Anda di halaman 1dari 7

KOMUNIKASI SOSIAL PADA TEMBANG MACAPAT

Roni Han Wasisto


Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Singaraja

ABSTRACT
One of the inheritance of old texts which contained moral teachings is Serat Wedhatama.
Serat Wedhatama is a literary work in the form of song, as stated in the beginning of the Serat
which reads: sinawung resmining kidung, which means: equipped with a beautiful song (tembang).
The existence of tembang macapat as traditional media or traditional arts, when it contains the
elements of communication, so it can be called as a traditional communication. Similarly, another
existance of tembang macapat as a mean of delivering social messages from the center of its
development, keraton, which is headed to the community, can be delivered as social
communication.“Key words: Serat Wedhatama, Social Communication carried out or when the
communication took place.

Keywords: Tembang Macepat, Social Communication

I. PENDAHULUAN
Keberadaan tembang macapat sebagai memandang’; ditembang (1) ditambuh atau
media tradisional atau kesenian tradisional, digebug’; (2) ‘ditambuh atau dibunyikan bagi
apabila memiliki unsur-unsur komunikasi, tengara dan sebagai- nya’; (3) ‘ditebang atau
maka dapat disebut komunikasi tradisional. dirembang bagi pohon tebu’ (Sudikan,
Demikian pula keberadaan tembang macapat 2014:84). Arti kedua tembang adalah ‘syair
sebagai alat penyampai pesan- pesan sosial dari lagu’ atau ‘nyanyian’ (Nardiati, 1993: 309).
pusat perkembangannya di keraton, yang Sudikan (2014: 87) lebih lanjut menjelaskan
ditujukan kepada masyarakatnya, dapat bahwa makna tembang yang kedua ini adalah
dikatakan sebagai komunikasi sosial. Dan iketan karangan awewaton guru lagu sarta
keberadaan tembang macapat yang sudah guru wilangan apa dene kanthi lelagon ‘ikatan
menggunakan media massa, maka dapat karangan per-dasarkan guru lagu serta guru
dikatakan sebagai komunikasi massa. Namun wilangan yang dirangkai menjadi lagu’. Arti
untuk mempermudah penjelasan diatas, maka kedua kata tembang ini sering dipadankan
tembang macapat terlebih dahulu dibahas dengan kata sekar, karena mendekati kata
sebagai komunikasi sosial. Karena cakupan kembang ‘bunga’.
komunikasi sosial lebih luas dibanding kedua Salah satu warisan naskah lama yang
bentuk komunikasi tersebut. di dalamnya terkandung ajaran moral
Macapat adalah tembang atau puisi adalah Serat Wedhatama, berisi kumpulan
tradisional Jawa. Kata tembang dalam bahasa tembang karya KGPAA Mangkunegara IV
Jawa ada dua arti. Arti pertama berpadanan (1811-1881, naik tahta 1853) (Sudikan , 2014
dengan kata tambuh ‘tidak tahu, tidak mengerti, :12) Secara harfiah, Serat Wedhatama berasal
tidak keruan’ dan gebuk ‘pukul’, misalnya dari kata-kata: serat yang berarti
tembang rawat-rawat ‘berita yang belum jelas tulisan; wedha yang berarti ajaran atau ilmu
atau tidak terang’ dan tembang aksi ‘pandang- pengetahuan; dan tama berasal dari

