2. Sipnosis
Buku ini mengupas sisi sejarah yang berbeda dari karangan sejarah lainnya, karena lebih
mengedepankan nilai pembelajaran. Didalamnya juga banyak dikupas sejarah yang selama ini
jarang disampaikan dikhalayak umum. Salah satu contohnya adalah peristiwa penghancuran
keraton Majapahit yang dipimpin oleh walisongo yang harus ditebus dengan hilangnya
literature kerajaan Majapahit, dan pelajaran berharganya adalah pentingnya kerukunan antar
umat beragama. Oleh karenanya penulis memberikan pesan yang sangat dalam bahwa
pembentukan suatu bangsa akan mencapai titik cerahnya jika mampu mempelajari sejarah
masa lampau dari bangsanya sendiri.
Kehancuran dan kemunculan kerajaan dahulu salah satu faktornya adalah Agama. Hal ini
tampak nyata saat era kerajaan Pajang yang dipimpin Sultan Hadiwi djaya (Raden mas
karebet/ Joko Tingkir) dengan menantunya Sutawijaya atau pendiri Dinasti Mataram
sekarang. Joko Tingkir adalah murid Sunan Kalijaga, meskipun mengalami kekalahan namun
beliau tidak kecewa karena atas perintah sang guru supaya lebih mengedepankan pengajaran
atau pendakwahan Islam dari pada memperebutkan kekuasaan yang sifatnya keduniawian.
Dari cerita ini menurut penulis buku ini dapat dilihat bahwa Raja, kedudukannya tidak
ada artinya sebagai lembaga dibandingkan dengan Budaya. Budaya Joko Tingkir adalah
budaya santri, yaitu budaya kyai mengajar muridnya. Buku ini menekankan arti pentingnya
mempelajari sejarah sebagai sebuah proses.
Pelajaran-pelajaran yang dipesankannya untuk kita petik juga yang disarankan dibagian-
bagian tulisannya yang lainpun tidak jauh berbeda dari apa yang penulis buku bicarakan dan
lakukan. Salah satu contoh yang nyata adalah ketika penulis kehilangan jabatan besar sebagai
presiden, namun beliau dengan santai dan biasa menganggap jabatan hanyalah hal yang tidak
perlu dipersoalkan secara berlebihan, seperti cerita joko tingkir bukan?
Penulisan buku ini juga objektif penggambarannya, bersikap seimbang, menjunjung
tinggi kejujuran, tidak memandang sesuatu dari satu sisi, tidak menggenalisir, menghormati
perbedaan, menghargai perempuan dst. Pelajaran yang teramat berharga bagi mewujudkan
kehidupan berdemokrasi khususnya kepada para penulis sejarah. Sejarah terbentuknya
nusantara yang penting ditulis dan diteliti secara komprehensif tanpa adanya kepentingan
politik atau kekuasaan tertentu.
Rekomendasi untuk dibaca bagi mereka yang suka melihat sejarah tidak hanya sekedar
menghapal tahun-tahun saja. Dilengkapi dengan data dan fakta yang cukup menampar tulisan
atau pengetahuan sejarah yang selama ini kita sering dengar.
4. Kesimpulan
Buku ini mengupas sejarah Nusantara melalui kaca mata yang lengkap, mulai dari politik,
agama, ekonomi dan sisi moralitas. Sangat rekomendasi bagi yang menginginkan literatur
sejarah dengan nuansa berbeda meskipun kita harus meresapi bahasa nya karena penulis
banyak menggunakan referensi.
5. Biografi penulis
Siapa yang tidak mengenal sosok yang akrab disebut Gus Dur yang menjadi presiden ke-
4 Republik Indonesia. Beliau adalah gambaran manusia dibalik kekurangan ada kelebihan.
Meskipun dengan fisik yang tidak seperti presiden-presiden sebelumnya, beliau merupakan
sosok yang sangat menginspirasi. Terkenal dengan kata beliau “ Gitu aja kok repot.” Berikut
biografi penulis K.H Abdurrahman Wahid yang dilansir dari gramedia.com :