Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

PENGGUNAAN DOPING DAN ERGOGENIC AIDS BAGI PERFORMA


DAN PRESTASI ATLET
Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Gizi Olahraga

Yang dibina oleh Ibu Dwipajati, SST, M.Gz

Yang disusun oleh:


Kelompok 7

Novanda Rizkiadefta D. (P17111171007)


Linda Rahmaeka (P17111171009)
Masithah Nuzul S. (P17111171015)
Novindasari Cholifah P. (P17111171020)
Hesty Mulyandarini (P17111172022)
Anandya Permatasari (P17111173034)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN GIZI
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN GIZI DAN DIETETIKA
MALANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kesempatan dan hidayahNya sehingga dapat menyelesaikan penulisan Makalah
dengan judul: “Penggunaan Doping Dan Ergogenis Aids bagi Performa dan
Prestasi Atlet” untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Gizi Olahraga. Sehubungan
dengan selesainya makalah ini, kami ingin mengucapkan terimakasih kepada Ibu
Dwipajati, SST, M.Gz selaku dosen Mata Kuliah Gizi Olahraga.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, oleh


karena itu saya mengharapkan kritik dan saran untuk penyempurnaan makalah ini.

Malang, Januari 2020

Tim Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. Tujuan Penelitian..................................................................................3
1. Tujuan Umum..................................................................................3
2. Tujuan Khusus.................................................................................3
D. Manfaat Penelitian................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN
DOPING
A. Pengertian Doping................................................................................4
B. Alasan Penggunaan Doping..................................................................5
C. Alasan Pelarangan Doping....................................................................5
D. Peran Pemerintah dalam Menanggulangi Doping................................6
E. Manfaat Penggunaan Doping untuk Performa dan Prestasi Atlit.........7
F. Macam-Macam Doping........................................................................8
G. Dampak Doping....................................................................................12
ERGOGENIC AIDS
A. Pengertian Ergogenic Aids..................................................................15
B. Alasan Penggunaan Ergogenic Aids...................................................15
C. Manfaat Ergogenic Aids Gizi..............................................................16
D. Macam-macam Zat Ergogenik............................................................16
E. Jenis dan Kelompok Zat Ergogenik Gizi.............................................21

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan....................................................................................25
B. Saran..............................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................26
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Olahraga merupakan kegiatan yang membutuhkan kombinasi antara
komponen fisik maupun psikis secara baik dalam setiap pelaksanaannya.
Kombinasi tersebut diharapkan dapat menghasilkan penampilan olahraga yang
prima. Baik olahraga kesehatan maupun olahraga prestasi, keduanya memerlukan
kondisi prima agar dapat mencapai tujuannya masing-masing, terlebih lagi pada
olahraga prestasi yang menuntut para pelakunya untuk memiliki kondisi prima
dalam setiap kompetisi atau pertandingannya. Berbagai macam cara dilakukan
oleh pelaku olahraga dalam upaya meningkatkan performa olahraga, salah satu
caranya adalah dengan menggunakan suplemen atau yang dikenal dengan istilah
ergogenic aids. Ergogenic aids (Kenney, 2011: 396) adalah “...any substance or
phenomenon that enhances performance”. Pernyataan tersebut memiliki
kesimpulan bahwa ergogenic aids merupakan segala substansi atau fenomena
yang dapat meningkatkan performa dalam olahraga.
Kebanyakan pelaku olahraga ingin menampilkan performa olahraga yang
prima, terlebih lagi pada pelaku olahraga prestasi. Dalam hal ini, para atlet ingin
menampilkan performa prima sebagai upaya untuk menjadi pemenang di setiap
kompetisinya. Maka dari itu, ergogenic aids sebagai agen untuk meningkatkan
performa perlu digunakan demi tercapainya hal tersebut. Sekarang ini banyak
contoh dari ergogenic aids, di antaranya adalah suplemen seperti asam amino,
rekayasa fisiologi seperti doping darah, rekayasa latihan, modifikasi alat, dan
bahkan sampai dengan penggunaan obat-obatan atau hormon dalam dosis yang
sesuai.
Kenney (2011: 396) mengungkapkan “The list of possible ergogenic aids
is long, but the number that actually possess ergogenic properties is much
shorter. In fact, some allegedly ergogenic substances or phenomena actually can
impair performance. These are usually drugs...”. Berdasarkan pernyataan tersebut
bisa kita pahami bahwa variasi dari ergogenic aids sangatlah banyak, tetapi dalam
segi pemanfaatannya sangatlah terbatas. Pernyataan tersebut juga menjelaskan
bahwa secara faktual, beberapa orang berpendapat bahwa tidak semua substansi
atau fenomena ergogenic dapat meningkatkan performa, bahkan cenderung
merugikan. Hal tersebut dimaksudkan kepada penggunaan obat-obatan sebagai
ergogenic aids. Hal ini juga mengisyaratkan bahwa penggunaan obat-obatan
dipercaya memiliki efek samping yang bisa mengakibatkan penurunan kualitas
performa (ergolytics) dalam berolahraga.
Sejak dahulu kala manusia telah memakai doping untuk menambah
kekuatan badan dan meningkatkan keberanian. Misalnya penduduk Indian di
Amerika Tengah dan beberapa suku di Afrika, mereka memakan zat-zat dari
tumbuh-tumbuhan liar tertentu atau memakan madu sebelum melakukan suatu
perjalanan jauh, berburu, atau berperang. Pada Perang Dunia II banyak digunakan
pil-pil Amfetamin untuk melawan rasa letih dan mengantuk.
Istilah “dope” pertama kali timbul pada tahun 1889 pada suatu
perlombaan balap kuda di Inggris, sedangkan kata “dope” itu sendiri berasal dari
salah satu suku bangsa di Afrika Tengah. Sejarah doping dalam olahraga dimulai
kurang lebih pada abad 19 pada olahraga renang, tetapi pemakaian doping yang
paling sering dijumpai adalah pada olahraga balap sepeda. Pada waktu itu zat-zat
yang populer dipakai adalah kafein, gula dilarutkan dalam eter, minuman-
minuman yang mengandung alkohol, nitrogliserin, heroin, dan kokain.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan doping?
2. Apa alasan para atlet menggunakan doping?
3. Mengapa penggunaan doping dilarang?
4. Apa manfaat doping untuk perfoma dan prestasi atlet?
5. Apa saja macam-macam doping dan efeknya terhadap pengguna
doping?
6. Apa yang dimaksud dengan ergogenic aids?
7. Apa alasan para atlet menggunakan ergogenic aids?
8. Apa manfaat ergogenic aids untuk performa dan prestasi atlet?
9. Apa saja macam-macam ergogenic aids?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui konsep doping dan ergogenic aids bagi performa dan
prestasi atlet
2. Tujuan Khusus
1) Mengetahui pengertian doping
2) Mengetahui alasan para atlet menggunakan doping
3) Mengetahui larangan penggunaan doping
4) Mengetahui manfaat doping untuk perfoma dan prestasi atlet
5) Mengetahui macam-macam doping dan efeknya terhadap pengguna
doping
6) Mengetahui pengertian ergogenic aids
7) Mengetahui alasan para atlet menggunakan ergogenic aids
8) Mengetahui manfaat ergogenic aids untuk performa dan prestasi atlet
9) Mengetahui macam-macam ergogenic aids

