Anda di halaman 1dari 27

1

USULAN PROPOSAL PENELITIAN

PENERAPAN AKTIFITAS MENYULAM UNTUK MENINGKATKAN


KEMAMPUAN MOTORIK HALUS SISWA CEREBRAL PALSY
KELAS II SLBN 1 GOWA

YULIANA
1945040014

JURUSAN PENDIDIKAN KHUSUS


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2023
2

JUDUL: PENERAPAN AKTIFITAS MENYULAM UNTUK MENINGKATKAN


KEMAMPUAN MOTORIK HALUS SISWA CEREBRAL PALSY
KELAS II SLBN 1 GOWA

1. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan kebutuhan yang mendasar bagi manusia, karena

dengan pendidikan manusia bisa mengetahui segala hal yang belum ia ketahui.

Dilihat dari maknanya, pendidikan tidaklah semata-mata menyekolahkan siswa

untuk memperoleh wawasan baru ataupun menimba ilmu pengetahuan, akan tetapi

pendidikan mempunyai makna yang lebih luas. Setiap orang berhak mendapatkan

pendidikan yang sejajar hal ini juga termaksud anak berkebutuhan khusus. Individu

yang normal maupun individu yang memiliki kekurangan fisik berhak mendapatkan

pendidikan dan bersekolah.

Dalam upaya memaksimalkan pelayanan pendidikan bagi siswa

berkebutuhan khusus dengan karakteristik berbeda dengan murid umumnya pada

aspek mental, emosi, dan fisik. Siswa berkebutuhan khusus diantaranya: tunanetra,

tunadaksa, tunagrahita, berkesulitan belajar, gangguan perilaku, dan gangguan

kesehatan.

Siswa dengan hambatan fisik misalnya siswa cerebral palsy termasuk salah

satu yang memperoleh perhatian di bidang pendidikan. Cerebral palsy diartikan

sebagai kelumpuhan pada otak yang menyebabkan tidak adanya control otot,

kelainan postur, dan gangguan motoric baik motoric kasar maupun motorik
3

halusnya. Terbatasnya kemampuan motorik halus pada siswa cerebral palsy

mengalami kesulitan dalam aktivitas akademik yang memerlukan koordinasi mata

dan tangan. Oleh karena itu pemilihan strategi dan metode pengajaran harus

mempertimbangkan kondisi siswa, salah satunya yaitu siswa cerebral palsy.

Cerebral palsy ditandai oleh adanya kelainan gerak, sikap atau bentuk tubuh

gangguan koordinasi, serta gangguan psikologis dan sensoris yang disebabkan oleh

adanya kerusakan atau kecacatan pada masa perkembangan otak.

Hal ini mengakibatkan bagi siswa cerebral palsy mengalami kesulitan dalam

menggerakan motorik halusnya sehingga dalam melatih motorik halusnya

membutuhkan suatu pembelajaran keterampilan yang dapat meragsang otot- otot

pada jari jemarinya agar dapat lebih kuat dan terkontrol. Apabila motorik halus

siswa tidak dilatih dan dikembangkan akan mempengaruhi tumbuh kembang siswa.

Salah satu cara untuk meningkatkan motorik halus mereka adalah melalui aktivitas

menyulam. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis aktivitas

menyulam terhadap perkembangan motorik halus siswa.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 9

Januari 2023 terhadap siswa Cerebral palsy berinisial AKA kelas II di SLBN 1

Gowa murid mengalami kekakuan pada tangan, akibatnya murid mengalami

masalah dalam motorik halus. Dalam hal tersebut perlu diterapakan suatu metode

belajar yang berfokus pada kebutuhan murid, seperti penggunaan media, inovasi

permainan, serta metode lain yang dapat mengembangkan motorik halus siswa.
4

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas II di SLBN 1 Gowa yang

dilakukan peneliti pada tanggal 11 Januari 2023, guru menjelaskan bahwa siswa

AKA, dalam setiap pembelajaran pada saat proses memegang alat tulis mengalami

kesulitan dikerenakan mengalami kekakuan pada anggota geraknya. Kegiatan

menulis merupakan ktivitas motorik halus dalam buku Rahyubi, (2012) motorik

halus Didefinisikan sebagai keterampilan yang memerlukan kemampuan untuk

mengoordinasikan atau mengatur otot-otot kecil/halus. Misalnya berkaitan dengan

gerakan mata dan tangan yang efisien, tepat, dan adaptif.

Dengan melihat kondisi siswa AKA, diperlukan aktivitas kreatif untuk

meningkatkan motorik halus siswa. Banyak kegiatan pelatihan yang dapat

dilakukan salah satunya penerapan aktivitas menyulam yang dapat menunjang

pembelajaran bagi siswa berkebutuhan khusus. Menyulam berkaitan dengan

kegiatan membuat gambar pada kain dengan menggunakan teknik menjait.

