Ovulasi dan siklus estrus berhubungan dengan siklus perubahan hormonal yang saling terkait di ovarium dan kelenjar pituitari anterior. Adanya rangsangan eksternal seperti bertambahnya panjang hari atau kenaikan suhu lingkungan merangsang hipotalamus di otak akan melepaskan hormon gonadotropin (GnRH), yang akan bekerja pada kelenjar hipofisis anterior. Dengan adanya GnRH pada Hipofisis anterior mengeluarkan follicle stimulating hormone (FSH), yang merangsang beberapa folikel primer di ovarium untuk matang menjadi folikel Graaf. Folikel yang matang mengeluarkan kadar estrogen yang meningkat, ketika kadar estrogen meningkat maka hewan akan memerlihatkan perilaku betina yang terlihat selama proestrus serta merangsang skresi lutenizing hormone. Terdapat hormone inhibin yang akan menghambat sekresi FSH lebih lanjut. Akibat penghambatan FSH, kadar estrogen mulai turun. Akan terjadi lonjakan LH dan terjadi ovulasi. Selanjutnya, sisa folikel yang ada diubah menjadi korpus luteum. Corpus luteum mulai mengeluarkan progesterone. Diikuti dengan peningkatan kadar progesteron dan penurunan kadar estrogen. Jika hewan bunting maka progesterone akn tetap. Sedangkan, jika hewan belum hamil, korpus luteum mengalami regresi dan siklus dimulai lagi. 2. Jelaskan mekanisme berkurangnya hormone LH dan FSH dapat menyebabkan penyakit reproduksi! Apabila terjadi penurunan LH maka dapat menyebabkan fertilitas pada ternak. Salah satu penyebab berkurangnya LH adalah karena faktor stress. Penurunan hormon luteinizing juga sering dikaitkan dengan penurunan sekresi hormon estrogen. Kondisi yang demikian sering diperparah dengan meningkatnya hormon prostaglandin selama stres panas yang dapat menyebabkan luteolysis sehingga membahayakan kebuntingan. Penurunan hormon progesteron pada masa kebuntingan juga dapat berakibat pada terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan embrio di dalam uterus. Penurunan hormon progesteron berdampak negatif pada sekresi protein dan growth factors (faktor pertumbuhan) oleh uterus yang keduanya sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan embrio/fetus selama masa inkubasi. Gangguan keseimbangan hormonal dapat menyebabkan terjadinya hipofungsi ovarium, atropi ovarium, kista pada ovarium dan gangguan sekresi steroid oleh ovarium. Hipofungsi ovarium terjadi karena rendahnya kadar FSH dan LH sehingga tidak terjadi aktivitas pada ovarium berupa perkembangan folikel dan ovulasi. Atropi ovarium dapat terjadi apabila kondisi hipofungsi ovarium tidak ditangani dalam jangka waktu yang lama dan disertai dengan kondisi pakan serta lingkungan yang buruk. Kista ovarium terjadi bila keimbangan FSH, LH dan LTH terganggu. 3. Jelaskan proses kelebihan produksi dan sekresi growth hormone pada hewan ! Akromegali disebabkan oleh kelebihan sekresi hormon pertumbuhan (GH) pada hewan dewasa. Pada kucing, hal ini disebabkan oleh tumor yang mensekresi GH pada hipofisis anterior. Tanda-tanda yang mengindikasikan terjadinya diabetes melitus biasanya merupakan tanda-tanda klinis pertama yang terlihat. Pertumbuhan ekstremitas, tengkorak, dan otot terjadi pada beberapa kucing. Kardiomegali dan azotemia berkembang pada akhir penyakit.
