Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Indonesia
© Angkatan 2011 ©
Tahap Kehamilan
OVULASI
• 2 hari sebelum ovulasi terjadi perubahan hormon yaitu kelenjar hipofisis anterior akan
meningkatkan laju sekresi LH (6-10 x lipat) dan puncaknya terjadi ketika 16 jam
sebelum ovulasi. FSH juga naik bersamaan dengan LH, FSH naik sekita 2-3 kali lipat.
• FSH dan LH akan berkerja sinergis menyebebkan pembengkakan folikel
• LH juga berfungsi mengubah sel granulosa dan sel teka untuk dapat mensekresikan
hormon progesteron
• Tidak beberapa lama sebelum ovulasi, bagian dinding folikel yang menonjol akan
membengkak dengan cepat dan bagian tengah folikel (stigma) akan menonjol seperti
puting dalam waktu 30 menit : cairan dari folikel mengalir lewat stigma 2
menit berikutnya : stigma robek ovum keluar bersamaan dengan massa granulosa
(korona radiata).
• Pada permulaan ovulasi LH akan menyebabkan sekresi hormon steroid folikular yang
mengandung progesteron.
• Dalam waktu beberapa jam akan terjadi dua peristiwa yang penting untuk ovulasi :
LH
Folikel pecah
FERTILISASI
a. Setelah ejakulasi, sperma dalam waktu 5 – 10 menit akan berjalan menuju ampula
tuba falloppi, sperma dapat mencapai tuba faloppi karena ada kapasitasi, yaitu pada
saat berada dalam duktus genitalia wanita, akrosom dari sperma yang semula tertutupi
oleh kolesterol akan bergerak meninggalkan kolesterolnya dan pada saat itu akrosom
akan menjadi lebih permeabel, akrosom akan dimasuki oleh ion kalsium yang
membuat sperma memiliki gerakan flagel yang cepat, selain dari gerakan sperma,
perjalanan sperma menuju tuba faloppi juga dibantu oleh kontraksi dari uterus dan
tuba faloppi yang dipengaruhi oleh prostaglandin dari semen pria dan oksitosin dari
hipofisis posterior yang dikeluarkan saat wanita orgasme.
b. Sperma harus menembus korona radiata : akrosom sperma melepaskan enzim-enzim
(hialuronidase) membuka jalan untuk sperma
Sukses yaa ☺ -- BAKUL 2011
c. Sperma berikatan dengan protein reseptor zona pelusida (ZP3) akrosom
melepaskan enzim (acrosin) membuat jalan kepala sperma menyatu dengan
ovum
d. Untuk memblok sperma lainnya terjadi dua sistem blokade : 1. Blokade cepat yaitu
dengan terjadinya depolarisasi elektrik di permukaan ovum (-70 mv sampai + 10 mv)
2. Blokade lambat yaitu dengan pengeluaran ion Ca dari tempat masuknya sperma
yang kemudian menyebar ke seluruh permukaan ocum yang menyebabkan ovum
mengeluarkan isi granulanya yang terdiri dari polisakarida yang membentuk barrier
fisik selain itu granula akan mengeluarkan enzim yang akan menonaktifkan reseptor
ZP3.
Saat satu sperma bersatu dengan ovum, ovum akan mengeluarkan enzim lisosomal
yang menyebabkan sperma lainnya tidak dapat membuahinya (kalo ga salah di
langman embriologi, tolong dicek dulu )
e. Sperma dan ovum bersatu sel tunggal oosit membelah lagi untuk menjadi ovum
matang (melepaskan badan polar kedua) sperma membentuk pronukleus pria
msing-masing kromosom dari pronuleus wanita dan pronukleus pria akan menyatu.
Tanda kehamilan pasti jika tanda ini ada pasti wanita tersebut hamil
1. Denyut jantung janin (DJJ)
- Bisa didengar dengan stetoskop laenec pada minggu ke 17-18
- Dengan stetoskop ultrasonik (doppler) pada minggu ke 12
- Pada orang gemuk akan lebih lambat terdengar
2. Palpasi
- Menentukan outline janin, jelas pada minggu ke 22
- Gerakan janin, jelas pada minggu ke 24
3. Rontgenografi
- Gambaran tulang janin, tampak setelah minggu ke 12-14
ANTENATAL CARE
a. Tujuan
- Memantau kehamilan untuk kesehatan ibu dan janin
- Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial ibu dan
anak
- Mengenali secara dini ketidaknormalan dan komplikasi serta mengobatinya atau
merujuknya
- Mempersiapkan persalinan
- Mempersiapkan ibu untuk masa nifas dan menyusui
- Menurunkan angka mortilitas dan morbiditas ibu dan anak
• Diagnosis Banding
Ulcus pepticum, hepatitis, batu empedu, maag kronis, prelonefritis
• Pemeriksaan
- Anamnesis
- Pemeriksaan Fisik
Look : warna kulit, palpebra, turgor kulit, kesadaran, status general dan mental
CAIRAN AMNION
hidramnion/polihidramnion
patologi
c.amnion
oligohidramnion
HIDRAMNION
OLIGOHIDRAMNION
• Definisi : suatu keadaan dimana air ketuban kurang dari normal, yaitu kurang dari 500
cc
• Etiologi
- Agenesis renal (tidak terbentuk ginjal)
- Perkembangan amnion kurang baik (etiologi primer)
- Terjadinya obstruksi traktus urinarius janin atau malformasi saluran ginjal (biasanya
malformasi ini berhubungan dengan kehamilan yg melebihi waktunya)
- Kebocoran kronik akibat defek pada membran janin
- Penyebab yang terjadi pada janin : abnormalitas kromosom, anomaly congenital,
restriksi pertumbuhan, kematian, kehamilan lebih bulan, dan rupture membrane
- Penyebab yang terjadi pada plasenta : solution plasenta
- Penyebab yang terjadi pada ibu : insufisiensi uteroplasenta, hipertensi,
preeclampsia, diabetes gertasional
- Obat-obatan ACE inhibitor
Bisa menganggu sistem renin angiotensin janin → sehingga menyebabkan gangguan
perkembangan ginjal janin menyebabkan hipotensi & hipoperfusi ke ginjal janin
iskemia ginjal, disgenesis tubule sginjal, dan anuria
• Patofisiologi
- Oligohidramnion tidak ada bantalan yg melindungi bayi tekanan dinding
rahim besar terbentuk wajah fetus yg khas (wajah Potter).
- Oligohidramnion ruang di rahim jd sempit tjd abnormalitas anggota gerak
tubuh, kontraktur
- Oligohidramnion menyebabkan terhentinya perkembangan paru-paru (paru-paru
hipoplastik) paru tidak berfungsi ketika lahir
ANEMIA
• Definisi
Anemia adalah kondisi dimana berkurangnya sel darah merah (eritrosit) dalam sirkulasi
darah atau massa hemoglobin sehingga tidak mampu memenuhi fungsinya sebagai pembawa
oksigen keseluruh jaringan.
Anemia dalam kehamilan : kadar Hemoglobin di bawah < 11g% pada trimester 1 dan 3
atau kadar < 10,5g% pada trimester 2 .
Perubahan fisiologis : ↑ plasma darah ↑ volume darah (tetapi jumlah sel normal)
akibatnya terlihat sebgai penurunan HB oksigenasi ke jaringan turun
• Klasifikasi anemia dalam kehamilan
Klasifikasi anemia dalam kehamilan sebagai berikut :
a. Anemia defisiensi zat besi (62,3% pada kehamilan)
- Adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah.