D. Manfaat
1. Manfaat Keilmuan
Penulisan makalah ini diharapkan dapat memberi kontribusi ilmiah
dengan menyediakan referensi baru terkait konsep doping dan ergogenic
aids bagi performa dan prestasi atlet.
2. Manfaat Praktis
Penulisan makalah ini diharapkan dapat memberi manfaat melalui
analisis yang dipaparkan sehingga masyarakat memiliki bahan bacaan atau
diskusi untuk menambah wawasan dan pengetahuan terkait konsep doping
dan ergogenic aids bagi performa dan prestasi atlet.
BAB II
PEMBAHASAN

DOPING
A. Pengertian Doping
Doping adalah penggunaan obat obatan untuk meningkatkan perfomance
dalam berolahraga. Berakar dari kata “dope”, yang digunakan suku asli di Afrika
Selatan untuk nama minuman beralkohol yang mereka pakai dalam upacara
dansa-dansi.
Adapun definisi-definisi untuk doping ini berubah-ubah terus sesuai
dengan perkembangan zaman. Definisi yang pertama digariskan adalah pada
tahun 1963, yaitu doping adalah pemakaian zat-zat dalam bentuk apa pun yang
asing bagi tubuh, atau zat yang fisiologis dalam jumlah yang tak wajar dengan
jalan tak wajar pula oleh seseorang yang sehat dengan tujuan untuk mendapatkan
suatu peningkatan kemampuan yang buatan secara tidak jujur. Bermacam-macam
usaha psikologis untuk meningkatkan kemampuan dalam olahraga juga harus
dianggap sebagai suatu doping.
Karena dirasakan sukar untuk membedakan antara suatu pemakaian
doping dengan suatu pengobatan memakai obat-obat stimulantia maka ditambah
pula hal-hal baru dalam definisi tersebut, yaitu bila karena suatu pengobatan
terjadi kenaikan suatu kemampuan fisik karena khasiat obat atau karena dosis
yang berlebih maka pengobatan tersebut dianggap sebagai suatu doping.
Menurut UU No. 3 tahun 2005 tentang sistem keolahragaan nasional, Bab
I ketentuan umum pasal 1 ayat 22, doping adalah penggunaan zat atau metode
terlarang untuk meningkatkan prestasi olahraga.
Pada Kongres Ilmiah Olahraga Internasional yang diadakan pada saat
berlangsungnya Olimpiade Tokyo 1964 diadakan perubahan definisi doping
menjadi “pemberian kepada, atau pemakaian oleh seorang atlet yang bertanding,
suatu zat asing melalui cara apapun, atau suatu zat yang fisiologis dalam jumlah
yang tak wajar, atau diberikan dengan cara yang tak wajar dengan maksud atau
tujuan khusus untuk meningkatkan secara buatan dengan cara yang tak jujur
kemampuan si atlet dalam pertandingan”. Dalam konteks sekarang, doping
diartikan sebagai penggunaan bahan-bahan kimia yang terlarang yang diduga bisa
membahayakan kesehatan pemakainya.

B. Alasan Penggunan Doping


1) Ambisi untuk menang dalam jagat olahraga; baik bagi kebanggaan diri
sendiri, keluarga, maupun negara, menyebabkan atlet, pelatih, atau orang
tua atlet menghalalkan segala cara.
2) Aspek psikososial. Setiap individu memiliki potensi melakukan
pelanggaran, ditambah lagi apabila lingkungan memberi kesempatan untuk
melakukan pelanggaran tersebut.
3) Lingkungan sosial individu. Kekalahan dalam bertanding selalu mendapat
respon dari masyarakat baik berupa cacian, kritikan, amukan, bahkan
kemarahan yang tidak proporsional sehingga yang ada di benak atlet adalah
harus menang dalam setiap event yang diikuti.
4) Kurangnya informasi tentang bahaya doping bagi diri sendiri dan orang lain.
5) Ketatnya persaingan.
6) Komersialisasi. Para atlet atau pelatih sering kurang selektif menghadapi
gencarnya tawaran obat-obatan dari produsen.
7) Propaganda. Persaingan merebut bonus merupakan salah satu pendorong
bagi atlet untuk menang sehingga menghalalkan segala cara termasuk
menggunakan doping.
8) Frustasi karena latihan yang telah dilakukan tidak kunjung membuahkan
prestasi.

C. Alasan Pelarangan Doping


Menurut IOC (International Olympic Committee, tahun 1990), alasan
pelarangan doping yaitu :
1) Alasan etis; penggunaan doping melanggar norma fair play dan sportifitas
yang merupakan jiwa olahraga.
2) Alasan medis; membahayakan keselamatan pemakainya, atlet akan
mengalami habituation (kebiasaan) dan addiction (ketagihan) serta drugs
abuse (ketergantungan obat) yang dapat membahayakan jiwa, seperti kasus
yang pernah terjadi pada tahun 1967, yaitu kematian atlet balap sepeda,
sepakbola, dan tinju setelah mengkonsumsi obat-obatan doping.

D. Peran Pemerintah dalam Menanggulangi Doping


Banyak sekali upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah guna
menangani kasus doping di Indonesia. Sebagai upaya untuk menjaga kemurnian
dan nilai-nila olahraga dari tindakan yang merusak citra olahraga, Departemen
Pendidikan Nasional (Depdiknas) membentuk Lembaga Anti Doping Indonesia
(LADI) pada Jumat, 6 Agustus 2004 di Jakarta. Lembaga tersebut independen
dan terdiri atas para profesional, seperti dokter dan ahli hukum.
LADI merupakan tindak lanjut Indonesia dari konvensi dan deklarasi
antidoping dalam olahraga, pada 3-5 Maret 2003 di Kopenhagen, Denmark,
yang diwajibkan World Anti-Doping Agency (WADA). Dalam hal ini LADI
tidak memiliki wewenang untuk menjatuhakan sanksi kepada atlet yang terbukti
positif doping. LADI hanya memberikan analisis sampel, sedang sanksi
diberikan oleh induk olahraga yang bersangkutan. Bagi atlet yang positif doping,
WADA menjatuhkan sanksi berupa dua tahun skorsing sehingga atlet tesebut
tidak boleh berkompetisi sama sekali selama jangka waktu tersebut. Jika dia
untuk kedua kalinya kedapatan doping lagi, maka WADA menjatuhkan sanksi
serupa dengan yang pertama. Akan tetapi, jika terbukti positif doping sekali lagi
atlet tersebut dilarang bertanding seumur hidup. Sanksi ini lebih ringan daripada
sanksi IOC sebelumnya, yaitu sanksi larangan bertanding dan denda ribuan dolar
AS.
Untuk mengurangi dan menghindari doping, jalan yang dapat ditempuh
yaitu:
1) Menyebarluaskan pengertian tentang efek buruk doping bagi tubuh.
2) Memberikan sanksi-sanksi yang sangat berat bagi pemakainya. Sesuai
dengan UU No. 3 tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional dalam
Bab XVIII pasal 85 ayat (1): Doping dilarang dalam semua kegiatan
olahraga; ayat (2): Setiap Induk Organisasi Cabang Olahraga dan/atau
lembaga/organisasi olahraga nasional wajib membuat peraturan doping dan
disertai sanksi; ayat (3): Pengawasan doping sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan oleh Pemerintah.

