Anda di halaman 1dari 11

BAB I

KEPEMIMPINAN HINDU

A. Pendahuluan

Tujuan hidup manusia menurut agama Hindu adalah mencapai


”Kesejahteraan hidup manusia” atau ”Jagadhita” dan ”Kesejahteraan hidup
rohani” yaitu Moksa.
Untuk mewujudkan tujuan hidup tersebut umat Hindu dalam hidupnya
di dunia ini harus menuju pada empat tujuan hidup yang disebut”Catur
Purusa Artha”. Empat tujuan hidup ini satu sama lainnya saling menunjang
secara simultan sehingga ia merupakan jalinan yang tak terpisahkan. Oleh
karena itu tujuan hidup ini disebut juga ”Catur Warga”. Catur Purusa Artha
atau Catur Warga itu meliputi: Dharma, Artha, Kama, dan Moksa. Untuk
mencapai tujuan tersebut manusia tidak dapat mencapainya sendirian.
Mewujudkan tujuan Agama dan tujuan hidup yang ideal itu tidak akan
tercapai karena keterbatasan kemampuan manusia, maka manusia harus
bekerja sama satu sama yang lainnya. Tujuan Agama dan tujuan hidup
memasyarakat secara permanen dan berkesinambungan.
Manusia dalam mewujudkan cita-citanya memiliki bentuk kerjasama
yang permanen dan paling lengkap. Bentuk kerjasama itu adalah ”Negara”.
Negara sebagai wadah umat manusia mencapai cita-cita hidupnya memiliki
empat prinsip dasar. Prinsip dasar itu adalah:

1. Machstaat : adalah prinsip negara untuk menguasai segala potensi yang


dimiliki oleh negara untuk diabdikan kembali pada tujuan masyarakat
negara.
2. Rechstaat: adalah prinsip negara yang bertujuan untuk mengatur
kehidupan negara agar berbagai keadaan dan kepentingan yang berbeda-
beda dapat diatur untuk mempercepat tercapainya tujuan negara.
3. Polisistaat : adalah suatu prinsip yang memandang segala seluk beluk
kehidupan bernegara harus dijaga agar jangan terjadi penyimpangan-
penyimpangan demi tercapainya tujuan negara mencapai sasaran.
4. Supervisorystaat : ialah prinsip yang memandang bahwa fungsi negara
adalah mendorong segala unsur negara untuk lebih cepat mencapai tujuan.

Ajaran Hindu yang berorientasi pada kehidupan Bhuana Alit dan


Bhuana Agung, memandang kehidupan bernegara adalah suatu masalah yang
amat penting dan amat mendasar. Suatu cabang ilmu pengetahuan yang
bersumber pada ajaran Hindu dan khusus pada kehidupan bernegara disebut
”Nitisasatra”. Dalam ilmu ini kita akan mendapatkan berbagai konsepsi

