Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Program Studi Arsitektur

Vol. 1, No. 1, November 2023, pp. 1~6


ISSN: 2549-9505, DOI: 10.11591/ProgramStudArsitektur 
1

Nilai-Nilai Arsitektur Neo-Vernakular dalam Novel Pulang


karya Tere Liye Berdasarkan Buku Language of Post-Modern
Architecture karya Charles Jencks

Beghi Guardiola1, Rezkina Arjunirahman 2, Eva Dwi Kurniawan3


Universitas Teknologi Yogyakrta
Fakultas Sains dan Teknologi
Program Studi Arsitektur

Abstrak
Karya tulis jurnal ini dibuat berdasarkan beberapa keresahan dalam Novel Pulang karya Tere Liye (2015)
khusus dalam bidang arsitektur, dengan latar belakang budaya yang mana pada awalnya berada dikawasan
Bukit Barisan, Sumatera Selatan. Kemudian beralih ke perkotaan dengan ramainya jenis bangunan, tetapi
karakter utama dalam novel ini masih memiliki rumah yang cukup tradisional dengan adanya unsur modern
didalamnya, entah itu beruba material yang digunakan, furniture maupun yang lainnya. Dengan itulah kami
mengangkat teori Arsitektur Neo-Vernakular yang terangkum dalam buku Language of Post-Modern
Architecture karya Charles Jencks. Arsitektur Neo-Vernakular sendiri menurut (Fajrine, 2017) Arsitektur neo
vernakular dapat diartikan sebagai arsitektur asli daerah tersebut yang dibangun oleh masyarakat setempat,
dengan menggunakan material lokal, mempunyai unsur adat istiadat atau budaya dan disatu padukan dengan
sentuhan modern yang mendukung nilai dari vernakular itu sendiri. Sedangkan Charles Jencks adalah promotor
dalam era arsitektur post-modern pada tahun 1977.

Kata Kunci : Pulang, Neo-vernakular, Arsitektur

Abstract
This journal writing was based on several concerns in the Novel Pulang by Tere Liye (2015)
specifically in the field of architecture, with a cultural background which was originally located in the Bukit
Barisan area, South Sumatra. Then it moves to urban areas with lots of different types of buildings, but the
main character in this novel still has a fairly traditional house with modern elements in it, whether it's changing
the materials used, furniture or other things. With that, we raised the theory of Neo-Vernacular Architecture
which is summarized in the book Language of Post-Modern Architecture by Charles Jencks. According to
(Fajrine, 2017) neo-vernacular architecture can be defined as architecture native to the area which was built
by the local community, using local materials, has elements of customs or culture and is combined with a
modern touch that supports the values of the vernacular itself. Meanwhile, Charles Jencks was a promoter of
the post-modern architectural era in 1977.

Keywords: Pulang, Neo-vernacular, Architecture

Pranala Jurnal: https://jurnalnasional.ump.ac.id/index.php/JSSH


2  ISSN: 2252-8822

1. PENDAHULUAN
Tere Liye adalah seorang penulis berbakat dari tanah Palembang, Sumatera Selatan. Beliau telah
menciptakan beberapa karya yang sangat memukau salah satunya Novel dengan Judul Pulang yang ia terbitkan
pada tahun 2015. Novel tersebut menceritakan seorang pemuda yang berlatar belakang ekonomi dan
Pendidikan yang minim dari salah satu kampung di Sumatera Selatan, yang memiliki keinginan untuk
mengusai dunia luar. Tapi tidak semudah itu dia menerima banyak sekali rintangan yang awalnya berasal dari
Ibu kandungnya sendiri yang tidak tega jauh dari anaknya, dan juga Ibu yang takut pada suatu hari anaknya
tidak bertemu jalan Pulang. Singkat cerita, setelah 20 tahun meninggalkan kampung halaman, pemuda dengan
nama panggilan Bujang sukses dengan menjadi kaki tangan seorang mafia pasar gelap asia pasifik.
Novel ini memberikan beberapa latar tempat, dan yang paling menarik dalam latar tempat di novel ini
adalah tempat tinggal Bujang dan beberapa tempat teman seperjuangan, yang memiliki desain tradisional
namun ada nya unsur modern.Arsitektur Neo-Vernakular adalah suatu jenis gaya arsitektur yang mengacu
kepada kebudayaan setempat, atau mempresentasikan budaya setempat dengan gaya arsitektur baik berupa
bentuk bangunan, material bangunan, dan yang paling khas di era Neo-Vernakular dikenal adalah ornamen.
Kami mengangkat Tema Arsitektur Neo-Vernakular karena melihat gaya bangunan yang berlatar belakang di
Novel Pulang, karya Tere Liye memiliki unsur dari Arsitektur Tradisional dan Moderen sehingga bisa
menjerumus kepada Arsitektur Neo-Vernakular.
Sedangkan untuk teori Arsitektur Neo-Vernakular yang kami gunakan mengacu kepada Buku
language of Post-Modern Architecture karya dari Charles Jencks, Jencks merupakan pelopor gerakan Post-
Modern architecture didunia pada tahun 1960-an, dan menerbitkan buku dengan judul language of Post-
Modern Architecture pada tahun 1977 untuk menjawab keresahan para arsitek dizaman itu sampai dengan
sekarang. Dikutip dari Jurnalarsitek, 2017 Post-Modern Architecture adalah masa dimana penyempurnaan atau
revisi terhadap gerakan modernisasi dalam arsitektur dan seni di Eropa Barat dan di Amerika Serikat. Post-
Modern menunjukkan apa yang telah kita tinggalkan dan lalui, tapi belum menerangkan dimana kita akan tiba.