- Zat besi kurang karena : intake sumber Fe < , gangguan resopsi, Fe keluar terlalu banyak
(ex perdarahan)
- Keperluasan Fe kehamilan terutama pada trimester terakhir : 1000 g 500g (ibu), 300 g
(janin dan plasenta) dan 200g (dibuang)
ABORTUS
pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Batasannya
adalah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat badan janin 500 gram. Ada
beberapa macam abortus yaitu:
1. Abortus spontan berlangsung tanpa tindakan
2. Abortus provokatus terjadi dengan sengaja dilakukan tindakan
a. Abortus provokatus medisinalis
b. Abortus provokatus kriminalis
Etiologi :
1. Penyebab genetik
Hal yang paling sering dari hal ini adalah kelainan kariotip embrio. Selain itu
penyebab lain adalah kelainan sitogenetik, contohnya adalah aneuploidi atau
poliploidi.
2. Penyebab anatomik
Kelainan uterus merupakan penyebab dari abortus. Kelainan anatomik uterus seperti
septum uterus, uterus bikornis, mioma uteri, dan sindroma Asherman.
3. Penyebab autoimun
Ada hubungan yang nyata antara abortus berulang dan penyakit autoimun. Contohnya
adalah Systematic Lupus Erythematosus (SLE) dan Antiphopholipid Antibodies (aPA).
4. Penyebab infeksi
Klasifikasi
1. Abortus Iminens
a. Abortus tingkat permulaan, merupakan ancaman terjadinya abortus.
b. Abortus ini ditandai dengan perdarahan pervaginam, ostium uteri masih
tertutup dan hasil konsepsi masih baik.
c. Biasanya mulas sedikit atau tidak ada keluhan sama sekali kecuali perdarahan
pervaginam.
d. Penderita diminta untuk melakukan tirah baring sampai perdarahan berhenti.
e. Bisa juga diberi spasmolitik.
f. Tidak boleh berhubungan seksual dulu sampai lebih kurang dua minggu.
2. Abortus Insipiens
a. Abortus sedang mengancam, ditandai serviks telah mendatar, ostium uteri
telah membuka akan tetapi hasil konsepsi masih dalam kavum uteri dan dalam
proses pengeluaran.
b. Penderita akan merasa mulas karena kontraksi yg sering dan kuat, perdarahan
bertambah sesuai dengan pembukaan serviks uteri dan umur kehamilan.
c. Pengelolaan dengan kuretase. Hal ini diperlukan untuk mencegah terjadinya
perforasi pada dinding uterus. Pascatindakan perlu perbaikan keadaan umum,
pemberian uterotonika, dan antibiotika profilaksis.
3. Abortus kompletus
a. Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri pada kehamilan < 20
minggu atau berat janin < 500 gram.
b. Ostium uteri telah menutup, uterus sudah mengecil sehingga perdarahan
sedikit.
c. Pengelolaan penderita tidak perlu memerlukan tindakan khusus ataupun
pengobatan. Biasanya hanya diberikan roboransia atau hematinik dan
pemantauan jika terjadi perdarahan lagi oleh pasien.
4. Abortus inkompletus
a. Sebagian hasil konsepsi telah dikeluarkan dari kavum uteri dan masih ada
yang tertinggal.
b. Kanalis servikalis masih terbuka, teraba jaringan dalam kavum uteri,
terjadinya perdarahan tergantung pada jaringan yg tersisa.
Sukses yaa ☺ -- BAKUL 2011
c. Pengelolaan pasien harus memperhatikan keadaan umum dan mengatasi
gangguan hemodinamik untuk kemudian disiapkan tindakan kuretase.
5. Missed Abortus
a. Abortus ditandai dengan embrio atau fetus telah meninggal dalam kandungan
sebelum usia kehamilan 20 minggu dan seluruh hasil konsepsi masih tertahan
dalam kandungan.
b. Penderita merasakan rahimnya semakin mengecil dengan tanda-tanda
kehamilan sekunder pada payudara mulai menghilang.
c. Pengelolaan missed abortus perlu diutarakan kepada pasien dan keluarga
secara baik karena risiko tindakan operasi dan kuretase dapat menimbulkan
komplikasi perdarahan.
6. Abortus habitualis
a. Abortus habitualis adalah abrotus spontan yang terjadi 3 kali berturut turut.
b. Penderita pada umumnya tidak sulit untuk hamil kembali, tetapi kehamilannya
berakhir dengan abortus secara berturut-turut.
c. Penyebabnya adalah faktor anatomis (defek uterus, inkompetensia serviks)
dan akibat reaksi imunologik yaitu kegagalan reaksi terhadap antigen
lymphocyte trophoblast cross reactive (TLX). Bila reaksi terhadap antigen ini
rendah atau tidak ada, maka akan terjadi abortus.
d. Kelainan ini dapat diobati dengan transfuse leukosit atau heparinisasi.
7. Abortus infeksius dan abortus septic
a. Abortus infeksius adalah abortus yang disertai infeksi pada alat genitalia.
Abortus septik adalah abortus yang disertai penyebaran infeksi pada peredaran
tubuh atau peritoneum (septikemia atau peritonitis).
b. Abortus ini ditandai dengan panas tinggi, tampak sakit dan lelah, takikardia,
perdarahan pervaginam yang berbau, nyeri tekan. Pada laboratorium
didapatkan infeksi dengan leukositosis. Bila sampai terjadi syok, penderita
akan tampak lelah, panas tinggi, menggigil dan tekanan darah turun.
MOLA HIDATIDOSA
Klasifikasi penyakit trofoblastik gestasional (FIGO Oncology Commitee, 2002) :
1. Mola hidatiformis
a. Komplet
b. Parsial
Sukses yaa ☺ -- BAKUL 2011
2. Neoplasia Trofoblastik Gestasional
a. Mola invasif
b. Koriokarsinoma
c. Tumor trofoblasti tempat plasenta
d. Tumor trofoblastik epitel
Secara histolgis, kehamilan mola ditandai oleh abnormalitas vili korionik (proliferasi
trofoblas dan edema stroma vilus)
Pembagian mola didasarkan kepada derajat perubahan jaringan dan ada tidaknya elemen
janin atau mudigah.