Kepemimpinan Hindu 1
tentang kehidupan bernegara baik mengenai bentuk negara, tujuan negara,
kedaulatan negara dan sebagainya.
Agama Hindu sebagai ajaran dharma memberikan tuntutan
kesempurnaan pada umatnya juga termasuk tuntutan kehidupan bernegara.
Tuntutan-tuntutan hidup sebagai warga negara dimuat dalam berbagai kitab
suci beserta dengan sastra-sastranya. Demikian pula tuntutan-tuntutan bagi
orang-orang yang mendapat kesempatan memimpin Negara. Baik pimpinan
tingkat tinggi (Kepala Negara) pimpinan tingkat menengah (Para Menteri)
dan tuntutan untuk pimpinan tingkat bawah misalnya untuk penguasa daerah.
Tuntutan untuk rakyat atau warga Negara bertujuan untuk membentuk
kepengikutan atau warga Negara yang taat. Sedangkan tuntutan-tuntutan bagi
mereka yang mendapatkan kehormatan untuk memimpin Negara bertujuan
untuk membentuk kepemimpinan Negara yang baik serta membentuk aparat
negara yang kuat dan bersih. Dengan demikian dapat diambil suatu asumsi
bahwa Agama Hindu dapat menjadikan dirinya sebagai sumber inspirasi
dalam membentuk dan memantapkan suatu pandangan hidup bangsa dan
dasar Negara dimana Agama Hindu itu dianut.
Dengan kata lain Agama Hindu mengandung kristal-kristal nilai
kehidupan bernegara. Kristal-kristal nilai itu dapat dijadikan sumber yang
mempunyai fungsi untuk mengintregasikan masyarakat ke dalam Negaranya.
Kitab Suci Weda menuangkan kristal-kristal nilai kehidupan bernegara
berbentuk berbagai bentuk kitab tafsir. Mahabharata, Ramayana, Purana,
Bhagawadgita, Sarasamuccaya, Manusmrti dan kitab-kitab sastra lainya
penuh dengan kristal-kristal nilai kehidupan bernegara yang dapat menjadi
sumber inspirasi kehidupan bernegara dan masyarakat. Kitab-kitab tersebut
memuat ajaran-ajaran untuk menuntun masyarakat agar ia tahu
swadharmanya sebagai rakyat. Baik swadharmanya terhadap Tuhan, isi alam,
maupun swadharmanya kepada Negara. Cerita-cerita yang menceritakan
keadaan rakyat yang taat pada Negaranya beserta dengan pahalanya.
Demikian pula diceritakan rakyat yang tidak mentaati swadharmanya akan
mendapat pahala yang setimpal dengan perbuatan mereka itu sendiri.
Berbagai sloka dalam kitab-kitab yang bersumber dari Weda menguraikan
tentang kewajiban masyarakat menurut kedudukanya. Masyarakat akan
mudah diatur oleh negara apabila dalam masyarakat itu tiap-tiap anggotanya
sadar akan hak dan kewajibannya. Kesejahteraan Negara akan terwujud apa
bila tiap-tiap warga Negara berjuang untuk mensejahterakan dirinya,
keluarganya, dan lingkunganya. Dari pribadi akan tentram apabila Atma
menguasai budi, budi menguasai ”manah”, manah menguasai perasaan. Atau
manah dikuasai oleh Rajas dan rajas dikuasai oleh Sattwam atau Tamah.
Demikian pula dalam keluarga ayah merupakan kepala keluarga harus dapat
menjamin (bhastra) dan melindungi (patti) keluarganya. Demikian pula istri
dan anak-anak harus hidup dalam batas-batas kewajibannya. Jadi pribadi,

Kepemimpinan Hindu 2
keluarga dan lingkungannya yang lebih luas akar dari pada kehidupan Negara
menurut dharma. Sistem pemahaman sastra-sastra Hindu dalam menanamkan
ketaatan masyarakat pada Negaranya diuraikan dengan cara membanding-
bandingkan antara orang yang mengkhianati Negara dengan orang yang
mentaati Negara. Pengkhianat selalu berakhir dengan kehancuran dan
pengabdi Negara selalu diakhiri dengan kebahagiaan. Kewajiban-kewajiban
pimpinan Negara dimuat dalam berbagai sloka dan cerita-cerita Hindu.
Kepala Negara disamping sebagai ayah dan ibu Negara, dia juga sebagai
pribadi dan kepala keluarga. Semua kedudukannya itu harus mendapat
perhatian seimbang. Pimpinan Negara harus memiliki konsep-konsep
kepemimpinan yang utama untuk dapat menata Negaranya. Demikian pula
pimpinan Negara pribadi dan keluarganya harus menjadi pola panutan warga
Negaranya. Hinduisme tidak menbenarkan pimpinan Negara karena
kesibukannya tidak memberikan perhatian pada pembinaan dirinya berupa
phisik maupun mental, demikian pula terhadap keluarganya. Kehidupan
pribadi seorang pemimpin Negara harus bersinar menjadi contoh kehidupan
pribadi warga negaranya. Demikian pula kehidupan keluarga pemimpin
Negara haruslah menjadi contoh kehidupan keluarga dan warga negaranya.
Dalam Kekawin Ramayana disebutkan Raja Dasaratha sebagai seorang
pemimpin yang demikian. Keutamaan Raja Dasaratha diuraikan dalam
Kekawin Ramayana Sarga 1 bait 3 sebagai berikut:

”Gunamanta Sang Dasaratha wruh sira ring Weda bhakti ring Dewa
tarmalupeng pitra puja. Masih ta sireng swagotra kabeh.”
Artinya:
Sangat utama Beliau Sang Dasaratha, Beliau ahli dan Bhakti kepada
Tuhan. Tidak pernah lupa Beliau memuja leluhurnya. Beliau sangat
mencintai seluruh keluarganya.