2. METODE
Pengumpulan data sangat penting karena berfungsi untuk mendapatkan informasi yang berkaitan
dengan objek dan juga standar yang harus dipenuhi dalam sebuah jurnal, Terdapat berbagai cara dalam
mengumpulkan data, dalam jurnal ini kami akan menggunakan metode kualitatif. Yang mana data yang
didapatkan dengan mengkaji karya sastra dan berdasarkan dari karya sastra juga.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Arsitektur Neo-Vernakular memiliki beberapa karakteristik tertentu, Neo-Vernakular dapat
menciptakan bangunan atau ruangan berkarakter dan sejalan dengan kebudayaan serta moderenisasi. Dalam
buku language of Post-Modern Architecture karya Charles Jencks pada tahun 1977 Arsitektur Neo-Vernakular
memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Menggunakan elemen konstruksi lokal.
2. Mengembalikan bentuk-bentuk tradisional yang ramah lingkungan dengan proporsi yang lebih
ke vertical.
3. Warna-warna yang kuat dan kontras.
4. Bentuk-bentuk menerapkan unsur budaya, lingkungan, termasuk iklim setempat yang diterapkan
dalam bentuk arsitektural (denah, struktur, ornamen).
5. Menerapkan elemen non-fisik yaitu budaya, pola pikir, kepercayaan, tata letak yang mengacu
pada makro kosmos atau religi menjadi konsep perancangan.
Dalam Novel Pulang karya Tere Liye, memiliki beberapa unsur Arsitektur Neo-Vernakular yang
berdasarkan buku language of Post-Modern Architecture dari Charles Jencks yang akan dijelaskan lebih lanjut
pada sub bab berikut :

3.1. Elemen Kontruksi Lokal


Elemen Kontruksi Lokal mengacu kepada bahan atau material yang digunakan berasal dari lokal
seperti pada dinding menggunakan bata atau kayu, atap kayu, atau beberapa ornament dan furniture lokal.
Dalam novel Pulang karya Tere Liye terdapat kalimat yang memiliki unsur intrinsik tentang kontruksi lokal
yaitu “Ruangan dengan nuansa tradisional itu terlihat nyaman. Lantai marmer mengilap. Ada meja Panjang
terbuat dari kayu jati pilihan, dan beberapa kursi empuk (Tere Liye, 2015:31)”. Dalam novel tersebut
disebutkan bahwa lantai yang terbuat dari marmer dan meja Panjang yang terbuat dari kayu jati merupakan
beberapa dari bahan atau material lokal.

