Anda di halaman 1dari 16

https://journal.unesa.ac.id/index.

php/geter/index

ONLINE ISSN: 2655-2205

Vol. 5 No.2, 2022


Page 61--76

Published by Jurusan Sendratasik FBS Unesa Arif Hidajad, Autar Abdillah, Indar Sabri dan Welly Suryandoko

SANDUR ANTARA TONTONAN DAN TUNTUNAN

Arif Hidajad, Autar Abdillah, Indar Sabri , Welly Suryandoko


Program Studi Pendidikan Sendratasik, Universitas Negeri Surabaya, 60213, Surabaya,
Indonesia
Email: arifhidajad@unesa.ac.id

ABSTRAK
Penelitian ini mencoba untuk mengungkapkan secara analitis sebuah
fenomena era transformasi dengan pengaruh dan hasilnya. Pengaruh itu berkaitan
dengan nilai. Nilai baru selenium ini dapat mengubah kehidupan sosial dalam struktur,
dan juga mengatur pelaksanaan publik. Kesenian masyarakat sebagai produk budaya
masyarakat penari telanjang, sedikit banyak mengalami gesekan baik secara fungsi
maupun keberadaannya. Penelitian ini menggunakan teater sosiologis mencoba
menganalisis keberadaan produk dengan produk budaya modern. Ide modern yang
melahirkan pola pikir praktis, individualis sebagai hasil dari sistem nilai yang
bertransformasi. Gesekan tersebut merupakan aspek fungsi dari solidaritas dan
emansipasi publik pendukung ke nilai yang berbeda. Eksistensi kesenian masyarakat
sebagai sub lembaga sosial sangat menentukan keberlangsungan tradisi masa lalu.
Ledok Kulon sebagai pinggiran tentunya juga memiliki nilai penataan. Pengaruh televisi
sebagai produk era transformasi tentunya juga membawa akibat lain dalam menata
nilai.
Keberadaan Sandur sebagai produk budaya masyarakat memiliki makna di
era transformasi dengan globalisasinya. Ilmu ekonomi dan unsur sosial lainnya
tentunya berkaitan dengan kausalitas yang ditimbulkan. Kehadiran teater publik Sandur
di tengah publik yang sedang mengalami gesekan nilai, menjadi kajian yang sangat
menarik untuk diungkapkan. Kesenian publik yang penuh nilai yang diungkapkan
melalui simbol fonetik dalam kesenian, kembali muncul dan membelokkan tetap dalam
perubahan untuk menyusun nilai. Keberadaan teater publik Sandur merupakan alasan
pentingnya nilai di era transformasi ini, tentu saja televisi menjadi efek samping sebagai
media dan juga sebagai pengaruh terhadap nilai. Pentingnya fungsi dan kehidupan
kolektif masyarakat menjadi nalar seni ini, baik dalam bentuk maupun filosofinya.
Kata kunci: traditional theatre, transformation era.

61
https://journal.unesa.ac.id/index.php/geter/index

ONLINE ISSN: 2655-2205

Vol. 5 No.2, 2022


Page 61--76

Published by Jurusan Sendratasik FBS Unesa Arif Hidajad, Autar Abdillah, Indar Sabri dan Welly Suryandoko

PENDAHULUAN
Persoalan modernisasi ditopang METODE
oleh dua hal yaitu industrialisasi dan Metode penelitian adalah tata cara,
urbanisasi, yang pada akhirnya langkah, atau prosedur yang ilmiah dalam
menimbulkan perubahan mendasar pada mendapatkan data untuk tujuan penelitian
struktur sosial maupun tata nilai yang yang memiliki tujuan dan kegunaan
diyakini masyarakat. Max Weber (2006) tertentu. Seperti yang diungkapkan
mengemukakan bahwa pusat kehidupan Sugiyono (2018, hlm. 2) yang menjelaskan
dalam proses modernisasi akan bahwa metode penelitian adalah suatu
mengalami perubahan, baik dalam cara ilmiah dalam mendapatkan data
lingkup sosial maupun komunitas yang untuk tujuan dan kegunaan tertentu.
mengitari kehidupan manusia. Semakin
plural dan global akan membuat manusia Penelitian ini termasuk penelitian
mempunyai sikap materialistis, deskriptifkualitatif. Metode penelitian
individualistis, dan rasionalistis. kualitatif sering disebut dengan metode
Proses modernisasi yang ditandai penelitian naturalistic karena penelitinya
munculnya industrialisasi dan mekarnya dilakukan dengan pada kondisi alamiah
lahan perkotaan menimbulkan budaya (natural) sesuai dengan apa yang ada di
baru dan menumpuknya timbunan lapangan (Sugiyono, 2009:8). Metode
budaya di mana satu budaya mendapat penelitian yang digunakan untuk meneliti
pengaruh dari budaya lain. Modernisasi pada kondisi obyek yang alamiah dimana
dengan kemajuan teknologi telah peneliti adalah sebagai instrumen kunci.
membawa arus informasi, sehingga
Peneliti menggunakan dua sumber
industrial -isasi sebagai ciri modern-isasi
data yaitu sumber data primer dan
membawa dampak secara radikal.
sumber data sekunder. Sumber data
Pembunuhan mitologi dengan
primer menurut Sugiyono (2018:456) data
rasionalitasnya membentuk budaya
primer adalah sumber data yang secara
massa dengan sistem baru yang disebut
langsung memberikan data peneliti . Data
kapitalis. Perkotaan sebagai barometer
dikumpulkan oleh peneliti langsung dari
perekonomian menjadi tolok ukur
sumber pertama atau tempat objek
keberhasilan seseorang dalam
penelitian dilakukan.
kehidupannya. Kehidupan modern yang Peneliti menggunakan hasil
materialistis membawa pengaruh yang
wawancara yang didapatkan dari informan
tidak sedikit terhadap masyarakat mengenai topik penelitian sebagai data
padesan, yang pada dasarnya korban
primer. Penelitian deskriptif kualitatif ini
dari perkembangan kebudayaan yang menggunakan literasi yang ada sebagai
tidak pernah berhenti. Perubahan secara
salah satu sumber data yang juga
seporadis yang berada pada pusat dokumen yang dibutuhkan dalam
perekonomian membawa dampak pada
peneleitian.Data yang ada kemudian
seluruh sendi kehidupan. Perubahan itu direduksi dan dianalisa dengan
diantaranya pada sistem kekerabatan
menggunakan dua triangulasi yaitu
maupun sistem nilai yang berlaku pada triangulasi metode dan sumber agar
pola kehidupan komunal yang mengakar
mendapatkan data yang valid
pada masyarakat desa.
62
https://journal.unesa.ac.id/index.php/geter/index

ONLINE ISSN: 2655-2205

Vol. 5 No.2, 2022


Page 61--76

Published by Jurusan Sendratasik FBS Unesa Arif Hidajad, Autar Abdillah, Indar Sabri dan Welly Suryandoko