E. Manfaat Penggunaan Doping untuk Perfoma dan Prestasi Atlet


a. Agen anabolik yang dapat meningkatkan kinerja seorang atlet sehingga
menyebabkan sang atlet tidak sportif. Atlet menggunakannya untuk
meningkatkan ukuran dan kekuatan otot, mengurangi jumlah waktu yang
diperlukan untuk pulih setelah latihan, dan untuk berlatih lebih keras dalam
jangka waktu yang lama.
b. Menambah jumlah sel darah merah yang mengangkut oksigen dalam
tubuh. Jadi, diharapkan mampu meningkatkan asupan oksigen. Kategori
ini juga termasuk faktor-faktor pertumbuhan alias growth factors, yang
dimaksudkan untuk memodulasi pembentukan otot, tendon,
vaskularisasi, dan penggunaan energi di level selular.
c. Merangsang produksi hormon alami, meningkatkan pertumbuhan otot dan
kekuatan, serta menambah produksi sel darah merah yang bisa
meningkatkan kemampuan darah untuk membawa oksigen.
d. Dapat meningkatkan performa pernapasan. Atlet yang menggunakan obat
ini untuk terapi asma dan PPOK harus mengisi formulir khusus untuk
mengklarifikasi pada saat pemeriksaan doping. Beta-2 agonis adalah obat
yang biasa digunakan untuk mengobati asma dengan relaksasi otot-otot
yang mengelilingi jalan napas dan membuka saluran udara. Atlet
menggunakannya untuk meningkatkan ukuran otot mereka dan mengurangi
lemak tubuh.
e. Untuk meningkatkan fitur maskulin pada atlet wanita. Atlet pria juga
menggunakan doping golongan ini untuk mengurangi efek samping
gynecomastia (pembesaran payudara pada pria), karena penggunaan
doping golongan anabolik steroid.
f. Untuk mengurangi bobot badan dan membuang sisa-sisa obat doping lain
lewat urin sehingga tidak terdeteksi pada saat pemeriksaan.
g. Obat yang digunakan untuk meningkatkan aktivitas fisik dan kewaspadaan
dengan meningkatkan gerak jantung dan pernapasan serta meningkatkan
fungsi otak. Atlet menggunakannya untuk meningkatkan kemampuan
mereka dalam latihan pada tingkat yang optimal serta dapat menekan
kelelahan tempur dan nafsu makan.
h. Untuk mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri dari cedera sehingga
dapat membantu atlet dalam latihan yang lebih keras dan untuk jangka
waktu yang lebih lama.
i. Untuk mengobati asma, demam, peradangan jaringan, dan rheumatoid
arthritis. Para atlet menggunakanya untuk menutupi rasa sakit yang
dirasakan dari cedera dan penyakit.