Gambaran mola hidatidosa komplet dan parsial
Gambaran Mola Parsial Mola Komplet
Kariotipe Biasanya 69 XXX atau 69 46 XX atau 46 XY
XXY
Patologi
Mudigah Janin Sering ada Tidak ada
Amnion, sel darah janin Sering ada Tidak ada
Edema vilus Bervariasi, fokal Difus
Proliferasi trofoblastik Bervariasi, fokal, ringan Bervariasi, ringan sampai
sampai sedang berat
Gambaran Klinis
Diagnosis Missed Abortion Gestasi mola
Ukuran Uterus Kecil untuk usia kehamilan 50% besar untuk usia
kehamilan
Kista teka – lutein Jarang 25 – 30 %
Penyulit medis Jarang Sering
Penyakit trofoblastik 1 – 5 % 15 – 20 %
persisten
Faktor Resiko
a. Usia
Remaja dan wanita berusia 36 hingga 40 tahun memiliki resiko 2 kali lipat untuk
terkena mola sedangkan usia >40 tahun memiliki resiko hampir 10 kali lipat
b. Riwayat Kehamilan Mola
c. Pemakaian kontrasepsi oral dan durasi pemakaiannya
d. Riwayat keguguran, resikonya 2 kali lipat
e. Merokok
f. Defisiensi vitamin
g. Peningkatan usia ayah
Gambaran Klinis
a. Biasanya terjadi amenorea 1 sampai 2 bulan
b. Terdapat mual dan muntah yang signifikan
c. Perdarahan uterus : bervariasi ~ mulai sari sekedar bercak hingga perdarahan hebat
d. Pertumbuhan uterus lebih cepat daripada perkiraan
e. Uterus memiliki konsistensi lunak
f. Pada pemeriksaan biamanual kista lutein yang besar sulit dibedakan dari uterus yang
membesar
g. Kadar tiroksin bebas dalam plasma meningkat : efek mirip tirotropin dari hCG
Diagnosis
a. Biasanya kehamilan diketahui karena berobat dengan alasan pengeluaran spontan
jaringan mola, biasanya pasien mengalami amenorea dengan durasi yang berbeda
yang diikuti oleh perdarahan ireguler uji kehamilan dan sonografik
b. Gambaran sonografik : suatu mola mencakup massa ekogenik kompleks di uterus
disertai banyak rongga kistik tanpa janin atau kantong amnion
c. Diagnosis histologis Mola Hidatidiformis
1. Flow cytometry atau automated image cytometry untuk menentukan ploidi
sel
Penatalaksanaan
Dua hal pokok yang penting dalam pentalaksanaan mola adalah : pertama, evakuasi mola
dan kedua adalah tindak lanjut (follow up)
a. Kemoterapi profilaksis
b. Kuretase Isap
c. Metode pengakhiran kehamilan
d. Histerektomi
KEHAMILAN EKTOPIK
Kehamilan ektopik merupakan kehamilan dimana sel telur yang dibuahi berimplantasi
dan tumbuh di luar endometrium kavum uterus.
Sukses yaa ☺ -- BAKUL 2011
Etiologi
1. Faktor dalam lumen tuba
a. Endosalpingitis dapat menyebabkan perlekatan endosalping, sehingga
lumen tuba menyempit atau membentuk kantong buntu.
b. Hipoplasia uteri, lumen tuba sempit dan berkeluk-keluk dan hal ini sering
disertai gangguan fungsi silia endosalping.
c. Operasi plastik dan stenlilasi yang tidak sempurna dapat menjadi sebab
lumen tuba menyempit.
2. Faktor pada dinding tuba
a. Endometriosis tuba (tuba tertekuk) dapat memudahkan implantasi telur
yang dibuahi dalam tuba.
b. Divertikel tuba kongenital atau ostium asesorius tubae dapat menahan
telur yang dibuahi di tempat itu.
3. Faktor diluar dinding tuba
a. Perlekatan peritubal dengan distorsi atau lekukan tuba dapat menghambat
perjalanan telur.
b. Tumor yang menekan dinding tuba dapat menyempitkan lumen tuba.
4. Faktor lain
a. Migrasi luar ovum yaitu perjalanan dari ovarium kanan ke tuba kiri atau
sebaliknya dapat memperpanjang perjalanan telur yang dibuahi ke uterus.
Pertumbuhan yang terlalu cepat dapat menyebabkan implantasi prematur.
b. Fertilisasi in vitro ( pembuahan sel telur dalam kondisi laboratorium, sel
telur yang sudah di buahi itu kemudian ditempatkan di dalam rahim
wanita).
5. Bekas radang pada tuba
6. Kelainan bawaan tuba
7. Gangguan fisiologik tuba karena pengaruh hormonal
8. Operasi plastik/riwayat pembedahan pada tuba
9. Abortus buatan
10. Riwayat kehamilan ektopik yang lalu
11. Infeksi pasca abortus
12. Alat kontrasepsi dalam rahim (IUD)
Diagnosis
1. Anamnesa
a. Diagnosis kehamilan ektopik terganggu pada jenis mendadak biasanya
tidak sulit . keluhan yang sering disampaikan ialah haid yang terlambat
untuk beberapa waktu atau terjadi gangguan haid disertai nyeri perut
bagian bawah dan tenesmus.
b. Dapat terjadi pendarahan pervaginam
c. Gejala subjektif kehamilan lainnya (mual,pusing ,pucat dan nampak
kesakitan)
d. Nyeri perut , lokal maupun menyeluruh bisa sampai pingsan atau nyeri
bahu
e. Pendarahan pervaginam
2. Pemeriksaan fisik
a. Tanda – tanda syok hipovolemik
b. Hipotensi
c. Takikardi
d. Pucat ,anemis , eksterimitas dingin
e. Nyeri abdomen
f. Perut tegang
g. Nyeri tekan dan nyeri lepas abdomen
3. Pemeriksaan ginekologis
Perdarahan dalam rongga perut tanda syok dapat di temukan. Tanda kehamilan
muda mungkin ditemukan:
Sukses yaa ☺ -- BAKUL 2011
a. Nyeri goyang serviks (pergerakan serviks menyebabkan rasa nyeri)
b. Korpus uteri sedikit membesar dan lunak ,nyeri pada perabaan
c. Kanan / kiri uterus : nyeri pada perabaan dan dapat teraba masa tumor
d. Kavum douglas bisa menonjol karena berisi cairan darah nyeri tekan (+)
4. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
Hb, Leukosit, urine B-hCG (+). Hemoglobin menurun setelah 24 jam dan jumlah sel
darah merah dapat meningkat. Pemeriksaan hemoglobin dan jumlah sel darah merah berguna
dalam menegakan diagnosis kehamilan ektopik terganggu terutama ada tanda perdarahan
dalam rongga perut,bahwa kadar Hb pada pasien semakin menurun karena perdarahan yang
terus menerus terjadi didalam rongga perut.
USG
Pemeriksaan ini berguna dalam diagnostic kehamilan ektopik terganggu. Diagnosis
pastinya ialah apa bila ditemukan kantong gestasi diluar uterus yang didalam nya tampak
denyut jantung janin. Dan dapat dinilai kavum uteri,kosong atau berisi. Tidak ada kantung
kehamilan dalam kavum uteri,adanya kantung kehamilan di luar kavum uteri,adanya massa
komplek di rongga panggul.
Kuldosentesis
Kuldosentesis adalah suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah dalam kavum
Douglas ada darah, cara ini amat berguna dalam membantu diagnosis kehamilan ektopik
terganggu.
Laparoskopi
Digunakan sebagai alat Bantu diagnostic terakhir untuk kehamilan ektopik terganggu.
Pada pemeriksaan ini dapat dilihat dengan mata sendiri perubahan-perubahan pada tuba dan
darah yang terkumpul dalam rongga perut terutama pada kehamilan ektopik yang sudah
terjadi rupture pada tuba.
Penanganan
Penanganan kehamilan ektopik terganggu pada umumnya adalah laparotomi. Pada
laparotomi perdarahan selekas mungkin dihentikan dengan menjepit bagian dari adneksa
yang menjadi sumber perdarahan. Keadaan umum penderita terus diperbaiki dan darah dalam
rongga perut sebanyak mungkin dikeluarkan. Dalam tindakan demikian, beberapa hal yang
harus dipertimbangkan yaitu: kondisi penderita pada saat itu, keinginan penderita akan fungsi
Sukses yaa ☺ -- BAKUL 2011
reproduksinya, lokasi kehamilan ektopik. Hasil ini menentukan apakah perlu dilakukan
salpingektomi (pemotongan bagian tuba yang terganggu) pada kehamilan tuba. Dilakukan
pemantauan terhadap kadar HCG (kuantitatif). Peninggian kadar HCG yang berlangsung
terus menandakan masih adanya jaringan ektopik yang belum terangkat.
