SINERGI BANK
STAKEHOLDERS
INDONESIA
Vertikal
Kelompok/Sentra Koperasi PT atau CV Horizontal Model Korporatisasi UMKM dari berbagai
Aliran Barang Model Korporatisasi UMKM dari satu sektor usaha tertentu yang membentuk suatu jenis usaha yang saling berkaitan dalam
Aliran Uang kelembagaan untuk meningkatkan kapasitas produksi secara agregat dan dapat suatu rangkaian rantai nilai bisnis untuk
ditunjang/bekerjasama dengan lembaga penunjang bisnis. menciptakan produk yang bernilai tambah.
Modalitas
1. Kesamaan lokasi dan/atau kepentingan antar UMKM terhambat utk maju lebih disebabkan “terisolasi”
UMKM, Horizontal Networks type
2. Kelompok/Kelembagaan yang menaungi/menjadi Network UMKM: Network UMKM yg bersaing
konsorsium bagi UMKM, • Skala ekonomis dan daya tawar (bulk purchase, dalam pasar yg sama
3. Memiliki tujuan untuk meningkatkan skalabilitas usaha penggunaan mesin, akses sub kontrak).
secara signifikan dengan cara menghasilkan produk • Spesialisasi.
yang sama (commonalities) atau saling melengkapi
(complementarities),
• Saling belajar, pertukaran ide dan pengalaman. Vertical Networks type
4. Penguatan kapasitas usaha (termasuk digitalisasi)
Aliansi UMKM dan perusahaan lebih
dan kerjasama yang saling menguntungkan. Klaster UMKM: besar dalam value chain yang serupa
• Hubungan kerjasama dan joint action lebih dipicu oleh
5. Ada kesepakatan terkait aturan kelompok.
kedekatan lokasi dan kesamaan kepentingan bisnis. Sumber: UNIDO 2001; Forghani, Mahadi, & Omar, 2017
Pengembangan Klaster Pangan Strategis BI
Seiring dengan meningkatnya volatilitas inflasi VF yang disebabkan ketidakstabilan pasokan pangan, pengembangan klaster pangan BI diprioritaskan
untuk memperkuat produktivitas dan meningkatkan hilirisasi produk pangan untuk dapat menyerap pasokan pangan dan menghasilkan produk pangan
yang bernilai tambah.
HULU HILIR
Pembenihan/ Pengolahan Tanah/ Penanganan
Pembibitan Penanaman Pemeliharaan Pengembangan Pemasaran
Pemupukan Pascapanen Produk Pangan Olahan
Pasar Lelang
Digitalisasi Hulu
TANTANGAN IMPLEMENTASI
Pendampingan
Timing Intensif
pemasangan
alat sesuai
siklus tanam Pendampingan
Hulu intensif & Hilir
tahapan
implementasi
Kesiapan Komitmen
SDM petani Penemuhan
Pasokan
Hilirisasi Klaster Pangan
Tahapan Pengembangan Hilirisasi
Model Bisnis
Generik
11. Kebutuhan produksi 22. Kebutuhan bahan baku 33. Fasilitasi perolehan
UMKM Petani
(kontrak kerjasama) (contract farming) bahan baku
Agregator Budidaya Sesuai GAP
Bisnis Lebih Stabil Peningkatan Pendapatan Kelembagaan lebih profesional Penguatan Branding dan
MANFAAT BAGI Karena Menguasai dengan Produk yang Bernilai dengan sistem Pola Tanam dan Perluasan Kemitraan
KLASTER Hulu - hilir Lebih Tinggi Penambahan Unit Bisnis Klaster
Strategi Pengembangan UMKM Melalui Penguatan Pembiayaan
INTERMEDIASI KEUANGAN
Sinergi Subsistence
Lembaga
Masyarakat
Kebijakan
Mikro Kecil& Menengah Pengelola
APBN APBN/APBD/
Edukasi & Donatur Dana Bergulir
Literasi Lembaga/ Swasta
Komersial
Donatur/ Foundation/IO/ Laba BUMN/ Aktivitas Keuangan
Korporasi Pembiayaan Produktif Aktivitas Keuangan
Multilateral
Championship Klaster Bank Indonesia
Championship klaster sebagai bentuk upaya mendukung stabilitas inflasi volatile food dan pasokan pangan yang berkelanjutan……
KRITERIA ASPEK
Telah dibina oleh Bank KLASTER PENILAIAN
Indonesia atau Pemda/ pihak
lain (non binaan BI) minimal Seleksi Tahap 1 dan 2 Seleksi Tahap 3
2
Klaster komoditas tahun Belum pernah
subsektor menjadi pemenang
: Tanaman Pangan, pada Championship
Hortikultura, Peternakan/ Klaster sebelumnya Modal Sosial
Perikanan Kemitraan dan
Networfiing Kepemimpinan
Kelompok petani/UMKM
yang beroperasi pada Khusus binaan BI, Afises Pasar
sektor/sub sektor yang telah terdaftar di
sama atau saling Sistem Informasi
terhubung dari hulu ke Ketahanan Pangan Basis
(SIKEPANG) BI Infrastrufitur
hilir. Inovasi
Kompetensi
Kemitraan dan
Akses Pasar BI AWARD
Verifikasi data secara langsung Verifikasi akhir oleh tim penilai
Seleksi data dan informasi
Hortikultura Peternakan/ oleh tim penilai profesional (Kementerian, profesional,
klaster melalui kuesioner Infrastruktur dan
Pemda/Lembaga Perikanan (akademisi / praktisi) dan Bank Indonesia) dampak sosial dan
ekonomi
Kerjasama Kemitraan Closed Loop Agribisnis Hortikultura
Sektor pertanian kerap menghadapi persoalan ketimpangan antara produksi dan pemasaran. Petani tidak tahu harus menjual produknya. Pasar juga tidak dapat menentukan
dari mana mengambil pasokan. Produksi dan pemasaran pun tidak saling terhubung. Persoalan lain, jarak tanam dan saat produksi dikonsumsi cukup panjang. Petani tidak
dapat memenuhi apa yang diinginkan pasar secara persis, baik kuantitas maupun kualitas. Akibatnya, petani maupun konsumen sering menghadapi ketidakpastian pasokan
dan harga. Closed Loop menjadi upaya untuk menghubungkan produksi dan pemasaran. Model bisnis hortikultura Closed Loop terintegrasi dari hulu sampai hilir, dengan
ekosistem digital serta pemasaran, didukung sistem logistik yang lebih baik.
Pemetaan pemangku
TUJUAN KEMITRAAN
CLOSED LOOP AGRIBISNIS
2 kepentingan Hulu-Hilir.
Sasaran Antara Mendorong UMKM yang Berdaya Saing untuk Akselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Inklusif
Strategic Action SINERGI KEBIJAKAN PUSAT DAN DAERAH SEKTOR PRIORITAS MODEL BISNIS TERINTEGRASI
Core Principles Kontribusi Nyata Kemitraan Strategis dengan Memperhatikan Potensi Tata Kelola
Inklusif
Terhadap Perekonomian Pemangku Kepentingan dan Sumber Daya Lokal yang Baik