Menyulam adalah suatu media untuk menghasilkan sebuah gambar, Layaknya

seorang pelukis menggunakan kuas dan cat, seorang penyulam menggunakan

jarum dan benang. Berdasarkan bahan dan material yang digunakan hal itu akan

melatih motorik halus dalam menjait dan menyelaraskan pola yang ada menjadi

latihan kemampuan motorik halus siswa karena dalam melakukan aktivitas

menyulam, siswa dituntut untuk menggunakan bagian tangan, jari- jari tangan, serta

mengandalkan koordinasi mata dan tangan, dengan demikian latihan menyulam ini

merupakan bentuk latihan bagi siswa yang mengalami kesulitan dalam motorik

halusnya .
5

Berdasarkan urian permasalahan yang ada, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dan mengkaji masalah ini dengan mengangkat judul:

“Penerapan Aktivitas Menyulam Untuk Meningkatkan Motorik Halus Siswa

Cerebral Palsy Kelas II di SLBN 1 Gowa”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan dalam latar belakang,

maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah penerapan

aktivitas menyulam untuk meningkatkan kemampuan motorik halus siswa Cerebral

palsy kelas II SLBN 1 GOWA?”

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini

adalah untuk mengetahui:

1. Bagaimanakah perkembangan motorik halus siswa cerebral palsy kelas II

di SLBN 1 Gowa sebelum penerapan aktivtas menyulam

2. Bagaimanakah perkembangan motorik halus siswa cerebral palsy kelas II

di SLBN 1 Gowa setelah penerapan aktivitas menyulam

3. Bagaimanakah peningkatan kemampuan motorik halus melalui penerapan

aktivitas menyulam pada siswa cerebral palsy kelaas II di SLBN 1 Gowa

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat dalam hal:

1. Manfaat Teoritis
6

a) Secara teoritis, hasil penelitian ini sebagai salah satu karya ilmiah dalam

menambah wawasan dan pengembangan keilmuan dalam bidang

Pendidikan Khusus, Khususnya penerapan aktivitas menyulam untuk

meningkatkan motorik halus pada siswa Cerebral palsy.

b) Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi dalam melakukan

penelitian aktivitas yang berkaitan dengan kemampuan motorik halus .

2. Manfaat Praktis

a) Bagi guru, sebagai salah satu variasi media yang dapat digunakan untuk

menunjang proses pembelajaran , khususnya dalam meningkatkan

kemampuan motorik halus, khususnya bagi siswa Cerebral palsy.

b) Bagi sekolah, sebagai bahan masukan tentang penerapan aktivitas

menyulam untuk meningkatkan motorik halus, khususnya bagi siswa

Cerebral palsy.

c) Bagi orang tua, sebagai bahan masukan tentang cara peningkatan motorik

halus bagi siswa yang mengalami kekakuan pada bagian otot tangan

dengan menggunakan aktivitas menyulam.

d) Bagi siswa, dalam penelitian ini diharapkan siswa dapat meningkatkan

motorik halusnya dengan penerapan aktivitas menyulam.


7

II. TINJAUAN PUSTAKA, KARANGKA PIKIR, DAN PERTANYAAN

PENELITIAN

A. Tinjauan Pustaka

1. Hakikat Aktivitas Menyulam

a. Pengertian Menyulam

Pentingnya perkembangan motorik bagi siswa cerebral palsy karena dengan

perkembangan motorik yang baik siswa cerebral palsy mampu melakukan

kegiatan-kegiatan dasar dalam kehidupan sehari-hari seperti makan (memegang

sendok, memegang gelas), hingga aktivitas yang berkaitan dengan proses

pembelajaran di sekolah. Dengan demikian perlu adanya aktivitas khusus yang

dapat meningkatkan kemampuan motorik siswa salah satu aktivitas yang dapat

dilakukan adalah aktivitas menyulam.

Menyulam adalah suatu teknik keterampilan yang dimiliki seseorang dengan

mengembangkan kreativitas untuk membuat media kerajinan yang telah berbentuk

gambar atau pola yang terdapat pada kain sebagai penghias dan memberikan suatu

keindahan diantara kain.

Menurut Indira ( Jalaluddin, 2019: 15) mengemukakan bahwa “menyulam

adalah seni atau keterampilan menghias kain atau bahan lain dengan benang atau

kawat menggunakan jarum”. Menurut loksitowati (2013), “menyulam dapat

dijadikan sarana untuk meningkatkan konsentrasi, melatih koordinasi tangan dan

mata. kegiatan menyulam adalah melatih kesabaran siswa, memecahkan masalah


8

serta memberi stimulus untuk berfikir kreatif, dan memberi ruang bagi siswa untuk

mencermati cara memasukan benang sehingga hasil sulamannya menjadi rapi”.

Halwa dan Cristiana (2014) menyebutkan “manfaat menyulam diantaranya

meningkatkan konsentrasi siswa, kemampuan motorik halus, melatih koordinasi

tangan dan mata dan meningkatkan kemampuan gerakan tangan, pergelangan

tangan dan jari”. Surati (2012) “kegiatan meyulam mampu melatih kelenturan jari

siswa dalam menggnakan peralatan sekolah misalnya alat tulis”.