Penanganan pada kehamilan ektopik terganggu dapat pula dengan transfusi, infus,
oksigen, atau kalau dicurigai ada infeksi diberikan juga antibiotika dan antiinflamasi. Sisa-
sisa darah dikeluarkan dan dibersihkan sedapat mungkin supaya penyembuhan lebih cepat
dan harus dirawat inap di rumah sakit.
Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi yaitu :
a. Pada pengobatan konservatif, yaitu bila kehamilan ektopik terganggu telah lama
berlangsung (4-6 minggu), terjadi perdarahan ulang, Ini merupakan indikasi operasi.
b. Infeksi
c. Pecahnya tuba falopii
d. Komplikasi juga tergantung dari lokasi tumbuh berkembangnya embrio.
PLASENTA PRAEVIA
plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah uterus sehingga menutupi
sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir.
a. Plasenta Previa Totalis, yaitu menutupi seluruh ostium uteri internum pada
pembukaan 4 cm.
b. Plasenta Previa Sentralis, yaitu bila pusat plasenta bersamaan dengan kanalis
servikalis.
c. Plasenta Previa Partialis, yaitu menutupi sebagian ostium uteri internum.
d. Plasenta Previa Marginalis, yaitu apabila tepi plasenta previa berada di sekitar pinggir
ostium uteri internum.
Etiologi :
Penyebab secara pasti belum diketahui dengan jelas. Menurut beberapa pendapat para ahli,
penyebab plasenta previa yaitu :
a. Endometrium di fundus uteri belum siap menerima implantasi, endometrium yang
tipis sehingga diperlukan perluasaan plasenta untuk mampu memberikan nutrisi pada
janin, dan vili korealis pada chorion leave yang persisten.
b. Meningkat pada grademultipara, primigravida tua, bekas section sesarea, bekas
operasi, kelainan janin dan leiomioma uteri.
Faktor Risiko :
a. Faktor predisposisi Umur muda < 20 tahun dan pada umur > 35 tahun, paritas yaitu
pada multipara, endometrium yang cacat seperti : bekas operasi, bekas kuretage atau
manual plasenta, perubahan endometrium pada mioma uteri atau polip, dan pada
keadaan malnutrisi karena plasenta previa mencari tempat implantasi yang lebih
subur, serta bekas persalianan berulang dengan jarak kehamilan < 2 tahun dan
kehamilan ≥ 2 tahun
Patofisiologi :
Umunya pada trisemester ketiga dan mungkin juga lebih awal, oleh karena telah mulai
terbentuknya segmen bawah rahim, tapak plasenta akan mengalami pelepasan. Sebagaimana
diketahui tapak plasenta terbentuknya dari jaringan maternal yaitu bagian desidua basalis
yang tumbuh menjadi bagian dari uri. Dengan melebarnya istmus uteri menjadi segmen
bawah rahim, maka plasenta yang berimplantasi disitu sedikit banyak akan mengalami
laserasi akibat pelepasan pada tapaknya. Demikian pula pada waktu servik mendatar dan
membuka ada bagian tapak plasenta yang lepas. Pada tempat laserasi itu akn terjadi
perdarahan yang berasal dari sirkulasi maternal yaitu ruang intervillus dari plasenta. Oleh
sebab itu, perdarahan pada plasenta previa betapapun pasti akan terjadi oleh karena segmen
bawah rahim senantiasa terbentuk Perdarahan antepartum akibat plasenta previa terjadi sejak
kehamilan 20 minggu saat segmen bawah uterus lebih banyak mengalami perubahan.
Pelebaran segmen bawah uterus dan servik menyebabkan sinus uterus robek karena lepasnya
plasenta dari dinding uterus atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta. Perdarahan
tidak dapat dihindarkan karena ketidakmampuan serabut otot segmen bawah uterus untuk
berkontraksi seperti pada plasenta letak normal (Mansjoer, 2001).
Gambaran Klinik :
- Perdarahan tanpa sebab
- Tanpa rasa nyeri serta berulang
- Darah berwarna merah segar, perdarahan pertama biasanya tidak banyak, tetapi
perdarahan berikutnya hamper selalu lebih banyak dari sebelumnya
- Timbulnya penyulit pada ibu yaitu anemia sampai syok dan pada janin dapat
menimbulkan asfiksia sampai kematian janin dalam rahim, bagian terbawah janin
belum masuk pintu atas panggul dan atau disertai dengan kelainan letak oleh
karena letak plasenta previa berada di bawah janin.
Komplikasi :
Plasenta previa dapat menyebabkan resiko pada ibu dan janin. Adapun komplikasi-
komplikasi yang terjadi yaitu :
- Komplikasi pada ibu, antara lain : perdarahan tambahan saat operasi menembus
plasenta dengan inersio di depan., infeksi karena anemia, robekan implantasi
plasenta di bagian belakang segmen bawah rahim, terjadinya ruptura uteri karena
susunan jaringan rapuh dan sulit diketahui.
- Komplikasi pada janin, antara lain : prematuritas dengan morbiditas dan mortalitas
tinggi, mudah infeksi karena anemia disertai daya tahan rendah, asfiksia
intrauterine sampai dengan kematian.
Penatalaksanaan :
Terdapa 2 macam terapi, yaitu :
- Terapi Ekspektatif Kalau janin masih kecil sehingga kemungkinan hidup di
dunia luar baginya kecil sekali. Ekspektatif tentu hanya dapat dibenarkan kalau
keadaan ibu baik dan perdarahan sudah berhenti atau sedikit sekali. Syarat bagi
terapi ini adalah keadaan ibu masih baik (Hb-normal) dan perdarahan tidak banyak,
besarnya pembukaan, dan tingkat placenta previa.
- Terapi Aktif Kehamilan segera diakhiri sebelum terjadi perdarahan, adapun
caranya
VASA PRAEVIA
• Definisi
pembuluh darah janin bera
erada dalam selaput ketuban dan melewati ostium
os uteri interna
hingga tali pusat sehinggaa ssaat ketuban pecah terjadi robeknya pembuluh
luh darah tersebut
• Kejadian ditemukannya vasa
va previa sangat jarang yaitu antara 0,1-00,3 % dari jumlah
kelahiran
• Faktor resiko
Plasenta bilobata, suksentu
nturia, plasenta letah rendah, kehamilan ferti
rtilisasi in vitro dan
kehamilan ganda
• Manifestasi
Ketuban pecah perdarah
ahan dengan darah segar berwarna merah cerah
rah muncul tanda2
gawat janin 33-100% janin
jan meninggal
• Diagnosis
o Jarang terdiagn
gnosa sebelum persalinan namun dapat diduga
ga bila usg antenatal
dengan Coolor
or Doppler memperlihatkan adanya pembuluhh darah pada selaput
ketuban didepa
pan ostium uteri internum.
SOLUSIO PLASENTA
terlepasnya sebagian atau keseluruhan plasenta dari implantasi normalnya (korpus
uteri) setelah kehamilan 20 minggu dan sebelum janin lahir.
Klasifikasi
Etiologi
Penyebab primer belum diketahui pasti, namun ada beberapa faktor yang menjadi predisposisi
a. Faktor kardio-reno-vaskuler
Glomerulonefritis kronik, hipertensi essensial, sindroma preeklamsia dan eklamsia.
