RAHMAWATI MALIK
200405501037
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
suasana belajar dan pembelajaran yang menyenangkan agar peserta didik secara
oleh Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) yang memiliki karakteristik khusus yang
adanya masalah dalam interaksi sosial, komunikasi, minat terbatas, dan perilaku
stereotip berulang. Biasanya anak autis kurang minat untuk melakukan kontak
mata. Selain itu autis memiliki kesulitan dalam berkomunikasi dan terlambat
alat atau sarana komunikasi khususnya dalam berbicara, menyimak, menulis, dan
membaca.
Menurut Abdurrahman (2003: 224) bahwa menulis yaitu salah satu komponen
lambang bahasa grafis, dan dilakukan untuk keperluan mencatat dan komunikasi.
2
anak tingkatan kelas satu, dua dan tiga dengan standar kompetensi (SK) dan
Kompetensi Dasar (KD) yang berbeda pada tiap tingkatan. Secara umum, tujuan
dari menulis permulaan adalah untuk mengajarkan kepada anak agar dapat
Hal ini berdasakan hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 30 Agustus 2023
bertempat di ruang belajar anak autis di SLB Jenetallasa Kab. Gowa dengan wali
menulis yang dimaksudkan adalah anak sulit dalam membentuk berbagai huruf,
hasil tulisan anak masih belum rapi dan belum bisa membedakan jarak antara
huruf dengan jarak antar kata. Hal ini dimungkinkan akibat dari masalah regulasi
diri dan fungsi eksekutif yang dimiliki AG sebagai dampak gangguan autis.
autis di SLB Jenetallasa Kab. Gowa guru minim menggunakan media untuk
kurang sesuai untuk anak autis biasanya terlebih dahulu dikenalkan dengan benda
yang konkrit bukan benda abstrak atau semi konkrit, karena autis mengalami
kesulitan dalam berimajinasi dan menuliskan apa yang ada dalam pikiran mereka.
3
auditory, kinestethic,& tactille). Metode ini akan melibatkan seluruh indera yang
pada anak autis dalam menulis permulaan. Agus Handoko (2012: 5) semakin
banyak alat indera yang digunakan oleh siswa maka sesuatu yang dipelajari akan
semakin mudah diterima dan diingat. Siswa autis kelas III di SLB Jenetallasa Kab.
Taktil).
VAKT (Visual Auditori Kinestetik Taktil). Untuk Meningkatkan Anak Autis Kelas
kemampuan awal 45 menjadi 57,5. Peningkatan tersebut diperoleh dari hasil tes
menyalin kata, dan menyalin kalimat sederhana. Hasil siklus I belum memenuhi
tes akhir penerapan metode multisensori pada siklus II memperoleh nilai yaitu
karena itu masalah yang dikemukakan pada latar belakang di atas, dapat menjadi
B. Rumusan Masalah
siswa autis kelas III melalui metode multisensori di SLB Jenetallasa Kab. Gowa?”
C. Tujuan Penelitian
mengetahui:
(Intervensi/B)
5
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
multisensori
2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru, dapat dijadikan sebagai salah satu referensi dalam menyusun
Menurut Nurbiana Dhieni, dkk (2005- 3.8) menulis merupakan salah satu
Bahasa dan grafis. Dengan kata lain, tulisan dapat dijadikan sebagai sarana
mengajar secara terus menerus. Untuk dapat menuliskan huruf sebagai lambang
bunyi, anak harus berlatih dari cara memegang alat tulis serta menggerakkan
7
(1) menulis permulaan, (2) mengeja atau dikte, dan (3) menulis ekspresif. Menulis
sederhana dan penggunaan tanda baca (huruf kapital, titik, koma, dan tanda tanya)
(Udin & Darmiyati Zuhdi, 2002: 53). Pada tingkat permulaan, pembelajaran
komplek yang mencakup gerakan lengan,tangan, jari-jari dan mata dalam rangka
begitu juga dengan tujuan menulis permulaan bagi anak autis. Tujuan menulis
adalah agar anak mampu menulis lambang-lambang bahasa dengan jelas dan
benar dan cara memegang alat tulis sehingga apa yang ingin disampaikan dapat
dipahami dengan baik. Tujuan dari menulis permulaan ini bisa mengembangkan
tinggi.
diantaranya:
a. Penguatan Motorik
Sebelum menulis siswa harus dilatih memegang pensil
dan menjaga jarak 30 cm.
b. Menulis Fantasi
Anak diminta untuk menulis menggunakan imajinasi huruf
atau gambar yang diketahuinya.
