Ilide - Info Doping Dan Ergogenic Aids Kelompok 7 PR
Ilide - Info Doping Dan Ergogenic Aids Kelompok 7 PR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kesempatan dan hidayahNya sehingga dapat menyelesaikan penulisan Makalah
dengan judul: “Penggunaan Doping Dan Ergogenis Aids bagi Performa dan
Prestasi Atlet” untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Gizi Olahraga. Sehubungan
dengan selesainya makalah ini, kami ingin mengucapkan terimakasih kepada Ibu
Dwipajati, SST, M.Gz selaku dosen Mata Kuliah Gizi Olahraga.
Tim Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. Tujuan Penelitian..................................................................................3
1. Tujuan Umum..................................................................................3
2. Tujuan Khusus.................................................................................3
D. Manfaat Penelitian................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
DOPING
A. Pengertian Doping................................................................................4
B. Alasan Penggunaan Doping..................................................................5
C. Alasan Pelarangan Doping....................................................................5
D. Peran Pemerintah dalam Menanggulangi Doping................................6
E. Manfaat Penggunaan Doping untuk Performa dan Prestasi Atlit.........7
F. Macam-Macam Doping........................................................................8
G. Dampak Doping....................................................................................12
ERGOGENIC AIDS
A. Pengertian Ergogenic Aids..................................................................15
B. Alasan Penggunaan Ergogenic Aids...................................................15
C. Manfaat Ergogenic Aids Gizi..............................................................16
D. Macam-macam Zat Ergogenik............................................................16
E. Jenis dan Kelompok Zat Ergogenik Gizi.............................................21
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................26
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Olahraga merupakan kegiatan yang membutuhkan kombinasi antara
komponen fisik maupun psikis secara baik dalam setiap pelaksanaannya.
Kombinasi tersebut diharapkan dapat menghasilkan penampilan olahraga yang
prima. Baik olahraga kesehatan maupun olahraga prestasi, keduanya memerlukan
kondisi prima agar dapat mencapai tujuannya masing-masing, terlebih lagi pada
olahraga prestasi yang menuntut para pelakunya untuk memiliki kondisi prima
dalam setiap kompetisi atau pertandingannya. Berbagai macam cara dilakukan
oleh pelaku olahraga dalam upaya meningkatkan performa olahraga, salah satu
caranya adalah dengan menggunakan suplemen atau yang dikenal dengan istilah
ergogenic aids. Ergogenic aids (Kenney, 2011: 396) adalah “...any substance or
phenomenon that enhances performance”. Pernyataan tersebut memiliki
kesimpulan bahwa ergogenic aids merupakan segala substansi atau fenomena
yang dapat meningkatkan performa dalam olahraga.
Kebanyakan pelaku olahraga ingin menampilkan performa olahraga yang
prima, terlebih lagi pada pelaku olahraga prestasi. Dalam hal ini, para atlet ingin
menampilkan performa prima sebagai upaya untuk menjadi pemenang di setiap
kompetisinya. Maka dari itu, ergogenic aids sebagai agen untuk meningkatkan
performa perlu digunakan demi tercapainya hal tersebut. Sekarang ini banyak
contoh dari ergogenic aids, di antaranya adalah suplemen seperti asam amino,
rekayasa fisiologi seperti doping darah, rekayasa latihan, modifikasi alat, dan
bahkan sampai dengan penggunaan obat-obatan atau hormon dalam dosis yang
sesuai.