Kuda lumping ini biasanya terdapat lebih


dari dua karakter, misalnya karakter
HASIL DAN PEMBAHASAN brangasan dan alusan. Dua batang
bambu ditancapkan dan biasanya jenis
1. BENTUK PENYAJIAN bambu ori, diantaranya dipasang tali
besar dengan ketinggian kurang lebih
SANDUR 10m -12m untuk atraksi tokoh
Kalongking. Alat penerangan yang
2. Waktu dan Tempat Penyajian digunakan dalam pementasan ini adalah
Teater Sandur mengandung banyak mrutu sewu dan obor di setiap sudut
muatan simbolisme. Dari waktu tempat pertunjukan.
penyajian yang dimulai pada sore hari
sampai pagi hari, adalah gambaran
perjalanan manusia dari lahir sampai 3. PENGADEGAN SANDUR
mati. Durasi yang dipergunakan dalam
pementasan teater ini tidak terbatas, Diawali dengan tembang “Ilir Gantu”
disesuaikan dengan kondisi pemainnya. semua peran berkumpul di tengah blabar
Dari durasi yang begitu panjang berisi janur kuning bersila menghadap ke arah timur
tentang berbagai macam cerita dengan laut. Setelah tembang sampai pada tembang
tema masalah perjalanan manusia mulai “Tulak Kala Kidul”, “Tulak Kala Lor”,
dari lahir, mencari pekerjaan, bertani, “Tulak Kala Wetan”, dan “Tulak Kala
kemudian berproses kehidupan sosial Kulon” yang berfungsi sebagai mantera.
orang Jawa. Waktu pementasan yang Adegan berikutnya adalah rias tokoh Cawik,
sudah sehabis panen dimaksudkan Balong, Pethak, dan Tangsil diantar oleh
bahwa pada saat itu Dewi Sri sebagai tukang rias menuju ke tempat rias dengan
dewi padi masih menunggui tempat diiringi tembang “Sorak Hore Budal paras”,
tersebut. Saat pementasan tidak tembang ini berfungsi sebagai pemanggil roh
ditentukan dengan weton, terkecuali dan juga para bidadari agar menyusup ke
pada weton wage dan legi. Karena dalam diri peran. Kadang ketika para peran
pada saat itu juru kunci makam Ki sedang rias jaranan masuk dengan
Andongsari tidak berani me-nyetrenkan- menggunkan tembang “Ela-Elu”, “Kembang
kan perlengkapan pentas ke dalam Gempol”, “Kembang Jambe”, “Kembang
makam. Terkecuali di luar daerah desa Luntas”, “Kembang Duren”, “Kembang
Ledok Kulon yang mempunyai danyang Johar”, dan “Kembang Jambu”. Adegan
berbeda. berikutnya menceritakan tentang tokoh yang
Tempat pertunjukan berupa tanah sedang rias dengan “Kembang Gambas”,
lapang yang dibatasi oleh tali empat “Pitik Lancur”, “Kembang Kawis”, “Pitik
persegi panjang 8m – 10m, kemudian tali Lurik”, “Kembang Laos”, dan “Kembang
itu diberi hiasan lengkungan janur kuning Terong”. Tembang itu bercerita tentang
dan digantungi aneka jajan pasar. Selain bidadari yang masuk ke dalam para peran
itu terdapat ketupat dan lontong ketan masing-masing. Untuk selanjutnya bila para
atau lepet. Di sudut pertemuan antara peran sudah siap mereka kembali ke arena
utara dan timur terdapat sesaji lengkap permainan yang ditutup kain dan dituntun oleh
dengan dupa atau kemenyan dan di situ perias yang membawa obor, ini menggambarkan
pula kuda lumping sengaja disandarkan. proses penciptaan atau kelahiran manusia di atas
63
https://journal.unesa.ac.id/index.php/geter/index

ONLINE ISSN: 2655-2205

Vol. 5 No.2, 2022


Page 61--76

Published by Jurusan Sendratasik FBS Unesa Arif Hidajad, Autar Abdillah, Indar Sabri dan Welly Suryandoko

dunia. Sebelum masuk para pemain secara dengan tembang “Bukak Kudung”, kemudian
berurutan mengitari arena permainan satu kali babak terakhir dengan babak atau adegan
searah jarum jam. Setelah itu Germo sebagai blendrong. Babak pembukaan atau adegan
sutradara nggundisi atau memberikan narasi gambuh diawali oleh Germo yang berfungsi
menghadap ke barat daya dan di senggaki nggih sebagai dalang atau dukun, ia ngundisi dan
oleh para panjak hore yang berfungsi sebagai
vokalis tembang, sekaligus ilustrasi cokal yang
memimpin jalannya permainan itu dibantu
dilakukan dengan kanon mirip kecak Bali. dengan panjak hore (sebagai tukang senggak
Kemudian kain kerudung dibuka oleh Germo sekaligus tembang). Untuk yang kedua atau
diiringi tembang “Kembang Jagung” yang bukak kudung yang menceritakan tentang
menggambarkan tentang bidadari yang membuka proses kelahiran dan perjalanan hidup yang
kerudung. Setelah itu tokoh Pethak, Balong, diwakili oleh tokoh Pethak dan Balong.
Cawik, dan Tangsil dituntun Germo mengitari Dengan diisi berbagai cerita di dalamnya.
blabar janur kuning searah jarum jam dan masing- Adegan selanjutnya yaitu blendrong atau
masing ditempatkan di setiap pojok seperti adegan penutup yang diawali dengan tembang
berikut: Tokoh Tangsil berada di Tenggara, “Mijil” untuk memanggil Dewi Sri agar
Balong berada di barat daya, Pethak berada di
Kalongking dapat sukses dalam atraksinya.
Barat Laut, dan tokoh Cawik berada di timur laut.
Kemudian dengan diiringi “Bismillah Golek
Gawe”. Pethak berangkat mencari kerja kearah
Germo dan terjadilah dialog. Karena ditolak maka Unsur Teater dalam Kesenian Sandur
ia berjalan kearah Tangsil, di tempat ini juga Pertunjukan sandur merupakan kesenian
ditolak, dan akhirnya menangis sambil menuju teater rakyat. Hal ini diperkuat dengan
Balong. Di tempat Balong dianjurkan untuk pendapat beberapa tokoh kesenian sandur.
mencari tanah bersama-sama. Setelah mendapat Pramujito, salah satu seniman sandur
tanah garapan, cerita berikutnya berkisar tentang mengatakan bahwa kata sandur berasal dari
tatacara penggarapan tanah pertanian, tatacara kata “sandiwara ngendhur” (Wawancara 27
kehidupan bermasyarakat, sampai pada Oktober 2010). Unsur pokok teater dalam
peternakan. Di setiap adegan kadang diselingi kesenian ini beserta perkembangannya akan
adegan jaranan yang muncul sewaktu-waktu.
Ketika adegan jaranan muncul, adegan yang lain
diuraikan seperti berikut:
dihentikan. Cerita
Untuk sementara. Seandainya jaranan Cerita diambil dari kehidupan
tidak datang-datang maka untuk masyarakat sekitar dan kondisi yang
memanggilnya ditembangkan “Sulur terjadi pada saat itu. Misalnya, tokoh
Pandan” yang berisi tentang mantera untuk Balong yang mencari kerja yang kemudian
memanggil roh yang mendiami empat arah harus mencari tanah untuk digarapnya,
mata angin. Seluruh cerita akan ditutup ataupun keadaan kesenian itu sendiri
dengan tembang “Sampun Rampung” cerita kehidupan sindir (sinden) yang
dengan seluruh pemain menghadap timur. mendapat tekanan nilai minor dari
Jika datang mendung maka untuk masyarakat sekitarnya. Cerita tersebut
mengusirnya akan dinyanyikan tembang merupakan gambaran konflik yang terjadi
“Mendhung Sepayung”. dalam masyarakat yang mendasari
Sandur terdiri dari delapan adegan yang pementasan sandur.
terdapat dalam tiga babak, yaitu: babak
pembukaan yang ditandai dengan “Tembang Akting
Gambuh”, kemudian adegan kedua ditandai Segala cerita tersebut dituangkan
64
https://journal.unesa.ac.id/index.php/geter/index