Gambar 1. Kucing yang mengalami akromegali
4. Jelaskan mekanisme terjadinya penyakit hypocalcemia pada sapi perah dan pengobatannya Hypocalcemia merupakan suatu gangguan metabolisme pada sapi perah dapat terjadi sebelum, sewaktu, atau beberapa jam sampai dengan 72 jam setelah melahirkan. Kejadian ini ditandai dengan penurunan yang tiba-tiba kadar calcium darah dari jumlah normal 9 - 10 mg per 100 m1 menjadi 3 - 7 mg per 100 m1 darah. Calcium di dalam tubuh diperlukan untuk pengaturan mekanisme tubuh, pertumbuhan dan reproduksi. Pengaturan calcium di dalam tubuh melibatkan beberapa faktor yaitu hormon parathyroid, thyrocalcitonin dan vitamin D. Penyakit ini ditandai dengan penurunan kadar kalsium (Ca) dalam darah menjadi kurang dari 5 mg/dl padahal normalnya kadar Ca dalam darah adalah 9-12 mg/dl. Kejadian paling banyak (90 %) adalah ditemukan dalam 48 jam setelah sapi perah melahirkan. Kejadian meningkat seiring bertambahnya umur, karena sapi tua penyerapan Ca-nya menurun sehingga cadangan Ca semakin rendah. Milk Fever biasanya terjadi pada sapi perah yang sudah laktasi lebih dari 3 kali. Pada saat sapi laktasi, Ca susu berasal dari Ca darah disuplai ke dalam ambing, karena peranan kalsium dalam tubuh sangat penting untuk proses pembentukan tulang, kontraksi otot, pembekuan darah dan lain-lain, maka kadar Ca darah yang hilang setelah disuplai ke dalam ambing dan dikeluarkan dari lewat air susu, dipertahankan (homeostatis) dengan suatu mekanisme metabolisme Ca. Bila terjadi kegagalan dalam homeostatis kalsium maka terjadilah penyakit milk fever atau hypocalcemia. Pada prinsipnya pengobatan milk fever diarahkan untuk mengembalikan Ca dalam darah pada kondisi normal tanpa penundaan serta mencegah terjadinya kerusakan otot dan syaraf akibat hewan berbaring terlalu lama. Pengobatan yang dilakukan untuk penyakit metabolik “milk fever” antara lain dengan : Larutan Kalsium boroglukonat 20-30% sebanyak 1:1 terhadap berat badan diberikan melalui injeksi secara intravena jugularis atau vena mammaria selama 10-15 menit dan dapat dibarengi dengan pemberian secara subkutan. Biasanya pada kasus lapangan’ milk fever’ merupakan penyakit kompleks, oleh karena itu larutan Kalsium boroglukonat dapat ditambah magnesium atau dektrosa. Larutan kalsium khlorida 10% disuntikkan secara intra vena, pemberian yang terlalu banyak atau terlalu cepat dapat mengakibatkan heart block. Campuran berbagai sediaan kalsium seperti Calphon Forte, Calfosal atau Calcitad- 50 5. Jelaskan 3 penyakit yang disebabkan karena pathophysiology dari organ pancreas pada hewan. Berikut adalah beberapa penyakit yang terjadi pada pankreas Insufisiensi pankreas eksokrin (EPI) Insufisiensi pankreas eksokrin (EPI) mengakibatkan masalah dengan pencernaan makanan. EPI mencegah pankreas memproduksi cukup enzim pankreas untuk membantu tubuh memecah dan menyerap nutrisi. Tubuh tidak dapat secara efisien mencerna dan menyerap lemak, protein, karbohidrat, serta vitamin dan mineral dalam makanan. Kerusakan pankreas yang menyebabkan EPI dapat terjadi sebagai akibat dari faktor-faktor seperti: pankreatitis kronis, pembedahan pankreas, lambung, atau usus, fibrosis kistik, sindrom Shwachman-Diamond. Pankreatitis Kronis dan Akut Pankreatitis kronis (CP) adalah penyebab paling umum dari EPI dan merupakan penyakit pankreas yang paling umum. Akibat peradangan, sel-sel di pankreas berhenti bekerja sebagaimana mestinya, dan enzim yang diproduksi oleh pankreas mulai bekerja sebelum mencapai usus kecil. Peradangan pada kelenjar mengganggu produksi insulin, dan enzim pencernaan bahkan