c. Membuat Coretan
a) Membuat garis lurus dari atas ke bawah
b) Membuat garis lurus dari bawah ke atas
c) Membuat garis lurus ke samping
d) Membuat garis menyerong
e) Membuat lingkaran
f) Membuat gambar meliuk
d. Menulis Satuan Bahasa
a) Menulis huruf
b) Menjiplak huruf
c) Menebalkan huruf
d) Melengkapi huruf
e) Menyalin huruf
e. Menulis kata
a) Menjiplak kata
b) Menebalkan kata
9
dimulai dari cara memegang alat tulis untuk melatih otot jarinya dan jarak mata
saat menulis kemudian anak memulai membuat garis atau menulis huruf.
visual, auditori, kinestetik dan taktil, dengan menggabungkan semua indera dalam
seorang ahli bernama Fernald (Yusuf, 2005). Dengan melibatkan seluruh panca
mengoptimalkan seluruh indera pada anak autis dalam menulis. Dalam menulis
terdapat aktivitas yang didukung oleh beberapa indra dan anak harus mampu
multisensori.
multisensori adalah metode VAKT yang akan memaksimalkan kerja sensori mulai
10
dari penglihatan, pendengaran, gerakan dan perabaan anak autis dalam menerima
yang dijelaskan Destiani dalam (Lusy. D 2016) terdapat dua metode multisensori
yang digunakan dalam menulis yaitu metode Azwandi dan Abdurrahman. Adapun
akan melibatkan seluruh sensori yang ada pada anak. Dimana pada penglihatan
(Visual) dalam pembelajaran ini anak akan mengamati dan melihat huruf dalam
disebutkan oleh guru. Gerakan (Kinestethic) dan perabaan (Tactille) anak akan
mulai menulis sesuai dengan arahan atau perintah guru dengan benar.
penelitian pada 1 orang anak yang menjadi pasiennya. Semua anak yang menjadi
pasiennya menunjukkan persamaan gejala yang aneh dan perilaku yang sangat
menonjol yaitu asik dengan dirinya sendiri, seolah-olah ia hidup dalam dunianya
sendiri. Isitilah “autisme” ini dapat diartikan orang yang memiliki dunianya
sendiri. Secara etimologi, kata autisme berasal dari kata auto dan isme. Auto
artinya sendiri, sedangkan isme berarti suatu paham atau aliran dengan demikian
autisme diartikan sebagai suatu paham yang hanya tertarik pada dunianya sendiri.
d) Gangguan yang signifikan secara klinis dalam soial dan aktifitas sehari-hari.
ini secara langsung maupun tidak akan mempengaruhi proses belajar anak autis
b. Klasifikasi Autisme
program pembelajaran yang tepat. Beberapa pendapat dari pakar ahli tentang
Berdasarkan pendapat ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa autisme dapat
siswa autisme kelas III sesuai dengan kalsifikasi yang dikemukakan oleh Yatim
(Purnomo & Haryana 2017: 19) yaitu kelompok autis yang menyendiri. Dimana
anak jarang menggunakan kata-kata dan hanya bisa mengucapkan beberapa patah
c. Karakteristik Autis
Ada beberapa karakteristik anak autis yang khas terdapat pada bidang
a) Perilaku
- Cuek
- Tantrum
bergerak.
b) Interaksi Sosial
14
- Terlambat berbicara
tubuh
- Membeo (echolalia)
Karakteristik anak autis sangat beragam tidak semua anak autis memiliki
gejala yang dijelaskan di atas. Hal ini disebabkan oleh kelainan otak yang
menyebabkan perilaku mereka yang kurang bisa mengendalikan diri. Anak autis
memiliki ciri khas yang unik berada pada aspek komunikasi, perilaku dan
interaksi.
Kab. Gowa masih rendah. Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa anak masih
sulit dalam membentuk berbagai huruf, hasil tulisan anak masih belum rapi dan
belum bisa membedakan jarak antara huruf dengan jarak antar kata. Pada
pembelajaran menulis permulaan untuk anak autis kelas III pada dasarnya akan
15
huruf atau kata yang akan ditulis, membaca huruf atau kata serta menjelaskan dan
dengan keras, serta meniru huruf yang ditulis dengan menggunakan pensil. Tetapi
hal tersebut harus disesuaikan dengan karakteristik dari anak autis. Dari
Berdasarkan penjelasan diatas bahwa anak akan lebih mudah memahami apa
ada pada anak. Berkaitan dengan upaya peningkatan menulis permulaan pada
siswa autis metode multisensori menjadi alternatif pilihan yang dipilih oleh
peneliti. Materi yang diberikan berupa menunjuk huruf atau kata yang akan
ditulis, membaca huruf atau kata serta menjelaskan dan menirukan cara
B. Kerangka Pikir
menulis siswa autis kelas III di SLB Jenetallasa Kab. Gowa masih rendah. Hasil
huruf, dan belum bisa membedakan jarak antara huruf dengan jarak antar kata.
permulaan pada siswa autis kelas III di SLB Jenetallasa dengan menerapkan
metode multisensori. Jika metode ini diterapkan dengan benar, maka diharapkan
16
emampuan menulis permulaan siswa autis kelas III SLB Jenetallasa Kab. Gowa
dapat ditingkatkan. Secara skematik kerangka pikir dapat dilihat pada gambar di
bawah ini.
