Anda di halaman 1dari 5

TUGAS TUTON 3

PENDIDIKAN AGAMA HINDU

«il.
Hn
MT —
“ In
.u

NA
UNIVERSITAS TERBUKA

MADE ARIMBAWA
NIM 859408368

SEMESTER 1

MKWU4105

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (PGSD)


LUWU TIMUR
Soal !

1. Dalam Agama Hindu, permasalahan moralitas (etika) menjadi ruang lingkup ajaran susila,
salah satu sebagai landasan sastra ajaran susila yaitu Manawadharmasatra. Apa makna
yang dikandung dalam Manawadharmasasra, sloka Sloka 161? Jelaskan jawaban Anda!
2. Tat Twam Asi sebagai ajaran tanpa batas dalam penerapan Etika dalam Kehidupan.
Mengapa dikatakan demikian? Jelaskan jawaban Anda!
3. Seni bagi masyarakat Hindu adalah tidak dapat dilepaskan dari seni untuk menunjukkan
rasa bhakti kepada Tuhan. Mengapa demikian? Jelaskan jawaban Anda!
4. Sering kita jumpai pada saat upacara keagama Hindu ada pertunjukan seni tari salah
satunya adalah tarian Siva Nataraja. Menurut Suamba, tarian Siva Nataraja mengandung 5
simbol. Apa saja simbol tersebut? Dan apa makna tarian tersebut? Jelaskan jawaban
Anda!
5. Sering kita jumpai pada saat upacara keagamaan Hindu tidak lepas dari Dharmagita. Apa
makna Dharmagita menurut kitab Brahad Aryanaka Upanisad ?Jelaskan jawaban Anda!

SUMBER REFERENSI : BMP/MKWU-4105


Jawaban

1. Susila adalah dasar prinsip peraturan atau norma hidup yang baik dan bagus. Istilah susila pun
mengandung pengertian peraturan hidup yang lebih baik. Dengan demikian, sussila merupakan
kebiasaan atau tingkah laku perbuatan manusia yang baik.
permasalahan moralitas (etika) menjadi ruang lingkup ajaran susila, salah satu sebagai landasan
sastra ajaran susila yaitu Manawa dharmasatra. Adapun salah satu sloka yang dijelaskan Manawa
dharmasastra yaitu sloka 161:

Jangan marah dan berkata kasar


Seloka 161

narumtudah syad arto”pi na paradroha karmadhih,

yayasyadvijate vaca nalokyam tamudarayet.

Artinya
Meski marah atau sedih, janganlah memakai kata kasar, janganlah menyakiti orang lain dalam
pikiran, jangan berkata yang menyebabkan orang lain takut, hal itu dapat menghalangi mencapai
surga.

2. Tat twam asi merupakan ajaran social tanpa batas. Saya adalah kamu, sebaliknya kamu adalah saya
dan segala makhluk adalah sama sehingga menolong orang lain berarti menolong diri sendiri. Kamu
dan aku adalah bersaudara, antara saya dan kamu sesungguhnya bersaudara. Hakikat atman yang
menghidupkan tubuh makhluk hidup merupakan percikan terkecil dari tuhan. Kita sama-sama
makhluk ciptaan Tuhan.
Ajaran tat twam asi mengajak setiap orang penganut agama untuk turut merasakan apa yang sedang
dirasakan orang lain. Tat twam asi merupakan kata kunci untuk dapat membina agar terjalin
hubungan yang serasi atas dasar yang saling asah, asih, dan asuh di antara sesama makhluk hidup.
Dalam Sarasanuccaya.317 dijelaskan hal berikut.

Orang arif bijaksana melihat semuanya sama, baik kepada brahmana budiman yang rendah
hati maupun terhadap makhluk hidup lainnya. Orang yang hina papa sekalipun, perbuatan
jahat yang dilakukan orang lain terhadap dirimu, perbuatan sadhu hendaknya sebagai
balasannya, janganlah sekali-seklai membalas dengan perbuatan jahat sebab orang yang
berhasrat kejahatan itu pada hakikatnya akan menghacurkan dirinya sendiri (Kajeng, 2009:

248).

