Anda di halaman 1dari 2

Rabies atau disebut juga dengan penyakit anjing gila merupakan penyakit yang ditularkan melalui gigitan

hewan, seperti anjing, kelelawar, kucing, rakun yang membawa virus rabies. Rabies tergolong ke dalam
penyakit serius karena menyerang otak dan sistem saraf yang dapat mengancam jiwa jika tidak ditangani
dengan segera. Penyakit rabies memiliki dua macam siklus, yakni rabies di lingkungan pemukiman
penduduk (urban rabies) dan rabies di alam bebas atau hutan (sylvatic rabies). Siklus urban rabies sering
kali terjadi pada anjing geladak yang dibiarkan bebas tanpa pemeliharaan khusus sehingga terkadang
anjing ini menyerang kucing, kera, dan sesekali hewan ruminansia, babi atau hewan lainnya.

Berdasarkan data World Health Organization (WHO) diketahui bahwa lebih dari 1,4 miliar orang beresiko
untuk terkena infeksi rabies di Asia Tenggara. Setiap tahunnya 23.000–25.000 penduduk Asia Tenggara
meninggal akibat rabies. Upaya yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah ini adalah dengan cara
meningkatkan vaksinasi pada anjing sebagai hewan peliharaan.

Virus rabies adalah virus neurotropik yang menyebar di sepanjang jalur saraf dan menyerang sistem
saraf pusat (SSP) yang menyebabkan infeksi akut. Mekanisme penularan paling umum adalah melalui
inokulasi perifer virus setelah gigitan hewan yang terinfeksi rabies. Penularan rabies dapat terjadi
berawal pada kondisi anjing yang tidak dipelihara dengan baik atau jenis anjing liar yang merupakan ciri
anjing yang berada pada pedesaan perkembangannya secara fluktuatif dan sering sulit untuk
dikendalikan. Cara penularan rabies melalui gigitan dan non gigitan (goresan, cakaran atau jilatan pada
kulit terbuka/mukosa) oleh hewan yang terinfeksi virus rabies. Virus rabies akan masuk ke dalam tubuh
melalui kulit yang terbuka atau mukosa namun tidak dapat masuk melalui kulit yang utuh.

Pada umumnya manusia merupakan tujuan akhir dari korban gigitan, karena sampai saat ini belum ada
kasus manusia menggigit anjing dan anjing liar, anjing peliharaan yang menjadi liar dapat saling
menggigit satu dengan yang lainnya. Apabila salah satu diantara anjing yang menggigit tersebut positif
(+) rabies, maka akan terjadi kasus-kasus positif (+) rabies yang semakin tinggi.

Gejala klinik penyakit rabies yaitu gejala prodomal biasanya tidak spesifik berlangsung 1-4 hari dan
ditandai dengan demam, sakit kepala, malaise, mialgia, gejala gangguan saluran pernafasan, dan gejala
gastrointestinal. Sedangkan untuk gejala patognomonik yaitu aeorofobia dan hidrofobia. Apabila pasien
sudah sampai di tahap ini, tingkat mortalitas meningkat sampai 100%.

Permasalahan:

Kota Ambon merupakan daerah endemis rabies sejak tahun 2003. Program vaksinasi belum efektif
karena kasus gigitan dan kejadian rabies pada anjing tetap tinggi setiap tahunnya. Jumlah kasus Gigitan
Hewan Penular Rabies di wilayah kerja Puskesmas CH. M. Tiahahu pada tahun 2022 sebanyak 40 kasus.
Dari 40 kasus hanya 25 yang mendapatkan VAR. Sedangkan untuk tahun 2023 yang terdaftar sampai
dengan bulan Mei terdapat 12 kasus dan hanya 4 kasus yang mendapatkan VAR. Dari seluruh wilayah
kerja Puskesmas CH. M. Tiahahu, kelurahan batu gajah terutama di RT 003/ RW 04, memiliki jumlah
kasus yang lebih banyak dibandingkan dengan wilayah lainnya. Pada tahun 2022, jumlah kasus Gigitan
Hewan Penular Rabies sebanyak 19 kasus dan hanya 8 yang mendapatkan VAR. Sedangkan untuk tahun
2023, sudah tercatat sebanyak 9 kasus dan hanya 4 kasus yang diberikan VAR.
Tingginya angka kejadian rabies dan rendahnya angka kesadaran masyarakat mendapatkan VAR di
wilayah kerja puskesmas CH. M. Tiahahu terutama di kelurahan batu gajah merupakan masalah yang
penting. Faktor-faktor risiko yang menyebabkan hal ini perlu digali untuk memberikan wawasan dan
informasi yang bermanfaat bagi masyarakat akan pentingnya pencegahan kejadian rabies.

Anda mungkin juga menyukai