Anda di halaman 1dari 3

Resensi Buku Karya Abdurrahman Wahid

1. Identitas Buku/ Jurnal

Judul Karya : Membaca Sejarah Nusantara


Penulis : Abdurrahman Wahid
Jumlah Halaman : 154
Tahun Terbit : 2010
Pengantar : KH. A. Mustofa Bisri
Penerbit : Lkis
Genre : Sejarah/ Sejarah Sosial

2. Sipnosis

Buku ini mengupas sisi sejarah yang berbeda dari karangan sejarah lainnya, karena lebih
mengedepankan nilai pembelajaran. Didalamnya juga banyak dikupas sejarah yang selama ini
jarang disampaikan dikhalayak umum. Salah satu contohnya adalah peristiwa penghancuran
keraton Majapahit yang dipimpin oleh walisongo yang harus ditebus dengan hilangnya
literature kerajaan Majapahit, dan pelajaran berharganya adalah pentingnya kerukunan antar
umat beragama. Oleh karenanya penulis memberikan pesan yang sangat dalam bahwa
pembentukan suatu bangsa akan mencapai titik cerahnya jika mampu mempelajari sejarah
masa lampau dari bangsanya sendiri.
Kehancuran dan kemunculan kerajaan dahulu salah satu faktornya adalah Agama. Hal ini
tampak nyata saat era kerajaan Pajang yang dipimpin Sultan Hadiwi djaya (Raden mas
karebet/ Joko Tingkir) dengan menantunya Sutawijaya atau pendiri Dinasti Mataram
sekarang. Joko Tingkir adalah murid Sunan Kalijaga, meskipun mengalami kekalahan namun
beliau tidak kecewa karena atas perintah sang guru supaya lebih mengedepankan pengajaran
atau pendakwahan Islam dari pada memperebutkan kekuasaan yang sifatnya keduniawian.
Dari cerita ini menurut penulis buku ini dapat dilihat bahwa Raja, kedudukannya tidak
ada artinya sebagai lembaga dibandingkan dengan Budaya. Budaya Joko Tingkir adalah
budaya santri, yaitu budaya kyai mengajar muridnya. Buku ini menekankan arti pentingnya
mempelajari sejarah sebagai sebuah proses.
Pelajaran-pelajaran yang dipesankannya untuk kita petik juga yang disarankan dibagian-
bagian tulisannya yang lainpun tidak jauh berbeda dari apa yang penulis buku bicarakan dan
lakukan. Salah satu contoh yang nyata adalah ketika penulis kehilangan jabatan besar sebagai
presiden, namun beliau dengan santai dan biasa menganggap jabatan hanyalah hal yang tidak
perlu dipersoalkan secara berlebihan, seperti cerita joko tingkir bukan?
Penulisan buku ini juga objektif penggambarannya, bersikap seimbang, menjunjung
tinggi kejujuran, tidak memandang sesuatu dari satu sisi, tidak menggenalisir, menghormati
perbedaan, menghargai perempuan dst. Pelajaran yang teramat berharga bagi mewujudkan
kehidupan berdemokrasi khususnya kepada para penulis sejarah. Sejarah terbentuknya
nusantara yang penting ditulis dan diteliti secara komprehensif tanpa adanya kepentingan
politik atau kekuasaan tertentu.
Rekomendasi untuk dibaca bagi mereka yang suka melihat sejarah tidak hanya sekedar
menghapal tahun-tahun saja. Dilengkapi dengan data dan fakta yang cukup menampar tulisan
atau pengetahuan sejarah yang selama ini kita sering dengar.

3. Kekurangan dan kelebihan buku


Kekurangan buku ini menggunakan bahasa yang akademik dan mungkin kurang cocok
bagi orang awam membaca buku, kelebihan buku ini terletak dari pemaparannya yang lugas
dan memberikan kritik bagi manusia dizamannya,

4. Kesimpulan
Buku ini mengupas sejarah Nusantara melalui kaca mata yang lengkap, mulai dari politik,
agama, ekonomi dan sisi moralitas. Sangat rekomendasi bagi yang menginginkan literatur
sejarah dengan nuansa berbeda meskipun kita harus meresapi bahasa nya karena penulis
banyak menggunakan referensi.

5. Biografi penulis
Siapa yang tidak mengenal sosok yang akrab disebut Gus Dur yang menjadi presiden ke-
4 Republik Indonesia. Beliau adalah gambaran manusia dibalik kekurangan ada kelebihan.
Meskipun dengan fisik yang tidak seperti presiden-presiden sebelumnya, beliau merupakan
sosok yang sangat menginspirasi. Terkenal dengan kata beliau “ Gitu aja kok repot.” Berikut
biografi penulis K.H Abdurrahman Wahid yang dilansir dari gramedia.com :

a. Biografi singkat K.H Abdurrahman Wahid


Memiliki nama lengkap Abdurrahman ad-Dakhil. Secara etimologi ad-dakhil berarti sang
penakluk. Nama ini tidak begitu terkenal sehingga diganti dengan nama Abdurrahman
Wahid. Sebutan akrabnya Gus Dur karena beliau tumbuh dilingkungan pesantren. Lahir
di Jombang, Jawa Timur 4 Agustus 1940. Putra pertama dari enam bersaudara, Ayahnya
bernama K.H Wahid Hasyim yang merupakan putra K.H Hasyim Asy’ari , pendiri
jam’iyah Nahdlatul Ulama (NU) sebagai organisasi massa Islam terbesar diIndonesia dan
sekaligus pendiri Pesantren Tebu Ireng Jombang.

b. Riwayat Pendidikan K.H Abdurrahman Wahid


Setelah lulus Sekolah Dasar (SD) 1953 beliau melanjutkan belajar di Yogyakarta, masuk
Sekolah Menengah Ekonomi Pertama (SMEP) Gowangan, sekaligus menetap di
Pesantern Krapyak. Beliau aktif belajar bahas inggris dan mengenal karya Das capital
Karl Marx, Filsafat Plato, Thales, dan lain-lain. Tamat sekolah, beliau melanjutkan ke
Pendidikan pesantreb Tegalrejo, Magelang, jawa Tengah pimpinan K.H Chaudhary. 2
tahun di pesantren Tegalrejo selanjutnya kembali ke Jombang dan menetap di pesantren
Tambak Beras hingga berusia 20 tahun.
Menyelesaikan studi di Baghdad, pernah menetap di Belanda selama 6 bulan dan
sekaligus mendirikan suatu Perkumpulan Pelajar Muslim Indonesia dan Malaysia yang
tinggal di daratan Eropa. Karirnya terpilih menjadi presiden RI pada tahun 1999.
c. Karya penulis
Penulis aktif menuangkan karya-karyanya yan nyentrik dan penuk kritik membangun
lewat tulisan kolom-kolom yang terbit disurat kabar. Salah satu hasil karyanya Buku
Bunga Rampai Pesantren.

Anda mungkin juga menyukai