Berdasarkan uraian pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan aktivitas

menyulam merupakan suatu keterampilan yang dimiliki seseorang untuk

mengembangkan kreatifitas yang tertuang dalam berbagai bentuk dan gambar pada

kain sebagai hiasan

b. Jenis Sulaman

a. Tusuk Silang

Tusuk silang adalah tusuk yang menyusun benang berbentuk pola silang atau

huruf X, tusuk silang biasanya digunakan pada kain berlubang kecil. Tusuk silang

digunakan dalam berbagai kegiatan jahitan, seperti membuat baju, tas, dan berbagai

macam kain lainnya. Selain memberikan kekutan pada jahitan, tusuk silang ini juga

memberikan efek yang menarik untuk memperindah sebuah jahitan, sekaligus

membuatnya menjadi lebih rapi dan teratur.

Ernawati (2008: 405) “tusuk silang ini berfungsi untuk membuat hiasan”.

Tusuk silang digunakan dengan cara mengunci kain pada titik tertentu sehingga

jahitan menjadi kuat dan stabil. Menurut Betzina (2004), tusuk silang adalah teknik
9

dasar yang sangat penting dalam menjahit. Teknik ini berguna untuk mengunci kain

pada titik tertentu sehingga jahitan menjadi kuat dan stabil.

Pada dasarnya tusuk silang dilakukan dengan membuat tusukan melintang

pada kain yang disusul dengan tusukan berbentuk diagonal pada kain yang lain.

Secara teori tusuk silang merupakan gabungan dari dua jenis jahitan yaitu jahitan

lurus dan dan jahitan zigzag.

Dari beberapa pandangan ahli di atas dapat disimpulkan yaitu teknik tusuk

silang adalah teknik yang dianggap sebagai tehnik dasar yang penting dalam

kegiatan menjahit dan sangat berperan penting dalam keiatan menjahit yang

memerlukan kekuatan dan kestabilan pada jahitan.

c . Manfaat Menyulam

Menurut Laksitowati (Jalaluddin, 2013: 25), “menyulam dapat dijadikan

sarana untuk meningkatkan konsentrasi, melatih koordinasi tangan dan mata”.

Laksitowati dalam penelitiannya menjelaskan manfaat lainnya dari kegiatan

menyulam adalah melatih kesabaran siswa, memecahkan masalah serta memberi

stimulus untuk berfikir kreatif, dan memberi ruang bagi siswa untuk mencermati

cara memasukan benang sehingga hasil sulamannya menjadi rapi.

Halwa dan Cristiana (2014), “menyebutkan manfaat teknik menyulam antara

lain meningkatkan konsentrasi siswa, motorik halus, koordinasi tangan-mata dan

kemampuan menulis, serta meningkatkan mobilitas tangan, pergelangan tangan dan

jari-jari mereka”. Surati (2012) dalam “penelitiannya mengenai kegiatan menyulam


10

dapat melatih kelenturan jari siswa dalam menggunakan peralatan sekolah misalnya

alat tulis”.

Menurut Widyawati (Jalaluddin, 2014 : 26) “kegiatan menyulam dapat

memberikan pengaruh positif bagi kesiapan menulis pada siswa”. Kelenturan

tangan inilah yang menjadi dasar siswa belajar menulis memegang pena pada saat

menulis hampir sama dengan memegang jarum dan pensil saat menulis. Sulaman

memiliki efek positif pada perkembangan motorik siswa.

d. langkah- langlah penggunaan alat menyulam

Berikut adalah beberapa langkah untuk melakukan aktivitas menyulam:

1. Persiapkan bahan-bahan yang diperlukan, seperti benang sulam, jarum

sulam, kain stremin atau bahan yang akan di sulam

2. Pasangkan kain di pembidang pastikan kencang dan kuat agar pada proses

penjahitan tidak bergeser

3. Pasang benang jarum. Kunci ujung benang agar tidak lolosdari lubang kain

4. Masukan jarum pada titik mulai jahitan

5. Membuat tusukan menyilang ke kanan atas

6. Keluarkan benang kearah depan dari lubang di bawah tusukan sebelumnya


11

7. Buat tusukan menyilang ke kiri atas

8. Lakukan secara berulang ulang

2. Hakikat Motorik Halus

a. Pengertian Motorik Halus

Motorik halus adalah gerakan yang hanya mempengaruhi bagian tubuh dalam

kondisi tertentu dan dibuat oleh otot-otot kecil. Karenanya gerakan motorik halus

tidak terlalu membutuhkan banyak tenaga tetapi membutuhkan koordinasi yang

cermat dan ketelitian. Pengembangan motorik halus berdasarkan konsep

perkembangan hal yang harus dikembangkan yaitu; kekuatan, kelenturan,

koordinasi dan fleksibilitas yang dalam pengembangan motorik ini perlu

memperhatikan atau menstimulasinya secara bertahap mulai dari melatih kekuatan

dan melatih kelenturan otot motorik halus. Gerakan motorik halus terutama yang

melibatkan otot tangan dan jari biasanya membutuhkan kecermatan tinggi,

ketekunan dan koordinasi anatara mata dan otot kecil. Semakin baik gerakan

motorik halus membuat siswa dapat berkreasi, menggunting, menggambar,

mewarnai, merobek, menulis, meronce, menyulam, melipat, menjahit, meremas,

dan sebagainya.

