Anda di halaman 1dari 13

KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK TUNAGRAHITA RINGAN

PADA PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BATIK


DI SLB NEGERI PEMBINA YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan


Universitas Negeri Yogyakarta
untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Fitri Kartini Nurfiati

NIM 14103241027

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan merupakan modal utama yang harus dimiliki oleh setiap individu
untuk bertahan hidup menghadapi kehidupan yang semakin berkembang.
Pendidikan dapat diperoleh dari berbagai pihak salah satunya sekolah luar biasa
sebagai lembaga pendidikan formal yang melayani pendidikan bagi anak
berkebutuhan khusus. Anak berkebutuhan khusus membutuhkan layanan
pendidikan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki baik dalam bidang
akademik maupun non akademik. Setiap anak berkebutuhan khusus memiliki
karakteristik yang berbeda-beda, salah satunya yaitu anak tunagrahita atau anak
dengan hambatan intelektual.
Menurut Mumpuniarti (2007: 15) klasifikasi anak tunagrahita berdasarkan
kemampuannya dalam mengikuti pendidikan atau bimbingan adalah tunagrahita
mampu didik, mampu latih, dan perlu rawat. Pernyataan tersebut mendukung
bahwa anak tunagrahita kategori ringan mampu untuk di didik untuk
mengembangkan kemampuannya walaupun tingkat intelektualnya di bawah rata-
rata (50-70). Anak tunagrahita ringan secara fisik terlihat normal seperti anak
pada umumnya. Akan tetapi, anak tunagrahita ringan hambatan aspek
perkembangan yaitu akademik, motorik, serta sosial yang berdampak dalam
keberlangsungan hidup sehari-hari. Walaupun ada beberapa aspek permasalahan
pada anak tungrahita ringan, akan tetapi anak tunagrahita ringan masih dapat
diberikan pembelajaran akademik sederhana misalnya menulis dan membaca
sederhana seperti nama diri sendiri, orangtua, teman, nomor rumah dan telepon.
Anak tunagrahita ringan dapat mengerjakan hal-hal yang bersifat semi skilled.
Anak tunagrahita ringan memerlukan pendidikan untuk mengembangkan
kemampuan dan potensi yang dimiliki secara optimal agar anak tunagrahita
ringan memiliki kemandirian dalam hidup setelah lulus dari sekolah. Bekal
keterampilan yang dimiliki pada anak tunagrahita ringan diharapkan dapat
membantu anak tunagrahita ringan dalam bekerja sesuai kemampuan dan
mencukupi kebutuhan hidupnya.
SLB Negeri Pembina Yogyakarta merupakan salah satu lembaga pendidikan
yang memberikan layanan akademik dan non akademik bagi anak tunagrahita
baik kategori ringan maupun sedang. Sekolah tersebut memberikan layanan
pendidikan dari jenjang TKLB hingga SMALB. Pada jenjang SMPLB dan
SMALB lebih difokuskan pada pendidikan vokasional bagi anak tunagrahita.
Sekolah memberikan pembelajaran keterampilan sesuai dengan kemampuan dan
potesi yang dimiliki anak berdasarkan hasil asesmen yang telah dilakukan. Salah
satu keterampilan yang diunggulkan yaitu keterampilan tekstil batik. Batik
merupakan teknik pembuatan corak dengan menggunakan canting atau cap dan
pencelupan kain dengan menggunakan lilin malam sebagai penahan masuknya
warna (Aep Syaiful Hamidin, 2010: 7). Keterampilan batik yang diberikan
memiliki tujuan antara lain untuk melatih motorik halus, konsentrasi, ketelitian
serta mengembangkan kreativitas pada anak. Selain sebagai upaya pendidikan
vokasional, pembelajaran keterampilan batik dapat mengajarkan tentang
melestarikan budaya tradisional.
Anak tunagrahita mengalami hambatan perkembangan motorik baik motorik
halus maupun motorik kasar. Motorik halus adalah keterampilan yang
memerlukan kemampuan untuk mengontrol otot-otot kecil untuk mencapai
keberhasilan pelaksanaannya (MS. Sumantri, 2005: 271). Koordinasi motorik
halus yang kurang baik tersebut menjadikan satu permasalahan yang menghambat
anak tunagrahita ringan dalam melakukan kegiatan yang melibatkan koordinasi
gerakan jari tangan dengan mata. Selain itu, anak yang memiliki koordinasi
motorik halus yang rendah akan mengalami kesulitan dalam mengerjakan suatu
tahapan membatik. Anak tunagrahita akan membutuhkan waktu yang lebih lama
dalam mengerjakan produk daripada orang pada umumnya. Kemampuan motorik
halus masing-masing anak berbeda. Namun belum diketahui secara mendetail
kemampuan motorik halus pada anak tunagrahita ringan pada pembelajaran
keterampilan batik di SLB Negeri Pembina Yogyakarta.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk mengetahui lebih lanjut
mengenai kemampuan motorik halus anak tunagrahita ringan pada pembelajaran
keterampilan batik di SLB Negeri Pembina Yogyakarta. Penelitian ini perlu
dilakukan karena peneliti ingin mengungkap secara lebih dalam tentang
kemampuan motorik halus anak tunagrahita ringan dalam proses tahapan
pembelajaran serta hasil penilaian pada pembelajaran keterampilan batik.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka timbul berbagai masalah yang
dapat diidentifikasikan sebagi berikut:
1. Anak tunagrahita ringan mengalami hambatan perkembangan akademik,
psikis, motorik, serta sosial yang berdampak dalam keberlangsungan hidup
sehari-hari.
2. Anak tunagrahita ringan memerlukan pendidikan untuk mengembangkan
kemampuan dan potensi yang dimiliki secara optimal.
3. Anak tunagrahita ringan memiliki kemampuan koordinasi motorik halus yang
kurang baik.
4. Belum diketahui secara mendetail kemampuan motorik halus anak tunagrahita
ringan pada pembelajaran keterampilan batik di SLB Negeri Pembina
Yogyakarta.
5. Anak tunagrahita ringan membutuhkan waktu lebih lama dalam membuat
produk dari pada orang pada umumnya.