Kenney (2011: 396) mengungkapkan “The list of possible ergogenic aids
is long, but the number that actually possess ergogenic properties is much
shorter. In fact, some allegedly ergogenic substances or phenomena actually can
impair performance. These are usually drugs...”. Berdasarkan pernyataan tersebut
bisa kita pahami bahwa variasi dari ergogenic aids sangatlah banyak, tetapi dalam
segi pemanfaatannya sangatlah terbatas. Pernyataan tersebut juga menjelaskan
bahwa secara faktual, beberapa orang berpendapat bahwa tidak semua substansi
atau fenomena ergogenic dapat meningkatkan performa, bahkan cenderung
merugikan. Hal tersebut dimaksudkan kepada penggunaan obat-obatan sebagai
ergogenic aids. Hal ini juga mengisyaratkan bahwa penggunaan obat-obatan
dipercaya memiliki efek samping yang bisa mengakibatkan penurunan kualitas
performa (ergolytics) dalam berolahraga.
Sejak dahulu kala manusia telah memakai doping untuk menambah
kekuatan badan dan meningkatkan keberanian. Misalnya penduduk Indian di
Amerika Tengah dan beberapa suku di Afrika, mereka memakan zat-zat dari
tumbuh-tumbuhan liar tertentu atau memakan madu sebelum melakukan suatu
perjalanan jauh, berburu, atau berperang. Pada Perang Dunia II banyak digunakan
pil-pil Amfetamin untuk melawan rasa letih dan mengantuk.
Istilah “dope” pertama kali timbul pada tahun 1889 pada suatu
perlombaan balap kuda di Inggris, sedangkan kata “dope” itu sendiri berasal dari
salah satu suku bangsa di Afrika Tengah. Sejarah doping dalam olahraga dimulai
kurang lebih pada abad 19 pada olahraga renang, tetapi pemakaian doping yang
paling sering dijumpai adalah pada olahraga balap sepeda. Pada waktu itu zat-zat
yang populer dipakai adalah kafein, gula dilarutkan dalam eter, minuman-
minuman yang mengandung alkohol, nitrogliserin, heroin, dan kokain.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan doping?
2. Apa alasan para atlet menggunakan doping?
3. Mengapa penggunaan doping dilarang?
4. Apa manfaat doping untuk perfoma dan prestasi atlet?
5. Apa saja macam-macam doping dan efeknya terhadap pengguna
doping?
6. Apa yang dimaksud dengan ergogenic aids?
7. Apa alasan para atlet menggunakan ergogenic aids?
8. Apa manfaat ergogenic aids untuk performa dan prestasi atlet?
9. Apa saja macam-macam ergogenic aids?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui konsep doping dan ergogenic aids bagi performa dan
prestasi atlet
2. Tujuan Khusus
1) Mengetahui pengertian doping
2) Mengetahui alasan para atlet menggunakan doping
3) Mengetahui larangan penggunaan doping
4) Mengetahui manfaat doping untuk perfoma dan prestasi atlet
5) Mengetahui macam-macam doping dan efeknya terhadap pengguna
doping
6) Mengetahui pengertian ergogenic aids
7) Mengetahui alasan para atlet menggunakan ergogenic aids
8) Mengetahui manfaat ergogenic aids untuk performa dan prestasi atlet
9) Mengetahui macam-macam ergogenic aids
D. Manfaat
1. Manfaat Keilmuan
Penulisan makalah ini diharapkan dapat memberi kontribusi ilmiah
dengan menyediakan referensi baru terkait konsep doping dan ergogenic
aids bagi performa dan prestasi atlet.
2. Manfaat Praktis
Penulisan makalah ini diharapkan dapat memberi manfaat melalui
analisis yang dipaparkan sehingga masyarakat memiliki bahan bacaan atau
diskusi untuk menambah wawasan dan pengetahuan terkait konsep doping
dan ergogenic aids bagi performa dan prestasi atlet.
BAB II
PEMBAHASAN
DOPING
A. Pengertian Doping
Doping adalah penggunaan obat obatan untuk meningkatkan perfomance
dalam berolahraga. Berakar dari kata “dope”, yang digunakan suku asli di Afrika
Selatan untuk nama minuman beralkohol yang mereka pakai dalam upacara
dansa-dansi.