Masalah:
Kemampuan Menulis Permulaan Siswa Autis Kelas III di SLB
Jenetallasa Kab. Gowa Rendah
C. Pertanyaan Penelitian
multisensori (Intervensi/B)?
dengan cara meneliti hubungan antar variable. Pendekatan ini digunakan untuk
Jenetallasa Kab.
2. Jenis Penelitian
41) “SSR (Single Subject Research) adalah pengukuran variabel terikat atau
waktu tertentu”. Data analisis dengan menggunakan Teknik analisis visual grafik,
yaitu dengan cara memasukkan data-data kedalam grafik, kemudian data tersebut
menurut Yuwono (2020) “Desain A-B-A merupakan salah satu pengembangan dari
desain A-B, desain A-B-A telah menunjukkan adanya hubungan sebab akibat
antara variable terikat dan variable bebas”. Desain penelitian ini memiliki tiga fase
untuk mempelajari besarnya pengaruh dari suatu perlakuan yang diberikan kepada
sesudah intervensi.
seara alami tanpa pemberian intervensi. Dalam penelitian ini pada baseline
pada anak autis. Pada intervensi (B) peneliti memberikan sebanyak lima
sesi.
tiga sesi.
Struktur dasar desain A-B-A dapat digunakan pada grafik sebagai berikut:
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
100
90
70
60
50
40
30
20
10
20
Sesi (waktu)
Gambar 2. Desain A-B-A
untuk memberikan arah penelitian agar terhindar dari kesalahan persepsi dan
pengukuran perubah penelitian. Variabel atas target behavior dalam penelitian ini
adalah kemampuan menulis permulaan adalah nilai yang diperoleh subjek yang
D. Subjek Penelitian
Subjek penelitian yang diteliti adalah siswa autis kelas III di SLB Jenetallasa
Kab. Gowa. Subjek penelitian ini terdiri dari satu orang siswa dengan data siswa
sebagai berikut:
Profil Siswa:
Nama : AG
Umur : 10 Tahun
Agama : Islam
Kelas : III
Kemampuan Awal:
21
huruf.
suatu bentuk tugas dan serangkaian tugas yang harus diselesaikan siswa. Tes yang
digunakan adalah tes tertulis yang diberikan keada siswa pada kondisi baseline 1
(A1), intervensi (B), dan baseline 2 (A2). Tes yang dimaksudkan adalah untuk
1. Tes
Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis untuk menulis
permulaan. Tes ini dikontruksi oleh peneliti sendiri dan diberikan pada kondisi
baseline dan intervensi. Dalam penelitian ini pengukuran perilaku sasaran (target
adalah kondisi ketika suatu intervensi telah diberikan dan perilaku sasaran diukur
multisensori.
22
- jika sisa belum mampu menulis huruf/kata dengan benar maka diberi
skor 0
Materi tes terdiri dari 10 item. Kriteria penilaian di atas akan mendapatkan
hasil nilai maksimun dan minumun yang didapatkan anak. Jika anak mampu
mengerjakan materi tes maka akan di berikan skor 1. Jika tidak mampu maka
diberi skor 0, dengan demikian skor maksimun yang mungkin dicapai anak adalah
Analisis dalam kondisi adalah analisis perubahan data dalam suatu kondisi.
a. Panjang kondisi
tiap kondisi.
b. Kecenderungan arah
Digambarkan oleh garis lurus yang melintasi semua data dalam suatu
Middle), yaitu membuat garis lurus yang membelah data dalam suatu
d. Jejak data
Jejak data yaitu perubahan dari satu ke data lain dalam suatu kondisi,
e. Rentang
24
data.
secara konsisten.
antara data terakhir pada kondisi pertama dengan data pertama pada
Dalam penelitian ini, bentuk grafik yag digunakan untuk menganalisis data
adalah grafik garis. Penggunaan analisis dengan grafik ini diharapkan dapat lebih
presentasi karena peneliti akan mencari skor hasil tes sebelum dan sesudah
dalam menulis permulaan. Skor kemampuan anak yang dijawab secara benar
Ahmad Rofi’udin & Darmiyati Zuhdi. (2002). Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indoensia di Kelas Tinggi. Malang: Universitas Negeri Malang.
Dhieni, N., Fridani, L., Yarmi, G., & Kusniaty, N. (2005). Metode pengembangan
bahasa. Jakarta: Universitas Terbuka.
Pristiwanti, D., Badariah, B., Hidayat, S., & Dewi, R. S. (2022). Pengertian
Pendidikan. Jurnal Pendidikan Dan Konseling (JPDK), 4(6), 7911-7915.
Sunanto, J., Takeuchi, K., & Nakata, H. (2006). Penelitian dengan subjek tunggal.
Bandung: UPI Pres.