Ini salah satu bait kekawin yang memberikan kepada kita gambaran
seorang pemimpin Negara. Seorang pemimpin Negara tidak hanya sibuk
dengan urusan Negara saja, tetapi di sela-sela kesibukannya dia juga harus
memberikan perhatian kepada Agamanya dengan mempelajari kitab sucinya,
memuja Tuhannya, leluhurnya dan harus pula meluangkan waktu untuk
memberikan kasih sayang kepada keluarganya.

Kalau kita perhatikan ilustrasi di atas penerapan kehidupan bernegara


pertama-tama harus diterapkan oleh pemimpin Negara dalam dirinya maupun
keluarganya. Disini dapat kita tarik suatu maksud bahwa kewibawaan
pemimpin negara harus dadasarkan pada kewibawaan yang murni bukan
kewibawaan yang didasarkan pada kekuasaan Agama Hindu dalam sastra-
sastranya di samping memuat tentang kewajiban-kewajiban warga negara dan

Kepemimpinan Hindu 3
pemerintah atau pemimpin Negara,juga memuat berbagai konsepsi
pembinaan berbagai aspek kehidupan sosial, ekonomi, pertahanan, dan
keamanan, seni budaya dan lain-lain. Cara mempengaruhi masyarakat untuk
tujuan-tujuan positif, cara mendapatkan kekuasaan untuk mengabdi, cara
memajukan bidang-bidang kehidupan duniawi. Disini kita akan dapat lihat
bahwa Agama Hindu tidak semata-mata memuat ajaran-ajaran kerohanian
saja. Sebuah sloka dalam Manawa Dharmasatra IV.4 dapat diketengahkan
sebagai salah satu contoh Agama Hindu dalam sastra-sastranya kaya akan
konsep-konsep berbagai bidang kehidupan. Adapun bunyi sloka tersebut
adalah:

”Rtam rtabyam jiwwetu mrtena pramrtena wa, satyanrtabhyamapi wa na


cwawrttya kadancana.” (Manawa Dharmasastra IV.4)
Artinya:
Ia hendak hidup dengan Rta,amrta atau dengan mrta dan pramrta atau
dengan cara yang dinamai satya nrta tetapi jangan sekali-kali dengan
swawrtti.

Konsepsi berbagai kehidupan ini dapat merupakan sumber inspirasi


bagi pemimpin Negara untuk membangun Negara dan masyarakatnya.
Konsepsi berbagai kehidupan ini uumumnya sangat luwes sehingga mampu
menyerap dan mengembangkan konsepsi yang ada di dalam Negara
bersangkutan sepanjang konsepsi itu berorientasi pada Ketuhanan dan segala
ciptaan-Nya. Dalam pelajaran Nitisasatra ini konsepsi dalam berbagai
kehidupan itu akan diuraikan secara singkat.

B. Pengertian Kepemimpinan Hindu

Pemimpin merupakan faktor penentu dalam sukses atau gagalnya suatu


organisasi/ Negara. Kualitas pemimpin sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan organisasi. Pemimpin yang sukses mampu nebgelola organisasi
dan mampu mengantisipasi perubahan yang tiba-tiba.
Pemimpin adalah seseorang yang memiliki kemampuan untuk
menggerakkan orang lain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan
sebagai pengambil keputusan dalam menetapkan perencanaan, oprasional dan
pengawasan.
Kepemimpinan adalah suatu seni atau pengetahuan untuk
menggerakkan orang lain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Menurut Ariasna dalam bukunya: “Kepemimpinan Hindu”, (dalam W.
Sudarma) bahwa: “Kepemimpinan adalah suatu seni atau pengetahuan untuk
menggerakkan orang lain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan”.
(Ariasna, 2004: 3). Dalam buku yang sama Ariasna mendefinisikan

Kepemimpinan Hindu 4
pemimpin sebagai berikut: pemimpin merupakan penentu dalam sukses atau
gagalnya suatu organisasi atau Negara”. (Ariasna, 2004: 1).
Pentingnya kehadiran pemimpin di tengah-tengah masyarakat
dikemukakan dalam naskah Kekawin Nitisastra V.4 yaitu :
Masepi tikang watra tan amucang wwang
Masepi tikang wisma tan ana putra
Masepi tikang desa tan ana mukya
Sepinikang trijapupul ing anartha
Artinya :
Sepi rasanya mulut tiada makan sirih
Sepi rasanya rumah kalau tidak ada anak-anak
Sepi rasanya desa yang tidak ada pemimpinnya
Tiga kesepian itu dijadikan satu ada pada orang yang tidak punya uang

Mengenai kewajiban pemimpin dalam memimpin, seperti yang


tercantum dalam Manawadharma Sastra VIII.2, adalah sebagai berikut :
Brahman praptena samskaram
Ksatriyena yatha widhi,
Sarwasyasya yathanyayam
Kartawyam pariraksanam
Artinya :
Ksatria yang telah menerima upacara menurut Weda, berkewajiban
melindungi seluruh dunia sebaik-baiknya.