ONLINE ISSN: 2655-2205

Vol. 5 No.2, 2022


Page 61--76

Published by Jurusan Sendratasik FBS Unesa Arif Hidajad, Autar Abdillah, Indar Sabri dan Welly Suryandoko

dalam bentuk teatrikal dari sebab akibat yang ingin memperbaiki tingkat
perjalanan cerita yang dijalin. Seluruh kehidupan. Tokoh Tangsil mewakili
pemain masuk arena dengan menari, masyarakat golongan atas, yang
dialog, komunikatif dan mudah dicerna. diindentifikasinya sebagai petunjuk arah
Setelah dialog maka para pemain berlaku kerja yang harus dituju. Ia merupakan
dan berbuat seperti biasa atau realis. tuan tanah yang berpendidikan tinggi,
sedangkan tokoh Cawik dan Germo
Pentas merupakan tokoh bersahaja. Pemain
Pementasan Sandur dapat dalam teater ini secara keseluruhan
dipertunjukkan dimana saja, baik di area menggambarkan situasi kehidupan sosial
terbuka seperti tanah lapang ataupun di masyarakat Jawa pada umumnya, karena
tempat tertutup seperti gedung tokoh- tokoh tersebut merupakan
pertunjukkan. Pada mulanya identifikasi keadaan sosial masyarakat
pertunjukkan sandur dilakukan di tengah setempat.
sawah, kemudian berkembang bebas
karena kondisi kesenian ini yang mulai 4. PERKEMBANGAN PENYAJIAN
dipakai untuk pentas keliling (barangan). SANDUR
Karena perkembangannya kemudian
bias dipentaskan di panggung yang Kemajuan-kemajuan bidang seni
terbentuk proscenium. pertunjukan senantiasa menimbulkan
bahan pertentangan baru dalam seni itu
Bahasa sendiri. Pada teater daerah pertentangan
Bahasa yang digunakan adalah itu berkisar antara lain pada isi yang
bahasa sehari – hari dengan irama yang maju dengan bentuknya yang lama. Isi
menggunakan cengkok khusus. Dialog yang baru itu tentu akan menuntut
sangat dominan dan ini merupakan salah bentuk yang baru. Perkembangan pada
satu unsur pokok dalam teater untuk teater ini bisa dilihat seperti berikut :
memproyeksikan cerita diatas pentas.
Bahasa yang digunakan dialek Tembang
campuran Jawa Tengah dan Jawa
Timur. Dalam perkembangannya, Tembang pada teater ini berfungsi
bahasa Indonesia juga disisipkan untuk sebagai pengiring keluar masuknya peran
kepentingan sosialisasi multikultural. dan pergantian adegan atau babak.
Tembang begitu fungsional, selain sebagai
Aktor adegan selang, juga berfungsi sebagai
Ada beberapa peran yang mantra pamanggil roh atau bidadari.
mewakili status sosial dalam Fungsi yang lain sebagai narasi
masyarakat. Tokoh Balong mewakili perjalanan tokoh peran. Karena
status sosial masyarakat bahwa yang banyaknya fungsi ini, maka dianggap
kurang tabah dalam menghadapi membosankan karena kemonotonannya.
persoalan hidup. Sedangkan tokoh Akhirnya intensitas dikurangi dengan
Pethak mewakili kaum bawah namun masih mempertahankannya sebagai salah
lebih bersifat moderat dalam menerima satu unsur dalam Sandur. Tembang
kenyataan hidup. Kedua tokoh tersebut dalam kesenian ini dikemudian hari mulai
mewakili masyarakat tingkat bawah, dinotasikan dengan menggunakan dua
65
https://journal.unesa.ac.id/index.php/geter/index

ONLINE ISSN: 2655-2205

Vol. 5 No.2, 2022


Page 61--76

Published by Jurusan Sendratasik FBS Unesa Arif Hidajad, Autar Abdillah, Indar Sabri dan Welly Suryandoko

laras yang berbeda yaitu laras slendro panjakhore sendiri. Penggunaannya


dan laras pelog. Laras pelog merupakan disesuaikan dengan situasi dramatis
gamelan yang terdiri dari tujuh buah nada yang ingin dicapainya. Musik dan niyogo-
dengan sruti yang berbeda. Jarak nya menjadi satu dengan cerita tersebut.
nadanya 1-1-1 1/2 – 1-1- 1-/2. Urutan Karena menyesuaikan dengan tembang
nadanya 1-2-3-4-5-6-7-1 ( ji- roh-lu-pat- yang di notasikan, iringan gamelannya
mo-nem-pi-ji ). Sedangkan slendro suatu kemudian menggunakan dua laras yaitu
laras yang terdiri dari enam buah nada laras palog dan slendro.
yang sruti sama dalam satu oktafnya
yaitu 1-1-1-1 dan notasinya terdiri dari 1- Akrobatik
2-3-5-6-1 ( ji-ro-lu-mo-nem-ji )
Akrobatik dalam sandur adalah
Bahasa peran yang dimainkan oleh tokoh
Kalongking yang naik turun di bamboo,
Bahasa yang digunakan adalah jaranan yang keluar masuk sewaktu-
waktu. Karena alas an keterbatasan
bahasa sehari-hari dan komunikatif.
Sandur mempunyai lagu bahasa atau waktu dan mistis yang dikandungnya
maka dengan ini bias dihilangkan
kalau dalam bahasa Kethoprak disebut
cengkok tersendiri. Cengkok adalah tipe ataupun disajikan dalam bentuk yang
lain, melalui tangga dramatik yang
khusus alunan nada-nada dalam lagu
atau dialog. Lagu bahasa yang spesifik dibentuk dalam cerita tersebut. Namun
dalam kepentingan tertentu adegan ini
namun datar merupakan rangkaian
permainan yang tinggi rendahnya tetap masih digunakan. Terkecuali pada pentas
procenium.
dilakukan para peran yang memakai
kostum wayang seperti tokoh Pethak dan
Akting
Balong. Tokoh Germo dan tokoh yang
tidak menggunakan kostum wayang
Sandur pada awalnya hampir tidak
menggunakan bahasa dialog sehari-hari,
hingga kesan monoton semakin kental. memerlukan akting, karena
menggunakan gaya patetis. Teater rakyat
Kemudian pada perkembangannya
bahasa yang digunakan adalah bahasa Sandur ini pada mulanya tanpa naskah,
hanya berdasarkan cerita turun temurun
sehari-hari dan campuran bahasa
atau dari mulut ke mulut. Pada saat
Indonesia, atau dalam kata lain
sekarang penuangan cerita ke dalam
menggunakan bahasa multikultur.
naskah sudah dimulai. Perkembangan-
Musik Pengiring
perkembangan yang terjadi adalah
konsekuensi logis dari tuntutan jaman
Musik yang digunakan adalah
pada era globalisasi yang melatar
gong bumbung dan kadang dibantu
belakanginya, agar kesenian tetap ada.
Panjak Hore yang selalu nyenggaki
Dengan munculnya tema-tema cerita
dengan cengkok kanonnya. Karena
kekinian, akting yang wajar begitu
instrumen dianggap kurang ramai
berkembang sesuai dengan standar Barat.
kemudian ditambah dengan beberapa
instrument gamelan seperti bonang,
gong, suling, dan saron disamping
66
https://journal.unesa.ac.id/index.php/geter/index