Adapun definisi-definisi untuk doping ini berubah-ubah terus sesuai
dengan perkembangan zaman. Definisi yang pertama digariskan adalah pada
tahun 1963, yaitu doping adalah pemakaian zat-zat dalam bentuk apa pun yang
asing bagi tubuh, atau zat yang fisiologis dalam jumlah yang tak wajar dengan
jalan tak wajar pula oleh seseorang yang sehat dengan tujuan untuk mendapatkan
suatu peningkatan kemampuan yang buatan secara tidak jujur. Bermacam-macam
usaha psikologis untuk meningkatkan kemampuan dalam olahraga juga harus
dianggap sebagai suatu doping.
Karena dirasakan sukar untuk membedakan antara suatu pemakaian
doping dengan suatu pengobatan memakai obat-obat stimulantia maka ditambah
pula hal-hal baru dalam definisi tersebut, yaitu bila karena suatu pengobatan
terjadi kenaikan suatu kemampuan fisik karena khasiat obat atau karena dosis
yang berlebih maka pengobatan tersebut dianggap sebagai suatu doping.
Menurut UU No. 3 tahun 2005 tentang sistem keolahragaan nasional, Bab
I ketentuan umum pasal 1 ayat 22, doping adalah penggunaan zat atau metode
terlarang untuk meningkatkan prestasi olahraga.
Pada Kongres Ilmiah Olahraga Internasional yang diadakan pada saat
berlangsungnya Olimpiade Tokyo 1964 diadakan perubahan definisi doping
menjadi “pemberian kepada, atau pemakaian oleh seorang atlet yang bertanding,
suatu zat asing melalui cara apapun, atau suatu zat yang fisiologis dalam jumlah
yang tak wajar, atau diberikan dengan cara yang tak wajar dengan maksud atau
tujuan khusus untuk meningkatkan secara buatan dengan cara yang tak jujur
kemampuan si atlet dalam pertandingan”. Dalam konteks sekarang, doping
diartikan sebagai penggunaan bahan-bahan kimia yang terlarang yang diduga bisa
membahayakan kesehatan pemakainya.
F. Macam-Macam Doping
1) Kategori agen anabolik, termasuk agen anabolik steroid (AAS).
Steroid anabolik adalah obat yang meniru efek testosteron, hormon
yang berperan dalam pembentukan otot pada pria. Dalam dunia medis,
zat anabolik steroid digunakan pada beberapa kondisi kelainan hormon,
seperti delayed puberty atau pada pasien-pasien kanker dan AIDS yang
mengalami kehilangan massa otot karena penyakitnya. Namun pada
dunia olahraga, zat anabolik steroid ini sering kali disalahgunakan
untuk pembentukan otot atlet. Dengan demikian, dapat meningkatkan
performa fisik atlet tersebut.
AAS adalah hormon testosteron sintetis. Dalam dunia biologi atau
kedokteran, testosteron merupakan hormon kelamin yang umumnya
banyak ditemukan dalam jumlah besar di setiap laki-laki, sedangkan pada
perempuan, hormon ini biasanya tidak berkembang atau ada dalam kadar
yang sangat sedikit. AAS dilarang penggunaanya karena merupakan agen
anabolik yang dapat meningkatkan kinerja seorang atlet, menyebabkan sang
atlet tidak sportif. Atlet menggunakannya untuk meningkatkan ukuran dan
kekuatan otot, mengurangi jumlah waktu yang diperlukan untuk pulih
setelah latihan, dan untuk berlatih lebih keras dalam jangka waktu yang
lama. AAS dapat berupa exogeneous dan endogenous. Beberapa contoh
AAS exogenous yang dilarang adalah calusterone, clostebol, danazol,
mestanolone, methasterone, prostanozol, dan stanozolol. Beberapa contoh
AAS endogenous yang dilarang adalah androstenediol, epistestosterone,
dihydrotestosterone, dan prasterone.
2) Kategori hormon peptida, growth factors, dan zat lain yang berkaitan.