F. Macam-Macam Doping
1) Kategori agen anabolik, termasuk agen anabolik steroid (AAS).
Steroid anabolik adalah obat yang meniru efek testosteron, hormon
yang berperan dalam pembentukan otot pada pria. Dalam dunia medis,
zat anabolik steroid digunakan pada beberapa kondisi kelainan hormon,
seperti delayed puberty atau pada pasien-pasien kanker dan AIDS yang
mengalami kehilangan massa otot karena penyakitnya. Namun pada
dunia olahraga, zat anabolik steroid ini sering kali disalahgunakan
untuk pembentukan otot atlet. Dengan demikian, dapat meningkatkan
performa fisik atlet tersebut.
AAS adalah hormon testosteron sintetis. Dalam dunia biologi atau
kedokteran, testosteron merupakan hormon kelamin yang umumnya
banyak ditemukan dalam jumlah besar di setiap laki-laki, sedangkan pada
perempuan, hormon ini biasanya tidak berkembang atau ada dalam kadar
yang sangat sedikit. AAS dilarang penggunaanya karena merupakan agen
anabolik yang dapat meningkatkan kinerja seorang atlet, menyebabkan sang
atlet tidak sportif. Atlet menggunakannya untuk meningkatkan ukuran dan
kekuatan otot, mengurangi jumlah waktu yang diperlukan untuk pulih
setelah latihan, dan untuk berlatih lebih keras dalam jangka waktu yang
lama. AAS dapat berupa exogeneous dan endogenous. Beberapa contoh
AAS exogenous yang dilarang adalah calusterone, clostebol, danazol,
mestanolone, methasterone, prostanozol, dan stanozolol. Beberapa contoh
AAS endogenous yang dilarang adalah androstenediol, epistestosterone,
dihydrotestosterone, dan prasterone.
2) Kategori hormon peptida, growth factors, dan zat lain yang berkaitan.
Termasuk di dalamnya adalah agen pembentuk eritrosit atau sel
darah merah (erythropoietin stimulating agent). Pada kondisi medis, obat
ini digunakan untuk pasien yang membutuhkan stimulasi pembentukan
sel darah merah, misalnya pada pasien gagal ginjal. Dalam kasus doping,
obat ini digunakan untuk menambah jumlah sel darah merah yang
mengangkut oksigen dalam tubuh. Jadi, diharapkan mampu
meningkatkan asupan oksigen. Kategori ini juga termasuk faktor-faktor
pertumbuhan alias growth factors, yang dimaksudkan untuk memodulasi
pembentukan otot, tendon, vaskularisasi, dan penggunaan energi di level
selular.
Hormon peptida adalah zat yang diproduksi oleh kelenjar dalam tubuh
dan setelah beredar melalui darah, zat ini dapat mempengaruhi organ-organ
dan jaringan lain untuk mengubah fungsi tubuh. Atlet menggunakannya
untuk merangsang produksi hormon alami, meningkatkan pertumbuhan otot
dan kekuatan, serta menambah produksi sel darah merah yang bisa
meningkatkan kemampuan darah untuk membawa oksigen. Contoh dari zat
hormon peptida adalah erythropoiesis-stimulating agents (seperti
erythropoietin/EPO dan peginesatide/hematide), chorionic gonadotrophin
(CG) dan Luteinizing hormon (LH), Corticotrophins, dan growth hormons
(seperti fibroblast growth factors/FGFs.
3) Kategori obat golongan beta-2 agonis, misalnya salbutamol, fomoterol,
dan terbutalin.
Pada kondisi medis, obat golongan ini digunakan pada terapi asma
dan penyakit paru obstruksi kronis (PPOK). Sedangkan pada kasus
doping, obat-obatan ini dimaksudkan untuk membuka jalan napas, jadi
dapat meningkatkan performa pernapasan. Atlet yang menggunakan obat
ini untuk terapi asma dan PPOK harus mengisi formulir khusus untuk
mengklarifikasi pada saat pemeriksaan doping. Beta-2 agonis adalah obat
yang biasa digunakan untuk mengobati asma dengan relaksasi otot-otot
yang mengelilingi jalan napas dan membuka saluran udara. Atlet
menggunakannya untuk meningkatkan ukuran otot mereka dan mengurangi
lemak tubuh. Bila dimasukan melalui mulut atau pun dengan suntikan, Beta-
2 dapat memiliki efek stimulasi yang kuat. Obat ini dilarang di dalam dan di
luar kompetisi. Semua beta-2 agonis dilarang kecuali inhaled salbutamol
(maksimal 1600 mikrogram selama 24 jam) dan salmeterol (tidak melebihi
1000ng/mL atau formoterol (tidak melebihi 40ng/mL
4) Kategori modulator hormon dan metabolik, contohnya exemestane,
letrozole, dan tamoxifen.
Pada kondisi medis, obat-obatan tersebut digunakan untuk terapi
kanker payudara. Namun pada kasus doping, efek supresi estrogen dari
obat-obatan inilah yang dimanfaatkan. Efek ini dimanfaatkan antara lain
untuk meningkatkan fitur maskulin pada atlet wanita. Atlet pria juga
menggunakan doping golongan ini untuk mengurangi efek samping
gynecomastia (pembesaran payudara pada pria) karena penggunaan
doping golongan anabolik steroid (kategori 1) tadi. Zat-zat yang termasuk
dalam kategori ini adalah aromatase inhibitors (seperti formestane,
letrozole, dan tertolactone), selective estrogen receptor modulator/SERMs
(seperti raloxifene dan toremifene), zat anti-estrogenic lainnya (seperti
clomiphene dan fulvestrant), metabolic modulator (seperti insulin,
peroxisome proliferator activated receptor (PPAR) agonis.
5) Kategori obat diuretik, seperti furosemide, spironolakton, dan
hydrochlorthiazide.
Pada kondisi medis, obat-obatan ini digunakan pada beberapa
kondisi yang berkaitan dengan jantung dan pembuluh darah. Misalnya
pada kasus gagal jantung atau hipertensi. Obat-obatan ini bekerja
menginduksi pengeluaran air melalui urin. Pada kasus doping, obat-
obatan golongan ini digunakan untuk mengurangi bobot badan dan
membuang sisa-sisa obat doping lain lewat urin sehingga tidak terdeteksi
pada saat pemeriksaan. Agen masking adalah produk yang berpotensi dapat
menyembunyikan keberadaan zat terlarang dalam urin atau sampel lainnya
yang memungkinkan dan memperoleh keunggulan kompetitif yang tidak
adil dalam proses pengujian. Yang termasuk ke dalam masking agents
contohnya adalah desmopressin, glycerol, dan probenecid. Yang termasuk
ke dalam diuretik contohnya adalah acetazolamide, bumetanide, thiazides,
dan metolazone.
6) Stimulan
Stimulan adalah obat yang digunakan untuk meningkatkan aktivitas
fisik dan kewaspadaan dengan meningkatkan gerak jantung dan pernapasan
serta meningkatkan fungsi otak. Atlet menggunakannya untuk
meningkatkan kemampuan mereka dalam latihan pada tingkat yang optimal
serta dapat menekan kelelahan tempur dan nafsu makan. Yang termasuk
kedalam stimulan adalah non-specified stimulant dan specified stimulant.
Beberapa contoh non-specified stimulant adalah adrafinil, amfetamin,
kokain, mephentermine, phendimetrazine, dan phentermine.
Beberapa contoh specified stimulants adalah benzfetamine, cathine (jika
konsentrasinya dalam urin melebih 5 microgram/mL), cathinone
dan sejenisnya, ephedrine (jika konsentrasinya dalam urin melebih
10microgram/mL), pseudoephedrine (jika konsentrasinya melebihi 150
microgram/mL dalam urin), strychnine, dan trimetazidine.
7) Analgesik narkotik
Analgesik narkotik biasanya berupa obat penghilang rasa sakit yang
bekerja pada otak dan sumsum tulang belakang untuk mengobati rasa sakit
yang terkait dengan stimulus yang menyakitkan. Analgesik dilarang karena
dapat digunakan untuk mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri dari
cedera sehingga dapat membantu atlet dalam latihan yang lebih keras dan
untuk jangka waktu yang lebih lama. Oleh karena itu, obat ini dilarang
digunakan dalam kompetisi. Yang termasuk narkotik adalah buprenorphine,
heroin, fentanyl dan turunannya, methadone, morfin, oxycodone, dan
pentazocine.
8) Cannabinoids
Cannabinoids adalah bahan kimia psikoaktif berasal dari tanaman
ganja yang menyebabkan perasaan relaksasi. Contohnya adalah hashis,
minyak hashis, marijuana. Marijuana umumnya tidak dianggap
meningkatkan kinerja, tapi dilarang karena penggunaannya merusak citra
olahraga. Faktor keamanan dalam penggunaan zat ini juga dipertimbangkan
karena dapat melemahkan kemampuan atlet sehingga mengorbankan
keselamatan mereka dan pesaing lainnya. Atlet menggunakannya untuk
meningkatkan waktu pemulihan setelah latihan, meningkatkan denyut
jantung, dan mengurangi kelemahan.
9) Glukokortikosteroid
Dalam pengobatan konvensional, glukokortikosteroid digunakan
terutama sebagai obat anti-inflamasi dan untuk meringankan rasa sakit. Obat
ini biasanya digunakan untuk mengobati asma, demam, peradangan jaringan
dan rheumatoid arthritis. Para atlet menggunakanya untuk menutupi rasa
sakit yang dirasakan dari cedera dan penyakit.
Selain 9 kategori diatas, WADA juga melarang dua zat lainnya yaitu
alkohol dan beta blockers untuk beberapa cabang olahraga secara spesifik, antara
lain:
a. Alkohol
Alkohol (etanol) dilarang jika ditemukan dalam darah dengan
konsentrasi 0.1 g/L. Penggunaan alkohol dilarang untuk cabang olahraga air
(FAI), panahan (WA), automobile (FIA), karate (WKF), motorcycling
(FIM), dan perahu motor (UIM).
b. Beta-blockers
Beberapa cabang olahraga spesifik yang melarang penggunaan beta-
blockers adalah panahan, automobile (FIA), biliard, golf, menembak, dan
skiing/snowboarding. Beberapa contoh zat dari beta-blockers adalah
acebutolol, atenolol, pindolol, dan sotalol.