ONLINE ISSN: 2655-2205

Vol. 5 No.2, 2022


Page 61--76

Published by Jurusan Sendratasik FBS Unesa Arif Hidajad, Autar Abdillah, Indar Sabri dan Welly Suryandoko

4. Konflik manusia dengan alam


NASKAH ATAU SYAIR- SYAIR (Pramuji,1984:16).
Awal dari kesenian Sandur hanya
Proses tersebut merupakan ide
berdasarkan cerita turun temurun dan
dasar dari tema besar teater Sandur.
mitos yang berkembang di daerah
Perjalanan manusia dalam teater
tersebut. Penuangan cerita dan mitologi
Sandur dibagi dalam tiga babak dari
ke dalam kesenian belum menggunakan
delapan adegan yang ada. Dari satu
naskah tertulis atau masih merupakan
babak merangkum seluruh peristiwa
cerita tutur. Di dalamnya memuat
yang terjadi di satu tempat pada urutan
banyak aspek dan nilai dari difusi
waktu tertentu(Yacob- Saini,
akulturasi secara adaptif. Letak
1991:136)). Memperhatikan
Bojonegoro yang berada di dua sub
struktur naskah naskah pembabagan
budaya Jawa Tengah dan Madura
merupakan unsur teater tradisional.
menjadikan kedua arus tersebut
Secara keseluruhan cerita dalam Sandur
mempengaruhi budaya setempat. Sifat
menggunakan struktur dramatik
terbuka budaya Jawa untuk dibanjiri
Aristoteles yang terdiri dari: Eksposisi,
budaya lain membuat bercampurnya
Komplikasi, Klimaks, Resolusi dan
budaya Madura, Jawa Tengah dan
Konklusi.
budaya lokal. Percampuran tersebut
dapat dilihat dari naskah pertama kali
5.ORGANISASI KESENIAN SANDUR
ditulis pada tahun 1993 untuk
BAGI MASARAKAT LEDOK KULON
pergelaran di taman Mini Indonesia
Sebuah kelompok kesenian
Indah di Jakarta, sesuai urutan keluar
adalah kumpulan individu dari sub sosial
masuknya tokoh dan cerita.
masyarakat. Partisipasi dan solidaritas
yang terbentuk merupakan ikatan
lingkaran kecil dari ikatan lingkaran besar
5. KONSEP PENGADEGAN
masyarakat sosialnya. Organisasi
PADATEATER SANDUR
kesenian merupakan masyarakat kecil di
dalam masyarakat besar. Untuk
Cerita hidup manusia merupakan
mengetahui sistim organisasi kesenian
ide dasar teater. Di dalam kehidupannya
dapat dilihat dari: (1).Kepemimpinan; (2).
manusia melalui fase-fase kehidupan
Keanggotaan; (3). Pengelolaan.
yang harus dilalui. Fase kehidupan, dan
kejadian hidup manusia sehari-hari
Struktur Organisasi Kesenian Sandur
merupakan unsur pokok dalam cerita
Untuk mengetahui sistim struktur
Sandur. Sandur merupakan gambaran
yang berlaku dalam sebuah organisasi,
hidup manusia Jawa. Dalam kehidupan
maka perlu dikaji masalah yang
manusia mengalami beberapa konflik
menyangkut manajemen kelompok
dalam hidupnya. Jenis-jenis konflik dari
tersebut. Organisasi Sandur yang belum
unsur kehidupan manusia itu antara lain:
profesional secara manajerial sudah
mempergunakan sistim modern dengan
1. Konflik manusia denganmanusia.
ketua, sekretaris, dan bendahara sebagai
2. Konflik manusiadengan lingkungan.
kelengkapannya. Meskipun begitu dalam
3. Manusia dengan dirinya sendiri.
kelompok ini, pengelolaannya masih
67
https://journal.unesa.ac.id/index.php/geter/index

ONLINE ISSN: 2655-2205

Vol. 5 No.2, 2022


Page 61--76

Published by Jurusan Sendratasik FBS Unesa Arif Hidajad, Autar Abdillah, Indar Sabri dan Welly Suryandoko

bersifat tradisional dan terbuka. Berarti organisasi ini ialah bahwa ia mampu
bahwa kelompok ini menganut dua sistim dalam bidangnya, mampu
yang berlaku yaitu bisa kita lihat dari berkomunikasi ke segala arah baik
sistim pengelolaan dan aturan secara birokrasi maupun hubungan
keorganisasian yang diterapkan dalam individu. Dalam hal ini hubungan luas di
kelompok tersebut. Untuk lebih masyarakat.
memperjelas hal tersebut, akan dikupas Hubungan pemimpin dan anggotanya
berbagai masalah yang tercakup dalam sangat akrab. Ini dapat dilihat dari
kelompok dan keberadaannya. proses latihan sampai pementasan.
Berangkat bersama, pulang bersama;
Kepemimpinan mereka mengerjakan segala sesuatu
Ditinjau dari sistim pemerintahan juga bersama-sama. Dari pembuatan
yang ada di desa Ledok Kulon, dapat setting sampai mengangkat alat
diketahui bahwa masyarakatnya dilakukan secara bersama-sama. Tanpa
menganut konsep kepemimpinan ada pembedaan status dalam kelompok.
kharismatik dan melalui pertimbangan Meskipun sudah ada pembagian
pendidikan keilmuan dan keturunan. kerja yang jelas antara anggota dan
Seorang pemimpin di daerah ini bersifat pengurus, namun sifat gotong royong
terbuka dan demokratis dalam dan saling membantu terlihat di sini. Hal
menentukan kebijaksanaan untuk itu seperti juga terlihat dalam sistim
kepentingan bersama. kekerabatan daerah setempat, bahwa
Ketua organisasi di daerah ini mereka merasa satu keluarga, satu
diangkat dan dipilih oleh anggota daerah, dan satu ikatan. Sifat demokrasi
kelompok itu sendiri, atas kesepakatan dan terbuka untuk saling membantu dan
melalui musyawarah. Pemimpin di sifat satu keluarga dapat terlihat dalam
organisasi ini dipilih dan ditunjuk oleh situasi kerja kelompok ini.
anggota dan pengurus dalam suatu Masa kepengurusan tidak
pertemuan yang dilakukan. Jika calon terbatas, dalam artian bahwa kalau
yang ditunjuk disetujui oleh forum, maka dirasa seorang pengurus merasa sudah
ialah yang dipilih. Sosok pemimpin disini tidak sanggup lagi untuk menjalankan
diharapkan jadi sumber aktualisasi dari fungsinya maka akan segera
kelompok ini. Secara demokratis, menggantinya melalui musyawarah.
seorang pemimpin merupakan Seluruh aturan yang berlaku sudah mulai
identifikasi anggota dan ditetapkan melalui anggaran rumah
kelompoknya.(Soedjono,1976:106). tangga dan anggaran dasar kelompok
Pemimpin di sini juga merupakan tersebut, sebagai formalitas syahnya
orang tergiat dalam partisipasi sebuah organisasi.
kelompoknya sekaligus secara keilmuan
di anggap mampu dalam bidangnya. Keanggotaan
Dalam organisasi kesenian Sandur Dalam masalah keanggotaan
proses memilih bukanlah suatu sistem, kelompok ini bersifat terbuka. Mereka
tetapi bagaimana mencapai tujuan tidak membatasi apakah anggota
organisasi melalui kerjasama yang baik. kelompok itu dari dalam daerah tersebut
Sehingga kriteria seorang ketua dalam maupun dari luar daerah Ledok Kulon.
68
https://journal.unesa.ac.id/index.php/geter/index