Termasuk di dalamnya adalah agen pembentuk eritrosit atau sel
darah merah (erythropoietin stimulating agent). Pada kondisi medis, obat
ini digunakan untuk pasien yang membutuhkan stimulasi pembentukan
sel darah merah, misalnya pada pasien gagal ginjal. Dalam kasus doping,
obat ini digunakan untuk menambah jumlah sel darah merah yang
mengangkut oksigen dalam tubuh. Jadi, diharapkan mampu
meningkatkan asupan oksigen. Kategori ini juga termasuk faktor-faktor
pertumbuhan alias growth factors, yang dimaksudkan untuk memodulasi
pembentukan otot, tendon, vaskularisasi, dan penggunaan energi di level
selular.
Hormon peptida adalah zat yang diproduksi oleh kelenjar dalam tubuh
dan setelah beredar melalui darah, zat ini dapat mempengaruhi organ-organ
dan jaringan lain untuk mengubah fungsi tubuh. Atlet menggunakannya
untuk merangsang produksi hormon alami, meningkatkan pertumbuhan otot
dan kekuatan, serta menambah produksi sel darah merah yang bisa
meningkatkan kemampuan darah untuk membawa oksigen. Contoh dari zat
hormon peptida adalah erythropoiesis-stimulating agents (seperti
erythropoietin/EPO dan peginesatide/hematide), chorionic gonadotrophin
(CG) dan Luteinizing hormon (LH), Corticotrophins, dan growth hormons
(seperti fibroblast growth factors/FGFs.
3) Kategori obat golongan beta-2 agonis, misalnya salbutamol, fomoterol,
dan terbutalin.
Pada kondisi medis, obat golongan ini digunakan pada terapi asma
dan penyakit paru obstruksi kronis (PPOK). Sedangkan pada kasus
doping, obat-obatan ini dimaksudkan untuk membuka jalan napas, jadi
dapat meningkatkan performa pernapasan. Atlet yang menggunakan obat
ini untuk terapi asma dan PPOK harus mengisi formulir khusus untuk
mengklarifikasi pada saat pemeriksaan doping. Beta-2 agonis adalah obat
yang biasa digunakan untuk mengobati asma dengan relaksasi otot-otot
yang mengelilingi jalan napas dan membuka saluran udara. Atlet
menggunakannya untuk meningkatkan ukuran otot mereka dan mengurangi
lemak tubuh. Bila dimasukan melalui mulut atau pun dengan suntikan, Beta-
2 dapat memiliki efek stimulasi yang kuat. Obat ini dilarang di dalam dan di
luar kompetisi. Semua beta-2 agonis dilarang kecuali inhaled salbutamol
(maksimal 1600 mikrogram selama 24 jam) dan salmeterol (tidak melebihi
1000ng/mL atau formoterol (tidak melebihi 40ng/mL
4) Kategori modulator hormon dan metabolik, contohnya exemestane,
letrozole, dan tamoxifen.
Pada kondisi medis, obat-obatan tersebut digunakan untuk terapi
kanker payudara. Namun pada kasus doping, efek supresi estrogen dari
obat-obatan inilah yang dimanfaatkan. Efek ini dimanfaatkan antara lain
untuk meningkatkan fitur maskulin pada atlet wanita. Atlet pria juga
menggunakan doping golongan ini untuk mengurangi efek samping
gynecomastia (pembesaran payudara pada pria) karena penggunaan
doping golongan anabolik steroid (kategori 1) tadi. Zat-zat yang termasuk
dalam kategori ini adalah aromatase inhibitors (seperti formestane,
letrozole, dan tertolactone), selective estrogen receptor modulator/SERMs
(seperti raloxifene dan toremifene), zat anti-estrogenic lainnya (seperti
clomiphene dan fulvestrant), metabolic modulator (seperti insulin,
peroxisome proliferator activated receptor (PPAR) agonis.
