Anda di halaman 1dari 5

1.

Jelaskan proses terjadinya hormone FSH dan LH


 Ovulasi dan siklus estrus berhubungan dengan siklus perubahan hormonal yang saling
terkait di ovarium dan kelenjar pituitari anterior. Adanya rangsangan eksternal seperti
bertambahnya panjang hari atau kenaikan suhu lingkungan merangsang hipotalamus di otak
akan melepaskan hormon gonadotropin (GnRH), yang akan bekerja pada kelenjar hipofisis
anterior. Dengan adanya GnRH pada Hipofisis anterior mengeluarkan follicle stimulating
hormone (FSH), yang merangsang beberapa folikel primer di ovarium untuk matang menjadi
folikel Graaf. Folikel yang matang mengeluarkan kadar estrogen yang meningkat, ketika
kadar estrogen meningkat maka hewan akan memerlihatkan perilaku betina yang terlihat
selama proestrus serta merangsang skresi lutenizing hormone. Terdapat hormone inhibin
yang akan menghambat sekresi FSH lebih lanjut. Akibat penghambatan FSH, kadar estrogen
mulai turun. Akan terjadi lonjakan LH dan terjadi ovulasi. Selanjutnya, sisa folikel yang ada
diubah menjadi korpus luteum. Corpus luteum mulai mengeluarkan progesterone. Diikuti
dengan peningkatan kadar progesteron dan penurunan kadar estrogen. Jika hewan bunting
maka progesterone akn tetap. Sedangkan, jika hewan belum hamil, korpus luteum mengalami
regresi dan siklus dimulai lagi.
2. Jelaskan mekanisme berkurangnya hormone LH dan FSH dapat menyebabkan penyakit
reproduksi!
 Apabila terjadi penurunan LH maka dapat menyebabkan fertilitas pada ternak. Salah satu
penyebab berkurangnya LH adalah karena faktor stress. Penurunan hormon luteinizing juga
sering dikaitkan dengan penurunan sekresi hormon estrogen. Kondisi yang demikian sering
diperparah dengan meningkatnya hormon prostaglandin selama stres panas yang dapat
menyebabkan luteolysis sehingga membahayakan kebuntingan.
Penurunan hormon progesteron pada masa kebuntingan juga dapat berakibat pada
terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan embrio di dalam uterus. Penurunan hormon
progesteron berdampak negatif pada sekresi protein dan growth factors (faktor pertumbuhan)
oleh uterus yang keduanya sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan embrio/fetus
selama masa inkubasi.
Gangguan keseimbangan hormonal dapat menyebabkan terjadinya hipofungsi ovarium,
atropi ovarium, kista pada ovarium dan gangguan sekresi steroid oleh ovarium. Hipofungsi
ovarium terjadi karena rendahnya kadar FSH dan LH sehingga tidak terjadi aktivitas pada
ovarium berupa perkembangan folikel dan ovulasi. Atropi ovarium dapat terjadi apabila
kondisi hipofungsi ovarium tidak ditangani dalam jangka waktu yang lama dan disertai
dengan kondisi pakan serta lingkungan yang buruk. Kista ovarium terjadi bila keimbangan
FSH, LH dan LTH terganggu.
3. Jelaskan proses kelebihan produksi dan sekresi growth hormone pada hewan !
 Akromegali disebabkan oleh kelebihan sekresi hormon pertumbuhan (GH) pada hewan
dewasa. Pada kucing, hal ini disebabkan oleh tumor yang mensekresi GH pada hipofisis
anterior. Tanda-tanda yang mengindikasikan terjadinya diabetes melitus biasanya merupakan
tanda-tanda klinis pertama yang terlihat. Pertumbuhan ekstremitas, tengkorak, dan otot terjadi
pada beberapa kucing. Kardiomegali dan azotemia berkembang pada akhir penyakit.