Menurut Sujiono (2010) “motorik halus merupakan gerakan yang

menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu yang

dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar”. Menurut Gunarti (2012) kemampuan

motoric halus merupakan kemampuan yang dimiliki oleh anak untuk melakukan
12

kegiatan kreatif yang melibatkan koordinasi antara mata, tangan, dan otot-otot kecil

pada jari-jemari tangan.

Menurut Sujiono (2008) “motorik halus adalah gerakan tubuh yang

melibatkan otot-otot kecil seperti jari tangan, pergelangan tangan dan lain-lain.

Karakteristik tunadaksa: a) anggota gerak tubuh kaku/lemah/lumpuh, b) kesulitan

dalam gerakan (tidak sempurna, tidak lentur, tidak terkendali), c) terdapat bagian

anggota gerak yang tidak lengkap/tidak sempurna/lebih kecil dari biasa”.

Berdasarkan pandangan beberapa ahli tersebut disimpulkan bahwa motorik

halus merupakan kemampuan dalam bidang tertentu Gerakan yang hanya

mempengaruhi dan dilakukan pada bagian tubuh tertentu dengan otot-otot kecil

seperti jari dan keterampilan Gerakan pergelangan tangan, maka kemampuan

motorik halus siswa sangat menentukan sehingga terkadang otot-otot jari tangan

siswa-siswa lebih kuat dan mampu menggunakan aktivitas yang berbeda

berhubungan dengan motorik.

b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterampilan Motorik Halus

dalam kemampuan motorik halus berbagai macam faktor-faktor sangat

berperan dalam meningkatkan hal tersebut. Menurut Kartono (1995: 21),

mengemukakan bahwa faktor yang mempengaruhi perkembangan motorikanak

sebagai berikut:

1. Faktor hereditas (warisan sejak lahir atau bawaan)


2. Faktor lingkungan yang mengutungkan atau merugikan
kematangan fungsi psikis
13

3. Aktivitas anak sebagai subjek bebas yang berkemauan,


kemampuan, punya emosi serta mempunyai usaha untuk
membangun diri sendiri.
Menurut Heri (2012) menyatakan bahwa ada 8 faktor yang mempengaruhi

perkembangan motorik individu:

1. Perkembangan sistem syaraf

Sistem syaraf berpengaruh besar dalam perkembangan motorikkarena

sistem syaraf yang mengontrol aktivitas motorikpada manusia.

2. Kondisi fisik

Perkembangan motorik sangat berkaitan dengan fisik, maka kondisi fisik

tentu saja sangat berpengaruh pada perkembangan motorik seseorang.

Orang yang normal biasanya perkembangan motoriknya akan lebih baik

dibandingkan orang lain yang memiliki kekurangan fisik.

3. Motivasi yang kuat

Seseorang yang mempunyai motivasi yang kuat untuk menguasai

keterampilan motoriktentu biasanya lebih punya modal besar untuk meraih

prestasi.

4. Lingkungan yang kondusif

Perkembangan motorikseseorang kemungkinan besar bisa berjalan optimal

jika lingkungan tempatnya beraktivitas mendukung dan kondusif.

5. Aspek psikologis

Aspek psikologis, psikis dan kejiwaan sudah tentu sangat berpengaruh pada

kemampuan motoric. Seseorang yang memiliki kondisi psikologis yang


14

baik maampu meraih prestasi yang memuaskan di lapangan kehidupan,

khususnya berkaitan dengan keterampilan motoric.

6. Usia

Usia sangat berpengaruh pada aktivitas motorikseseorang. Individu yang

berbeda-beda tentu punya karakteristik keterampilan motorikyang berbeda.

7. Jenis kelamin

Dalam keterampilan motorik, seperti olahraga faktor jenis kelamin cukup

berpengaruh. Dalam beberapa cabang olahraga seorang laki-laki lebih kuat,

lebih cepat, lebih terampil dan gesit dibanding perempuan.

8. Bakat dan potensi

Bakat dan potensi sangat berpengaruh pada usaha meraih keterampilan

motoric. Misalnya seseorang mudah diarahkan untuk menjadi sepak bola

yang mempunyai bakat dan potensi sebagi pemain sepak boa.

c. Tujuan Perkembangan Motorik halus

Berbgai pertimbangan dalam memulai pengembangan motorik halus dengan

melihat faktor, prinsip, dan motorik halus berdasarkan pandangan tersebut tentu

adanya suatu tujuan. Menurut Sumantri (2005: 146) adapun tujuan perkembangan

motorik halus adalah:

1. Agar murid mampu mengembangkan kemampuan motorik halus yang


berhubungan dengan keterampilan gerak kedua tangan.
2. Agar murid mampu mengkoordinasikan indera mata dan aktivitas tangan.
3. Murid mampu menggerakan anggota tubuh yang berhubungan dengan
gerakan jemari: seperti kesiapan menulis, menggambar dan memanipulasi
benda-benda.
4. Agar murid mampu mengendalikan emosi dalam beraktivitas motorik
halus.
15

Berdasarkan pendapat di atas pada tujuan pengembangan motorik halus selai

pengembangan dalam diri (emosi) juga dapat mengembangkan kemandirian diri

dalam kemampuan motorik halus dalam beraktivitas.