C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, peneliti memberikan batasan
pada kemampuan motorik halus anak tunagrahita ringan pada pembelajaran
keterampilan batik di SLB Negeri Pembina Yogyakarta.

D. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini, dirumuskan sebagai berikut:
Bagaimana kemampuan motorik halus anak tunagrahita ringan pada pembelajaran
keterampilan batik di SLB Negeri Pembina Yogyakarta?

E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
kemampuan motorik halus anak tunagrahita ringan pada pembelajaran
keterampilan batik di SLB Negeri Pembina Yogyakarta.

F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dan
pertimbangan guna pengembangan ilmu pengetahuan dalam pendidikan anak
berkebutuhan khusus, terutama yang berhubungan dengan kemampuan motorik
halus pada anak tunagrahita ringan pada pembelajaran keterampilan batik.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi guru

Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan untuk rencana pembelajaran


meningkatkan kemampuan motorik halus pada bagi siswa tunagrahita ringan.

b. Bagi sekolah
Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang pengaruh kegiatan
pembelajaran batik terhadap perkembangan motorik halus anak tunagrahita
ringan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian tentang Anak Tunagrahita Ringan


1. Pengertian Anak Tunagrahita Ringan
2. Karakteristik Anak Tunagrahita Ringan
3. Faktor Anak Tunagrahita Ringan
B. Kajian tentang Kemampuan Motorik Halus
1. Pengertian Kemampuan
2. Pengertian Motorik Halus
C. Kajian tentang Pembelajaran Keterampilan Batik
1. Pengertian Pembelajaran
2. Komponen Pembelajaran
3. Pengertian Keterampilan
4. Pengertian Batik
5. Konsep Pembelajaran Keterampilan Batik
D. Penelitian yang Relevan
Penelitian dengan judul Pembelajaran Batik Pada Rombel Batik Anak
Tunagrahita di SLB Negeri Pembina Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014
merupakan penelitian yang dilakukan Zeviela Karizsa Adiena pada tahun
2014. Penelitian tersebut relevan karena merupakan penelitian deskriptif dengan
pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan datanya dilakukan dengan cara
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Didalam uraian data yang disajikan pada
penelitian tersebut, Zeviela mendeskripsikan mengenai persiapan pembelajaran,
proses pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran, Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa: (1) Persiapan dan perencanaan pembelajaran batik pada
rombel batik di SLB Negeri Pembina Yogyakarta pada tahun ajaran 2013/2014
dirancang dengan menyesuaikan karakteristik peserta didik, yaitu anak dengan
kelainan mental atau tunagrahita. Silabus dan RPP yang dibuat oleh guru batik
dirancang dengan delapan indikator. Indikator tersebut dirancang dan dibuat
untuk meningkatkan kemandirian anak tunagrahita serta melatih motorik,
kreativitas, dan konsentrasi anak tunagrahita. (2) Proses pembelajaran batik di
SLB Negeri Pembina Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014 dilaksanakan sesuai
dengan silabus dan RPP yang telah dibuat oleh guru batik. Setiap anak tunagrahita
memiliki karakteristik yang berbeda-beda sehingga dalam proses pembelajaran
batik, guru menggunakan strategi dan metode pembelajaran yang khusus untuk
setiap peserta didik. (3) Dari hasil evaluasi pembelajaran batik yang dilakukan
oleh guru, dapat dilihat bahwa hasil pembelajaran peserta didik tidak dapat
terlepas dari karakteristik masing-masing peserta didik anak tunagrahita.