SUMBER REFERENSI : BMP/MKWU-4105


3. Seni bagi masyarakat Hindu adalah tidak dapat dilepaskan dari seni untuk menunjukkan rasa bakti
kepada tuhan karena semua seni bagi masyarakat Hindu adalah media untuk memuja para dewa dan
media untuk mendekati diri kepada-nya. Bagi masyarakat Hindu, hampir seluruh seni memiliki nilai
religius sehingga masyarakat Hindu sangat menghormati seni. Oleh karena itu, masyarakat sebagai
pelaku seni, baik seni tari, seni suara, seni rupa, seni karawitan, maupun seni lainnya, menganggap
diri meraka sebagai bhakta sehingga seni yang mereka perankan dianggap sebagai persembahan
untuk munjukkan rasa pengabdian dan bhakti. Pelaku seni keagamaan akan merasa puas dan bahagia
apabila dilibatkan dan sudah dapat memerankan seni keagamaan tersebut.

4. Tarian keagamaan di Bali sumber filosofinya adalah Siva Nataraja, yaitu Dewa Siwa sebagai penari
kosmis. Maksudnya, Dia sedang menari dengan riang gembira. Konsep tarian Siva Nataraja ini
merupakan spirit tarian di Bali yang berjiwa religius. Menurut Suamba (2003: 7), Siva Nataraja
merupakan simbolisasi dari lima aktivitas tuhan yang disebut pancakrtya, antara lain :

(1) Srihri (Penciptaan),

(2) Sthiti (Pemeliharaan),

(3) Samhara (Penghancuran),

(4) Tirabhava (Pengaburan),

(5) Anugraha (Anugerah).

Oleh karena itu, seni tarian bersumber dari Siwa Nataraja sehingga setiap tarian memiliki spirit untuk
kesucian dan pembebasan. Oleh karena itu, dapat membangun kepribadian orang menjadi indah,
bijaksana, dan mengagungkan kebenaran.

SUMBER REFERENSI : BMP/MKWU-4105


5. Dharmagita menurut Brahad Aryanaka Upanisad menyebutkan bahwa kidung suci yang dilagukan
dalam persembahyangan/pelaksanaan yajna dapat menumpas kejahatan. Selanjutnya, dijelaskan
bahwa doa pesembahyangan/kidung suci kekuatannya ada dalam mulut yang disebut Ayasya
Anggirasa karena merupakan inti sari rasa dari tubuh. Mereka yang mengetahui rsahasia ini
dijauhkan dari kematian dan dapat nantinya menuju surge (Warta, 2006: 222).

Adanya darma gita dalam setiap upacara keagamaan telah dinyatakan dalam kitab suci weda sebagai
berikut.

rcam tvah posamaste pupusvanayatram


tvo gayati skvarisu,
brahma tvo vadati jatavidyam
yajnasya matram vi mimita u tvah (rgveda x. 71. 11)

Artinya
Seseorang (hota) bertugas mengucapkan mantra weda (Rgveda), seorang (udgata) melakukan
nyanyian-nyanyian pujian atau mengucapkan gayatra (samaveda) dalam metre sakvari, seorang lagi
yaitu brahma yang menguasai pengetahuan Weda mengajarkan isi Weda dan memberitahukan apa
yang harus dilakukan, dan yang lain (adhvaryu) memastikan persediaan bahan persembahan dan
mengajarkan tata cara melaksanakan korban suci (Tim Penyusun, 2005: 860).

Sumber Referensi : BMP/MK WU4105/Pendidikan Agama Hindu/Modul 6-7

SUMBER REFERENSI : BMP/MKWU-4105

Anda mungkin juga menyukai