Tujuan perkembangan Motorik halus Saputra (2005) menjelaskan tujuan

pengembangan motorik halus siswa yaitu:

1. Mampu mengfungsikan otot-otot kecil seperti gerakan jari tangan.

2. Mampu mengkoordinasi kecepatan tangan dan mata.

3. Mampu mengendalikan emosi.

Dari beberapa pandangan ahli tujuan perkembangan motorik halus yaitu untuk

keterampilan gerak tangan, dan meningkatkan kemampuan mengendalikan otot-

otot kecilnya terutama pada kegiatan belajar.

3. Kajian Tentang Cerebral palsy

a. Pengertian Cerebral palsy

Cerebral pasly (CP) merupakan gambaran sekelompok gangguan yang

mempengaruhi gerakan, keseimbangan, dan postur yang disebabkan oleh cedera

otak atau kurangnya oksigen di otak saat melahirkan yang berakibat perkembangan

control dan gerakan otot yang tidak normal. Cerebral palsy menurut Taylor R.L.

et al (2009: 329):

Cerebral palsy is coused by damage to different parts of the brain


that results in problem in muscle tone end musele movement, the
damage, witch typically occurs before, during, or shortly after
birth, is not progressive, or deteriorating, it can ffect a broad
range of both gross and fine motor movements although all froms
of cerebral palsy.
16

Pengertian diatas menjelaskan bahwa cerebral palsy


disebabkan oleh kerusakan pada bagian otak yang berbeda
yang mengakibatkan masalah dalam otot dan gerakan otot,
kerusakan, yang biasanya terjadi sebelum, selama, tau segera
setelah lahir, tidak progresif, atau memburuk, hal itu dapat
mempengaruhi luas rentang gerakan motorikbaik baik kasar
dan halus.

Soeharto dan wardani (2016:7.5) cerebral palsy merupakan suatu cacat yang

terdapat pada fungsi otot dan urat syaraf dan penyebabnya terletak dalam otak.

Menurut Toha Muslim, (1996: 68) cerebral palsy adalah suatu kelainan pada gerak

tubuh yang ada hubungannya dengan kerusakan otak yang menetap akibatnya otak

tidak berkembang tetapi bukan penyakit yang progresif.

b. Klasifikasi Cerebral palsy

cerebral palsy dapat diklasifikasikan menurut: (1) derajat kecacatan, (2)

topografi, anggota badan yang cacat, dan (3) fisiologi, kelainan geraknya.

a). kelaina pada sistem cerebral (sistem syaraf/cerebral system)

Siswa Cerebral palsy yang letak kelainannya pada sistem cerebral

merupakan siswa Cerebral palsy yang mengalami gangguan pada sistem saraf

pusat, seperti Cerebral palsy (CP) atau kelumpuhan otak. Cerebral palsy ditandai

oleh adanya kelainan gerak, sikap atau bentuk tubuh, gangguan koordinasi, kadang-

kadang disertai gangguan psikologis dan sesnsoris yang disebabkan oleh adanya

kerusakan atau kecacatan pada masa perkembangan otak.

Cerebral palsy adalah kelainan yang disebabkan kerena kerusakan pada otak

yang mengakibatkan gangguan pada fungsi motoric, koordinasi, alat indera, fungsi
17

bicara dan fungsi kognitif (kecerdasan). Efendi (2006: 118) menjelaskan bahwa

“Cerebral palsy (CP) adalah seseorang yang mengalami kelainan pada aspek

motorik namun terkadang disertai gangguan yang berhubungan seperti gangguan

emosi, linguistic, intelektual dan sensorik”. Soeharto dalam wardani (2016)

mendefinisikan cerebral palsy sebagai suatu cacat yang terdapat pada fungsi otot

dan urat syaraf dan penyebabnya terletak dalam bagian otak.

c. Karakteristik Cerebral palsy

Siswa Cerebral palsy dapat dikelompokan menjadi tiga kelompok besar

yaitu kelainan pada sistem cerebral, kalianan pada sistem otot dan rangka, serta

dystropia muscular progressive. Yang termaksud pada kelompok pertama, seperti

cerebral palsy. Siswa-siswa yang termaksud golongan pertama memiliki tanda

tanda atau karakteristik seperti: (1) gangguan motoric, (2) gangguan sensoris, (3)

tingkatan kecerdasan yang beragam, (4) hambatan presepsi, (5) hambatan bicara,

(6) hambatan simbolisasi.

“cerebra palsy adalah suatu kelainan pada gerak tubuh yang ada

hubungannya dengan kerusakan otak yang menetap akibatnya otak tidak

berkembang tetapi bukan penyakit progresif” Menurut Toha Muslim,( 1996 : 68,).