Gambar 1. Kucing yang mengalami akromegali


4. Jelaskan mekanisme terjadinya penyakit hypocalcemia pada sapi perah dan pengobatannya
 Hypocalcemia merupakan suatu gangguan metabolisme pada sapi perah dapat terjadi
sebelum, sewaktu, atau beberapa jam sampai dengan 72 jam setelah melahirkan. Kejadian ini
ditandai dengan penurunan yang tiba-tiba kadar calcium darah dari jumlah normal 9 - 10 mg
per 100 m1 menjadi 3 - 7 mg per 100 m1 darah. Calcium di dalam tubuh diperlukan untuk
pengaturan mekanisme tubuh, pertumbuhan dan reproduksi. Pengaturan calcium di dalam
tubuh melibatkan beberapa faktor yaitu hormon parathyroid, thyrocalcitonin dan vitamin
D. Penyakit ini ditandai dengan penurunan kadar kalsium (Ca) dalam darah menjadi kurang
dari 5 mg/dl padahal normalnya kadar Ca dalam darah adalah 9-12 mg/dl. Kejadian paling
banyak (90 %) adalah ditemukan dalam 48 jam setelah sapi perah melahirkan. Kejadian
meningkat seiring bertambahnya umur, karena sapi tua penyerapan Ca-nya menurun sehingga
cadangan Ca semakin rendah. Milk Fever biasanya terjadi pada sapi perah yang sudah laktasi
lebih dari 3 kali. Pada saat sapi laktasi, Ca susu berasal dari Ca darah disuplai ke dalam
ambing, karena peranan kalsium dalam tubuh sangat penting untuk proses pembentukan
tulang, kontraksi otot, pembekuan darah dan lain-lain, maka kadar Ca darah yang hilang
setelah disuplai ke dalam ambing dan dikeluarkan dari lewat air susu, dipertahankan
(homeostatis) dengan suatu mekanisme metabolisme Ca. Bila terjadi kegagalan dalam
homeostatis kalsium maka terjadilah penyakit milk fever atau hypocalcemia.
Pada prinsipnya pengobatan milk fever diarahkan untuk mengembalikan Ca dalam darah pada
kondisi normal tanpa penundaan serta mencegah terjadinya kerusakan otot dan syaraf akibat
hewan berbaring terlalu lama. Pengobatan yang dilakukan untuk penyakit metabolik “milk
fever” antara lain dengan :
 Larutan Kalsium boroglukonat 20-30% sebanyak 1:1 terhadap berat badan diberikan
melalui injeksi secara intravena jugularis atau vena mammaria selama 10-15 menit
dan dapat dibarengi dengan pemberian secara subkutan. Biasanya pada kasus
lapangan’ milk fever’ merupakan penyakit kompleks, oleh karena itu larutan Kalsium
boroglukonat dapat ditambah magnesium atau dektrosa.
 Larutan kalsium khlorida 10% disuntikkan secara intra vena, pemberian yang terlalu
banyak atau terlalu cepat dapat mengakibatkan heart block.
 Campuran berbagai sediaan kalsium seperti Calphon Forte, Calfosal atau Calcitad-
50
5. Jelaskan 3 penyakit yang disebabkan karena pathophysiology dari organ pancreas pada
hewan.
 Berikut adalah beberapa penyakit yang terjadi pada pankreas
 Insufisiensi pankreas eksokrin (EPI)
Insufisiensi pankreas eksokrin (EPI) mengakibatkan masalah dengan pencernaan
makanan. EPI mencegah pankreas memproduksi cukup enzim pankreas untuk membantu
tubuh memecah dan menyerap nutrisi. Tubuh tidak dapat secara efisien mencerna dan
menyerap lemak, protein, karbohidrat, serta vitamin dan mineral dalam
makanan. Kerusakan pankreas yang menyebabkan EPI dapat terjadi sebagai akibat dari
faktor-faktor seperti: pankreatitis kronis, pembedahan pankreas, lambung, atau usus,
fibrosis kistik, sindrom Shwachman-Diamond.
 Pankreatitis Kronis dan Akut
Pankreatitis kronis (CP) adalah penyebab paling umum dari EPI dan merupakan penyakit
pankreas yang paling umum. Akibat peradangan, sel-sel di pankreas berhenti bekerja
sebagaimana mestinya, dan enzim yang diproduksi oleh pankreas mulai bekerja sebelum
mencapai usus kecil. Peradangan pada kelenjar mengganggu produksi insulin, dan enzim