mungkin mulai "mencerna" pankreas dan jaringan di sekitarnya. Jika tidak diobati, pankreatitis kronis (CP) bisa berakibat fata Tumor atau Kista Penyakit pankreas yang paling serius adalah neoplasma, termasuk neoplasma endokrin (tumor neuroendokrin pankreas) dan neoplasma eksokrin (kanker pankreas). Neoplasma neuroendokrin dianggap penyakit heterogen dalam hal gambaran klinis dan patologis, yang memiliki perjalanan klinis yang relatif lambat dibandingkan dengan neoplasma non- endok. Tumor neuroendokrin (yaitu neoplasia neuroendokrin – NEN) ditandai dengan tingkat pertumbuhan yang relatif lambat dan kemampuan untuk mengeluarkan berbagai hormon peptida dan amina biogenik 6. Jelaskan mekanisme hormone yang berperan dalam mempersiapkan masa kebuntingan sampai partus pada hewan. Siklus birahi secara kasar dapat dibagi menjadi empat periode menurut perubahan- perubahan yang tampak maupun yang tidak tampak dari luar selama siklus birahi yaitu: proestrus, estrus, metestrus dan diestrus. Proestrus merupakan periode persiapan yang ditandai dengan pemacuan pertumbuhan folikel oleh FSH. Folikel yang sedang bertumbuh menghasilkan cairan folikel yang mengandung hormon estrogen yang lebih banyak. Hormon estrogen inilah yang akan mempengaruhi suplai darah ke saluran alat kelamin dan meningkatkan pertumbuhannya. Proestrus pada sapi berlangsung selama 2–3 hari. Pada periode ini biasanya sapi akan menolak bila dinaiki pejantan maupun sesama betinanya, tetapi akan berusaha menaiki betina yang lainnya (Jumping heat). Periode diestrus merupakan periode akhir dari siklus birahi, di mana ditandai dengan berkembangnya korpus luteum dan menghasilkan hormon progesteron. Oleh pengaruh hormon progesteron inilah endometrium menebal, kelenjar dan urat daging uterus berkembang, sebagai persiapan uterus untuk menampung dan memberi makan embrio serta pembentukan plasenta bila terjadi kebuntingan. Apabila terjadi kebuntingan aka nada peningkatan kortisol fetus, menstimulasi konversi progesteron yang berasal dari plasenta menjadi estrogen dengan cara mengaktifkan ensim plasenta yaitu 17α-hydroxylase, tepatnya progesteron hydroxylase melalui androstenedion menjadi estrogen. Dampak dari meningkatnya estrogen dan menurunnya progesteron dalam sirkulasi perifer menjadikan akan menyebabkan estrogen berpengaruh langsung atas myometrium, meningkatkan responnya terhadap oksitosin, kedua, estrogen menyebabkan melunaknya serviks dengan cara merubah jaringan kolagen, ketiga, estrogen bereaksi atas komplek cotiledonkaruncula untuk memproduksi dan melepaskan PGF2α. Perubahan selanjutnya dipicu oleh aktivasi enzim phospolipase A2 yang distimulasi oleh menurunnya konsentrasi progesteron dan meningkatnya estrogen. Enzim tersebut mensimulasi dilepaskannya asam arachidonat dari phospolipid. Jadi di bawah pengaruh enzim sintesa prostaglandin inilah terbentuknya PGF2α. Selanjutnya stimulasi dari sintesis dilepaskannya hormon dari myometrium dapat pula dipicu oleh oksitosin dan stimulasi mekanik dari vagina. PGF2α adalah faktor stimulasi instrinsik dari sel-sel otot polos dan pengeluaranya penting untuk menginisiasi kontraksi myometrial. Pengaruh dari kontraksi ini adalah untuk mendorong fetus ke arah serviks dan vagina, yang kemudian menstimulasi reseptor sensorik dan menginisiasi reflex Ferguson, mengakibatkan dilepaskannya sejumlah besar oksitosin dari hipofisa posterior. Oksitosin juga menstimulasi kontraksi myometrial lebih lanjut. Oksitosin dan PGF2α bekerja bersama kontraksi uterus merupakan sistem mekanisme feed back positif sehingga fetus dapat keluar.