Anda di halaman 1dari 3

Mata Kuliah : MK Perbandingan Pemerintahan

Nama : Thuhfathussalamah Sindratul Muntaha


NIM : 6111201101
Kelas : Ilmu Pemerintahan C3
Dosen Pengampu : Yamardi, S.IP., M.Si
FISIP Universitas Jenderal Achmad Yani

OTORITARIANISME
Kajian mengenai otoritarianisme sudah dimulai sekitar menjelang perang dunia kedua
dan sesudahnya. Otoritarianisme muncul dan berkembang dalam transisi masyarakat dari
feodalisme menuju industri modern. Pada abad ke-20, terdapat beberapa contoh rezim
otoriter yang terkenal, termasuk Nazi Jerman, Italia Fasis, dan Uni Soviet. Pasca Perang
Dunia II, otoritarianisme terus menjadi kekuatan politik yang signifikan, dengan banyak
negara di Asia Tenggara mengalami pengaruh kelompok Islam garis keras dan
pengambilalihan wilayah tertentu oleh pejuang Islam. Orang merasa terancam ketika
menyaksikan keaneakaragaman cara hidup yang tidak dikenalnya atau bahkan berlawanan
dengan cara hidup yang dipelajarinya melalui otoritas-otoritas tradisional sekaligus juga
merasa kehilangan perlindungan dari otoritas tradisional sebelumnya.
Otoritarianisme adalah konsep politik yang mengacu pada pemerintahan di mana
kekuasaan politik terkonsentrasi di tangan seorang pemimpin, dan kebebasan berpikir dan
bertindak individu ditekan. Istilah "otoritarianisme" berasal dari kata bahasa Inggris
"authoritarian", yang berasal dari kata Latin "auctoritas", yang berarti pengaruh, kekuasaan,
otoritas, atau prestise. Erich Fromm menyebut gejala otoritarianisme sebagai gejala ketakutan
akan kebebasan (1960). Adorno, Frenkel-Brunswick, Levinson, & Sanford (1950) serta
Altemeyer (2006) memandang otoritarianisme sebagai salah satu bentuk kepribadian. Mereka
mendefinisikan otoritarianisme sebagai kecenderungan kepribadian untuk tunduk dan taat
pada otoritas maupun kelompok baik yang termanifestasikan dalam pribadi-pribadi orang
yang berkuasa (otoritarian submisif) maupun nilai-nilai normatif (konvensionalisme) serta
kecenderungan untuk bersikap dan bertindak agresif terhadap orang atau kelompok orang
yang dianggap berbeda dan menentang nilai-nilai masyarakat (otoritarian agresif).
Adapun ciri-ciri dari otoritarianisme antara lain:
1. Ketundukan buta pada otoritas
2. Penindasan terhadap kebebasan berpikir dan bertindak individu
3. Penekanan pada kekuasaan dan otoritas
4. Penggunaan komunikasi persuasif untuk meyakinkan orang lain
5. Ketergantungan pada kekuasaan dan paksaan untuk mengontrol orang lain
6. Mengabaikan perjanjian dan kewajiban internasional
Beberapa contoh otoritarianisme di era saat ini, antara lain:
1. Tiongkok : Partai Komunis Tiongkok adalah contoh klasik dari penguasa satu partai
yang menjalankan kontrol otoriter atas negaranya. Sistem otoritarianisme digital
Tiongkok, yang mencakup pengawasan dan sensor ekstensif, menimbulkan bahaya
besar bagi warga negaranya.
2. Asia Tenggara: Pemerintahan otoriter menyebar di negara-negara Asia Tenggara
seperti Thailand, Myanmar (Burma), Malaysia, Filipina, Singapura, dan Indonesia. Di
Indonesia, politik dipengaruhi oleh kelompok Islam garis keras, beberapa di antaranya
terkait dengan serangan terhadap orang asing dan umat Kristen di Indonesia.
3. Pemerintahan Taliban di Afghanistan: Pengambilalihan Afghanistan oleh Taliban
baru-baru ini telah menyebabkan krisis hak asasi manusia yang semakin parah dan
penindasan terhadap kebebasan individu, yang merupakan contoh dari
otoritarianisme.
4. Korea Utara: Republik Rakyat Demokratik Korea (DPRK) adalah rezim yang sangat
otoriter, dengan kekuasaan terkonsentrasi di tangan keluarga Kim yang berkuasa dan
membatasi kebebasan individu bagi warga negaranya.
5. Myanmar (Burma) : Junta militer di Myanmar, juga dikenal sebagai Burma, memiliki
sejarah panjang pemerintahan otoriter, dengan seringnya pelanggaran hak asasi
manusia dan pembatasan kebebasan berbicara dan berkumpul.
Kesimpulannya, otoritarianisme adalah sebuah konsep politik yang mengacu pada
pemerintahan di mana kekuasaan politik terkonsentrasi di tangan seorang pemimpin, dan
kebebasan berpikir dan bertindak individu ditindas. Beberapa ciri otoritarianisme antara lain
ketundukan buta terhadap otoritas, penindasan terhadap kebebasan berpikir dan bertindak
individu, penekanan pada kekuasaan dan otoritas, penggunaan komunikasi persuasif untuk
meyakinkan orang lain, ketergantungan pada kekuasaan dan paksaan untuk mengontrol orang
lain, dan mengabaikan perjanjian dan kewajiban internasional. Otoritarianisme memiliki
sejarah yang panjang, dengan contoh pemerintahan otoriter yang sudah ada sejak zaman
kuno. Pada abad ke-20, terdapat beberapa contoh rezim otoriter, termasuk Nazi Jerman, Italia
Fasis, dan Uni Soviet.

Anda mungkin juga menyukai