5) Kategori obat diuretik, seperti furosemide, spironolakton, dan
hydrochlorthiazide.
Pada kondisi medis, obat-obatan ini digunakan pada beberapa
kondisi yang berkaitan dengan jantung dan pembuluh darah. Misalnya
pada kasus gagal jantung atau hipertensi. Obat-obatan ini bekerja
menginduksi pengeluaran air melalui urin. Pada kasus doping, obat-
obatan golongan ini digunakan untuk mengurangi bobot badan dan
membuang sisa-sisa obat doping lain lewat urin sehingga tidak terdeteksi
pada saat pemeriksaan. Agen masking adalah produk yang berpotensi dapat
menyembunyikan keberadaan zat terlarang dalam urin atau sampel lainnya
yang memungkinkan dan memperoleh keunggulan kompetitif yang tidak
adil dalam proses pengujian. Yang termasuk ke dalam masking agents
contohnya adalah desmopressin, glycerol, dan probenecid. Yang termasuk
ke dalam diuretik contohnya adalah acetazolamide, bumetanide, thiazides,
dan metolazone.
6) Stimulan
Stimulan adalah obat yang digunakan untuk meningkatkan aktivitas
fisik dan kewaspadaan dengan meningkatkan gerak jantung dan pernapasan
serta meningkatkan fungsi otak. Atlet menggunakannya untuk
meningkatkan kemampuan mereka dalam latihan pada tingkat yang optimal
serta dapat menekan kelelahan tempur dan nafsu makan. Yang termasuk
kedalam stimulan adalah non-specified stimulant dan specified stimulant.
Beberapa contoh non-specified stimulant adalah adrafinil, amfetamin,
kokain, mephentermine, phendimetrazine, dan phentermine.
Beberapa contoh specified stimulants adalah benzfetamine, cathine (jika
konsentrasinya dalam urin melebih 5 microgram/mL), cathinone
dan sejenisnya, ephedrine (jika konsentrasinya dalam urin melebih
10microgram/mL), pseudoephedrine (jika konsentrasinya melebihi 150
microgram/mL dalam urin), strychnine, dan trimetazidine.
7) Analgesik narkotik
Analgesik narkotik biasanya berupa obat penghilang rasa sakit yang
bekerja pada otak dan sumsum tulang belakang untuk mengobati rasa sakit
yang terkait dengan stimulus yang menyakitkan. Analgesik dilarang karena
dapat digunakan untuk mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri dari
cedera sehingga dapat membantu atlet dalam latihan yang lebih keras dan
untuk jangka waktu yang lebih lama. Oleh karena itu, obat ini dilarang
digunakan dalam kompetisi. Yang termasuk narkotik adalah buprenorphine,
heroin, fentanyl dan turunannya, methadone, morfin, oxycodone, dan
pentazocine.
8) Cannabinoids
Cannabinoids adalah bahan kimia psikoaktif berasal dari tanaman
ganja yang menyebabkan perasaan relaksasi. Contohnya adalah hashis,
minyak hashis, marijuana. Marijuana umumnya tidak dianggap
meningkatkan kinerja, tapi dilarang karena penggunaannya merusak citra
olahraga. Faktor keamanan dalam penggunaan zat ini juga dipertimbangkan
karena dapat melemahkan kemampuan atlet sehingga mengorbankan
keselamatan mereka dan pesaing lainnya. Atlet menggunakannya untuk
meningkatkan waktu pemulihan setelah latihan, meningkatkan denyut
jantung, dan mengurangi kelemahan.
9) Glukokortikosteroid
Dalam pengobatan konvensional, glukokortikosteroid digunakan
terutama sebagai obat anti-inflamasi dan untuk meringankan rasa sakit. Obat
ini biasanya digunakan untuk mengobati asma, demam, peradangan jaringan
dan rheumatoid arthritis. Para atlet menggunakanya untuk menutupi rasa
sakit yang dirasakan dari cedera dan penyakit.