ONLINE ISSN: 2655-2205

Vol. 5 No.2, 2022


Page 61--76

Published by Jurusan Sendratasik FBS Unesa Arif Hidajad, Autar Abdillah, Indar Sabri dan Welly Suryandoko

Bagi mereka yang terpenting adalah tidak menerapkan sangsi-sangsi. Semua


mengkader anggotanya agar bisa diserahkan kesadaran anggotanya agar
mengembangkan potensi kesenian mereka merasa handarbeni dan
daerah yang ada. Hal ini juga bertanggungjawab atas kelompok ini.
disebabkan karena sekitar daerah Apalagi sebagian besar dari kelompok
tersebut sering berdiri kelompok Sandur ini mempunyai teater lain diluar
kesenian daerah, namun selalu tidak kelompok ini. Jelaslah bahwa kelompok
bertahan lama. Untuk itu mereka lebih Sandur ini hanya berdasarkan asas
bersifat terbuka terhadap sistim kekeluargaan dan kebersamaan, untuk
keanggotaan organisasi kelompok ini. menciptakan suasana yang harmoni
Anggota kelompok kesenian dalam kesenian dan hubungan sosial.
Sandur di desa Ledok Kulon
berjumlah Pengelolaan
45 orang. Usia mereka rata-rata antara
15 tahun sampai 50 tahun. Dari 45 Organisasi Sandur yang
anggota tadi dibagi menjadi beberapa tergabung dalam Kelompok Kreatif
kelompok yaitu kelompok peran, Daerah Orkestra pimpinan Pramujito,
kelompok musik, dan kelompok tari. B.A., adalah organisasi mandiri. Ini
Karena komitmen kelompok ini berarti bahwa segala yang bersangkut
melestarikan kesenian daerah, maka paut dengan masalah pendanaan
yang dipelajari dan diusahakan sendiri. Semua dana
dikembangankan terhimpun dari hasil tanggapan yang
adalah kesenian rakyat dan tradisi. diperoleh. Sedangkan pementasan
Sandur yang mengalami pasang surut hanya bersifat insidental atau pada
selama ini menjadi prioritas utama bagi momen tertentu. Dengan binaan dari
kelompok ini. Dari keseluruhan anggota, Departemen Penerangan daerah
sebagian adalah anak dari pemain setempat kelompok ini berkesempatan
Sandur yang telah uzur, sehingga paling luas untuk pentas ke luar daerah.
tidak hanya tinggal memupuk dan Namun tidak menutup kemungkinan
mengembangkan potensi yang ada. bisa ditanggap masyarakat setempat.
Pembagian tugas yang ada bersifat Sekali tanggapan mereka memasang
kekeluargaan seperti yang terlihat dalam tarif Rp. 2.000.000,00 – Rp. 3000.000,00
sistem kekerabatan mereka, jika salah untuk satu daerah, sedangkan untuk luar
satu mereka tidak dapat menjalankan daerah konsumsi dan biaya transport
tugasnya dalam pementasan maka bisa diserahkan pada yang nanggap. Uang
diganti dengan pemain yang lain. Jadi hasil pementasan dikurangi biaya
meskipun sudah dikelompokkan namun produksi dan sisanya dibagi rata seluruh
masing-masing anggota harus belajar pemain dan siapapun yang terlibat
dari tugas kelompok lain dalam dalam sebuah pementasan.
pementasan. Kesenian Sandur sebagai milik
Dalam kelompok ini tidak ada masyarakat desa Ledok Kulon adalah
sistem mengeluarkan anggota, semua salah satu bentuk teater rakyat yang
diserahkan kepada seleksi alam. Bisa banyak mengandung petuah dan ajaran.
dikatakan bahwa dalam kelompok ini, Kesenian ini menjadi kebanggaan
masyarakat pemiliknya. Para anggota
69
https://journal.unesa.ac.id/index.php/geter/index

ONLINE ISSN: 2655-2205

Vol. 5 No.2, 2022


Page 61--76

Published by Jurusan Sendratasik FBS Unesa Arif Hidajad, Autar Abdillah, Indar Sabri dan Welly Suryandoko

selalu berusaha tetap melestarikannya sedangkan tradisi memberikan


dengan pemerintah sebagai pengayom. pengajaran melalui simbol dan lambang-
Salah satu usaha ke arah itu dengan lambang yang memerlukan perenungan
diadakannya pembenahan dan mencoba dan pemikiran yang panjang. Arus
dipentaskan dalam hajatan. Misal modernitas yang cenderung kearah real
dengan memasukan unsur Sandur dalam lebih menarik mereka dikarekan keadaan
tata upacara seperti tokoh dan unsur sosial politik ekonomi yang mengitari
gendhingnya. Renovasi dilakukan agar hidupnya. Dengan adanya Sandur yang
kesenian ini dapat diterima segala berisikan ajaran agama, paling tidak
lapisansosial yang ada. untuk menandingi erosi tersebut. Dan
Regenerasi dalam kelompok ini data yang diperolehmenunjukan adanya
bersifat naluriah dan rekrutmen. gerakan retradisionalisasi. Jika
Biasanya orangtua mereka yang dulunya kesenian merupakan humaniora, maka
pemain Sandur anaknya kemudian partisipasi dan apresiasi bagi masyarakat
menjadi anggota kelompok Sandur tentu juga humaniora. Sifat ukuwah
tersebut. Selain itu siapapun yang tertarik Islamiah dari anggota kelompok ini, dan
akan diterima dengan tangan terbuka rasa tanggung jawab atas pembagian
tanpa persyaratan apapun. Para anggota kerja merupakan bentuk dari solidaritas
yang mengajar teater di sekolah tingkat masyarakatnya. Solidaritas yang
atas akan berusaha merekrut siswanya terbentuk bukan saja dari hukum tertulis
untuk masuk dalam kesenian ini, dengan namun juga ketaatan hukum yang tak
cara melibatkan mereka dalam tertulis, sebagai suatu aturan yang
pementasan. Karena adanya perbaikan disepakati.
dalam misi maupun isi, sasaran Kelompok kesenian Sandur dari desa
pementasan menjadi lebih jelas, yaitu Ledok Kulon ini selain difungsikan
masalah agama dan penerangan. Fungsi sebagai kelompok kesenian ia juga
pendidikan dan hiburan memberikan merupakan alat interaksi yang
pemahaman moral yang lebih baik. menghasilkan kontak sosial. Dari
Terbukti dengan makin maraknya interaksi yang didapat, akan
kehidupan di daerah tersebut yang menyebabkan komunikasi. Dan dalam
mayoritas penduduknya beragama Islam. komunikasi terjadi gaya pengaruh-
Kesenian Sandur dengan ajaran mempengaruhi yang terjadi akibat
agama, pendidikan, dan penerangan, hukum yang berlaku. Demikian
dipandang oleh generasi tua dapat fungsionalnya kelompok ini, yang
menjadi penangkis ajaran buruk erosi terbentuk dari sistem berlaku di
nilai tradisi. Pada umumnya remaja masyarakatnya. Dua fungsi kelompok ini
mengalami dekadensi moral, dalam masyarakat antara lain fungsi ke
dikarenakan ajaran mereka lihat di desa dalam, terbukti dengan makin tekunnya
Ledok Kulon ini televisi dan media anggota kelompok ini dalam beribadah,
elektronika yang tentu saja ia juga dan fungsi keluar dengan bukti bahwa
memberikan penawaran sebagai akibat kehadiran kesenian dapat diterima oleh
dari....kehidupan modern dan globalisasi. segala lapisanmasyarakat.
Mereka lebih. Cenderung memilih segala
sesuatunya yang bersifat praktis dan
langsung menyentuh alat inderawinya
70
https://journal.unesa.ac.id/index.php/geter/index