Pada penelitian di Parkland, ditemukan bahwa terdapat hipertensi pada separuh kasus
solusio plasenta berat, dan separuh dari wanita yang hipertensi tersebut mempunyai
penyakit hipertensi kronik, sisanya hipertensi yang disebabkan oleh kehamilan.
b. Faktor trauma
Dekompresi uterus pada hidroamnion dan gemeli.
Tarikan pada tali pusat yang pendek akibat pergerakan janin yang
banyak/bebas, versi luar atau tindakan pertolongan persalinan
c. Faktor paritas ibu
Lebih banyak dijumpai pada multipara dari pada primipara. Beberapa penelitian
menerangkan bahwa makin tinggi paritas ibu makin kurang baik keadaan
endometrium
d. Faktor usia ibu
Makin tua umur ibu, makin tinggi frekuensi hipertensi menahun.
e. Leiomioma uteri (uterine leiomyoma) yang hamil dapat menyebabkan solusio plasenta
apabila plasenta berimplantasi di atas bagian yang mengandung leiomioma.
f. Faktor pengunaan kokain
Penggunaan kokain mengakibatkan peninggian tekanan darah dan peningkatan
pelepasan katekolamin yang bertanggung jawab atas terjadinya vasospasme pembuluh
Sukses yaa ☺ -- BAKUL 2011
darah uterus dan berakibat terlepasnya plasenta. Namun, hipotesis ini belum terbukti
secara definitive
g. Faktor kebiasaan merokok
Ibu yang perokok juga merupakan penyebab peningkatan kasus solusio plasenta
sampai dengan 25% pada ibu yang merokok ≤ 1 (satu) bungkus per hari. Ini dapat
diterangkan pada ibu yang perokok plasenta menjadi tipis, diameter lebih luas dan
beberapa abnormalitas pada mikrosirkulasinya
h. Riwayat solusio plasenta sebelumnya
i. Pengaruh lain, seperti anemia, malnutrisi/defisiensi gizi, tekanan uterus pada vena cava
inferior dikarenakan pembesaran ukuran uterus oleh adanya kehamilan, dan lain-lain.
Gambaran Klinis
a. Solusio plasenta ringan
Solusio plasenta ringan ini disebut juga ruptura sinus marginalis, dimana terdapat
pelepasan sebagian kecil plasenta yang tidak berdarah banyak. Apabila terjadi
perdarahan pervaginam, warnanya akan kehitam-hitaman dan sedikit sakit. Perut
terasa agak sakit, atau terasa agak tegang yang sifatnya terus menerus. Walaupun
demikian, bagian-bagian janin masih mudah diraba. Uterus yang agak tegang ini
harus selalu diawasi, karena dapat saja menjadi semakin tegang karena perdarahan
yang berlangsung.
b. Solusio plasenta sedang
Dalam hal ini plasenta terlepas lebih dari 1/4 bagian, tetapi belum 2/3 luas
permukaan Tanda dan gejala dapat timbul perlahan-lahan seperti solusio plasenta
ringan, tetapi dapat juga secara mendadak dengan gejala sakit perut terus menerus,
yang tidak lama kemudian disusul dengan perdarahan pervaginam. Walaupun
perdarahan pervaginam dapat sedikit, tetapi perdarahan sebenarnya mungkin telah
mencapai 1000 ml. Ibu mungkin telah jatuh ke dalam syok, demikian pula janinnya
yang jika masih hidup mungkin telah berada dalam keadaan gawat. Dinding uterus
teraba tegang terus-menerus dan nyeri tekan sehingga bagian-bagian janin sukar
untuk diraba. Jika janin masih hidup, bunyi jantung sukar didengar. Kelainan
pembekuan darah dan kelainan ginjal mungkin telah terjadi,walaupun hal tersebut
lebih sering terjadi pada solusio plasenta berat
c. Solusio plasenta berat
Komplikasi
a. Syok perdarahan
Pendarahan antepartum dan intrapartum pada solusio plasenta hampir tidak dapat
dicegah, kecuali dengan menyelesaikan persalinan segera. Bila persalinan telah
diselesaikan, penderita belum bebas dari perdarahan postpartum karena kontraksi
uterus yang tidak kuat untuk menghentikan perdarahan pada kala III . Pada solusio
plasenta berat keadaan syok sering tidak sesuai dengan jumlah perdarahan yang
terlihat
b. Gagal ginjal
Gagal ginjal merupakan komplikasi yang sering terjadi pada penderita solusio
plasenta, pada dasarnya disebabkan oleh keadaan hipovolemia karena perdarahan
yang terjadi. Biasanya terjadi nekrosis tubuli ginjal yang mendadak, yang umumnya
masih dapat ditolong dengan penanganan yang baik.
c. Kelainan pembekuan darah
Kelainan pembekuan darah biasanya disebabkan oleh hipofibrinogenemia.
d. Apoplexi uteroplacenta (Uterus couvelaire)
Pada solusio plasenta yang berat terjadi perdarahan dalam otot-otot rahim dan di
bawah perimetrium kadang-kadang juga dalam ligamentum latum. Perdarahan ini
menyebabkan gangguan kontraktilitas uterus dan warna uterus berubah menjadi
biru atau ungu yang biasa disebut Uterus couvelaire.
Auskultasi
Sulit dilakukan karena uterus tegang, bila DJJ terdengar biasanya di atas 140,
kemudian turun di bawah 100 dan akhirnya hilang bila plasenta yang terlepas lebih
dari 1/3 bagian.
Pemeriksaan dalam
• Serviks dapat telah terbuka atau masih tertutup.
• Kalau sudah terbuka maka plasenta dapat teraba menonjol dan tegang
• Apabila plasenta sudah pecah dan sudah terlepas seluruhnya, plasenta ini akan turun
ke bawah dan teraba pada pemeriksaan, disebut prolapsus placenta
Pemeriksaan umum
Tekanan darah semula mungkin tinggi karena pasien sebelumnya menderita penyakit
vaskuler, tetapi akan turun dan pasien jatuh dalam keadaan syok. Nadi cepat dan kecil
Pemeriksaan laboratorium
Terapi
a. Solusio plasenta ringan
Bila usia kehamilan kurang dari 36 minggu dan bila ada perbaikan (perdarahan
berhenti, perut tidak sakit, uterus tidak tegang, janin hidup) dengan tirah baring dan
observasi ketat, kemudian tunggu persalinan spontan.
Bila ada perburukan (perdarahan berlangsung terus, gejala solusio plasenta makin
jelas, pada pemantauan dengan USG daerah solusio plasenta bertambah luas), maka
kehamilan harus segera diakhiri. Bila janin hidup, lakukan seksio sesaria, bila janin
mati lakukan amniotomi disusul infus oksitosin untuk mempercepat persalinan
b. Solusio plasenta sedang dan berat
• Apabila tanda dan gejala klinis solusio plasenta jelas ditemukan, penanganan di
rumah sakit meliputi transfusi darah, amniotomi, infus oksitosin dan jika perlu
seksio sesaria
• Apabila diagnosis solusio plasenta dapat ditegakkan berarti perdarahan telah
terjadi sekurang-kurangnya 1000 ml. Maka transfusi darah harus segera
diberikan. Amniotomi akan merangsang persalinan dan mengurangi tekanan
intrauterin.