G. Dampak Doping
Berikut ini merupakan dampak buruk atau bahaya doping bagi orang yang
mengonsumsinya:
a. Konsumsi obat doping pada atlet dapat meningkatkan prestasi yang
melampaui batas kemampuan normal. Jika dipaksakan bisa menimbulkan
exhaustion yang membahayakan kesehatan, kekacauan pikiran, delirium,
halusinasi, perilaku ganas, dan juga aritmia jantung yang dapat menimbulkan
masalah serius.
b. Doping dengan suntikan darah akan menimbulkan reaksi alergi,
meningkatnya sirkulasi darah di atas normal, dan mungkin gangguan ginjal.
c. Golongan obat peptida hormonis dan analognya dapat membuat atlet
menderita sakit kepala, perasaan selalu letih, depresi, pembesaran buah dada
pada atlet pria, dan mudah tersinggung. Dampak buruk dari suntikan
eritropoetin adalah darah menjadi lebih pekat sehingga mudah menggumpal
dan memungkinkan terjadinya stroke (pecahnya pembuluh darah di otak).
Pemakaian deuretika yang terlalu berlebihan dapat menyebabkan pengeluaran
garam mineral yang berlebihan sehingga mengakibatkan timbulnya kejang
otot, mual, sakit kepala, dan pingsan. Pemakaian yang terlalu sering mungkin
akan menyebabkan gangguan ginjal dan jantung.
d. Pemakaian obat analgesik pada atlet perempuan berfungsi menghilangkan
rasa sakit ketika haid. Namuan dampak buruknya jika salah memilih obat bisa
menyebabkan sulit bernapas, mual, konsentrasi yang hilang, dan mungkin
menimbulkan adiksi atau ketagihan.
e. Salah satu jenis obat doping yang paling sering digunakan para atlet adalah
obat-obatan anabolik, seperti hormon androgenik steorid. Jenis hormon ini
punya efek berbahaya, baik bagi atlet pria maupun atlet wanita karena
mengganggu keseimbangan hormon tubuh dan dapat juga meningkatkan
risiko terkena penyakit hati dan jantung. Jika atlet wanita mengkonsumsi obat
ini, dapat menyebabkan tumbuhnya sifat pria, seperti berkumis, suara berat,
dan serak. Selanjutnya, menimbulkan gangguan menstruasi, perubahan pola
distribusi pertumbuhan rambut, mengecilkan ukuran buah dada, dan
meningkatkan agresivitas. Bagi atlet remaja, penggunaan obat ini dapat
menyebabkan timbulnya jerawat. Dan yang paling mengkhawatirkan adalah
pertumbuhannya akan berhenti.
f. Beta-blockers membendung penyampaikan rangsangan ke jantung, paru-paru,
dan aliran darah sehingga memperlambat rata-rata detak jantung. Beta-
blockers dilarang dalam olahraga seperti panahan dan menyelam karena
menghindarkan getaran. Efek merugikan yang terjadi antar alain mimpi
buruk, susah tidur, kelelahan, depresi, gula darah rendah dan gagal jantung.
g. HGH atau Human Growth Hormone (hormon pertumbuhan manusia)
menyamai hormon pertumbuhan dalam darah yang dikendalikan oleh
mekanisme kompleks yang merangsang pertumbuhan, membantu sintesa
protein dan menghancurkan lemak. HGH disalahgunakan oleh saingan untuk
merangsang otot dan pertumbuhan jaringan. Efek yang merugikan termasuk
kelebihan kadar glukosa, akumulasi cairan, sakit jantung, masalah sendi dan
jaringan pengikat, kadar lemak tinggi, lemahnya otot, aktifitas tiroid yang
rendah, dan cacat.
ERGOGENIC AIDS
A. Pengertian Ergogenic Aids
Ergogenic aids merupakan suplemen yang biasa digunakan oleh atlet
untuk meningkatkan performa tubuh. Ergogenic berasal dari Bahasa Yunani yaitu
“ergo” yang memiliki makna peningkatan potensi hasil kerja atau memperlancar
kerja. Ergogenic aids dalam bidang kesehatan dapat berupa penambahan
substansi-substansi yang dapat meningkatkan performa atlet seperti pemenuhan
gizi yang telah dipertimbangkan oleh para ahli sebagai sesuatu yang efisien,
aman, dan legal.
Ergogenis dalam penggunaannya dapat dikelompokkan menjadi lima
kategori, yaitu ergogenic aids mekanik, ergogenic aids farmakologi, ergogenic
aids fisiologi, ergogenic aids psikologi, dan ergogenic aids gizi. Zat ergogenic
tersebut memiliki fungsi masing-masing, yaitu:
1. Ergogenic aids mekanik berfungsi untuk memberikan pelatihan dan fasilitas
yang akan digunakan oleh atlet, antara lain pelatihan kekuatan, pelatihan
kecepatan, latihan vibrasi, pakaian, sepatu, dan peralatan olahraga.
2. Ergogenic aids farmakologi yang dimaksud adalah penggunaan doping oleh
atlet yang digunakan untuk meningkatkan performa, antara lain kafein,
kromium, magnesium, dan natrium bikarbonat.
3. Ergogenic aids fisiologi yang sering digunakan adalah doping darah/tambah
darah.
4. Ergogenic aids psikologi. Dalam kelompok ini terdapat dua kategori, yaitu
pembangkit energi dengan menggunakan obat stimulan dan penenang
psikologi yang membantu mengurangi taraf kecemasan dalam olahraga.
5. Ergogenic aids gizi memiliki makna sebagai manipulasi makanan untuk
meningkatkan kemampuan fisik dan olahraga.