ONLINE ISSN: 2655-2205

Vol. 5 No.2, 2022


Page 61--76

Published by Jurusan Sendratasik FBS Unesa Arif Hidajad, Autar Abdillah, Indar Sabri dan Welly Suryandoko

masyarakat agraris atau petani.


6. FUNGSI TEATER SANDUR Pemanggilan roh dan dewa-dewa,
BAGIMASARAKAT LEDOK KULON perlindungan nenek moyang terhadap
kehidupan mereka merupakan rangkaian
Penampilan dalam pentas, maksud diselenggarakannya upacara.
maupun isi merupakan pokok pikiran Sistem dan nilai yang diterapkan
sebagai ide dari kemunculan produk mengandung mitos dari norma yang
kesenian tersebut. Nilai yang dikandung menjadi dasar tata laku dalam hubungan
merupakan norma sebagai hukum yang kepentingan vertikal-horizontal. Tata nilai
disepakati dari masyarakat kesenian itu tersebut merupakan warisan
sendiri. Norma sebagai dasar hukum, pemahaman bagaimana seharusnya
adalah hasil interaksi dan sosialisasi hidup orang Jawa. Kehidupan
masyarakat setempat merupakan hasil masyarakat yang agraris merupakan
dari solidaritas masyarakat yang peng-ilham-an bentuk kesenian ini yang
terproyeksikan melalui kesenian teater lebih bersifat upacara kesuburan.
rakyat Sandur. Teater sebagai drama Upacara ini dilakukan rutin ketika masa
merupakan media efektif dalam panen tiba. Kedatangan berbagai agama
memberikan pengajaran, penerangan, ke daerah ini, mempengaruhi bentuk
pendidikan, dan pemahaman tentang penyajiannya, pada saat itu kesenian dan
nilai-nilai yang diyakini oleh keadaan sosial merupakan alat politik
masyarakatnya. Karena apa yang terjadi untuk menguatkan kedudukan raja.
diatas merupakan manifestasi dari nilai, Agama Islam dan Hindu-Budha,
norma, dan simbol yang menjadi bingkai disamping animisme dan dinamisme
sosial. terlihat kental dalam kesenian ini.
Dalam sebuah proses kesenian, Akulturasi dan perkembangan jaman
nilai-nilai individu merupakan penggerak sangat mempengaruhi bentuk penyajian
sosial, politik, ekonomi, dan sosial kesenian ini. Fungsi asal kemudian
merupakan kaitan latar belakang bergeser dari ritual upacara dan
kehadiran sebuah produk kesenian, pengobatan kemudian ke media
dengan strata sosial dan pembagian dakwah, dimana Islam sebagai agama
kerja sebagai akibatnya. Interaksi sosial terakhir yang masuk ke daerah ini. Fungi
yang disebabkan oleh ritualtersebut akhirnya
organisasi mendukung keberadaan
kemasyarakatan atau wadah sosial masjid sebagai lembaga keagamaan
merupakan gambaran sebuah konstitusi bersama umat Islam-nya, merupakan
sosial dari hasil kerja sosial. media dakwah sekaligus tontonan.
Fungsi kesenian Sandur pada mulanya Fungsi yang lain sebagai sebuah bentuk
adalah ritual dari fungsi yang utama dekade penciptaan untuk membenarkan
sebagai permainan. Permainan ini kenyataan dan pendidikan intelektual.
dipercaya dapat menyembuhkan orang Menyadari fungsi tersebut, kesenian ini
sakit, yaitu pada saat jaranan sedang mencoba selalu dihidupkan dan
mengalami trance. Penyajian yang dikembangkan. Hal tersebut dikarenakan
diadakan di tanah lapang merupakan ajaran moral dan pendidikan yang
fungsi awalnya sebagai ungkapan rasa terkandung dalam kesenian ini,
syukur atas hasil panen yang didapat dipercaya dapat menjadi penyeimbang
71
https://journal.unesa.ac.id/index.php/geter/index

ONLINE ISSN: 2655-2205

Vol. 5 No.2, 2022


Page 61--76

Published by Jurusan Sendratasik FBS Unesa Arif Hidajad, Autar Abdillah, Indar Sabri dan Welly Suryandoko

datangnya arus informasi. Arus yang desa Ledok Kulon di era modern ini
ditimbulkan oleh pesatnya siaran yang masih memerlukan nilai mitos tradisonal
datangnya dari media elektronik. Di desa sebagai kontrol sosial.
ini terdapat 609 televisi, radio 1406, dan Ajaran yang terdapat dalam
parabola 11 yang dikonsumsi oleh Sandur merupakan warisan norma yang
masyarakat Ledok Kulon. diyakini oleh masyarakatnya. Simbol
Kemajuan jaman dan arus yang ada bermaknakan filosofi hidup
globalisasinya, membawa perubahan orang Jawa, seperti becik ketitik olo
dalam struktur dan pemahaman tata ketara, sopo ngalah gedhe wekasane,
nilai pada masyarakat sosial. dan laku prihatin sebagai laku pokok
Perubahan tersebut berakibat dalam hidup. Fungsi vertikal-horizontal
bergesernya fungsi kesenian dari dalam kesenian Sandur seiring dengan
upacara ritual kepada kepentingan tujuan hidup masyarakat setempat.
hiburan semata. Kepentingan penonton Kesenian Sandur sebagai wujud
tidak banyak membantu perkembangan kesadaran kolektif (ditinjau dari kelima
dan penyebaran kandungan yang akan ciri
disampaikan pada misi dan isi kesenian masyarakat kolektif) membuktikan
Sandur ini. Apalagi kesenian Sandur daerah ini masih menganut kehidupan
yang telah lama vakum dari akibat kolektif. Hal ini dapat dilihat dalam
keadaan politik dan sosial yang pembagian kerja masyarakatnya dibidang
mengitarinya. Kesenian Sandur yang mata pencaharian, religi dan kehidupan
sarat muatan simbolis tentang norma berorganisasinya.
dan ajaran mendapatkan kendala, Didalamnya mengandung unsur
televisi yang lebih bisa menyajikan acara
kerjasama dan komunikasi, sikap
hiburan lebih variatif dibanding kesenian
kegotong-royongan, tolong-menolong
ini. Secara pemahaman dan penyebaran
sebagai asas kekeluargaan. Kolektivitas
televisi lebih efektif dibanding kesenian
tersebut diwujudkan dalam organisasi
panggung.
sosial kemasyarakatan dan keagamaan.
Televisi merupakan media efektif
Masing-masing organisasi membahas
untuk dapat menguasai, mengatur, dan
tentang kehidupan sosial dan gejala yang
menentukan pola pikir serta perilaku
timbul dari akibat arus modernisasi.
masyarakat.(Gatut,1994:77) Televisi
Masalah yang dibahas selain keluarga
sebagai hasil teknologi informasi
berencana, juga pertanian, kondisi usaha,
mempercepat terjadinya perubahan
serta arah tujuan organisasi. Kesenian
sosial, dan perubahan yang tak
Sandur dianggap sebagai sarana
terkendali akan berakibat kerawanan
penyebar luas hasil pembicaraan dalam
sosial. Menyadari hal tersebut
forum tersebut, seperti ungkapan bapak
masyarakat Ledok Kulon mencoba
Nur Kosim berikut:
mengembangkan Sandur sebagai media Bagaimanapun sebagai umat
penerangan dan pendidikan. Paling tidak
Islam harus dapat menyampaikan
fungsi penyuluhan dari hasil pertunjukan
kebaikan kepada masyarakat walaupun
dan fungsi pembinaan rohani dalam
sebesar biji sawi. Untuk itu saya
misinya, dapat menjadi penyeimbang
mendukung.........., mendukung sekali
arus informasi tersebut. Dari data yang
adanya kesenian Sandur; tapi seperti
diperoleh menujukan bahwa masyarakat
72
https://journal.unesa.ac.id/index.php/geter/index

