Anda di halaman 1dari 4

TUGAS 2 AGAMA HINDU

NAMA : NI KADEK DIAN SARI


NIM : 048077562
UPBJJ : DENPASAR
PRODI : MANAJEMEN
1. Mahāṛṣi Manu, peletak dasar hukum Hindu menjelaskan bahwa Veda adalah sumber dari segala
sumber dharma atau hukum Hindu, pernyataan tersebut terdapat pada kitab Mānava
Dharmaśāstra II.6. Jelaskan isi yang terkandung dalam kitab Mānava Dharmaśāstra tersebut!

Jawaban :

Maharsi Manu, peletak dasar hukum Hindu menjelaskan bahwa Weda adalah sumber dari segala
sumber darma atau hukum Hindu. Pernyataan tersebut terdapat pada kitab Manava Dharmasastra yang
bunyinya sebagai berikut. Vedo 'khilo dharma mulam smrti sile ca tad vidam, acarascaiva sadhunam
atmanastustir eva ca. (Manavadharmasastra II.6) Yang artinya: "Weda merupakan sumber pertama dari
darma, kemudian barulah Smrti, kemudian adat istiadat, lalu tingkah laku yang terpuji dari orang-orang
bijak yang mendalami ajaran suci Weda; juga tata cara kehidupan orang suci dan akhirnya kepuasan
pribadi" (Pudja, 2004:31) Sloka dalam kitab Manava Dharmasastra jelas menyebutkan bahwa ajaran
Hindu tidak hanya berpatokan pada satu sumber hukum, tetapi sumber hukum Hindu juga termasuk
tradisi, tingkah laku yang baik, dan kepuasan hati sebagai seorang pemuja. Adanya berbagai sumber
hukum tersebut karena ajaran Hindu tidak bersifat dogma yang harus melaksanakan ajaran agama sama
persis seperti di daerah tempat agama Hindu berasal. Akan tetapi, dapat disesuaikan tergantung pada
desa, kala dan patra. Weda di manapun dia diterapkan tidak pernah memusnahkan tradisi yang telah
ada dan berkembang di suatu daerah. Namun, Weda justru melestarikan tradisi yang telah dipraktikkan
oleh umat setempat. Bentuk, tata cara pelaksanaan, dan bahan yang dipergunakan dalam pelaksanaan
ajaran Weda boleh berbeda, tetapi intinya adalah sama contoh di India untuk menyucikan arca
digunakan susu, tapi di Bali untuk menyucikan arca dan pelinggih digunakan tirta.

2. Smṛti adalah Veda yang disusun kembali berdasarkan ingatan. Secara garis besarnya Smṛti dapat
digolongkan ke dalam tiga kelompok besar. Salah satu adalah kelompok Vedangga. Sebutkan dan
berikan penjelasan yang termasuk kelompok Vedangga!

. Smrti adalah weda yang disusun kembali berdasarkan ingatan, secara garis besar Smrti dapat
digolongkan dalam tiga kelompok besar, salah satunya adalah kelompok vedanga. Kelompok Vedanga
terdiri atas 6 bidang Weda yaitu:

a) Siksa, memuat petunjuk-petunjuk tentang cara yang tepat dalam pengucapan mantra serta
tinggi rendahnya tekanan suara.
b) Vyakarana, merupakan ilmu tata bahasa dan menjadi suplemen batang tubuh Weda dan
dianggap sangat penting serta menentukan, karena untuk mengerti dan menghayati Weda Sruti
tidak mungkin tanpa bantuan pengertian dan bahasa yang benar.
c) Chanda, adalah cabang weda yang khusus membahas aspek ikatan bahasa yang disebut lagu.
d) Nirukta, memuat berbagai penafsiran autentik mengenai katakata yang terdapat dalam Weda.
e) Jyotisa, memuat pokok-pokok ajaran astronomi yang diperlukan untuk pedoman dalam
melakukan yajna.
f) Kalpa, menurut jenis isinya terbagi atas beberapa bidang berikut:
 Srautasutra, memuat berbagai ajaran mengenai tata cara melakukan yajna.
 Grhyasutra, memuat berbagai ajaran mengenai peraturan pelaksanaan yajna oleh orang-
orang yang berumah tangga.
 Dharmasutra, memuat berbagai aspek tentang peraturan hidup bermasyarakat dan
bernegara.
 Sulvasutra, memuat peraturan-peraturan mengenai tata cara membangun tempat ibadah
3. Hindu memiliki konsep jenjang kehidupan yang jelas dan telah tersusun dengan sistimatis dalam
Catur Asrama. Mengapa Catur Asrama dikatakan sebagai jenjang dalam kehidupan manusia?
Uraikan dan jelaskan!

Jawaban:

Agama Hindu memiliki pemahaman yang jelas tentang tahapan kehidupan dan diatur secara sistematis
dalam caturasrama. Catur asrama terdiri dari dua kata yaitu kata catur dan asrama. Kata catur berarti 4
dan kata asrama berarti tempat atau lapangan kerohanian. Kata asrama juga sering dikaitkan dengan
jenjang kehidupan. Jenjang kehidupan tersebut berdasarkan atas tatanan rohani, waktu, umur, dan
perilaku manusia. Jadi dapat disimpulkan catur asrama berarti empat jenjang kehidupan yang
berlandaskan petunjuk kerohanian Hindu. Didalam kitab silakrama dijelaskan bahwa yang bernama
caturasrama ialah brahmacari, grhastha, wanaprastha dan bhiksuka. Catur asrama dikatakan sebagai
jenjang kehidupan dikarenakan menggambarkan empat fase kehidupan yang biasanya dalami oleh
manusia selama masa hidupnya. Konsep ini menyatakan bahwa setiap tahap memiliki tugas dan
tanggung jawabnya sendirisendiri, dan setiap tahap mempersiapkan individu untuk tahap berikutnya
dalam mencapai kesadaran spiritual. Dalam pandangan agama Hindu, tujuan akhir dari kehidupan
adalah mencapai moksha, yaitu keadaan kebebasan dari samsara atau kelahiran dan kematian berulang
kali. Dengan memahami catur asrama, manusia dapat memahami tahapan-tahapan kehidupannya
dengan lebih baik dan lebih mudah menyelesaikan tugas dan tanggung jawab di setiap tahap. Konsep ini
juga membantu manusia untuk memahami arti penting dari belajar dan mengembangkan diri,
membentuk keluarga dan memenuhi tanggung jawab sosial, serta mempersiapkan diri untuk
meninggalkan dunia dan mengabdikan diri pada pencapaian kesadaran spiritual.