C. Kepemimpinan adalah Cabang Ilmu Administrasi

Administrasi adalah keseluruhan proses kerjasama antara dua orang


atau lebih yang didasarkan atas rasional tertentu yang mencapai tujuan yang
telah ditetapkan/direncanakan.
Organisasi adalah setiap bentuk kerjasama antara dua orang atau lebih
yang terikat secara formal dalam suatu ikatan hirarki dimana selalu terdapat
hubungan pimpinan dengan sekelompok orang yang disebut bawahan atau
anggota.

1. Devinisi Manajemen
Managemen adalah aktivitas dalam organisasi yang terdiri dari
penentuan visi, misi dan tujuan /sasaran organisasi dan proses perencanaan
penggerakan / oprasional dan pengawasan dalam mewujudkan tujuan yang
ingin dicapai secara efisien dan efektif. Dengan demikian managemen
dapat dianggap sebagai inti dari administrasi.
Handayaningrat, Soewarno, dalam buku pengantar studi Ilmu
Administrasi Dan Manajemen, mengutip beberapa pendapat/penulis
tentang definisi manajemen sebagai berikut:
a. H. Koontz & O’Donnel, dalam bukunya: “Prinsiples of Managemen”,
mengatakan bahwa manajemen adalah: “Management Involves getting

Kepemimpinan Hindu 5
things done through and with people” (manajemen berhubungan
dengan pencapaian suatu tujuan yang dilakukan melalui dan dengan
orang-orang lain) (Koontz & O’Donnel, 1968: 42). Manajemen dalam
definisi ini dititik beratkan pada usaha memanfaatkan orang-orang lain
dalam pencapaian tujuan. Untuk pencapaian tujuan tersebut, maka
orang-orang didalam organisasi harus jelas wewenang, tanggung jawab
dan tugas pekerjaannya (job descriptin)” (Handayaningrat, Soewarno,
1992: 19).
b. Degenaars, T. Expert PBB yang diperbantukan pada Lembaga
Administrasi Negara, tahun 1978–1979,dalam buku “System Analyses
and Quantitative techniques” Vol. I IBRD/UN Project, yang
diterbitkan oleh LAN RI memberikan definisi manajemen sebagai
berikut: ”Management is definited as aprosess dealling with a guided
group activity and based on distinct objectives which have to be
achieved by the involvement of human and non-human resources”
(Manajemen didefinisikan sebagai suatu proses yang berhubungan
dengan bimbingan kegiatan kelompok dan berdasarkan atas tujuan
yang jelas yang harus dicapai dengan menggunakan sumber-sumber
tenaga manusia dan bukan tenaga manusia) (Degenaars, T., 1977: 4).
“Dalam definisi ini manajemen dititik beratkan pada bimbingan
kegiatan kelompok. Dalam pencapaian tujuan kelompok ini
menggunakan sumber daya manusia adalah sangat penting, sekalipun
sumber-sumber daya lainnya tidak boleh diabaikan” (Soewarno, 1992:
19-20).
c. Terry, Gerge R. dalam bukunya : “Principles of Management”.
Memberikan definisi manajemen sebagai berikut: ”Management is a
distinct process consisting of planning, Organizing, actuating and
controlling, utiliting in each oth science and art, and followed in order
to acompllish predetermined objectives” (Manajemen adalah suatu
proses yang membeda–bedakan atas: Perencanaan, pengorganisasian,
penggerakkan pelaksanaan dan pengawasan, dengan memanfaatkan
baik ilmu maupun seni, agar dapat menyelesaikan tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya) (George, 1961: 32).
”Dalam definisi ini dipandang sebagai suatu proses mulai dari tahap
perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan pelaksanaan dan sampai
pada pengawasannya” (Soewarno, 1992: 20).