pencernaan bahkan mungkin mulai "mencerna" pankreas dan jaringan di sekitarnya. Jika
tidak diobati, pankreatitis kronis (CP) bisa berakibat fata
 Tumor atau Kista
Penyakit pankreas yang paling serius adalah neoplasma, termasuk neoplasma endokrin
(tumor neuroendokrin pankreas) dan neoplasma eksokrin (kanker pankreas). Neoplasma
neuroendokrin dianggap penyakit heterogen dalam hal gambaran klinis dan patologis,
yang memiliki perjalanan klinis yang relatif lambat dibandingkan dengan neoplasma non-
endok. Tumor neuroendokrin (yaitu neoplasia neuroendokrin – NEN) ditandai dengan
tingkat pertumbuhan yang relatif lambat dan kemampuan untuk mengeluarkan berbagai
hormon peptida dan amina biogenik
6. Jelaskan mekanisme hormone yang berperan dalam mempersiapkan masa kebuntingan
sampai partus pada hewan.
 Siklus birahi secara kasar dapat dibagi menjadi empat periode menurut perubahan-
perubahan yang tampak maupun yang tidak tampak dari luar selama siklus birahi yaitu:
proestrus, estrus, metestrus dan diestrus. Proestrus merupakan periode persiapan yang
ditandai dengan pemacuan pertumbuhan folikel oleh FSH. Folikel yang sedang bertumbuh
menghasilkan cairan folikel yang mengandung hormon estrogen yang lebih banyak. Hormon
estrogen inilah yang akan mempengaruhi suplai darah ke saluran alat kelamin dan
meningkatkan pertumbuhannya.
Proestrus pada sapi berlangsung selama 2–3 hari. Pada periode ini biasanya sapi akan
menolak bila dinaiki pejantan maupun sesama betinanya, tetapi akan berusaha menaiki betina
yang lainnya (Jumping heat). Periode diestrus merupakan periode akhir dari siklus birahi, di
mana ditandai dengan berkembangnya korpus luteum dan menghasilkan hormon progesteron.
Oleh pengaruh hormon progesteron inilah endometrium menebal, kelenjar dan urat daging
uterus berkembang, sebagai persiapan uterus untuk menampung dan memberi makan embrio
serta pembentukan plasenta bila terjadi kebuntingan.
Apabila terjadi kebuntingan aka nada peningkatan kortisol fetus, menstimulasi konversi
progesteron yang berasal dari plasenta menjadi estrogen dengan cara mengaktifkan ensim
plasenta yaitu 17α-hydroxylase, tepatnya progesteron hydroxylase melalui androstenedion
menjadi estrogen. Dampak dari meningkatnya estrogen dan menurunnya progesteron dalam
sirkulasi perifer menjadikan akan menyebabkan estrogen berpengaruh langsung atas
myometrium, meningkatkan responnya terhadap oksitosin, kedua, estrogen menyebabkan
melunaknya serviks dengan cara merubah jaringan kolagen, ketiga, estrogen bereaksi atas
komplek cotiledonkaruncula untuk memproduksi dan melepaskan PGF2α. Perubahan
selanjutnya dipicu oleh aktivasi enzim phospolipase A2 yang distimulasi oleh menurunnya
konsentrasi progesteron dan meningkatnya estrogen. Enzim tersebut mensimulasi
dilepaskannya asam arachidonat dari phospolipid. Jadi di bawah pengaruh enzim sintesa
prostaglandin inilah terbentuknya PGF2α.
Selanjutnya stimulasi dari sintesis dilepaskannya hormon dari myometrium dapat pula
dipicu oleh oksitosin dan stimulasi mekanik dari vagina. PGF2α adalah faktor stimulasi
instrinsik dari sel-sel otot polos dan pengeluaranya penting untuk menginisiasi kontraksi
myometrial. Pengaruh dari kontraksi ini adalah untuk mendorong fetus ke arah serviks dan
vagina, yang kemudian menstimulasi reseptor sensorik dan menginisiasi reflex Ferguson,
mengakibatkan dilepaskannya sejumlah besar oksitosin dari hipofisa posterior. Oksitosin juga
menstimulasi kontraksi myometrial lebih lanjut. Oksitosin dan PGF2α bekerja bersama
kontraksi uterus merupakan sistem mekanisme feed back positif sehingga fetus dapat keluar.

Anda mungkin juga menyukai