ONLINE ISSN: 2655-2205

Vol. 5 No.2, 2022


Page 61--76

Published by Jurusan Sendratasik FBS Unesa Arif Hidajad, Autar Abdillah, Indar Sabri dan Welly Suryandoko

kata saya tadi............”segala sesuatu penyajiannya. Seperti masalah tanah,


harus dikonsultasikan terdapat dalam tembang “Golek tanah”
dulu”..................apalagi menyangkut (Sl.My)
ayat suci.........
Intensitas pementasan sekali Bismillah ayo pada goleh tanah
dalam setahun merupakan peringatan Becike transmigrasi, e yen kepingin
bagi masyarakatnya. Kehadiran muktiSenggak: Kono-kene podho wae
kesenian ini di tengah masyarakatnya sing penting nyambut gawe
memberikan wadah baru dalam
bersosialisasi antar masyarakatnya. (Bismillah ayo mencari lahan tanahLebih
Dalam misi yang terkandung selalu baik transmigrasi, bilamana jika ingin
mengingatkan untuk kembali pada berhasilSenggak: Sana-sini sama saja
ajaran para leluhurnya, tentang nilai yang penting dapat kerja)
filosofi hidup orang Jawa yang
seharusnya. Kesemuanya agar dapat Tembang tersebut memberikan
berserah diri untuk kembali ke fitrah solusi sekaligus penerangan tentang
manusia sebagai makhluk Tuhan.Segala masalah pemukiman dan peluang kerja.
isi dan misi merupakan cermin gagasan
dan nilai pemikiran masyarakat Bentuk penyajian
setempat. Pemikiran dan gagasan yang mengandung
tersebut ada karena nilai kolektivitas unsur simbolik merupakan gagasan
masyarakat dalam solidaritas tentang perilaku dan pemahaman nilai dari
sistem nilai dalam norma. masyarakat setempat. Keberadaan
Desa Ledok Kulon merupakan kesenian ini dan segala misi dari isi yang
daerah marjinal yang sedang terkandung didalamnya, merupakan
berkembang. Dalam proses fungsi tuntunan hidup masyarakat
perkembangannya daerah ini mengalami setempat dalam mengahadapi era
persoalan-persoalan kependudukan dan transformasi. Ajaran agama yang ada
ketenagakerjaan. Karena pemekaran didalamnya merupakan tuntunan moral
kota, apalagi daerah Bojonegoro agar segala permasalahan yang dihadapi
termasuk perluasan daerah pemukiman diserahkan semuanya kepada Tuhan.
secara komplementatif.( Seperti pada adegan awal
Eko Budiarjo,1994:25). Oleh karena dengantembang “Basmallah”
masalah kepadatan penduduk dan seperti berikut:
pemukiman tersebut akan menimbulkan
lahan pertanian menyusut. Hal tersebut Bismillahirohmannirohim
berdampak ke arah pekerjaan. Menurut Laillahaillallah Muhammad
Islam, fakir akan menjadikan seorang rosullullohLe la lo le la lo la lo lo la
kafir. Untuk menanggulangi hal tersebut, la lo la le
masalah kehidupan dan penghidupan Le la lo le la lo la lo lo la la lo le la
dalam tatanan hidup dipaparkan Laillahaillah Muhammad
bersama sebab akibatnya dalam rosullulloh
penyajian Sandur. Segala permasalahan
hidup diuraikan dalam setiap Selain sebagai hiburan, secara
73
https://journal.unesa.ac.id/index.php/geter/index

ONLINE ISSN: 2655-2205

Vol. 5 No.2, 2022


Page 61--76

Published by Jurusan Sendratasik FBS Unesa Arif Hidajad, Autar Abdillah, Indar Sabri dan Welly Suryandoko

moral menjadi penyimbang di era Pengaruh era transformasi dari siaran


transformasi ini. Penawaran yang televisi secara moral kadang tidak
dilakukan oleh jaman dirasakan tidak sesuai dengan pola kehidupan
terlalu sesuai dengan irama hidup masyarakat setempat, kesenian Sandur
masyarakat setempat. Muatan lokal bersama lembaga yang mendukungnya
yang terdapat didalamnya merupakan memberikan orientasi baru tentang
esensi nilai hidup masyarakat, sebagai moral yang sesungguhnya. Sandur
norma yang harus dipertahankan. dengan masyarakat sebagai
Norma-norma tersebut didapatkan dari pendukungnya dan pemerintah sebagai
kehidupan kolektivitas atas wujud pengayomnya merupakan media
solidaritas masyarakat berdasarkan interaksi dan integrasi masyarakat
kesepakatan nilai norma sebagai hukum Ledok Kulon dalam menghadapi era
adat yang tidak tertulis. Usaha yang trasformasi.
dilakukan dengan tidak mengubah
bentuk isi penyajian merupakan cermin
kebutuhan masyarakat atas nilai KESIMPULAN DAN SARAN
penyeimbang dan fungsi kesenian ini
dalam kehidupan sehari-hari. Nilai Kesenian Sandur jika ditilik dari
muatan lokal yang bersumberkan bentuknya maka bisa disimpulkan
kepada nilai normatif memerlukan kesenian ini termasuk teater rakyat. Di
penyesuaian dalam rangka dalamnya mengandung unsur tari, music
menyeimbangkan kebutuhan manusia dan drama. Perkembangan bentuk
sebagai makhluk individu dan sosial di menyesuaikan kebutuhan masyarakat
jaman modern ini. Dari tema yang setempat seiring dengan perkembangan
diangkat adalah kehidupan sehari-hari, wilayah yangada di Bojonegoro. Berawal
merupakan cermin keadaan realitas dari upacara ritual kesuburan dan
sosial yang harus dihadapi. aktifitas masyarakat Bertani kemudian
Fenomena kemajuan jaman yang menjadi provan dikarenakan lahan
tidak seluruhnya sesuai dengan etos pertanian yangsemakinmenyempit.
masyarakat setempat memerlukan Bentuk yang terdapat di dalamnya
penerangan dan penjelasan tentang tidak mengalami perubahan yang
manusia Jawa yang sesungguhnya signifikan, kalua terjadi pergeseran
dalam menghadapinya. Kesenian bentuk itu karena proses transformasi
Sandur dianggap mampu menjadi generasi yang berupaya tetap
penyeimbang untuk meng-counter nilai melestarikan. Tata nilai yang
yang tidak sesuai tersebut. Trauma diformulasikan dalam bentuk Sandur
politik di massa lalu, membuat kesenian tetap dipertahankan sebagai upaya
ini menjadi satu- satunya kesenian yang internalisasi nilai yang dihayati
masih bertahan. Namun karena masyarakatnya.
kebutuhan masyarakat setempat akan Kemajuan jaman merupakan
hiburan yang bersumber pada muatan tantangan bagi masyarakat kita yang
lokal menjadikan mereka sepakat untuk berlatar belakang pendidikan konservatif.
melestarikannya. Selain fungsi Sekarang ini seiring perkembangan
penerangan dan hiburan, kesenian ini jaman, pola pendidikan kita lebih
berfungsi sebagai media dakwah. cenderung kea rah progresif. Namun
74
https://journal.unesa.ac.id/index.php/geter/index