• Dengan melakukan persalinan secepatnya dan transfusi darah dapat mencegah
kelainan pembekuan darah. Persalinan diharapkan terjadi dalam 6 jam sejak
berlangsungnya solusio plasenta. Tetapi jika tidak memungkinkan, walaupun
sudah dilakukan amniotomi dan infus oksitosin, maka satu-satunya cara
melakukan persalinan adalah seksio sesaria
B. Tanda-tanda Persalinan
- Lightening/dropping
- Perut tampak melebar, fundus turun
- Polakisuria
- False labor pains
- Bloody show
- Ibu merasakan ingin mengedan bersamaan dengan terjadinya kontraksi
- Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rektum atau vagina
- Perineum terlihat menonjol
- Vulva vagina dan sfingter ani terlihat membuka dan peningkatan pengeluaran
lendir dan darah
D. His
- His merupakan kekuatan ibu yang dapat menyebabkan serviks terbuka dan
mendorong janin semakin turun.
- Sifat his yang baik : teratur, simatris, makin lama makin sering, intensitas makin
kuat, durasi makin lama, dominasi fundus (karena lapisan otot paling tebal),
terdapat relaksasi setelah kontraksi, dan menghasilkan pembukaan serviks.
- Terdapat pace maker his di tempat masuk tuba dan ligamentum rotundum ke
uterus. Gelombang yang terbentuk dari pace maker ini bergerak ke bawah sejauh
2 cm/detik.
- Kala I
o Amplitude 40 mmHg. Frekuensi 2-4x tiap 10 menit. Lamanya 40-60 detik.
Amplitudo saat relaksasi 12 mmHg. Ketika amplitude relaksasi lebih
tinggi, dapat terjadi penurunan pertukaran O2 yang dapat menyebabkan
gawat janin.
- Kala II
Pengukuran kepala janin dapat menggunakan USG. Yang harus diperhatikan untuk
menentukan imbangan kepala janin & panggul yaitu :
- Diameter oksipito-frontalis = 11,75 cm
- Diameter vertiko-mental = 13,5 cm
- Diameter biparietal = 9,5 cm
F. Pimpinan Persalinan
Persalinan dibagi menjadi empat kala :
- Kala I : mulai ketika telah tercapai kontraksi uterus dengan frekuensi,
intensitas,
dan dirasi yang cukup untuk menghasilkan pendataran dan dilatasi
serviks
yang progresif. Kala satu berakhir ketika terjadi pembukaan lengkap.
- Kala II : dimulai ketika dilatasi serviks sudah lengkap (pembukaan 10cm) dan
berakhir ketika bayi lahir. Disebut juga stadium ekspulsi janin.
- Kala III : lahirnya bayi sampai lahirnya plasenta
- Kala IV : monitoring perdarahan ibu
KALA I PERSALINAN
Pada kala satu persalinan sudah terjadi kontraksi uterus. Kontraksi uterus akan
menghasilkan tekanan hidrostatik ke seluruh selaput ketuban yang kemudian
menghasilkan daya dorong terhadap serviks dan segmen bawah uterus. Jika selaput
ketuban sudah pecah, bagian bawah janin yang mendesak segmen bawah uterus dan
serviks. Gaya dorong ini yang menyebabkan terjadinya (1) pendataran serviks dan (2)
dilatasi serviks.
Sukses yaa ☺ -- BAKUL 2011
1) Pendataran serviks (effacement)
Adalah pemendekan saluran serviks dari panjang sekitar 2 cm menjadi hanya
berupa muara melingkar dengan tepi hampir setipis kertas.
Berikut adalah gambar pendataran/pemendekan serviks.
Awalnya
sepanjang ini
Setipis
kertas
- Manajemen/penatalaksanaan kala I :
• Anamnesis, meliputi :
Identitas
Status GPA
Alergi obat-obatan
Riwayat kehamilan sekarang
RPS
RPD
• Pemeriksaan fisik : vital sign
• Pemeriksaan abdomen
Menentukan TFU
Menentukan kontraksi uterus (periksa setiap 30 menit)
Menentukan DJJ (periksa setiap 30 menit)
Menentukan presentasi
Menentukan penurunan bagian terbawah janin (periksa setiap 4 jam)
• Pemeriksaan dalam, untuk : menentukan letak janin dan turunnya kepala janin,
memeriksa kemajuan partus, memastikan tidak ada penghalang bagi proses
partus. Cara pemeriksaan sama dengan VT.
• Selain itu, yang harus selalu dikontrol adalah :
- Nadi ibu setiap 30 menit
- Pembukaan serviks setiap 4 jam
- TD dan temperatur ibu setiap 4 jam
- Produksi urin, aseton, dan protein setiap 2-4 jam
Gambar 2 : posisi janin ketika akan lahir. (Engagement : kepala janin masuk panggul)
Persalinan kala II ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan dalam untuk
memastikan pembukaan serviks sudah lengkap atau kepala janin sudah tampak di
vulva dengan diameter 5-6 cm.
2. Secara Duncan
Pelepasan plasenta mulai dari tepi sehingga terjadi perdarahan dan diikuti
dengan pelepasan plasenta.
Ada beberapa cara untuk memebuktikan bahwa plasenta sudah lepas atau tidak ;
1. Perasat kustner
Pertama tali pusat dikencengkan lalu tangan kanan berada diatas simpisis setelah
tali pusat dikencangkan apabila tali pusat masuk kembali berarti plasenta belum
lepas.
2. Perasat klein
Pasein diminta untuk mengajan, jika setelah menegjan tali pusat emanjanag berarti
plasenta sudah lepas namun apabila setelah mengejan plasenta tertarik kembali
atau tali pusat tetap ditempat berarti plasenta belum lepas.
3. Perasat strasman
Pertama tali pusat dikencangkan dan rahim diketok-ketok , appabila ketokan pada
rahim terasa samapi tali pusat yang dikencangkan berarti plasenta belum lepas.
4. Perasat manuaba
5. Pertama tangan kiri memeganag uterus bagian segman bawah rahim sedangkan
tanagn kanan memegang dan mengancangkan tali pusat. Kedua tangan ditarik
berlawanan arah, jika terasa tarikan berat dan tali pusat tidak memanjangbearti
tali pusat belum lepas . tetapi jika tali pusat ditarik tersa ringan dan tali pusat
memanjang berarti tali pusat sudah lepas
KALA IV PERSALINAN
Pimpinan plasenta dikala 4, yang harus dilakukan yaitu melakukaan observasi
pada 2 jam pertama setalah partus atau kelahiran.
Yang diobservasi adalah
1. Kesadaran penderita, memunculkan kebahgian setalah pelahiran atau masih
merasakan kesakitan
2. Obeservasi dengan pemeriksaan :
- Tekanan darah, nasi , pernapasan dan suhu.
- Kontraksi rahim yang keras
- Perdarahan yang mungkin etrjadi akibat pelepasan plasenta, luka
episiotomi, atau terjadi perlukaan pada serviks
Sukses yaa ☺ -- BAKUL 2011
- Pemeriksaan kantong kemih, dimaa harus dikososngkaan karena dapat
menggangu kontraksi rahim
3. Bayi yang telah lahir diletakan disamping agar mendapat ASI
4. Observasi yang dilakukan 2 jam dengan pemeriksaan satu jam sekali
5. Bila pasien dalam keadaan baik dapat dipindahkan ke ruang rawat inap
G. APGAR
Definisi
Sebuah metode sederhana yang berfungsi untuk menilai kondisi kesehatan bayi baru
lahir sesaat setelah kelahiran secara cepat Appearance, Pulse, Grimace, Activity,
Respiration (warna kulit, denyut jantung, respons refleks, tonus otot/keaktifan, dan
pernapasan)
Tujuan
Untuk menentukan dengan cepat apakah bayi yang baru lahir tersebut membutuhkan
penanganan medis segera atau tidak
Pemeriksan
Tes ini dilakukan pada waktu satu dan lima menit setelah kelahiran, dan dapat
diulangi jika skor masih rendah
1. Heart Rate:
a. Detak jantung kurang dari 60 = 0.
b. Detak jantung lambat (60-100 denyut/menit) = 1.
c. Detak jantung yang memadai (lebih dari 100 denyut/menit) = 2.