Beghi Guardiola & Rezkina Arjunirahman, Vol. 1, No. 1, November 2023: 1-6
Beghi Guardiola & Rezkina Arjunirahman ISSN: 2252-8822  3

Beberapa penilitian tentang penggunaan Kontruksi Lokal dalam teori Arsitektur Neo-Vernakular
terdapat pada karya tulis jurnal Penerapan Arsitekur Neo-Vernakular pada bangunan Fasillitas Budaya dan
Hiburan (Chaesar Dhiya Fauzan Widi, Luthfi Prayogi). Pada penelitian itu mendapatkan hasil dimana
perwujudan kontruksi lokal menggunakan atap tradisional dan juga material tradisional, dikutip dari karya tulis
jurnal Penerapan Arsitekur Neo-Vernakular pada bangunan Fasillitas Budaya dan Hiburan (Chaesar Dhiya
Fauzan Widi, Luthfi Prayogi) Pada bangunan-bangunan tersebut, penutup bagian atas bangunan menggunakan
atap joglo dan atap pelana. Atap tersebut menggunakan material genteng sebagai penutup atapnya. Atap
bangunan tersebut memiliki kemiringin yang tidak terlalu landai. Struktur atap dari kedua bangunan tersebut
menggunakan material kayu sebagai material utama struktur atap.
Selain atap kontruksi lokal juga diwujudkan dalam material keramik dengan berbagai material lokal,
dikutip dari karya tulis jurnal Penerapan Arsitekur Neo-Vernakular pada bangunan Fasillitas Budaya dan
Hiburan (Chaesar Dhiya Fauzan Widi, Luthfi Prayogi) Pada rumah keramik F. Widiyanto. Rumah keramik F.
Widiyanto adalah sebuah tempat yang melestarikan seni keramik. Namun, dalam material bangunan rumah
keramik tidak hanya menggunakan keramik sebgai material bangunannya. Masih banyak material lain yang
digunakan seperti kayu, batu bata, genteng, dan batu alam. Material material tersebut didatangkan dari
beberapa daerah di indonesia. Seperti material kayu yang berasal dari jepara, dan material lain yang
didatangkan dari daerah sekitar rumah keramik F. Widiyanto. Tidak lupa juga kontruksi lokal yang digunakan
pada dinding bangunan yang menggunakan kontruksi lokal batu bata yang diplester dengan semen dan juga
beberap ornamen dari kayu
Dalam novel Pulang karya Tere Liye kontruksi lokal lebih mengacu kepada jenis material yang
digunakan seperti kayu jati sebagai kontruksi lokal yang digunakan , Sedangkan dalam penelitian jurnal
Penerapan Arsitekur Neo-Vernakular pada bangunan Fasillitas Budaya dan Hiburan (Chaesar Dhiya Fauzan
Widi, Luthfi Prayogi) lebih mengacu ke struktur atap bangunan, kontruksi material lantai yang memakai
keramik lokal, dinding batu bata.

3.2. Bentuk-bentuk Tradisional yang Ramah Lingkungan


Bentuk-bentuk tradisional yang ramah lingkungan adalah suatu pencapaian dari Arsitektur Neo-
Vernakular. Bentuk-bentuk tradisional bisa berupa ruang yang tradisional, yang nyaman untuk ditinggali atau
ditempati, atau berupa ornamen yang cocok untuk berada diruang tersebut yang bisa memanjakan atau
menambah estetika dari Arsitektur Neo-Vernakular. Dalam novel Pulang karya Tere Liye terdapat kalimat
yang memiliki unsur intrinsik tentang bentuk-bentuk tradisional yang ramah lingkungan yaitu “Ruangan
dengan nuansa tradisional itu terlihat nyaman, (Tere Liye, 2015:31)” dan juga “Itu kamar yang sangat baik,
dengan Kasur empuk, jendela besar menghadap halaman depan. Tidak sekali pun dalam imajinasiku ada kamar
sebagus ini (Tere Liye, 2015:45)”. Dalam novel tersebut disebutkan ruangan tradisional yang nyaman entah
itu berupa material kamar atau ambience yang tradisional serta kamar yang baik dengan Kasur empuk dan
jendela yang besar.
Beberapa penilitian tentang bentuk-bentuk tradisional yang ramah lingkungan dalam teori Arsitektur
Neo-Vernakular terdapat pada karya tulis jurnal Penerapan Konsep Arsitektur Neo-Vernakular pada Stasiun
Malang Kota Baru (Jajang Nurjaman, Lutfi Prayogi). Pada penelitian itu mendapatkan hasil dimana
perwujudan bentuk ulang bangunan tradisional dengan mengembalikan bentuk-bentuk tradisional yang ramah
lingkungan, yang mengacu kepada atap bangunan stasiun yang menggunakan atap pelana, dikutip dari jurnal
Penerapan Konsep Arsitektur Neo-Vernakular pada Stasiun Malang Kota Baru (Jajang Nurjaman, Lutfi
Prayogi) Perwujudan bentuk ulang dari stasiun Malang Kota Baru yakni terlihat pada penutup atap bangunan.
Atap bangunan stasiun Malang Kota Baru menggunakan atap pelana yang mana atap pelana ini sangat banyak
digunakan pada rumah-rumah tradisional di Indonesia. Penyusunan atap ini juga merupakan siluet dari Gunung
Putri yang melatarbelakangi Kota Malang.
Dalam novel Pulang karya Tere Liye bentuk-bentuk tradisional yang ramah lingkungan lebih
mengacu kepada suasana ruangan yang bernuansa tradisional namun nyaman dan ramah lingkungan , seperti
penggunaan jendela besar untuk bukaan didalam ruangan agar tidak pengap dan ramah lingkungan juga dari
material ruangan yang digunakan. Sedangkan dalam penelitian karya tulis jurnal Penerapan Konsep Arsitektur
Neo-Vernakular pada Stasiun Malang Kota Baru (Jajang Nurjaman, Lutfi Prayogi) lebih mengacu kepada
bentuk atap yang memakai atap tradisional pelana namu tetap ramah lingkungan dikarenakan banyak rumah
yang kita jumpai menggunakan atap pelana dan itu sangat ramah lingkungan dan nyaman bagi penggunanya.