Menurut derajat kecacatannya dapat digolongkan:

1. golongan ringan (mild)


Siswa yang berjalan tanpa menggunakan alat bantu, berbicara tegas dan
dapat menolong dirinya sendiri dalam aktivitas hidup sehari-hari.
2. golongan sedang (moderate)
Siswa yang membutuhkan latihan khusus untuk berjalan, berbicara dan
aktivitas hidup sehari-hari, golongan ini memerlukan alat bantu gerak
(brace, crutche dll).
3. golongan berat (severe)
18

Siswa cerebral palsy yang membutuhkan perawatan tetap dalam


ambulansi, bicara dan aktivitas hidup sehari-hari.

Menurut Yulianto (Abdul Salim, 2007), Cerebral palsy diklasifikasikan

menjadi enam:

1. Spasticity, siswa yang mengalami kekakuan otot atau ketegangan otot,

menyebabkan sebagian otot menjadi kaku, gerakan lambat dan canggung.

2. Athetosis, merupakan salah satu jenis Cerebral palsy dengan ciri menonjol,

gerakan-gerakan tidak terkontrol, terdapat pada kaki,lengan, tangan, atau

otot-otot wajah yang lambat

3. Ataxia, ditandai gerakan-gerakan tidak terorganisasi dan kehilangan

keseimbangan.

4. Tremor, ditandai dengan adanya otot yang sangat kaku, otot terlalu tegang

diseluruh tubuh, cenderung menyerupai robot.

5. Rigirditi, ditandai dengan adanya geraakan-gerakan yang kecil tanpa

disadari, yang lebih mirip dengan getaran.

6. Campuran, yang disebut dengan campuran siswa yang memiliki beberapa

jenis kelainan Cerebral palsy.

Sedangkan menurut Abdul Salim (2007), kelainan fungsi dapat terjadi


tergantung dari jenis Cerebral palsy dan berat ringannya kelainan, antara lain:

1. kelainan fungsi mobilitas


19

kelainan fungsi mobilitas dapat diakibatkan oleh adanya kelumpuhan

anggota gerak tubuh, baik anggota gerak atas maupun anggota gerak

bawah, sehingga siswa dalam melakukan mobilitas mengalami hambatan.

2. kelainan fungsi mobilitas

kelainan fungsi mobilitas dapat diakibatkan oleh adanya kelumpuhan

anggota gerak tubuh, baik anggota gerak atas maupun anggota gerak

bawah, sehingga siswa dalam melakukan mobilitas mengalami hambatan.

3. kelainan fungsi mobilitas

kelainan fungsi mobilitas dapat diakibatkan oleh adanya kelumpuhan

anggota gerak tubuh, baik anggota gerak atas maupun anggota gerak

bawah, sehingga siswa dalam melakukan mobilitas mengalami hambatan.

4. kelainan fungsi mobilitas

kelainan fungsi mobilitas dapat diakibatkan oleh adanya kelumpuhan

anggota gerak tubuh, baik anggota gerak atas maupun anggota gerak

bawah, sehingga siswa dalam melakukan mobilitas mengalami hambatan.

5. kelainan fungsi mobilitas

kelainan fungsi mobilitas dapat diakibatkan oleh adanya kelumpuhan

anggota gerak tubuh, baik anggota gerak atas maupun anggota gerak

bawah, sehingga siswa dalam melakukan mobilitas mengalami hambatan.

6. Kelainan fungsi komunikasi

kelainan ini dapat timbul karena adanya kelumpuhan pada otot-otot mulut

dan kelainan pada alat bicara. Kelainan tersebut mengakibatkan

kemampuan siswa berkomunikasi secara lisan mengalami hambatan.


20

7. Kelainan fungsi mental

kelainan ini dapat terjadi karena trauma pada siswa Cerebral palsy dengan

potensi mental normal. Oleh karena ada hambatan fisik yang berhubungan

dengan fungsi gerak dan perlakuan yang keliru, mnegakibatkan siswa yang

sebenarnya cerdas akan tampak tidak dapat menampilkan kemampuan

secara maskimal.

3. Kaitan Penggunaan Aktivitas Menyulam Untuk Meningkatkan Motorik

Halus Siswa Cerebral palsy

Masalah yang dihadapi siswa Cerebral palsy adalah mengalami hambatan

pada sistem otot maka akan berdampak banyak dalam segala hal seperti didalam

pemahaman konsep dalam dunia pendidikan. Meskipun demikian namun dapat

dioptimalkan melalui berbagai upaya yang harus dilakukan oleh guru, salah satunya

dengan menerapkan aktivitas untuk membantu siswa pada proses pembelajaran.

Asra & Sumiati, (2013: 165-166) berpendapat dalam pemilihan media ada

beberapa faktor yang harus dipertimbangkan antara lain:

1. Jenis kemampuan yang akan dicapai sesuai dengan tujuan.


2. Kegunaan dari jenis media pembelajaran itu sendiri.
3. kemampuan guru menggunakan suatu jenis media pembelajaran.
4. Fleksibilitas (penyesuaian diri) untuk pembelajaran.
5. Keefektifan suatu media pembelajaran

Pembelajaran aktivitas menyulam merupakan kegiatan yang melibatkan

kemampuan motorik halus yang berhubungan dengan koordinasi mata dan tangan.