2. Respirasi:
a. Tidak bernapas = 0.
b. Menangis lemah, napas tidak teratur = 1.
c. Menangis kuat = 2.
3. Muscle Tone:
a. Lemas, lembek = 0.
b. Beberapa meregangkan = 1.
c. Gerak aktif = 2.
4. Respon untuk Stimulasi (juga disebut Iritabilitas Reflex):
a. Tidak ada respon = 0.
Sukses yaa ☺ -- BAKUL 2011
b. Meringis = 1.
c. Menangis kuat atau penarikan = 2.
5. Warna:
a. Pucat atau biru = 0.
b. Warna tubuh normal tetapi biru pada ekstremitas = 1.
c. Warna yang normal = 2.
Intepretasi
7-10 = Bayi normal
4-6 = Agak rendah --> dilakukan tindakan medis segera seperti penyedotan lendir
yang menyumbat jalan napas, atau Resusitasi seperti pemberian oksigen
untuk membantu bernapas
0-3 = Sangat rendah memerlukan tindakan medis yang lebih intensif
Jika skor Apgar tetap dibawah 3 dalam tes berikutnya (10, 15, atau 30 menit), maka
ada risiko bahwa anak tersebut dapat mengalami kerusakan syaraf jangka panjanh.
Namun tes Apgar tidak didisain untuk memberikan prediksi jangka panjang akan
kesehatan bayi
H. Episiotomi
- Episiotomi pengguntingan kulit dan otot antara vagina dan anus. Biasanya
dokter akan memberikan anestesi lokal untuk menghilangkan nyeri. Namun,
dalam keadaan darurat episotomi dilakukan tanpa anestesi lokal.
- Tujuannya :
a. Melebarkan jalan lahir
b. Mencegah robekan yang luas sampai ke anus dan tidak beraturan pada daerah
perineum (m. sfingter ani yang dapat mennyebabkan inkontinensia alvi).
- Keunutngannya :
a. robeknya lebih mudah dijahit dan hasilnya lebih bagus
- Kerugiannya :
a. Terdapat kemungkinan terjadi robekan yang meluas sampai ke anus jika
epsiotomi dalakukan tidak benar
b. Nyeri setelah melahirkan serta nyeri saat berhubungan intim
- Episiotomi dilakukan pada saat pembukaan 3-4 dan ketika berkontraksi agar tidak
terasa nyeri. Pemotongan menggunakan sepasang gunting khusus episiotomi, atau
dengan pisau bedah. Ada dua tipe irisan: midline atau garis tengah (potongannya
lurus ke bawah dengan anus) atau mediolateral (agak rendah ke sudut). Irisan
midline umum di Amerika. Di negara lain irisan mediolateral lebih populer.
- Medial VS Mediolateral
Medial Mediolateral
Mudah dilakukan Sulit dilakukan
Gangguan penyembuhan jarang terjadi Gangguan penyembuhan sering
Nyeri pasca bedah minim Sering terjadi nyeri pasca bedah
Hasil anatomis baik Hasil anatomis terganggu
Perdarahan sedikit Perdarahan banyak
Dispareuni jarang Dispareuni kadang-kadang
Perluasan sering terjadi Perluasan jarang
Persalinan distosia adalah persalinan yang mengalami kesulitan jalannya persalinan karena
ketidakserasian anatar tiga komponen persalinan nomal yaitu power, passage, dan passenger.
Pembagian distosia persalinan dapat dibagi menjadi berikut
1. Dysfunctional labor
Semata-mata disebabkan oleh power yaitu kekuatan His dan pengejan
2. Disproporsional of labor
-Ketidakseimbngan passage (jalan lahir) dan passanger ( janin)
-panggul tulang dapat mengalami kesempitan atau kelainan bentuk
-terjadi kelainan pada janin (terlalu besar, kelaian letak, congenital)
A. POWER
HIPOTONIK UTERUS
1. Primer
• Sejak semula sudah terdapat kekuatan yang kurang memadai karena :
Efek sedative / analgesic
Progesterone yang dominan
Distribusi reseptor oksitosin kurang
Kehamilan ganda dan hidramnion
Belum masuk pintu atas panggul (PAP) belum merangsang pleksus
frankenhause
Psikologis ibu takut
• Dampak :
Fase laten memanjang
Tidak terjadi perlunakan serviks
Penurunan kepala tak berlangsung dengan baik
• Penatalaksanaan
False labor
Diberikan istirahat yang cukup
Induksi persalinan
Pecah ketuban
B. PASSENGER
Sukses yaa ☺ -- BAKUL 2011
KELAINAN LETAK JANIN
1. Letak lintang / transversal
- Kondisi fetus dgn melintang di uterus
- Posisi punggung janin yg melintang bisa berupa : dorsoanterior, dorsoposterior,
dorsosuperior, dorsoinferior
- Etiologi :
• Multiparitas : dinding uterus dan perut lembek , peningkatan relaksasi otot
abdomen
• Prematur, hidramnion, kehamilan kembar, hidrosefalus
• Kondisi yg menghalangi penurunan kepala ke rongga pelvis (ex panggul
sempit, tumor)
• Kelainan bentuk uterus
- Dx : inspeksi uterus melebar, FU (fundus uteri) lebih rendah drpada usia
kehamilan
Palpasi FU kosong, simpisis kosong, kepala fetus di samping, DJJ di sekitar
umbilikus
- Mek.persalinan
Dgn ukuran pelvis normal dan fetus normal tidak bisa lahir spontan
Jika fetus meninggal bisa lahir spontan dg kndisi “konduplikasio korpore” atau
“evolusiospontanea”
2. Letak vetikal (presentasi bokong)
- Kondisi fetus memanjang dg kepala di fundus , bokong di cavum uteri
- Macam :
a. Presentasi bokong : kedua sendi lutut ekstensi sampai setinggi bahu/kepala
b. Presentasi bokong kaki sempurna
c. Presentasi bokong kaki tidak sempurna
d. Presentasi kaki
- Dx : dgn pemeriksaan luar dan dalam
a. Px luar :
• Teraba kepala di fundus, bokong di bawah, tidak melenting
• Ibu merasa penuh di bagian atas (fundus)
• Gerakan fetus banyak di bawah
• DJJ lebih tinggi letaknya
3. Presentasi Dahi
- Terjadi jika kepala berada diantara fleksi maksimal dan defleksi maksimal shg
dahi menjadi bagian terendah bayi
- Dx : dg VT akan ditemukan sutura frontalis, pangkal hidung, lingkrang orbita
- Mek. Persalinan :
Kepala masuk ke PAP dg sirkumferensia maksilloparietalis dan sutura frontalis
lintang terjadi moulage (penyusupan) ukuran terbesar kepala bisa lolos ke
rongga panggul terjadi paksi , dagu memutar ke depan fleksi bayi, dan
UUB, belakang kepala, lahir melewati perineum defleksi bayi, shg mulut dan
dagu melewati bawah simpisis
Distosia Bahu
• Distosia bahu adalah kegawatdaruratan obstetric yang perlu mendapt perhatiankhusus.
