keruntuhannya pada tahun 1922, dan menjadi negara Turki.

Diantara tahun 1354 dan 1526 (ketika Utsmaniyah menyeberang ke Eropa melalui Gallipoli),
Kesultanan Utsmaniyah telah menaklukkan wilayah kini menjadi negara Yunani, Bulgaria,
Romania, Albania, Serbia, Macedonia, Montenegro, Bosnia, dan Hungaria.
Pengepungan Wina pada tahun 1683 digagalkan oleh Raja Polandia dan setelah itu Kesultanan
Utsmaniyah berperang melawan Kaisar Habsburg hingga Perjanjian Karlowitz tahun 1699 yang
memaksa mereka untuk menyerahkan Hungaria dan bagian dari masa kini menjadi wilayah
Kroasia, Slovenia, dan Serbia. Dari tahun 1699 hingga tahun 1913 perang dan pemberontakan
mendorong wilayah Kesultanan Utsmaniyah hingga mencapai perbatasan Turki saat ini.

Selama periode kemunduran Utsmaniyah, banyak pengungsi Muslim yang keluar dari provinsi-
provinsi yang lepas dari Utsmaniyah, namun terdapat beberapa penduduk Muslim yang masih
bertahan di Hungaria, Kroasia, dan wilayah Transylvania kini Rumania. Bulgaria tetap berada di
bawah kekuasaan Utsmaniyah hingga tahun 1878. Jumlah populasi Muslim di Bulgaria sekitar
131.000 (Sensus 2001)
Bosnia ditaklukkan oleh Utsmaniyah pada tahun 1463, dan sebagian besar penduduknya
memeluk agama Islam di 200 tahun pertama kekuasaan Utsmaniyah. Pada saat Austria-
Hungaria menduduki Bosnia pada tahun 1878, Habsburgs berkeinginan untuk kembali
mengkristenkan wilayah tersebut. Populasi Muslim yang cukup besar di Bosnia tetap bertahan
hingga abad ke-20. Wilayah Albania dan Kosovo tetap berada di bawah kekuasaan Utsmaniyah
hingga tahun 1913. Sebelum penaklukan Utsmaniyah, wilayah utara Albania adalah Katolik
Roma dan selatan Albania adalah Kristen Ortodoks, tetapi pada tahun 1913 mayoritas
penduduk Albania adalah Muslim

Proyeksi

Sebuah penelitian Pew Research Center yang diterbitkan pada bulan januari 2011,
memperkirakan peningkatan jumlah penduduk Muslim di Eropa dari 6% pada tahun 2010
menjadi 8% pada tahun 2030.[33] Studi ini juga memperkirakan bahwa tingkat kesuburan Muslim
di Eropa akan turun dari 2,2 pada tahun 2010 menjadi 2,0 pada tahun 2030 Di sisi lain, tingkat
kesuburan non-Muslim di Eropa akan meningkat dari 1,5 pada 2010 menjadi 1,6 pada 2030.
[33]
Studi Pew lainnya yang diterbitkan pada 2017 memproyeksikan bahwa pada tahun 2050
umat Islam akan menghasilkan 7,4% (jika semua migrasi ke Eropa segera dilakukan berhenti
secara permanen - skenario "migrasi nol") sampai 14% (di bawah skenario migrasi "tinggi") dari
populasi Eropa.[41] Data dari tahun 2000an untuk tingkat pertumbuhan Islam di Eropa
menunjukkan bahwa jumlah Muslim yang meningkat terutama disebabkan oleh imigrasi dan
tingkat kelahiran yang lebih tinggi.

Tidak diketahui jumlah pasti Muslim di Eropa. Menurut perkiraan Pew Forum, jumlah Muslim di
Eropa (tidak termasuk Turki) pada tahun 2010 adalah sekitar 44 juta (6% dari total penduduk),
termasuk 19 juta (3,8% dari populasi) di Uni Eropa.[33]

Sekitar 9 juta orang Turki tinggal di Eropa (tidak termasuk penduduk di negara Turki) yang
menjadikannya komunitas imigran Muslim terbesar di Eropa. Perkiraan persentase umat Islam
di Rusia (kelompok terbesar umat Islam di Eropa) bervariasi dari 5 hingga 11,7%, tergantung
pada sumbernya. Hal ini juga tergantung pada jika yang dihitung hanya Muslim yang taat atau
semua keturunan Muslim keturunan.

58.8% dari penduduk Albania menganut Islam, sehingga menjadikannya sebagai agama
terbesar di negara ini. Mayoritas Muslim Albania adalah Sekuler Sunni kemudian diikuti
minoritas Bektashi Syiah. Di Kosovo, Islam dianut oleh 93,5% penduduknya, sedangkan
di Makedonia 39,3% (menurut Sensus 2002, 46,5% dari anak-anak berusia 0-4 di Macedonia
adalah Muslim) dan di Bosnia dan Herzegovina 50,7% nya adalah Muslim. Di negara-negara
lintas benua seperti Turki terdapat 99% Muslim, dan di Azerbaijan 93%. Menurut sensus tahun
2011, 20% dari total populasi di Montenegro adalah Muslim. Sedangkan
di Rusia, Moskow adalah rumah bagi sekitar 1,5 juta Muslim.

Kesimpulan
Selain itu, manusia modern seperti di Eropa ternyata juga masih membutuhkan agama.
Terutama kebutuhan untuk mencari makna hidup yang sesungguhnya, mencari kembali Tuhan
untuk hidup yang lebih damai.

“Manusia modern ternyata masih membutuhkan agama. Dalam kehidupan liberal yang
mengejar nilai-nilai materialistis, pandangan tersebut justru meninggalkan kekosongan hati dan
ketidak tenangan batin,” ujar Wapres saat pembukaan Konferensi Internasional Pengurus
Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Belanda secara virtual, Rabu (8/6/2022). “Tidak
heran, saat ini agama Islam berkembang pesat di Eropa karena kebutuhan manusia untuk
mencari makna hidup yang sesungguhnya, mencari kembali Tuhannya untuk hidup yang lebih
damai,” paparnya.

“Manusia modern ternyata masih membutuhkan agama. Dalam kehidupan liberal yang
mengejar nilai-nilai materialistis, pandangan tersebut justru meninggalkan kekosongan hati dan
ketidak tenangan batin,” ujar Wapres saat pembukaan Konferensi Internasional Pengurus
Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Belanda secara virtual, Rabu (8/6/2022). “Tidak
heran, saat ini agama Islam berkembang pesat di Eropa karena kebutuhan manusia untuk
mencari makna hidup yang sesungguhnya, mencari kembali Tuhannya untuk hidup yang lebih
damai,” paparnya.

Anda mungkin juga menyukai