2. Proses/Fungsi Manajemen
Terry, George, dalam bukunya: ”Prinsiples of Management” (Terry,
Geoge R., 1961:121,245,401,529 dalam W. Sudarma) Mengemukakan
bahwa proses manajemen terdiri atas:
a. Perencanaan (Planning),

Kepemimpinan Hindu 6
b. Pengorganisasian (Organizing),
c. Penggerakkan pelaksanaan (Actuating),
d. Pengawasan (Controlling) (George, 96:121,245,401,529).
Dari definisi di atas, Soewarno, dalam bukunya: “Pengantar Ilmu
Administrasi Dan Manajemen”(1992: 25-26 dalam W. Sudarma)
menguraikan sebagai berikut:
a) Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah suatu pemilihan yang berhubungan dengan
kenyataan-kenyataan, membuat dan menggunakan asumsi-asumsi yang
berhubungan dengan waktu yang akan datang (future) dalam
menggambarkan dan merumuskan kegiatan-kegiatan yang diusulkan
dengan penuh keyakinan untuk tercapainya hasil yang dikehendaki”
(Soewarno, 1992: 25)
b) Pengorganisasian (Organizing)
”Pengorganisasian adalah menentukan mengelompokan dan
pengaturan berbagai kegiatan yang diangap perlu untuk pencapaian
tujuan, penugasan orang-orang dalam kegiatan-kegiatan.
“(Handayaningrat, Sowarno, 1992: 26).
c) Penggerakkan Pelaksanaan (Actuating)
“Penggerakan pelaksanaan adalah usaha agar semua anggota kelompok
suka melaksanakan tercapainya tujuan dengan kesadarannya dan
berpedoman pada perencanaan (planning) dan usaha
pengorganisasiannya”, (Soewarno, 1992: 20).
d) Pengawasan (Controlling)
“Pengawasan adalah proses penentuan apa yang harus diselesaikan
yaitu: pelaksanaan, penilaian pelaksanaan, bila perlu diadakan tindakan
korektif agar supaya pelaksanaannya tetap sesuai dengan rencana yaitu
sesuai dengan standar” (Soewarno, 1992: 26).

3. Organisasi
a. Arti Organisasi
Soewarno dalam bukunya: “Pengantar Studi Ilmu Administrasi
Dan Manjemen” (1992: 42 dalam W. Sudarma) mengatakan bahwa:
”Organisasi adalah sarana/alat untuk pencapaian tujuan. Karena itu
dikatakan organisasi adalah wadah (wahana) kegiatan dari pada orang-
orang yang bekerjasama dalam usahanya mencapai tujuan” (Soewarno
1992: 42).
b. Definisi Organisasi
Selanjutnya Soewarno (dalam W. Sudarma), dalam memberikan
definisi organisasi mengutip pendapat dari Mc. Farland dan Dimock,
yang masig-masing memberikan definisi organisasi sebagai berikut:
”An organization is an identifiable of people contributing their efforts

Kepemimpinan Hindu 7
toward the attaiment of goals, (organisasi adalah suatu kelompok
manusia yang dapat dikenal yag menyumbangkan usahanya terhadap
tercapainya suatu tujuan, (Farland dan Delton: 161).
”Organization is the systematic bringing together of independent
part to form a unified whole through which authority, coordination
and control may be exercised to achieve a given purpose”, (Organisasi
adalah perpaduan secara sistematik daripada bagian-bagian yang saling
ketergantungan/berkaitan untuk membentuk suatu kesatuan yang bulat.
Melalui kewenangan, koordinasi dan pengawasan dalam usaha
mencapai tujuan yang telah ditentukan). (Dimock, 1960: 129).
Dalam wiracarita Mahabharata Kresna adalah tokoh pemimpin yang
ditonjolkan sebagai seorang kepala negara yang amat bijaksana. Terbukti
kepemimpinannya demikian indahnya seperti misalnya tatkala Kresna
membangkitkan kesadaran dari pada arjuna yang hampir kehilangan
semangat dalam peperangan Bharata Yudha. Kresna memulainya dengan
mengungkap kewajiban dari pada Arjuna sebagai seorang Ksatria. Arjuna
bangkit dengan keadaannya untuk berperang. Kebangkitannya itu bukan
karena tekanan Kresna. Kresna dalam hal ini hanya memberikan motivasi
secara mendalam. Arjuna terbukti kehilangan semangatnya karena dia
memiliki motivasi yang keliru. Seni dari pada Kresna unutk menyadarkan
Arjuna dalam dalam ilmu kepemimpinan modern dikenal dengan istilah
motivating. Fungsi kepemimpinan untuk menggerakan suatu organisasi ada
empat istilah yang kit jumpai yaitu : Comanding, Direkting, Actuating, dan
Motivating. Nampaknya istilah motivatinglah istilah yang paling tepat
digunakan dalam zaman modern. Tokoh kedua dalam Mahabharata adalah
Dharma wangsa sebagai seorang tokoh dalam mengendalikan adik-adiknya
agar tetap setia kepada kebenaran. Dharmawangsa sering didesak oleh
adiknya terutama bima agar agar segera menyerang Korawa meskipun waktu
pembuangan dihutan belum selesai sesuai dengan janji. Tetapi dharmawangsa
dalam mengendalikan nafsu marah adik- adiknya menggunakan suatu
motivasi yang manis sehingga adik- adiknya menuruti nasehat kakaknya
bukan karena terpaksa tetapi betul- betul karena kesadaran. Dalam kekawin
Nitisastra sargah 1 pada 4 diuraikan tentang seni mendekati orang sebagai
wujud motivasi sebagai berikut :