B. Alasan Penggunaan Ergogenic aids


Penggunaan ergogenic aids oleh atlet memiliki beberapa alasan mendasar,
yaitu:
1. Makanan yang dimakan dirasa masih kurang atau belum mencukupi
2. Kebutuhan zat gizi untuk atlet tinggi
3. Beberapa suplemen makanan diyakini dapat mengubah prestasi atlet secara
langsung

C. Manfaat Ergogenic Aids Gizi


Para atlet pada umunya sudah biasa menggunakan suplemen dari hampir
semua zat gizi dalam usahanya memperbaiki performa fisik. Sebagai contoh
senyawa karbohidrat tertentu sudah diketahui membantu penyerapan dan
utilisasi karbohidrat sel. Berikut berbagai manfaat ergogenic aids gizi
berdasarkan zat gizi yang ditentukan:
Tabel 1. Ergogenic aids gizi dan manfaatnya
JENIS MANFAAT
Antioksidan Mempercepat pemulihan otot
Aspartat Meningkatkan pemakain asam lemak sehingga sparing
glikogen otot.
L-carnitine Meningkatkan metabolism lemak.
Kafein Meningkatkan performa olahraga.
karbohidrat Meningkatkan performa, menunda kelelahan.
Keratin Meningkatkan kapasitas sprint
Glutamin Meningkatkan imunitas dan membantu resintesis glikogen
saat recovery.
Gliserol Mengurangi heart stress, mengikat cairan dalam tubuh.
Fosfat Meningkatkan produksi ATP, meningkatkan kekuatan otot.
Protein Optimasi perkembangan dan perbaikan otot.
Natrium bikarbonat Buffer terhadap asam laktat
Minuman olahraga Meningkatkan ketahanan, menyediakan cairan, karbohidrat,
dan elektrolit.
Zink Meningkatkan ketahanan fisik, kesiapan mental, konsentrasi.
Multivitamin Meningkatkan energi, ketahanan dan kapasitas aerobik,
mempertinggi pemulihan.
Sumber: Mc Kinley Health Center, dalam Hadiriyadi.

D. Macam-Macam Zat Ergogenik


Zat ergogenik secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu alat,
prosedur, atau bahan yang dapat meningkatkan energi, kontrol energi, atau
efisiensi energi selama suatu kinerja olahraga yang memberikan tambahan
kemampuan yang lebih besar dari biasa bila latihan normal. Ergogenik ini dapat
meliputi mekanik, farmakologi, fisiologi, psikologi, dan gizi.
a. Ergogenic Aids Mekanik
Alat bantu ergogenik mekanik atau biomekanik merupakan segala
sesuatu yang memberikan keuntungan mekanik kepada atlet. Sebagai contoh,
sepeda tercanggih berharga puluhan ribu dolar yang digunakan para atlet balap
sepeda. Amerika dapat memberikan keuntungan yang sangat nyata dibandingkan
dengan sepeda sejenis yang kurang canggih. Hal ini dikarenakan rancangan yang
dapat menurunkan berat dan hambatan udara akan meningkatkan kecepatan yang
lebih tinggi pada berbagai taraf pengeluaran energi yang relatif sama. Maksud
yang sama juga terdapat dalam penggunaan sepatu lari yang lebih ringan
sehingga memberikan aplikasi energi yang lebih efisien. Salah satu praktek gizi
yang berhubungan dengan perbaikan penampilan adalah ergogenic aids
biomekanik.
Menurut hukum gerak Newton kedua, percepatan (acceleration) suatu
objek berbanding langsung dengan gaya (force) yang diterapkan dan berbanding
terbalik dengan dengan massanya. Jika objeknya tubuh manusia, dengan massa
yang lebih rendah untuk gaya (force) yang diterapkan, akan lebih
besar percepatannya. Seorang atlet yang dapat mengurangi berat badannya,
khususnya berat lemak, tanpa mengorbankan kekuatan (strength), akan
memperbaiki percepatannya jika aplikasi gayanya dipertahankan konstan. Para
atlet seperti pesenam, pelari jarak jauh, dan pelompat tinggi sudah menikmati
alat bantu biomekanik ini selama bertahun-tahun.
Ergogenic aids mekanik lain adalah:
- Latihan Altitude
- Tyre towing – melatih kekuatan
- Beban – melatih kekuatan
- Parasut – melatih kekuatan
- Downhill running (3° to 5° slope) – melatih kecepatan
- Uphill running (5° to 10° slope) – melatih kekuatan
- Treadmills
b. Ergogenic Aids Farmakologi
Penggunaan ergogenic aids farmakologi dalam olahraga adalah doping.
Nemun, Komisi Olimpiade Internasional (IOC), Komisi Olimpiade Amerika,
dan banyak kelompok lain yang berkenaan dengan olahraga melarang
penggunaan berbagai bahan tersebut yang dapat memperbaiki penampilan fisik.
Lagi pula, banyak dari bahan-bahan obat tersebut berbahaya bagi pemakainya.
Kategori umum dari bahan-bahan yang dilarang termasuk anabolik steroid,
beberapa kelas stimulan, narkotika, depresan, diuretik, dan untuk beberapa
cabang olahraga, alkohol dan β-blocker.
Salah satu obat yang mempunyai implikasi gizi adalah kafein. Kafein
merupakan bahan alamiah pada beberapa minuman dan makanan yang kita
konsumsi, seperti kopi, teh, dan coklat. Kafein merupakan stimulan yang
mendatangkan sejumlah pengaruh fisiologi dan psikologi pada tubuh yang
secara teoritis dinyatakan memperbaiki penampilan. Sebagai contoh, salah satu
teori menyatakan bahwa kafein akan meningkatkan penggunaan asam lemak
bebas sebagai sumber energi selama exercise sehingga membantu penghematan
pemakaian glikogen otot untuk tahapan akhir dari aktivitas endurance aerobic
yang berlangsung lama, seperti maraton dan ultramaraton. Penggunaan kafein