Nilai Nilai Arsitektur Neo-Vernakular dalam Novel Pulang Karya Tere Liye berdasarkan Buku Language of
Post-Modern karya Charles Jencks
4  ISSN: 2252-8822

3.3 Warna yang Kuat dan Kontras


Warna adalah salah satu faktor penentu dalam sebuah ruangan atau bangunan. Karena warna bisa
memberikan suasana yang berbeda disetiap warnanya, dan juga bisa lebih menambah estetika dalam ruang,
dan tidak lupa juga agar lebih mempresentasikan kebudayaan dengan Neo-Vernakular. Dalam novel Pulang
karya Tere Liye terdapat kalimat yang memiliki unsur intrinsik tentang warna yang kuat dan kontras yaitu
“kemeriahan terkihat di setiap jengkalnya, umbul-umbul berwarna merah memenuhi setiap dinding (Tere Liye,
2015:77)”. Dalam novel tersebut disebutkan warna merah yang memuhi dinding, tentunya akan lebih
menambah ambience yang lebih tradisional.
Beberapa penilitian tentang warna-warna yang kuat dan kontras dalam teori Arsitektur Neo-
Vernakular terdapat pada karya tulis jurnal Penerapan Arsitekur Neo-Vernakular pada bangunan Fasillitas
Budaya dan Hiburan (Chaesar Dhiya Fauzan Widi, Luthfi Prayogi). Pada penelitian itu mendapatkan hasil
dimana warna-warna memiliki teori berseberangan namun cocok jika disandingkan, dalam penelitian tersebut
mempunyai banyak warna yang dipadukan sehingga menciptakan suasana yang berbeda disetiap ruangannya,
namun masi menyimpan sisi tradisional, dikutip dari karya tulis jurnal Penerapan Arsitekur Neo-Vernakular
pada bangunan Fasillitas Budaya dan Hiburan (Chaesar Dhiya Fauzan Widi, Luthfi Prayogi) Pada bangunan
rumah keramik F. Widiyanto memiliki warna – warna yang cukup beragam dan mempunyai warna yang cerah
seperti merah, hijau, orange, kuning, dan warna lainnya. Warna-warna tersebut terlihat pada furniture dan pada
elemen bangunan seperti dinding, lantai, dan atap. Warna-warna tersebut diperlihatkan dengan perpaduan antar
warna.
Dalam novel Pulang karya Tere Liye warna warna yang kuat dan kontras lebih mengacu kepada satu
warna atau dua warna yaitu merah menyala dengan balutan furniture tradisional, Sedangkan dalam penelitian
jurnal Penerapan Arsitekur Neo-Vernakular pada bangunan Fasillitas Budaya dan Hiburan (Chaesar Dhiya
Fauzan Widi, Luthfi Prayogi) lebih mengacu ke perpaduan banyak warna yang berseberangan, agar memiliki
suasana yang berbeda disetiap ruangnya.