Ring janmadhika meta citta reseping sarwa prajangenaka


Ring stri madhya manohora prva wuwustangde manahkunglukit
Yan ring madhyani sang pandita mucap tatwopadeca prihen
Yan ring madhyanikang musuh mucapaken wakcura singhakreti
Artinya :
Orang yang terkemuka harus bisa mengambil dan menyenangkan hati
orang.

Kepemimpinan Hindu 8
Di tengah- tengah wanita harus dapat mempergunakan perkatan- perkataan
manis yang menimbulkan rasa cinta.
Di tengah- tengah para pendeta harus dapat membicarakan Tatwa Upadeca
Jika berhadapan dengan musuh harus dapat mengucapkan kata- kata yang
menunjukkan keberanian seperti seekor singa.
Dari uraian kekawin Nitsastra ini dapat kita tarik suatu kesimpulan
bahwa pemimpin itu dalam melakukan motivasi haruslah terlebih dahulu
mengadakan adaptasi kepada yang diberikan motivasi. Di dalam ilmu
managemen dikenal adanya teori pemecahan soal dan teori komunikasi sosial.
Dalam Nitsastra pun itu kita dapatkan seperti ajaran panca Upaya Sandhi
yang diuraikan dalam Lontar Siwa Budhagama Tatwa, demikian pula teori
komunikasi sosial dapat kita jumpai dalam ajaran Tri Upaya Sandhi yang
diuraikan dalam Lontar Rajapati Gundala. Demikian beberapa contoh kecil
yang dapat dikemukakan bahwa Nitisastra bukan semata- mata mempelajari
ilmu pemerintahan tetapi juga ilmu ilmu kepemimpinan dan managemen.
Oleh karena itu Nitsastra adalah suatu ilmu yang mandiri, memiliki metode-
metode dan rumusan- rumusan yang mandiri juga. Nitisastra tidak dapat
dipersamakan dengan ilmu- ilmu yang lainnya lebih- lebih yang lahirnya
belakangan. Namun disini dapat ditegaskan bahwa nitisastra dapat
dikelompokkan kedalam kelompok ilmu sosial. Nitisastra yang tidak dapat
dipersamakan dengan ilmu- ilmu lainnya dapat dipahami karena sebelum
masehi sistim- sistim ilmu pengetahuan belum berkembang seperti sekarang
ini.

D. Istilah Pemimpin dalam Kepemimpinan Hindu

Istilah pemimpin dalam konsep Hindu adalah sebagai berikut :


1. Raja
Raja berasal dari urat kata “Raj” artinya menggerakkan. Arti kata itu sudah
dapat dibayangkan bahwa Raja adalah penggerak Negara dan masyarakat
menuju kehidupan yang lebih baik. Dalam bahasa Jawa Kuno kata Raja
dikatakan berasal kata “ra” dan “ja”. “Ra” artinya terhormat dan “ja”
artinya lahir. Jadi kata Raja berarti kelahiran yang terhormat.
2. Prabhu
Prabhu berasal dari Bahasa Sanskerta dari kata “Pra” artinya di depan dan
“bhu” artinya ada. Jadi Prabhu artinya ada di depan. Prabhu dalam
pengertian yang lebih luas berarti kekuasaan atau yang berkuasa. Jadi
prabhu dapat diartikan penguasa yang paling terkenal, terkemuka dan
paling menentukan.
3. Swamim
Berasal dari kata “Swami” yang artinya dipertuan. Pada jaman Hindu
kuno, raja disebut “Swamim” yang kedudukannya sejajar dengan Purohito.