E. Kerangka berpikir
Anak tunagrahita ringan memiliki kemampuan koordinasi motorik yang
kurang baik Kemampuan motorik halus anak pada gerakan jari-jari tangan untuk
untuk mengkoordinasikan antara mata dengan tangan masih sulit. Akan tetapi
dalam pekerjaan anak tunagrahita ringan dapat mengerjakan hal-hal yang bersifat
semi skilled. Pendidikan anak tunagrahita ringan dapat diarahkan pada pendidikan
keterampilan, agar anak dapat mengembangkan kemampuannya secara optimal.
Di SLB Negeri Pembina Yogyakarta, terdapat keterampilan yang ditujukan untuk
anak tunagrahita ringan salah satunya yaitu keterampilan batik. Pada pelaksanaan
pembelajaran keterampilan batik pada anak tunagrahita ringan memiliki
kemampuan motroik halus yang berbeda-beda. Kemampuan motorik halus anak
juga akan berpengaruh pada prose pembelajarann, penilaian dan hasil karya
keterampilan batik. Sehingga peneliti akan melakukan penelitian mengenai
kemampuan motorik halus anak tunagrahita ringan pada pembelajaran
keterampilan batik di SLB Negeri Pembina Yogyakarta.

F. Pertanyaan penelitian
1. Bagaimana tahapan proses pembelajaran keterampilan batik pada anak
tunagrahita ringan di SLB Negeri Pembina Yogyakarta?
2. Bagaimana kemampuan motorik halus anak tunagrahita pada pembelajaran
keterampilan batik di SLB Negeri Pembina Yogyakarta?
3. Bagaimana hasil penilaian dari kemampuan motorik anak tunagrahita ringan
pada pembelajaran keterampilan batik di SLB Negeri Pembina Yogyakarta?
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan
kualitatif. Penelitian deskriptif merupakan suatu metode penelitian yang
ditujukan untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang
berlangsung pada saat ini atau saat yang lampau (Sukmadinata, 2015: 54).
Dalam penelitian deskriptif, penelitian ini menggambarkan kemampuan
motorik halus siswa tunagrahita ringan pada pembelajaran keterampilan batik
di SLB Negeri Pembina Yogyakarta.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang memahami fenomena
tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik dan dengan
cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus
yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong,
2010: 6). Dalam penelitian kualitatif, Peneliti melakukan penelitian dengan
cara peneliti mengamati kemampuan siswa dalam proses pembelajaran
keterampilan batik yang ada di SLB Negeri Pembina Yogyakarta. Peneliti
akan mengumpulkan data dan menganalisa kemampuan motorik halus yang
dimiliki siswa tunagrahita ringan pada proses pembelajaran keterampilan
batik.
Pendekatan penelitian deskriptif kualitatif ini digunakan untuk
memperoleh informasi tentang kemampuan motorik halus siswa tunagrahita
ringan pada pembelajaran keterampilan batik di SLB Negeri Pembina
Yogyakarta. Informasi yang diperoleh dengan pendekatan ini disusun dengan
uraian catatan, direduksi, dirangkum dan dipilih informasi sesuai dengan
tujuan penelitian yang kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif.
Alasan penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif karena akan
mengungkap tentang kemampuan motorik halus siswa tunagrahita ringan
pada pembelajaran keterampilan batik di SLB Negeri Pembina Yogyakarta.
Peneliti fokus pada penelitian tentang kemampuan motorik halus dalam proses
pembelajaran yang meliputi kemampuan memegang, meletakkan,
menggambar, mewarnai, menjemur, dan sebagainya pada tahapan
pelaksanaan pembelajaran batik anak tunagrahita kategori ringan di SLB
Negeri Pembina Yogyakarta.