Tujuan aktivitas menyulam bagi siswa Cerebral palsy yaitu untuk meningkatkan
21

kemampuan motorik halus agar tidak mengalami kesulitan dalam menjalankan

kegiatan pembelajaran seperti menulis, yang cara memegang pensil dalam menulis

hampir sama dengan memegang jarum dan benang pada proses menyulam.

B. Karangka Pikir

SLBN 1 Gowa merupakan lembaga pendidikan formal yang memberikan

pelayanan semaksimal mungkin bagi siswa yang mengalami hambatan gerak

(Tunadaksa) sehingga dapat mengoptimalkan berbagai potensi yang masih bisa

dikembangkan termasuk didalamnya fungsi kognitif. Perkembangan motorik halus

sangat erat kaitanya dengan kemampuan dasar dalam mendukung proses belajar.

Fakta yang ada dilapangan menunjukan kemampuan siswa AKA dalam

kemampuan motorik halusnya masih rendah, hal ini terlihat pada proses menulis

yang mengalami kesulitan memegang alat tulis seperti pulpen. Kekakuan yang

dialami tentunya perlu diberikan pelatihan untuk menunjang kemampuan menulis

hingga menjadi lebih baik. Oleh Karena itu untuk meningkatkan motorik halusnya

diperlukan aktifitas yang kreatif untuk meningkatan motorik halus khususnya pada

bagian tangan.

Upaya yang bisa dilakukan untuk mengoptimalkan gerak motorik halusnya,

yakni melalui aktivitas menyulam diantaranya meningkatkan konsentrasi siswa,

kemampun motorik halus, melatih koordinasi tangan dan mata serta meningkatkan

kemampuan gerakan tangan, pergelangan tangn dan jari. Kegiatan menyulam dapat

melatih kelenturan jari siswa dalam menggunakan peralatan sekolah misalnya alat

tulis.
22

Melalui aktivitas menyulam diharapkan dapat meningkatkan kemampuan

motorik halus siswa Cerebral palsy kelas II di SLBN 1 Gowa.

Secara skematik karangka piker penelitian ini dapat dilihat pada gambar

dibawah ini:

Kemampuan motorik halus siswa cerebral palsy kelas II di SLBN 1


Gowa masih rendah

Langkah-langkah aktivitas menyulam:


1. Persiapkan bahan-bahan yang diperlukan, seperti benang sulam,
jarum sulam, kain atau bahan yang akan di sulam
2. Pilih jarum yang sesuai dengan ukuran benang yang akan digunakan
3. Ambil sedikit benang dan rapatkan ujungnya dengan membentuk
seperti hati
4. Masukan jarum ke dalam lubang jarum sulam, lalu luruskan jarum
sehingga ujung jarum terlihat
5. Letakan ujung jarum pada bagian bahan yang akan disulam dan
tekan jarum ke bawah
6. Tarik benang melalui jarum dan bahan
7. Ulangi langkah 5 dan 6 sampai bahan terlindungi dengan sulaman
8. Jika sulaman selesai, potong ujung benang dengan jarum dan
rapatkan dengan mencabut benang dari jarum.

Kemampuan motorik halus siswa cerebral palsy kelas II di SLBN 1 Gowa


meningkat
C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimanakah kemampuan perkembangan motorik halus siswa cerebral

palsy kelas II di SLBN 1 Gowa sebelum penerapan aktivitas menyulam?


23

2. Bagaimanakah kemampuan perkembangan motorik halus siswa cerebral

palsy kelas II di SLBN 1 Gowa setelah penerapan aktivitas menyulam?

3. Bagaimanakah peningkatan kemampuan motorik halus melalui penerapan

aktivitas menyulam pada siswa cerebral palsy kelas II di SLBN 1 Gowa?

III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif.

Penelitian kuntitatif merupakan suatu proses menemukan pengetahuan dengan

menggunakan data berupa angka sebagai alat untuk menganalisis keterangan

tentang apa yang ingin diketahui. mengemukakan tentang penelitian kuantitatif

yakni pendekatan penelitian yang banyak menggunakan angka, mulai dari

pengumpulan data, penafsiran data yang diperoleh, serta pemaparan hasilnya.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif

yang dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan motorik halus siswa tunadaksa

kelas II di SLBN 1 Gowa.

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif. Deskriptif

merupakan suatu metode yang digunakan untuk menggambarkan suatu hasil


24

penelitian tapi tidak untuk membuat kesimpulan yang lebih luas. Deskriptif

merupakan suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek,

suatu kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu peristiwa pada masa sekarang.

B. Variabel Penelitian dan Definisi Oprasional

1. Variabel Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini, maka yang

menjadi variabel terkait (dependent variabel) adalah kemampuan motorik halus

dan yang menjadi variabel bebas (independent variable) adalah aktivitas

menyulam.

2. Devinisi Operasional Variabel

Variabel atas target behavior yang dikaji dalam penelitian ini adalah

kemampuan motorik halus. Kemampun motorik halus dalam penelitian ini adalah

hasil belajar yang diperoleh murid melalui tes perbuatan motorik halus yang

menunjukan kemampuan murid pada aspek kekuatan jari tangan, koordinasi mata

dan tangan, dan kelenturan jari tangan.