Kepemimpinan Hindu 9
Swamim dinobatkan oleh Purohito melalui suatu upacara yang disebut
“Rajasuya”. Sedangkan Purohito atau pendeta istana dilantik oleh Swamim
melalui upacara “Brhaspati Sawa”.
4. Iswara
Iswara dalam Bhagawadgita XVIII. 43 berarti pemimpin. Kata Iswara
bhawascha artinya berbakat memimpin. Dalam bahasa Sanskerta kata
Iswara berarti berkuasa. Kata Iswara berasal dari kata “Isa”, artinya
penguasa atau yang mulia, dan kata “vara” artinya “terbaik diantara”.
Berdasarkan kata Iswara bahwa yang tepat menjadi pemimpin ia yang
memiliki kemampuan yang terbaik diantara yang lain.
5. Natha
Natha yang juga merupakan istilah yang dipakai untuk menyebutkan sang
raja. Kata Natha dalam bahasa Sanskerta berarti tempat berlindung,
penjaga. Dengan demikian yang dimaksud dengan pemimpin itu adalah
mereka –mereka yang dipakai tempat berlindung oleh masyarakat.
Penggunaan kata Natha untuk menyebutkan sang raja yang sering
disatukan dengan kata Ratu sehingga menjadi Sang Natha Ratu, yang juga
sama artinya dengan kata Raja yang berarti penguasa atau penggerak.
Pembahasan mengenai pemimpin dalam keluarga dan masyarakat
identik dengan orang tua seperti ayah dalam rumah tangga. Dalam
Sarasamuccya disebutkan tugas ayah yaitu :
1. Annadata, artinya seorang ayah wajib mengupayakan kebutuhan putranya
akan makanan yang diperlukan untuk mempertahankan kehidupan
jasmaninya.
2. Pranadata, artinya tugas ayah adalah menjaga kehidupannya. Prana artinya
nafas atau tenaga. Dalam hal ini melindungi anaknya agar jangan sampai
terancam keselamatan jiwanya. Sebab sepanjang orang bisa bernafas
sepanjang itu juga dia dapat hidup. Dengan demikian Pranadata artinya
dengan menjaga keselamatan jiwa si anak.
3. Sarira Kerta, artinya ayah adalah pertama menciptakan dan menumbuhkan
anaknya secara fisik. Tubuh si anak berasal dari tubuh ayah barulah ibu
yang mengembangkannya sampai lahir ke dunia. Setelah lahir ayah tetap
bertanggung jawab terhadap anak.
Peminpin harus dapat memimpin diri sendiri dengan baik.
Kepemimpinan terhadap diri sendiri meliputi dua hal yang pokok. Pertama,
pembenahan yang bersifat non fisik. Pembenahan diri secara nonfisik
meliputi usaha untuk menyucikan diri secara rutin melakukan penyelaman ke
dalam lautan rohani, seperti melakukan sembahyang dan meditasi secara
teratur, melakukan Tirtha Yatra, melakukan brata, upawasa dan yang lainnya
yang bersifat kesucian. Kedua, meningkatkan pemahaman akan hakekat
hidup dan kehidupan. Peningkatan pemahaman akan nilai-nilai spiritual dan
pemimpin harus mempunyai minat baca yang tinggi. Pustaka bagi seseorang

Kepemimpinan Hindu 10
pemimpin adalah guru yang paling tersohor. Pustaka secara fisik merupakan
benda mati, namun nilai-nilai yang terkandung di dalam pustaka itu yaitu
nilai-nilai kehidupan yang siap setiap saat memberikan inspirasi kepada
pemimpin bahkan kepada siapa saja yang membutuhkan tuntunan kehidupan
kebijaksanaan.
Masa lampau, Raja juga seorang sastrawan disamping seorang
politikus. Raja setelah mengakhiri masa tugasnya sebagai penguasa, biasanya
menjadi pendeta atau sulinggih. Kalau konsep kepemimpinan diri sendiri ini
diterapkan di abad modern ini, maka tidak akan terjadi apa yang disebut “post
power syndrom”.

Kepemimpinan Hindu 11

Anda mungkin juga menyukai