• Persalinan kepala umumnya diikuti persalinan bahu dalam 24 detik, sedangkan jika
>60 detik dianggap distosia bahu
• Penatalaksanaan distosia bahu
Setiap ahli obstetric minimal dapat mengerjakan langkah berikut:
1. Dorongan fundus uteri secara tepat sangat penting
2. Mulut dan hidung sebaiknya dibersihka dan jika dapat diberikan oksigen
3. Kepala ditarik curam ke bawah sambil di atas simpisis dilakukan tekanan
sehingga bahu dengan bebas masuk PAP
4. Dilakukan episiotomy lsehingga jalan lahir tidak terlalu menghalangi pertolongan
persalinan bahu dan badan.
C. PASSAGE
KELAINAN JALAN LAHIR LUNAK
A. Kelainan Serviks Uteri
1. Serviks Kaku (rigid cervix)
Kondisi serviks keseluruhan kaku
A. DEFINISI
masa setelah partus selesai dan berakhir lamanya kira-kira 6 minggu. Pada masa
ini, dikeluarkan sekret dari vagina yang biasa disebut lokia. Lokia sendiri
bermacam-macam :
1. Lokia rubra (cruenta) berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban,
sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo dan mekonium selama 2 hari
pasca persalinan.
2. Lokia sanguinolenta berwarna merah kuning, berisi darah dan lendir,
hari ke 3-7 pasca persalinan.
3. Lokia serosa berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari
ke 7-14 pasca persalinan.
4. Lokia alba cairan putih, setelah 2 minggu.
5. Lokia purulenta terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau
busuk
6. Jika lokia tidak lancar keluarnya, disebut lokiostasis.
B. PERIODE
Masa nifas dibagi ke dalam 3 periode :
1. Puerperium dini kepulihan saat ibu telah diperbolehkan berdiri dan
berjalan-jalan.
2. Puerperium intermediet kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia yang
lamanya 6-8 minggu.
3. Puerperium lanjut waktu yang diperlukan untuk pulih dan kembali sehat
sempurna, terutama jika selama hamil atau sewaktu persalinan timbul
komplikasi.
Ada pula yang membagi menjadi :
1. Puerperium early (dini) minggu pertama post partum
2. Puerperium intermediet 24 jam pertama setelah kelahiran, dimana
komplikasi post-anastetik/post-delivery akut mungkin terjadi.
3. Puerperium remote waktu/periode yang dibutuhkan untuk involusi organ
genital & kembalinya menstruasi.
D. PATOLOGI PUERPERIUM
1) Infeksi Nifas
Infeksi bakteri pada saluran genital yang terjadi pasca melahirkan dengan
kenaikan suhu sampai >38 C selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca
persalinan (selain 1 hari pertama)
Etiologi
Organisme bakteri yang menyerang biasanya adalah flora normal namun ada
juga yang berasal dari luar. Bakteri tersebut antara lain : bakteri anaerob kokus
gram positif seperti Peptostreptokok, poptokokus, Bakteriodes, Clostridium dan E.
Coli
Manifestasi Klinis
Dibagi 2:
a) Infeksi sebatas perineum, vulva, vagina dan serviks; gejalanya nyeri, panas
dan dispuria serta disertai demam
b) Penyebaran infeksi
• Endometritis uterus membesar, nyeri pada perabaan dan lembek
• Septikimia dan piemia
Septikemia : suhu 39-40 C selama 3 hari pascapartus dan menggigil,
takikardi dan dapat meninggal pada 6-7 hari postpartus
Piemia : merasa sakit, perut nyeri, suhu meningkat cepat disertai menggigil
dan diikuti penurunan suhu; timbul abses paru, pneumonia dan pleuritis
• Peritonitis peningkatan suhu, takikardi dan denyut kecil, perut kembung
dan nyeri, muka kemerahan pucat, mata cekung, kulit muka dingin da nada
facies hippocratica.
• Selulitis pelvik suhu tinggi menetap lebih dari 1 minggu, nyeri dikiri
atau kanan, nyeri pada px dalam, takikardi.
Diagnosis
• Anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk mengetahui tempat asal infeksi
dan apakah sudah menyebar
2) Mastitis
Mastitis adalah inflamasi glandula mammae. Dapat terjadi selama kehamilan
(mastitis gravidarum) atau post-partum (mastitis laktasional)
Etiologi
a. Milk statis (pembendungan/obstruksi air susu) dan cracked nipple
masuknya flora kulit
b. Ketidaksempurnaan pengosongan mammae dan kesalahan selama perawatan
Organisme paling umum : Staphylococcus aureus, Staphylococcus
epidermis, S. Saprophyticus, Streptococcus viridans, E.coli.
Manifestasi Klinis
a. Rasa panas dan terjadi peningkatan suhu tubuh
b. Lesu, nafsu makan turun
c. Mammae membesar, nyeri, bengkak, dan kulit mamae kemerahan
DD : abses, selulitis
Manajemen
Manajemen jika sudah mastitis :
a. Stop pemberian asi ke bayi, tapi tetap keluarkan asi (jangan sampai statis)
b. Antibiotik : penisilin (penisilin resisten penisilinase), sepalosporin,
eritromicin, clindamycin, vancomycin, lyncosin, tetrasiklin
c. Jika ada abses : lakukan sayatan untuk mengeluarkan pus
Manajemen untuk menghindari mastitis :
Massage mammae, istirahat, posisi bayi ketika menyusui, tetap menyusui atau
pengeluaran susu dg manual jika tidak bisa menyusui, analgesik. perawatan puting
cuci dg air hangat pra dan post menyusui
- Leukore adalah discharge vagina yang berwarna keputihan dan dapat terjadi pada
berbagai umur. Discharge vagina bisa muncul secara normal fisiologis atau patologis.
- Patologi discharge vagina : ditandai dengan perubahan pada jumlah, konsistensi,
warna, atau bau sekret vagina
- Etiologi :
• Infeksi vagina atau serviks (ex : protozoa Trichomonas, jamur Candida,
bakterial vaginosis)
• Infeksi traktus urinarius (urinary tract infection)
• Penyakit inflamasi pelvis
• Tumor uterus
• Benda asing (tampon yg tertinggal)
• Stimulasi psikis atau estrogenik
Infeksi menular seksual yang memiliki manifestasi ulkus atau luka pada genital
a. Kondiloma akuminata
- Disebabkan oleh HPV
- Gambaran khas massa bertangkai “jengger ayam”
b. Herpes genital
- Disebabkan oleh HSV
- Gambaran khas vesikel kecil multipel dengan dasar eritema
c. Sifilis
- Disebabakan oleh Treponema pallidum
- Gambaran khas ulkus atau erosi dengan dasar bersih, pinggir rapi, batas tegas
d. Ulkus mole
- Disebabkan oleh Haemophillus ducreyi
- Gambaran khas ulkus atau erosi dengan dasar kotor berwarna keabuan karena
eksudat dari ulkus, pinggir tidak rapi dan tidak tegas.
Sukses yeeess :D
Aditya Bimantara
Pitra Muchlis Wardhani
Putut Trianda
Nur Azizah Sakinah
Ainun Nur Afiqoh
Putri Tri Maharani
Nadia Lakshita AD
I Kadek Dwi
Secendry Ramartin Anton
Fitrizha Rachmadea Gonta
Rizki Arianto
Fatmawati
Istiqomah Kurniawati
Sitty Amalia Daud
Onyxa Kuspriyono
Asyahidatul Muchlisah Fitriana
Rhea Veda Nugraha
Bondan Satrio Utomo