Selain 9 kategori diatas, WADA juga melarang dua zat lainnya yaitu
alkohol dan beta blockers untuk beberapa cabang olahraga secara spesifik, antara
lain:
a. Alkohol
Alkohol (etanol) dilarang jika ditemukan dalam darah dengan
konsentrasi 0.1 g/L. Penggunaan alkohol dilarang untuk cabang olahraga air
(FAI), panahan (WA), automobile (FIA), karate (WKF), motorcycling
(FIM), dan perahu motor (UIM).
b. Beta-blockers
Beberapa cabang olahraga spesifik yang melarang penggunaan beta-
blockers adalah panahan, automobile (FIA), biliard, golf, menembak, dan
skiing/snowboarding. Beberapa contoh zat dari beta-blockers adalah
acebutolol, atenolol, pindolol, dan sotalol.
G. Dampak Doping
Berikut ini merupakan dampak buruk atau bahaya doping bagi orang yang
mengonsumsinya:
a. Konsumsi obat doping pada atlet dapat meningkatkan prestasi yang
melampaui batas kemampuan normal. Jika dipaksakan bisa menimbulkan
exhaustion yang membahayakan kesehatan, kekacauan pikiran, delirium,
halusinasi, perilaku ganas, dan juga aritmia jantung yang dapat menimbulkan
masalah serius.
b. Doping dengan suntikan darah akan menimbulkan reaksi alergi,
meningkatnya sirkulasi darah di atas normal, dan mungkin gangguan ginjal.
c. Golongan obat peptida hormonis dan analognya dapat membuat atlet
menderita sakit kepala, perasaan selalu letih, depresi, pembesaran buah dada
pada atlet pria, dan mudah tersinggung. Dampak buruk dari suntikan
eritropoetin adalah darah menjadi lebih pekat sehingga mudah menggumpal
dan memungkinkan terjadinya stroke (pecahnya pembuluh darah di otak).
Pemakaian deuretika yang terlalu berlebihan dapat menyebabkan pengeluaran
garam mineral yang berlebihan sehingga mengakibatkan timbulnya kejang
otot, mual, sakit kepala, dan pingsan. Pemakaian yang terlalu sering mungkin
akan menyebabkan gangguan ginjal dan jantung.
d. Pemakaian obat analgesik pada atlet perempuan berfungsi menghilangkan
rasa sakit ketika haid. Namuan dampak buruknya jika salah memilih obat bisa
menyebabkan sulit bernapas, mual, konsentrasi yang hilang, dan mungkin
menimbulkan adiksi atau ketagihan.
e. Salah satu jenis obat doping yang paling sering digunakan para atlet adalah
obat-obatan anabolik, seperti hormon androgenik steorid. Jenis hormon ini
punya efek berbahaya, baik bagi atlet pria maupun atlet wanita karena
mengganggu keseimbangan hormon tubuh dan dapat juga meningkatkan
risiko terkena penyakit hati dan jantung. Jika atlet wanita mengkonsumsi obat
ini, dapat menyebabkan tumbuhnya sifat pria, seperti berkumis, suara berat,
dan serak. Selanjutnya, menimbulkan gangguan menstruasi, perubahan pola
distribusi pertumbuhan rambut, mengecilkan ukuran buah dada, dan
meningkatkan agresivitas. Bagi atlet remaja, penggunaan obat ini dapat
menyebabkan timbulnya jerawat. Dan yang paling mengkhawatirkan adalah
pertumbuhannya akan berhenti.
f. Beta-blockers membendung penyampaikan rangsangan ke jantung, paru-paru,
dan aliran darah sehingga memperlambat rata-rata detak jantung. Beta-
blockers dilarang dalam olahraga seperti panahan dan menyelam karena
menghindarkan getaran. Efek merugikan yang terjadi antar alain mimpi
buruk, susah tidur, kelelahan, depresi, gula darah rendah dan gagal jantung.