ONLINE ISSN: 2655-2205

Vol. 5 No.2, 2022


Page 61--76

Published by Jurusan Sendratasik FBS Unesa Arif Hidajad, Autar Abdillah, Indar Sabri dan Welly Suryandoko

demikian nilai di dalam Sandur masih Hashem, 1980.Marxisme dan Agama,


bisa di pergunakan sebagai media Pustaka, Bandung.
pendidikan lingkungan sebagai upaya
internalisasi nilai karakter daerah yang Harymawan,RMA.1993. Dramaturgi.Edisi
masihmembutuhkan penguatan identitas Kedua.Bandung: PTRemaja Rosdakarya
budaya masyarakatnya. Dengan
demikian perubahan dari proses Herusatoto,Budiono,1987. Simbolisme
transformasi bentuk seyogyanya dalam
mengindahkan kebutuhan narasi lokalitas Buday
yang sudah dibangun oleh a Jawa.Yogyakarta: PT Hanindita
masyarakatnya.
James, Peachock. 2005. Ritus
Modernisasi, Aspek Sosial dan
DAFTAR PUSTAKA Simbolik Teater Rakyat
Indonesia.Depok: Desantara
Abdullah,Taufik dan Van Leeder,
A.C.1986, Durkeim dan Koentjaraningrat , 1987. Sejarah Teori
Pengantar Sosiologi Moralitas, Antropologi
Jakarta:Yayasan Obor. I.Jakarta
:Universitas Indonesia Press
Ahimsa, Heddy Shri ,” Sebagai Teks
dalam Konteks: Seni dalam Kuntowijoyo, 1987. Budaya
Kajian Antropologi Budaya”, DanMasyarakat,
dalam Seni : Jurnal Yogyakarta. Tiara Wacana
Pengetahuan dan Penciptaan
Seni, Vol VI/01. Yogyakarta. Mei Leibo,Jefka, 1995. Sosiologi Pedesaan:
1998 Mencari Suatu Strategi
Pembangunan Masyarakat
Ahimsa-Putra.2000. Ketika Orang Desa Berparadigma Ganda
JawaNyeni,Yogyakarta: UGM Yogyakarta: Andi Ofset
Press 2002. Tanda,Simbol,
Budaya, Dan Ilmu Budaya”, Mulder,Niels, 1983. Kebatinan Dan Hidup
Makalah,Yogyakarta:UGM. Sehari-hari Orang jawa:
Kelangsungan
Ensiklopedi Nasional Indonesia, Perubaha
1991.Jakarta, Cipta Adi Pustaka. nKulturil, Jakarta: Gramedia

Gazalba,Sidi 1967. Batas Kebudayaan Murgianto,Sal 1998” Kajian Pertunjukan”


dan Agama, Jakarta: dalam Pudentia MPPS (editor)
Tintamas. Metodologi Kajian Seni Tradsi
Lisan,Jakarta: Yayasan Obor
Geertz, Clifford, 1985. Keluarga Jawa Indonesia
(Terjemahan), Grafiti Pers,
Jakarta. Murniatmo,Gatut, Dampak Globalisasi
Informasi Terhadap Kehidupan
75
https://journal.unesa.ac.id/index.php/geter/index

ONLINE ISSN: 2655-2205

Vol. 5 No.2, 2022


Page 61--76

Published by Jurusan Sendratasik FBS Unesa Arif Hidajad, Autar Abdillah, Indar Sabri dan Welly Suryandoko

Sosial Budaya Masyarakat Daerah


Istimewa Yogyakarta (Yogyakarta: Sudikan, Setyo Yuwono.2001. Metode
Program Penelitian Kebudayaan.
PenelitianPengembangan Dan Surabaya: Citra Wacana
Nilai Budaya) 1993/1994.
Sulisno, 1998.Difusi Budaya Pada
Pramuji,RH. 1984, Teknik Menyutradarai Sandur. Deskripsi Suatu Studi
Drama Konvensional, Jakarta: Kasus Seni Sandur Di
Balai Pustaka Kabupaten Bangkalan Dan
Probolinggo. Surabaya
Rohendi R, Tjejep, 2000, Kesenian :STKW.
Dalam Pendekatan
Kebudayaan, STSI, Bandung. Susanto, Astrid S. 1979., Pengantar
Rusli Karim, Muhammad. 1990., Seluk Sosiologi Dan Perubahan
Beluk Perubahan Sosial, Sosial, Bandung: Binacipta.
Surabaya: Usaha Nasional
Tanpa penulis,Sistim Gotong Royong
Sedyawati, Edi,1981. Pertumbuhan Seni Dalam Masyarakat Pedesaan,
Pertunjukan, Sinar Harapan, Dep. Pendidikan dan
Jakarta. Kebudayaan; DIRJEN
Kebudayaan, 1985/1986.
Sejarah Kabupaten Bojonegoro,
1987.Menyingkap Trinil Windrowati.” Pertunjukan Sandur
Kehidupan Dari Masa ke Manduro Di Desa Manduro,
Masa, Surabay: Monalisa Kecamatan Kabuh Kabupaten
Jombang”.Tesis untuk mencapai
Shetsova, Maria, 1989. The Sociology derajat S-2 di STSI Surakarta
Of The Theatre; Part One 2006.
Problems And Perspektives,
New York: Cambride University
Press

Simuh, 1996. Sufisme Jawa:


Transformasi Islam ke Mistik
Jawa, Bentang Yogyakarta:
Benang Budaya

Sutanto, Astrid1979.Pengantar
SosiologiDan Perubahan Sosial,
Bandung: Binacipta

Suseno, Frans.Magnis 1993. Diskursus


Kemayarakatan Dan
Kemanusiaan.Jakarta:Gramedia.
76

Anda mungkin juga menyukai