dilarang oleh IOC apabila dipakai melebihi dosis tertentu, sebanding dengan
kandungan kafein yang terdapat dalam 5-6 gelas kopi yang diminum dalam
jangka waktu pendek.
Ergogenic aids farmakologi yang lain adalah :
- Amphetamine
- Androstenedione
- Anabolic Steroid
- Beta Blocker
- Creatine Monohydrate
c. Ergogenic aids Fisiologi
Ergogenic aids fisiologi secara teoritis dimaksudkan mempengaruhi
secara langsung proses-proses fisiologi tertentu yang penting bagi olahraga.
Salah satu alat bantu fisiologi yang paling berhasil adalah doping darah, juga
dikenal sebagai menambah darah atau dalam istilah teknis dikenal dengan
induksi arythrocythemia. Beberapa prosedur dapat digunakan, tetapi yang paling
aman adalah teknik autologous transfusion. Pada situasi ini, atlet terlebih dahulu
memindahkan seperempat darahnya beberapa bulan sebelum kompetisi. Ia terus
berlatih bersamaan dengan tubuhnya yang secara perlahan mengembalikan sel-
sel darah merah dan tingkat hemoglobinnya ke keadaan normal selama periode
tersebut. Beberapa hari menjelang kompetisi seperempat darahnya yang sudah
disimpan tersebut diinfuskan dalam tubuhnya.
Peningkatan kadar sel darah merah dan hemoglobin yang terjadi sangat
mengingkatkan kapasitas darah mengangkut oksigen, yang pada gilirannya akan
meningkatkan kapasitas endurance aerobik. Penelitian di laboratorium
menunjukkan bahwa prosedur seperti itu memperbaiki waktu tempuh hampir 45
detik pada lari 5 mil.
Doping darah saat ini dilarang oleh IOC. Suplemen besi, yang sering
dipertimbangkan sebagai ergogenic aids gizi, diklasifikasikan sebagai alat bantu
fisiologi. Secara teoritis tujuan dasarnya kira-kira mirip dengan doping darah,
suatu cara untuk meningkatkan kapasitas darah mengangkut oksigen, yang
prosesnya kemungkinan melalui peningkatan kadar hemoglobin. Ergogenic aids
fisiologi yang lain adalah akupuntur, kreatin, kolostrum, EPO, pengobatan
herbal, homeopati, hormon pertumbuhan manusia, fisioterapi, pijat olahraga,
sauna, dan sinar ultra-violet.
d. Ergogenic Aids Psikologi
Ergogenic aids psikologi dapat dikelompokkan dalam dua kategori
umum. Pertama, pembangkit energi psikologi (psychological energizers)
dimaksudkan untuk memaksimalkan produksi energi, yang kerjanya
kemungkinan mirip dengan obat-obat jenis stimulan. Kedua, penenang psikologi
(psychological transquilizers) yang secara teoritis dinyatakan memberikan
pengaruh menenangkan, membantu mengurangi taraf kecemasan dalam
olahraga, terutama pada olahragawan yang mengalami stres dan tekanan darah
berlebihan yang dapat mengganggu control muscular, seperti pada olahraga
panahan, menembak, dan menyelam. Beragam teknik psikologi, yang pada
hakekatnya merupakan perbedaan bentuk latihan mental, sudah dipelajari
berhubungan dengan kemanjurannya dalam memperbaiki performa fisik.
Pada umumnya, temuan penelitian masih belum meyakinkan dengan
teknik-teknis seperti hipnotis, pengaturan stres, kontrol pikiran, dan latihan
konsentrasi sebagai metode untuk memperbaiki performa dalam olahraga. Akan
tetapi, ahli psikologi olahraga menganjurkan bahwa berbagai ergogenic aids
psikologi kemungkinan bermanfaat dan tidak membahayakan atlet. Beberapa
praktek gizi agaknya sedikit berhubungan dengan ergogenic aids psikologi.
Kafein, seperti dikonsumsi dalam kopi, kemungkinan merupakan pembangkit
energi psikologi yang potensial. Di samping itu, penelitian sekarang
menunjukkan bahwa suplementasi vitamin tertentu pada vitamin B-kompleks
kemungkinan berperan sebagai penenang psikologi dengan merangsang
produksi neurotransmitters yang tepat pada otak.
Ergogenic aids psikologi yang lain adalah:
- Bergembira
- Hipnosis
- Musik
- Psikologi
- Relaksasi
e. Zat Ergogenik Gizi
Zat ergogenik gizi didefinisikan sebagai manipulasi makanan (diet) untuk
meningkatkan kemampuan fisik dan olahraga. Zat ergogenik gizi bersinonim
dengan sport nutrition, sport supplement, sport nutrition, sport drink,
performence enhacers, anabolic, weight loss aids, dan hydration drinks.
Manipulasi makanan dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu:
a. Merubah pilihan makanan, lebih diutamakan pada kebiasaan makan dan
pemilihan makanan.
b. Menambahkan makronutrien untuk penggunaan khusus dalam latihan dan
olahraga meliputi minuman berkarbohidrat atau elektrolit, karbohidrat
loading, lemak loading, peningkatan konsumsi protein, dan hiperhidrasi.
c. Menambahkan mikromineral untuk penggunaan khusus dalam latihan dan
olahraga, seperti makanan yang telah ditambahkan vitamin dan mineral
tertentu.
Adanya peningkatan prestasi secara nyata kerena pemakaian suplemen lebih
banyak disebabkan karena:
1. Atlet tersebut sebelumnya menderita defisiensi zat gizi tertentu. Dengan
demikian, pemakaian suplemen dapat memulihkan kondisi fisiknya
sehingga mampu berprestasi lebih baik.
2. Efek psikologis atau sugesti bahwa dengan memakan suplemen tertentu
atlet merasa lebih siap dan kuat sehingga memacu prestasinya.