4. Sebagaimana yang tertuang dalam Nitisastra, maka perlu diketahui pula bagaimana ajaran
kepemimpinan dalam Nitisastra. Jelaskan kriteria pemimpin menurut Nitisastra!

Nitisastra memuat kriteria kepemimpinan sebagai berikut:

 Abhikamika: pemimpin harus tampil simpatik, berorientasi ke bawah, dan mengutamakan


kepentingan rakyat banyak daripada kepentingan pribadi atau golongan.
 Prajna, pemimpin harus bersikap arif dan bijaksana; menguasai ilmu pengetahuan,
teknologi, dan agama; serta dapat dijadikan panutan bagi rakyatnya.
 Utsaha: pemimpin harus proaktif, berinisiatif, kreatif, dan inovatif (pelopor pembaruan)
serta mengabdi tanpa pamrih untuk kesejahteraan rakyat.
 Atma Sampat: pemimpin mempunyai wawasan yang jauh ke masa depan demi kemajuan
bangsanya.
 Sakya Samanta: pemimpin sebagai kontrol mampu mengawasi bawahan (efektif, efisien, dan
ekonomis) dan berani menindak secara adil bagi yang bersalah tanpa pilih kasih atau tegas.
 Aksudara Pari Sakta: pemimpin harus akomodatif, mampu memadukan perbedaan dengan
permusyawaratan; pandai berdiplomasi; serta menyerap aspirasi bawahan dan rakyatnya.
5. Bentuk bela negara yang sangat diperlukan adalah upaya bela negara dalam bentuk non fisik.
Sebuah negara layaknya rumah tangga juga memerlukan pembiayaan dalam operasionalnya. Salah
satunya adalah dengan taat pajak. Dalam ajaran Hindu membayar pajak memang dimaksudkan
sebagai hubungan timbal balik yaitu balas jasa rakyat kepada para kesatria (raja) atas jaminan
keamanan atau perlindungan yang diberikan oleh raja. Bagaimana pandangan tentang pajak
menurut Manawa Dharma Sastra X.118? Jelaskan jawaban Anda!

Bela negara dapat dibedakan menjadi dua yaitu bela negara secara fisik dan bela negara secara non fisik.
Bela negara secara fisik merupakan usaha mempertahankan eksistensi negara melalui perjuangan secara
fisik, yakni seperti yang dilakukan oleh TNI dan Polri yang secara konstitusi merupakan kekuatan utama
dan rakyat sebagai kekuatan pendukungnya. Namun dalam konteks negara Indonesia yang cenderung
stabil, rakyat Indonesia tidak terlalu diperlukan untuk ikut serta dalam negara secara fisik. Bentuk bela
negara yang sangat diperlukan adalah upaya bela negara dalam bentuk non fisik. Sebuah negara
layaknya rumah tangga juga memerlukan pembiayaan dalam operasionalnya. Negara dibiayai dari tiga
jenis pendapatan negara dan juga pembiayaan ( dalam dan luar negeri). Jadi apabila kita taat membayar
pajak itu artinya kita sudah ikut dalam upaya bela negara secara nonfisik. Namun, perlu dipahami, pajak
pun diibaratkan sebagai suatu premi asuransi yang harus dibayar oleh setiap orang karena mendapatkan
perlindungan dan hak-haknya dari negara (Kemenkeu dan Kemenristekdikti, 2016: 104). Dalam ajaran
Hindu, membayar pajak memang dimaksudkan sebagai hubungan timbal balik yaitu balas jasa rakyat
kepada para ksatria (raja) atas jaminan keamanan atau perlindungan yang diberikan oleh raja dalam
Manawa Dharmasastra X.118 dinyatakan hal berikut. "Seorang ksatria (raja atau petugas-petugas
pemerintahan) yang dalam keadaan susah mengambil seperempat dari hasil panen dinyatakan bebas
dari kesalahan kalau ia melindungi rakyatnya dengan sebaik-baiknya menurut kemampuannya" Dalam
sloka tersebut, raja atau negara dibenarkan memungut pajak asal memberikan perlindungan kepada
rakyatnya. Dalam pandangan agama Hindu keberadaan suatu negara harus didukung oleh tujuh unsur
pokok, yakni swamin (raja), amatya (staf), janapada/rashtra (wilayah), durga (benteng), kosha
(perbendaharaan), danda/bala (tentara), dan mitra (sekutu). Tujuh komponen negara tersebut bertugas
menyelenggarakan pemerintahan negara tercapai citacita jagaddhita dan moksa. Sekalipun keuntungan
yang didapat memang lebih digunakan untuk keperluan pendidikan, tetapi wajib adanya penghasilan
tersebut harus dilaporkan ke kantor pajak.

SUMBER: Sudiani, Ni Nyoman, Untung Suhardi, dan Sukirno Hadi Raharjo. (2021) Pendidikan Agama
Hindu. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka

Anda mungkin juga menyukai