PPSD 1705410232
PPSD 1705410232
Exclude URL: NO
PENDAHULUAN
Kepiting bakau (Scylla sp) merupakan salah satu diantara komoditi perikanan laut yang mempunyai nilai
ekonomis tinggi di pasaran dunia. Sangat digemari konsumen lokal maupun luar negeri. Komoditas ini
mempunyai kandungan nilai gizi tinggi, protein dan lemak, bahkan pada telur kepiting kandungan proteinnya
sangat tinggi, yaitu sebesar 65,72% (Sulaman dan hanafi, 1992) Dengan nilai komposisi demikian, komoditas ini
sangat digemari konsumen luar negeri dan menjadi salah satu makanan paling bergengsi di kalangan mereka.
Amerika Serikat merupakan negara penyerap hampir 55% produksi kepiting dunia, sedang permintaan lainnya
datang dari negara-negara di kawasan Eropa, Australia, Jepang, Hongkong, Taiwan, Singapura, Korea Selatan
(Masitah et al, 2019) .Karena hal itu produksi kepiting bakau dari sektor budidaya sangat diharapkan memenuhi
kebutuhan pasar tersebut. Pemenuhan kebutuhan tersebut harus diimbangi dengan suatu teknologi budidaya
yang mendukung.
Sistem resirkulasi merupakan salah satu teknologi altenative dalam akuakultur yang dapat memberikan peluang
bagi masyarakat perkotaan untuk melakukan budidaya kepiting bakau karena potensinya untuk meminimalkan
penggunaan air laut yang mahal untuk dipasok ke daerah perkotaan. Teknologi ini juga dapat diterapkan oleh
petani di daerah pesisir untuk mengurangi penggantian air selama proses pemeliharaan. Sistem resirkulasi
adalah sistem sirkulasi air, mengalirkan air dari wadah pemeliharaan untuk menyaring wadah (perawatan),
kemudian dialirkan kembali ke wadah pemeliharaan (Timmons & Losordo, 1994). Sistem ini diterapkan dalam
budidaya ikan di bawah kondisi lingkungan yang terkendali. Sistem resirkulasi adalah metode dalam akuakultur
yang tidak tergantung pada waktu dan musim (Shannon et al., 2008). Namun, sistem resirkulasi juga memiliki
kelemahan yaitu reduksi ion yang terkandung dalam air selama proses pemeliharaan. Ini disebabkan oleh
penyerapan ion oleh organisme yang hidup di air untuk mendukung pertumbuhannya.
Salah satu ion yang berkurang dalam jumlah besar dalam sistem resirkulasi adalah Ca2+ (ion kalsium). Ini
Page 1 of 3
terjadi karena Ca2+ digunakan oleh kepiting untuk pembentukan karapas. Karapas adalah bagian terbesar dari
tubuh kepiting. Tingginya kebutuhan Ca2+ dalam kepiting yang dibudidayakan dalam sistem resirkulasi tidak
dapat dipenuhi hanya dari lingkungan tempat kepiting hidup dan makan saja. Perlu tambahan dari sumber
eksternal untuk menambah jumlah Ca2+ yang terkandung di lingkungan. Ca2+ penting untuk pembentukan
tulang dan exoskeleton dari crustacea. Ca2+ adalah mineral penting yang dibutuhkan dalam jumlah tinggi
(Teruaki et al., 2009). Krustasea yang mengalami fase postmolt, pengerasan cangkang terjadi melalui
pengendapan Ca2+ dalam cangkang. Ca2+ yang berasal dari lingkungan sangat dominan dalam proses
Ca2+ dibutuhkan oleh crustacea dalam fase pembentukan cangkang. Dalam kondisi normal, kandungan Ca2+
dari kepiting adalah 10,75 g / 100 g sedangkan pada fase pembentukan cangkang kadar Ca2+ meningkat
menjadi 29,14 g / 100 g (Marzuki et al., 2013). Magnesium yang terkandung dalam tubuh mampu meningkatkan
penyerapan Ca2+ (Fabritius et al., 2012). Asupan kalsium yang terlalu tinggi mengakibatkan kondisi hiperionik
kalsium dalam tubuh kepiting. Kondisi ini akan menimbulkan gangguan homeostatis terhadap unsur-unsur lain
dalam tubuh kepiting, yang pada akhirnya akan mengganggu kesehatan dan pertumbuhan kepiting. Kekurangan
kalsium juga mengganggu proses pengerasan eksoskeleton baru, sehingga proses tersebut akan berlangsung
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai bulan Desember 2020, yang bertempat di Perumahan
Dosen Kampus Lama, Blok D1, Kel. Lahundape, Rt 002 Rw 004 Provinsi Sulawesi Tenggara. Analisa proksimat
pakan dan kualitas air dilakukan di Laboratorium Produksi, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas
Halu Oleo, Kendari. Wadah budidaya yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 3 (tiga) set rangkaian
Sistem resirkulasi. Sistem resirkulasi yang terdiri dari wadah dengan ukuran panjang 30 cm, lebar 16 cm dan
tinggi 12 cm berjumlah 25 unit yang ditempatkan dalam rak dengan susunan secara bertingkat dengan jumlah
Terdapat tiga rangkaian sistem resirkulasi dimana rangkaian pertama air yang terdapat di dalamnya
mengandung ion Ca2+ normal seperti di alam dan dijaga tetap konstan. Sedangkan sistem resirkulasi yang
kedua air yang terdapat di dalamnya mengandung Ca2+ pada kisaran sedang Ca2+ dalam air dan dijaga tetap
pada keadaan tersebut. Serta sistem resirkulasi yang ketiga air laut yang didalamnya tidak mengadung ion
Ca2+. Hewan uji yang digunakan dalam penelitian berasal dari pengepul yang diambil dari alam ukuran 90-100
Pengamatan mekanik pada kepiting bakau dilakukan melalui uji bending pada karapaks. Karapaks yang
digunakan berasal dari hasil molting kepiting selama periode penelitian.. karapaks diberikan tekanan yang
kemudian dicatat berapa tekanan yang dapat diterima karapas kepiting tersebut yang selanjutnya akan dibahas
mengenai perbedaan antara tiap perlakuannya. Untuk penganmatan ultrastruktural dilakukan menggunakan alat
Page 2 of 3
Scanning Electron Microscopy (SEM). Sedangkan untuk mengetahui perbedaan masing-masing perlakuan
dalam pertumbuhan, FCR, mekanik dan sintasan maka dianalisis menggunakan Uji ANOVA. Apabila terdapat
perbedaan maka dilanjutkan uji Duncan untuk melihat perbedaan antara tiap perlakuan menggunakan program
SPSS.23.
MATCHED SOURCES:
https://pdfcoffee.com/peran-rekayasa-desain-tambak-dan-bentu.... (https://pdfcoffee.com/peran-rekayasa-desain-tambak-dan-
bentuk-pond-system-dalam-upaya-budidaya-ramah-lingkungan-dan-peningkatan-produksi-kepiting-pdf-free.html)
Penetapan Kadar Kalsium dalam Pakan Formulasi untuk Zoea ...Bandingkan teks
https://123dok.com/document/zlg49elo-oseanologi-limnologi-in.... (https://123dok.com/document/zlg49elo-oseanologi-limnologi-
indonesia-penetapan-kalsium-formulasi-kepiting-paramamosain.html)
Page 3 of 3