3.4 Penerapan Unsur Budaya, Lingkungan, Iklim


Bentuk-bentuk penerapan unsur budaya dan lingkungan termasuk juga iklim sangat penting dalam
Arsitektur Neo-Vernakular. Penerapan unsur budaya dan lingkungan juga iklim dapat membuat rumah akan
terasa jauh lebih nyaman dengan menerapkan unsur unsur kebudayaan dan merespon iklim setempat. Dalam
novel Pulang karya Tere Liye terdapat beberapa kalimat yang memiliki unsur intrinsik tentang penerapan unsur
budaya yang merespon lingkungan dan iklim setempat yaitu “ Keramik besar dipajang disisi Lorong, juga tiang
tiang-tinggi pualam kuno (Tere Liye, 2015:107).” Dan juga kalimat “Itu kamar yang sangat baik, dengan Kasur
empuk, jendela besar menghadap halaman depan. Tidak sekali pun dalam imajinasiku ada kamar sebagus ini
(Tere Liye, 2015:45)”. Dalam novel tersebut dijelaskan penerapan makna budaya dengan memakai material
lokal dan juga merespon iklim di Ibukota dengan menggunakan keramik, dan tiang-tiang yang tinggi agar
ruangan lebih tinggi dan tidak pengap dan mempermudah sirkulasi udara pada ruangan, dan juga penggunaan
keramik yang memberi kesan dingin pada ruangan.
Beberapa penilitian tentang bentuk-bentuk penerapan unsur budaya dan lingkungan termasuk juga
iklim dalam teori Arsitektur Neo-Vernakular terdapat pada karya tulis jurnal Penerapan Konsep Arsitektur
Neo-Vernakular pada Stasiun Malang Kota Baru (Jajang Nurjaman, Lutfi Prayogi). Pada penelitian itu
mendapatkan hasil dimana penggunaan atap pelana dapat merespon curah hujan dengan iklim Indonesia yang
tropis, dikutip dari karya tulis jurnal Penerapan Konsep Arsitektur Neo-Vernakular pada Stasiun Malang Kota
Baru (Jajang Nurjaman, Lutfi Prayogi) Penggunaan atap pelana memungkinkan air hujan akan cepat turun ke
tanah. Indonesia memiliki iklim tropis yang memiliki curah hujan yang cukup tinggi sehingga penggunaan atap
pelana ini sangat merespon keberadaan iklim. Pada penelitian itu juga disebutkan bahwa bangunan
memanfaatkan banyak bukaan untuk sirkulasi udara alami, dikutip dari karya tulis jurnal Penerapan Konsep
Arsitektur Neo-Vernakular pada Stasiun Malang Kota Baru (Jajang Nurjaman, Lutfi Prayogi) Bangunan
Stasiun Malang Kota Baru dirancang dan dioptimalkan dengan pengudaraan alami yakni dengan banyak
bukaan. Sirkulasi udara dibantu dengan penggunaan ceiling fan.
Dalam novel Pulang karya Tere Liye Bentuk-bentuk penerapan unsur budaya dan lingkungan termasuk
juga iklim lebih mengacu kepada tinggi ruang dan penggunaan material lantai yang merespon iklim Ibukota
yang panas, Sedangkan dalam penelitian jurnal Penerapan Konsep Arsitektur Neo-Vernakular pada Stasiun
Malang Kota Baru (Jajang Nurjaman, Lutfi Prayogi) lebih mengacu kepada bentuk atap yang merespon curah
hujan dan iklim tropis Indonesia, dan juga merespon lingkungan dengan membuat banyaknya bukaan alami
pada bangunan, sehingga bangunan memiliki sirkulasi udara yang baik.

Beghi Guardiola & Rezkina Arjunirahman, Vol. 1, No. 1, November 2023: 1-6
Beghi Guardiola & Rezkina Arjunirahman ISSN: 2252-8822  5