E. Jenis dan Kelompok Zat Ergogenik Gizi


Zat ergogenik gizi ini dapat digolongkan berdasarkan berbagai macam
hal seperti zat-nya, berdasarkan efektifitas dan keamanan, serta berdasarkan
kredibilitas atau kemampuan.
Berdasarkan zat-nya, zat ergogenik gizi dapat dikelompok atas:
1. Turunan protein seperti arginin, aspartat, asam amino rantai bercabang,
karnitin, kreatin, gelatin, glukosamin dan condroitin sulfat, glutamin, B-
hidroksi-B-metilbutirat (HMB), lisin, dan ornitin
2. Turunan lemak seperti conjugated linoic acid (CLA), asam lemak rantai
sedang (MCT)
3. Substansi lain: buffer, kafein, karoten, koenzim Q10, ginseng, alpha lipoid
acid, myoinositol, pirufat dan tanin.
Berdasarkan efektifitas dan keamanannya zat ergogenik gizi dapat
dikelompokan atas:
1. Kelompok A
- Mendukung penggunaan untuk atlet
- Mengandung manfaat dan sumber energi serta zat gizi
- Telah ada percobaan secara scientific terhdap performa atlet
- Contoh: antioksidan, bikarbonat, kafein, kalsium, kreatin, elektrolit,
glukosamin, gliserol, zat besi, multivitamin/mineral, sick pack, sport
drink, sport bar, sport gel.
2. Kelompok B
- Dipertimbangkan untuk untuk atlet dengan ketentuan badan pengawas
- Masih baru, kemungkinan menguntungkan
- Khusus untuk atlet dan pelatih
- Contoh: kolostrum, glutamin, HMB, melatonin, probiotik, ribosa
3. Kelompok C
- Belum ada bukti memberikan manfaat dan dapat meningkatkan
penampilan olahraga
- Contoh: asam amino rantai cabang, karnitin, koenzim Q10, kromium
pikolinat, citokrom C, ginseng, Inosin, piruvat, ZMA, oksigen booster
4. Kelompok D
- Tidak disarankan untuk digunakan atlet
- Berisiko tinggi terkontaminasi dengan zat yang berperan dalam tes
obat positif
- Contoh: androstenedion, DHEA, Epedra, Strichin, Tribulus terestris
dan suplemen herbal testoteron.
Selain jenis zat ergogenik gizi yang telah disebutkan, ada beberapa jenis
makanan dan minuman serta zat gizi yang dipercaya dapat meningkatkan kinerja
fisik atau prestasi atlet. Jenis makanan dan minuman serta zat gizi itu seperti
kafein, gula, ginseng, protein, multivitamin, dan madu.
a. Kafein banyak terdapat pada kopi, teh, coklat dan koka yang berpengaruh
terhadap perangsangan otot jantung sehingga meningkatkan frekuensi
kontraksi, merangsang susunan syaraf yang menjadikan orang lebih siaga,
dan mempunyai efek vasodilatasi pada pembuluh darah perifer. Selain itu,
kafein mampu merangsang mobilisasi lemak sehingga dapat meningkatkan
prestasi aerobik, melindungi liver, dan mengembangkan memori. Namun,
pemakaian kafein bagi atlet sebaiknya dihindarkan sebab akan merugikan
kinerja saat bertanding seperti denyut jantung berlebihan, memacu produk
urin dan bagi atlet yang sensitif menyebabkan depresi yang membuat atlet
gelisah serta menderita insomnia. Konsumsi kafein berlebihan pada atlet
dianggap doping apabila konsentrasi dalam urin lebih dari 12 ug/ml (minum
15 cangkir kopi sehari, sudah dianggap doping).
b. Gula merupakan karbohidrat sederhana yang mudah diserap usus halus
untuk menghasilkan energi guna kinerja fisik. Konsumsi gula yang pekat
(hipertonik) lebih dari 2,5 gram/100 cc menyebabkan terjadinya shock
insulin atau rebound yang mengakibatkan hipoglikemia (kadar gula rendah
atau < 50 mg %), sehingga berpengaruh negatif terhadap kinerja atlet dalam
berlatih maupun bertanding.
c. Ginseng merupakan bahan berupa akar-akaran dari Korea yang
mengandung dametrene triol glikosida, yang mempunyai efek merangsang
sekresi adrenalin dalam tubuh sehingga membuat orang lebih aktif. Ginseng
biasanya dikonsumsi dalam bentuk cairan, kapsul, obat-obatan maupun
jamu. Sampai saat ini belum ada larangan penggunaan ginseng bagi
olahragawan.
d. Suplemen protein pada atlet dipercaya dapat meningkatkan ukuran otot
sehingga kekuatan otot akan bertambah dan dapat mengurangi lemak tubuh.
Penggunaan ekstraprotein dapat berupa menambah konsumsi bahan
makanan sumber protein terutama protein hewani melebihi kebutuhan
normal yang dianjurkan atau menggunakan jenis asam amino tertentu dalam
bentuk tepung. Binaragawan adalah contoh olahragawan yang sering
mengkonsumsi protein berlebih. Sebenarnya jika asupan makanan sehari-
hari sudah mencukupi kebutuhan zat gizi atlet termasuk protein, maka
suplemen protein tidak diperlukan. Asupan protein yang berlebihan dapat
memberatkan kerja ginjal dan hati yang berpengaruh terhadap kinerja atlet.
e. Penggunaan multivitamin dapat mempengaruhi prestasi atlet, namun
defisiensi vitamin dapat dicegah apabila konsumsi makanan sehari-hari
cukup kualitas dan kuantitasnya. Konsumsi suplemen vitamin tidak
diperlukan, kecuali bagi atlet dalam kondisi tertentu, seperti sedang dalam
pembatasan berat badan seperti pada cabang olahraga senam, tinju atau
angkat besi; yang membatasi konsumsi makanan sehingga perlu konsumsi
makanan yang tinggi vitamin dan mineral. Begitu pula dengan atlet wanita
yang mengalami haid tiap bulan, perlu mengkonsumsi sumber vitamin dan
mineral yang lebih banyak untuk pembentukan sel-sel darah merah. Atlet
yang vegetarian juga memerlukan konsumsi vitamin dan mineral yang
banyak untuk mencegah terjadinya anemia pernisiosa. Karena konsumsi
utama vitamin berasal dari hewan, jadi suplemen vitamin dan mineral dapat
dipertimbangkan.
f. Madu termasuk salah satu jenis minuman yang diyakini dapat meningkatkan
kinerja dan prestasi atlet. Kandungan utama madu adalah karbohidrat (79,5
gram per 100 gram). Konsumsi madu menjelang dan pada saat
pertandingan dikhawatirkan akan menyebabkan terjadinya hipoglikemia,
sama halnya dengan efek mengkonsumsi gula.
Dalam kondisi tertentu atlet dapat saja mengkonsumsi suplemen untuk
memenuhi gizi agar dapat mencapai prestasi yang optimal. Namun ada beberapa
pertimbangan yang diperlukan untuk memutuskan penggunaan suplemen.
Pertimbangan tersebut antara lain:
1. Suplemen dapat diberikan jika atlet menderita kekurangan zat-zat gizi
tertentu yang mungkin terjadi pada saat:
- Mengikuti program penurunan berat badan
- Menstruasi (bagi atlet perempuan)
- Variasi makanan kurang baik.
2. Penggunaan suplemen harus dalam pengawasan dokter atau ahli gizi
olahraga.
3. Dalam menggunakan suplemen vitamin perlu diingat tingkat toksisitas
vitamin dan mineral.
4. Dalam keadaan penyediaan menu makanan sehari-hari harus cukup
kandungan zat gizi (vitamin dan mineral) sehingga suplemen tidak
diperlukan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Doping merupakan pengggunaan obat atau suplemen dan metode yang
menunjang peningkatan performa dalam melakukan olahraga. Penggunaan
doping telah dilarang dalam bidang kesehatan dan pemerintah. Sedangkan
ergogenic aids merupakan sebuah alat, prosedur, atau bahan yang dapat
meningkatkan energi. Ergogenic aids memiliki berbagai macam jenis dan
penggunaannya berbeda dengan doping. Ergogenic aids sebelum digunakan
harus melalui beberapa pertimbangan.

B. Saran
Doping dan ergogenic aids sebaiknya tidak digunakan oleh atlet agar
tidak menimbulkan efek negatif, walaupun tujuannya untuk mendapat prestasi.
Peningkatan performa atlet bisa dilakukan dengan cara menanamkan nilai etika
dalam berolahraga, melakukan latihan dengan rutin dan teratur sehingga
mencapai hasil yang maksimal, dan diikuti dengan pola makan yang sehat serta
istirahat yang cukup.
DAFTAR PUSTAKA

Pratamawisnu. 2011. makalah doping.


http://pratamawisnu.blogspot.com/2011/12/makalah-doping.html. Online

Riyadi, Hadi. 2013. Ergogenic aids Meningkatkan Performa Olahraga. [online].


(https://hadiriyadi.blogspot.com/2013/01/ergogenic-aids-meningkatkan-
performa.html, 26 Januari 2020)

Rizki Hazazi Ali. 2016 PENGARUH KONSUMSI KUNYIT TERHADAP


VO2MAX DAN LACTATE THRESHOLD

Syafrizal dan Welis, Wilda. 2009. Gizi Olahraga. Malang. Wineka Media

Titiesari, Yovita D. 2018. Obat-Obatan yang Sering digunakan sebagai


Doping. [online]. (https://www.guesehat.com/ini-dia-obat-obatan-yang-
sering-digunakan-sebagai-doping), diakses pada 26 Januari 2020

Anda mungkin juga menyukai