g. HGH atau Human Growth Hormone (hormon pertumbuhan manusia)
menyamai hormon pertumbuhan dalam darah yang dikendalikan oleh
mekanisme kompleks yang merangsang pertumbuhan, membantu sintesa
protein dan menghancurkan lemak. HGH disalahgunakan oleh saingan untuk
merangsang otot dan pertumbuhan jaringan. Efek yang merugikan termasuk
kelebihan kadar glukosa, akumulasi cairan, sakit jantung, masalah sendi dan
jaringan pengikat, kadar lemak tinggi, lemahnya otot, aktifitas tiroid yang
rendah, dan cacat.
ERGOGENIC AIDS
A. Pengertian Ergogenic Aids
Ergogenic aids merupakan suplemen yang biasa digunakan oleh atlet
untuk meningkatkan performa tubuh. Ergogenic berasal dari Bahasa Yunani yaitu
“ergo” yang memiliki makna peningkatan potensi hasil kerja atau memperlancar
kerja. Ergogenic aids dalam bidang kesehatan dapat berupa penambahan
substansi-substansi yang dapat meningkatkan performa atlet seperti pemenuhan
gizi yang telah dipertimbangkan oleh para ahli sebagai sesuatu yang efisien,
aman, dan legal.
Ergogenis dalam penggunaannya dapat dikelompokkan menjadi lima
kategori, yaitu ergogenic aids mekanik, ergogenic aids farmakologi, ergogenic
aids fisiologi, ergogenic aids psikologi, dan ergogenic aids gizi. Zat ergogenic
tersebut memiliki fungsi masing-masing, yaitu:
1. Ergogenic aids mekanik berfungsi untuk memberikan pelatihan dan fasilitas
yang akan digunakan oleh atlet, antara lain pelatihan kekuatan, pelatihan
kecepatan, latihan vibrasi, pakaian, sepatu, dan peralatan olahraga.
2. Ergogenic aids farmakologi yang dimaksud adalah penggunaan doping oleh
atlet yang digunakan untuk meningkatkan performa, antara lain kafein,
kromium, magnesium, dan natrium bikarbonat.
3. Ergogenic aids fisiologi yang sering digunakan adalah doping darah/tambah
darah.
4. Ergogenic aids psikologi. Dalam kelompok ini terdapat dua kategori, yaitu
pembangkit energi dengan menggunakan obat stimulan dan penenang
psikologi yang membantu mengurangi taraf kecemasan dalam olahraga.
5. Ergogenic aids gizi memiliki makna sebagai manipulasi makanan untuk
meningkatkan kemampuan fisik dan olahraga.
A. Kesimpulan
Doping merupakan pengggunaan obat atau suplemen dan metode yang
menunjang peningkatan performa dalam melakukan olahraga. Penggunaan
doping telah dilarang dalam bidang kesehatan dan pemerintah. Sedangkan
ergogenic aids merupakan sebuah alat, prosedur, atau bahan yang dapat
meningkatkan energi. Ergogenic aids memiliki berbagai macam jenis dan
penggunaannya berbeda dengan doping. Ergogenic aids sebelum digunakan
harus melalui beberapa pertimbangan.
B. Saran
Doping dan ergogenic aids sebaiknya tidak digunakan oleh atlet agar
tidak menimbulkan efek negatif, walaupun tujuannya untuk mendapat prestasi.
Peningkatan performa atlet bisa dilakukan dengan cara menanamkan nilai etika
dalam berolahraga, melakukan latihan dengan rutin dan teratur sehingga
mencapai hasil yang maksimal, dan diikuti dengan pola makan yang sehat serta
istirahat yang cukup.
DAFTAR PUSTAKA
Syafrizal dan Welis, Wilda. 2009. Gizi Olahraga. Malang. Wineka Media