B. Subyek Penelitian
Suharsimi Arikunto (2006 : 116) mengemukakan bahwa subjek
penelitian adalah benda atau hal, orang, tempat, data yang melekat pada
variabel penelitian. Maka dari itu subyek dalam penelitian ini yang akan
dijadikan sebagai sumber informasi mengenai kemampuan motorik halus
siswa tunagrahita ringan pada pembelajaran keterampilan batik adalah siswa
tunagrahita ringan dan guru kelas rombel keterampilan batik di SLB Negeri
Pembina Yogyakarta.

C. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di SLB Negeri Pembina Yogyakarta yang
beralamat di Jalan Imogiri Timur No.224, Giwangan, Kecamatan
Umbulharjo, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. SLB Negeri
Pembina Yogyakarta merupakan sekolah yang menyelenggarakan pendidikan
bagi anak tunagrahita dari mulai jenjang TKLB hingga SMALB. Peneliti
memilih SLB Negeri Pembina Yogyakarta sebagai tempat penelitian
dikarenakan SLB Negeri Pembina Yogyakarta merupakan salah satu SLB
percontohan dan pengembangan dalam bidang keterampilan sesuai dengan
kemampuan peserta didiknya. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan
September 2019 sampai selesai. Penelitian dilakukan di kelas rombel
keterampilan batik dengan waktu menyesuaikan hari pelaksanaan
pembelajaran keterampilan batik di sekolah tersebut.

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Sugiyono (2009: 226) mengemukakan bahwa melalui observasi, peneliti


belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut. Dengan observasi,
maka data yang diperoleh akan lebih lengkap dari setiap perilaku yang
nampak. Observasi yang dilakukan yaitu observasi non partisipan dimana
peneliti mengamati dan tidak ikut berpartisipasi dalam kegiatan kegiatan
pembelajaran keterampilan batik yang diajarkan oleh guru. Observasi dalam
penelitian ini dilakukan dengan memperhatikan kemampuan siswa
tunagrahita ringan dalam kegiatan yang berkaitan dengan pembelajaran
keterampilan batik di SLB Negeri Pembina Yogyakarta.
2. Wawancara
Sugiyono (2009: 231) menyatakan bahwa wawancara adalah pertemuan
dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga
dapat dikontribusikan makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara pada
penelitian ini dilakukan kepada guru rombel keterampilan batik untuk
mendapatkan data mengenai perencanaan pembelajaran, pelaksanaan
pembelajaran, pengembangan peserta didik, dan kemampuan motorik halus
peserta didik.
3. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen
bias berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.
Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan
wawancara dalam penelitian kualitatif (Sugiyono, 2009: 240). Pengambilan
data dengan teknik dokumentasi dilakukan dengan cara mengumpulkan
dokumen dan bukti yang ditemukan di lapangan yang berkaitan dengan
tujuan penelitian. Dokumen tersebut diantaranya kurikulum, RPP
keterampilan batik, silabus keterampilan batik, gambar foto proses
pembelajaran dan hasil penilaian pembelajaran, data profil peserta didik dan
rekaman hasil wawancara.

E. Instrument Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan oleh peneliti
dalam memperoleh data yang relevan dengan permasalahan yang diteliti.
Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan ialah peneliti sendiri (human
instrument) dan menggunakan beberapa instrumen lain untuk mendapatkan
data melalui pedoman observasi, pedoman wawancara, dan pedoman
dokumentasi.

F. Keabsahan Data
G. Analisis Data

Anda mungkin juga menyukai