3.5 Penerapan Elemen Non-Fisik


Penerapan elemen non-fisik yaitu seperti budaya, pola pikir, kepercayaan, tata letak yang menjadi
konsep perancangan juga sangat penting dalam Arsitektur Neo-Vernakular. Hal tersebut dibilang sangat
penting karena dapat menjadi patokan dalam perancangn bangunan dan juga menaikkan kembali budaya
setempat. Namun, ada banyak hal yang bisa dikatakan elemen non-fisik bisa itu beruba bentuk bangunan,
zonasi bangunan yang membentuk suatu pola tertentu yang diambil dari unsur kepercayaan atau kebudayaan
setempat, bisa juga beruba furniture yang ada dengan lukisan karya legenda atau ukiran patung dari leluhur.
Dalam novel Pulang karya Tere Liye terdapat beberapa kalimat yang memiliki unsur intrinsik tentang
penerapan elemen non-fisik yaitu seperti budaya yaitu “ Lukisan karya maestro ternama tergantung di dinding,
juga hiasan ukir-ukiran berkualitas nomor satu (Tere Liye, 2015:31)”. Dalam novel tersebut dijelaskan
penerapan elemen non-fisik mengacu kepada penggunaan lukisan serta ukiran dari leluhur.
Beberapa penilitian tentang bentuk-bentuk penerapan elemen non-fisik seperti budaya, pola pikir, kepercayaan,
tata letak dalam teori Arsitektur Neo-Vernakular terdapat pada karya tulis jurnal Penerapan Konsep Arsitektur
Neo-Vernakular pada Stasiun Malang Kota Baru (Jajang Nurjaman, Lutfi Prayogi). Pada penelitian itu
mendapatkan hasil dikutip dari karya tulis jurnal Penerapan Konsep Arsitektur Neo-Vernakular pada Stasiun
Malang Kota Baru (Jajang Nurjaman, Lutfi Prayogi) Bangunan Stasiun Malang Kota Baru menerapkan unsur
kepercayaan dalam bentuk bangunan. Bentuk tersebut merupakan siluet dari Gunung Putri Tidur. Dalam
masyarakat Malang Gunung Putri Tidur merupakan latar yang membentuk Kota Malang. Sehingga Bentuk
Masa bangunan stasiun seperti orang yang sedang tertidur
Dalam novel Pulang karya Tere Liye penerapan elemen non-fisik seperti budaya, pola pikir,
kepercayaan, tata letak lebih mengacu kepada ornament atau furniture bangunan yang beruba lukisan dan
ukiran dari pada leluhur atau seniman sekitar. Sedangkan dalam karya tulis jurnal Penerapan Konsep Arsitektur
Neo-Vernakular pada Stasiun Malang Kota Baru (Jajang Nurjaman, Lutfi Prayogi) elemen non-fisik lebih
mengacu kepada analogi bentuk bangunan yang menerapan unsur kebudayaan dan kepercayaan di sekitar
Malang.

Nilai Nilai Arsitektur Neo-Vernakular dalam Novel Pulang Karya Tere Liye berdasarkan Buku Language of
Post-Modern karya Charles Jencks
6  ISSN: 2252-8822

REFERENCES

Jajang Nurjaman, Lutfi Prayogi, “Penerapan Konsep Arsitektur Neo-Vernakular pada Stasiun Malang Kota Baru”, vol .6,
pp 64–67, No, 1, 2022, doi: https://doi.org/10.24853/purwarupa.6.1.63-68
Ghiffari Goldra , Lutfi Prayogi, “Konsep Arsitektur Neo Vernakular pada Bandar Udara Soekarno Hatta dan Bandar Udara
Juanda”, vol. 4. pp 37, Maret, 2021, doi: https://doi.org/10.26618/j-linears.v4i1.5190
Chaesar Dhiya Fauzan Widi, Luthfi Prayogi, “Penerapan Arsitekur Neo-Vernakular pada bangunan Fasillitas Budaya dan
Hiburan”, vol. 3, pp 387–389, Oktober, 2020, doi: doi.org/10.17509/jaz.v3i3.23761 :
Tere Liye, “Shadow Economy, Penunggang Kuda Suku Bedouin, Waktuku Sudah Tiba, Patung Naga Emas, Pencuri yang
Pengecut” in Pulang, vol. 1, Diana Hayati, Resoluzy, PT Sabak Grip Nusantara, Depok, Jawa Barat, 2015, pp 31–107.
Charles Jencks, “Post-Modern Archutecture, Neo-Vernacular” in The Language of Post Modern Architecture, vol. 4, Michael
Graves, Leon Krier, James Stirling, Rizolli International Publication.inc, United Stated of America, 1977, pp 81–96.

Beghi Guardiola & Rezkina Arjunirahman, Vol. 1, No. 1, November 2023: 1-6

Anda mungkin juga menyukai