Anda di halaman 1dari 2

TUGAS 3 Teori portofolio & analisis investasi

Nama : Vicky

NIM : 043416334

Jawab :

- Dalam APT (Arbitrage Pricing Theory) dan CAPM (Capital Asset Pricing Model), terdapat beberapa
asumsi investor yang digunakan. Meskipun ada beberapa perbedaan dalam asumsi yang digunakan di
kedua model ini, terdapat juga beberapa asumsi yang sama.
Berikut adalah beberapa asumsi investor yang digunakan di APT dan juga digunakan di CAPM:
a. Investor-investor mempunyai kepercayaan-kepercayaan yang homogen (homogeneous beliefs)
Asumsi ini menyatakan bahwa semua investor memiliki kepercayaan yang sama tentang
pengembalian dan risiko aset keuangan. Dalam konteks ini, investor dianggap memiliki informasi yang
sama dan memperoleh estimasi yang serupa tentang pengembalian dan risiko aset. Asumsi
kepercayaan homogen ini memungkinkan CAPM untuk menyederhanakan analisis dan menghasilkan
model yang dapat diterapkan secara umum.

Dengan asumsi ini, model CAPM dapat memberikan estimasi yang konsisten tentang pengembalian
yang diharapkan dari suatu aset berdasarkan risiko sistematisnya. Namun, penting untuk dicatat
bahwa dalam praktiknya, kepercayaan investor tidak selalu homogen. Investor dapat memiliki
penilaian yang berbeda tentang pengembalian dan risiko aset berdasarkan informasi dan
pengetahuan yang mereka miliki. Oleh karena itu, asumsi kepercayaan homogen dalam CAPM dapat
menjadi sederhana dan tidak merefleksikan kondisi yang sebenarnya di pasar keuangan.

b. Investor-investor adalah pemaksimum utility penghindar risiko (Risk Averse) Risk averse adalah istilah
yang digunakan untuk menggambarkan sikap atau perilaku investor atau individu yang memiliki
ketidaknyamanan atau ketakutan terhadap risiko. Investor yang risk averse cenderung memiliki
preferensi yang lebih tinggi terhadap keamanan dan stabilitas daripada potensi keuntungan yang
lebih tinggi tetapi juga memiliki risiko yang lebih tinggi.

Investor penghindar risiko cenderung lebih memilih investasi yang memiliki risiko yang lebih rendah
atau lebih terdiversifikasi, bahkan jika potensi pengembalian mereka lebih rendah. Mereka cenderung
menghindari risiko yang tidak perlu atau tidak proporsional dengan imbalan yang diharapkan. Sikap
menghindari risiko ini didasarkan pada asumsi bahwa individu cenderung merasakan kerugian lebih
besar daripada keuntungan yang setara. Dalam hal ini, mereka lebih fokus pada perlindungan modal
dan menghindari kerugian yang signifikan. Perilaku ini dapat mempengaruhi keputusan investasi
individu, seperti alokasi aset, pemilihan portofolio, dan toleransi risiko.

Investor jenis ini mungkin cenderung memilih investasi yang lebih stabil, seperti obligasi atau reksa
dana pasar uang, daripada investasi yang lebih berisiko seperti saham atau instrumen derivatif.
Namun, penting untuk dicatat bahwa tingkat risk aversion dapat bervariasi antara individu. Beberapa
investor mungkin memiliki tingkat risk aversion yang lebih tinggi, sementara yang lain mungkin lebih
toleran terhadap risiko. Tingkat risk aversion juga dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti tujuan
investasi, toleransi risiko pribadi, dan situasi keuangan individu.
c. Pasar adalah sempurna
Dalam asumsi ini, diasumsikan bahwa investor memiliki akses yang sama terhadap informasi yang
relevan dan bahwa informasi tersebut tersedia secara bebas. Tidak ada investor yang memiliki
keunggulan informasi yang signifikan dibandingkan dengan investor lainnya. Selain itu, asumsi ini juga
mengasumsikan bahwa tidak ada biaya transaksi, tidak ada hambatan investasi, dan tidak ada friksi
pasar yang mempengaruhi harga atau likuiditas asset.

Dengan asumsi pasar adalah sempurna, investor dianggap dapat membuat keputusan investasi yang
rasional dan optimal berdasarkan informasi yang tersedia. Namun, penting untuk dicatat bahwa
dalam praktiknya, pasar keuangan tidak selalu memenuhi semua karakteristik asumsi pasar adalah
sempurna. Terdapat ketidaksempurnaan pasar, seperti ketidaksempurnaan informasi, biaya transaksi,
hambatan regulasi, dan faktor lainnya yang dapat mempengaruhi harga dan perilaku pasar.

Oleh karena itu, asumsi pasar adalah sempurna sering digunakan sebagai dasar teoritis untuk
memahami perilaku investor, tetapi tidak selalu merefleksikan kondisi yang sebenarnya di pasar
keuangan..

d. Return-return dihasilkan oleh suatu model faktor


Return-return dihasilkan oleh suatu model faktor merupakan hasil dari pengaruh faktorfaktor
tertentu terhadap kinerja suatu investasi atau portofolio. Model faktor adalah suatu metode yang
digunakan untuk mengidentifikasi dan mengukur pengaruh faktor-faktor tersebut. Dengan
menggunakan model faktor, investor dapat mengidentifikasi faktorfaktor yang berkontribusi
terhadap return-return suatu investasi atau portofolio.

Hal ini memungkinkan investor untuk membuat keputusan investasi yang lebih informasional dan
meminimalkan risiko. Model faktor hanyalah salah satu alat analisis dalam pengambilan keputusan
investasi. Hasil yang dihasilkan oleh model faktor tidak selalu akurat dan dapat dipengaruhi oleh
berbagai faktor lainnya. Oleh karena itu, penting untuk menggunakan model faktor sebagai salah satu
pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi, tetapi juga mempertimbangkan faktor-faktor
lain seperti analisis fundamental dan kondisi pasar secara keseluruhan.

Sumber referensi yang digunakan:

Hartono, Jogiyanto. (2023). Teori Portofolio Dan Analisis Investasi (EKSI4203, Cet.6; Ed.4— Modul 7).
Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.

Rantemada, C. J., Pelleng, F. A., & Mangindaan, J. V. (2021). Analisis Perbandingan

Keakuratan Metode Capital Asset Pricing Model (CAPM) dan Arbritage Pricing Theory (APT) Dalam
Memprediksi Return Saham. Productivity, 2(7), 567-570

Anda mungkin juga menyukai