C. Subjek Penelitian

Seorang siswa cerebral palsy, kelas II di SLBN 1 Gowa, berinisial AKA,

berusia, berusia 12 tahun, berjenis kelamin laki-laki, dan menunjukan hambatan

dalam kemampuan motorik halusnya dimana anak mengalami kekakuan pada

bagian tangan seperti pada saat menulis siswa mennjukan tulisan yang tidak rapih

dan kesulitan dalam menggerakan alat tulis sehingga tulisannya kurang bisa di baca.
25

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes. Tes

yang digunakan dalam penelitin ini adalah tes perbuatan. Tes perbuatan ini

digunakan untuk mengumpulkan data tentang hasil peningkatn kemampuan

motorik halus melalui penerapan aktivitas menyulam.

Penelitian ini dilakukan selama 12 petemuan. Adapun kriteria penilin

instrument tersebut adalah apabila siswa kurang mampu melakukan tindakan sesuai

dengan yang telah ditentukan maka diberi skor minimal 1, dan apabila siswa

mampu melakukan tindakan sesuai yang telah ditentukan tanpa bantuan dan

hasilnya baik maka dengan demikian skor maksimal 2, dan dapat dicapai oleh siswa

dalam melakukan kegiatan tersebut.

Untuk lebih jelasnya tentang kriteria pengambilan keputusan/kesimpulan yang

telah ditetapkan dalam penelitian ini dengan skor masing-msing dpat dilihat pada

table berikut:

Tabel. 3.1 Kategori Nilai Hasil Kemampuan Motorik halus Melalui Penerapan

Aktivitas Menyulam Pada Murid AKA

No Internal Kategori

1 80-100 Sangat tinggi

2 66-79 Tinggi

3 56-65 Cukup

4 41-55 Rendah

5 <41 Sangat rendah

Adaptasi dalam (Arikuanto,2006)


26

E. Teknik Analisis Data

Teknik ini digunakan untuk mendeskripsikan peningkatan kemampuan

motorik halus siswa cerebral palsy baik sebelum maupun setelah penerapan

aktivitas menyulam.

Adapun prosedur analisisnya adalah sebagai berikut:

1. Mentabulasikan data hasil tes sebelum dan sesudah perlakuan

2. Kategorisasi skor tes awal dan tes akhir, kemudian dikonversi ke nilai

dengan rumus

𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑘𝑒𝑚𝑎𝑚𝑝𝑢𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ


Nilai Kemampuan = 𝑋 100
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑘𝑒𝑚𝑎𝑚𝑝𝑢𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙

3. Membandingkan hasil tes belajar sebelum dan setelah perlakuan, jika skor

hasil tes sudah perlakuan lebih besar dari skor sebelum perlakuan maka

dinyatakan apa peningkatan dan jika sebaliknya maka tidak ada

peningkatan.

4. Untuk memperjelas adanya penigkatan maka akan divisualisasikan dalam

diagram batang.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2013). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta:


Direktotar jendral pendidikan tinggi direktorat ketenagaan

Asra, & Sumiati. 2013. Metode Pembelajaran, Bandung : Wacana Prima


Efendi, M. (2006). Psikopedagoogik anak berkelainan. Jakarta: PT. Bumi Aksara
27

Gunarti. (2014). Upaya meningkatkan kemampuan motorik halus melalui kegiatan


mencetak menggunakan media bahan alam pada kelompok A. PAUD
Teratai, 3(3), 1-5.
Heri, R. (2012). Teori-teori belajar dan aplikasi pembelajaran motorik.
Majalengka: Nusa media
Jalaluddin, et. al. (2019). pengaruh terapi menyulam terhadap perkembangan
motorik halus pada anak retardasi mental sedang di slb samudra lavender
bangkalan (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Gresik).
Khusna, 2017. pengembangan media pembelajaran membuat tusuk hias
menggunakan aplikasi prezi untuk siswa kelas x tata busana di smk diponegoro
depok yogyakarta. Disertasi Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta
Kartono, K (1995). Psikologi Anak. Jakarta: Erlangga
Sugiono. (2014). Upaya meningkatkan kemampuan motorik halus melalui kegiatan
mencetak menggunakan media bahan alam pada kelompok A. PAUD
Teratai, 3(3), 1-5.
Sumantri, N.S. (2020). Alat Permainan Edukasi (APE) Meningkatkan
Perkembangan Motorik Halus pada Anak Usia 4-6 Tahun. Jurnal
Kesehatan, 11(1), 125-132.
Salim, A. (2007). Otopedagogik anak tuna daksa. Bandung : pendidikan Tenaga
Guru
Saputra. (2005). Pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan keterampilan anak
taman kanak-kanak. Jakarta: Depdiknas
Taylor, et .al. (2016). Pembelajaran Program Aplikasi Photoscape Dalam
Meningkatkan Keterampilan Mengedit Foto Pada Siswa Cerebral Palsy Di
SLB-D YPAC Bandung. Jurnal Penelitian Pendidikan, 16(1).
Wardani. (2016). Pengatar pendidikan luar biasa. Jakarta: Universitas terbuka

Anda mungkin juga menyukai