85
COMMUNICARE Volume 1 No. 1, Juni 2020 p-ISSN : 2722 - 533X
kata utama yang berarti kebaikan. Jadi Serat Pengertian isi tembang maskumambang
Wedhatama berarti tulisan yang berisi tentang dari lirik di atas adalah pesan kepada anak-anak
ajaran kebaikan atau tuntunan moral. Serat yang seharusnya dapat menghormati orang tua.
Wedhatama adalah karya sastra dalam bentuk Jangan sampai seorang anak berani menentang
tembang, sebagaimana dinyatakan pada bagian atau membantah orang tua karena bisa
awal serat tersebut yang berbunyi: sinawung berakibat buruk pada dirinya sendiri.
resmining kidung, yang artinya: dihias dengan
indahnya lagu (tembang). Tembang-tembang 2. Mijil
dalam Serat Wedhatama dikategorikan dalam Awal hadirnya manusia di dunia ini
jenis tembang macapat. digambarkan dalam tembang Mijil yang berarti
Menurut Sudikan (2014: 8-9), sebagian seorang anak terlahir dari gua garba Ibu. Kata
besar pendapat mengatakan bahwa lain dari mijil dalam bahasa jawa adalah wijil,
tembang macapat terdiri dari 11 macam wiyos, raras, medal, sulastri yang berarti
tembang. Sebagian ada yang mengatakan keluar.
hanya 9 macam tembang, namun malah ada Jabang bayi yang mijil dari rahim
juga yang mengatakan 15 macam tembang. ibunya adalah suci, ibarat kertas ia masih bersih
Macam-macam tembang tersebut adalah : (1) putih tanpa coretan. Ketika bayi lahir saat itulah
Mijil; (2) Kinanthi; (3) Sinom; (4) ia mengenal dunia pertama kalinya, ia diberi
Asmaradana; (5) Dhandanggula; (6) wewenang untuk menjalani kehidupan
Maskumambang; (7) Durma; (8) Pangkur; (9) selanjutnya. Ia dihadirkan untuk bisa menjadi
Pocung; (10) Gambuh; (11) Megatruh. “manusia” hingga suatu saat bisa kembali
kepada-Nya dengan damai. Contoh tembang
II. PEMBAHASAN mijil :
2.1 Serat Wedhatama dan Makna yang wulang estri kang wus palakrami
tersebar di dalam Pupuh tembang. (nasihat untuk para wanita yang
1. Maskumambang sudah berumah tangga)
Maskumambang berasal dari lamun pnitados
kata mas dan kumambang. Mas atau emas (Hendaknya dapat dipercaya)
amengkoni mring balewismane
berarti sesuatu yg sangat berharga, yang
(melindungi rumah tangganya)
bermakna bahwa Anak meskipun masih dalam
among putro marusentono abdi
kandungan merupakan harta yang tak ternilai (mengasuh anak, maru keluarga dan
harganya. Mambang atau kemambang artinya abadi
mengambang. Maskumambang Den angati ngati
menggambarkan Bayi yang hidup (selalu berhati hati)
mengambang dalam rahim ibunya. Selama 9 ing sadurungipun
bulan tumbuh dan hidup dalam dunianya yaitu (sebelum melakukan sesuatu)
rahim ibunda. Kata ‘mas’ artinya masih belum
diketahui laki-laki atau perempuannya, dan 3. Kinanthi
kata ‘kumambang’ artinya hidup yang masih Kinanti berasal dari
mengambang atau bergantung di alam kata kanthi atau tuntun. Seorang anak yang
kandungan sang ibu. tumbuh dan berkembang membutuhkan
Dhuh anak mas sira wajib angurmati tuntunan dari orang dewasa. Mereka tidak bisa
Marang yayah rena dibiarkan begitu saja. Ketidakmampuannya
Aja pisan kumawani dalam segala hal perlu bantuan orang tua. Ibarat
Anyenyamah gawe susah kertas “putih” kosong tanpa isi mental bawaan.

86
KOMUNIKASI SOSIAL PADA TEMBANG MACEPAT...(Roni Han Wasisto, 85-91)
Pembentuk kepribadian, perilaku sosial dan (Dengan cara laku prihatin/bertapa)
emosional, serta kecerdasan diperoleh sedikit Tanapi ing siyang ratri
demi sedikit melalui pengalaman dan persepsi (yang dilakukan siang dan malam)
alat inderanya terhadap dunia di luar dirinya. Amamangun karyenak tyasing sesami
(Berkarya membangun ketenteraman
Contoh tembang kinanti sebagai berikut :
hati sesama)
Nadyan asor wijinipun
(meskipun lahir dari kalangan orang
bawah) 5. Asmaradana
yen kelakuane becik Asmaradana memiliki
(Namun jika kelakuaanya baik) makna asmara dan dahana yang berarti api
Utawa sugih carita asmara. Tembang ini menggambarkan masa-
(dan banyak pengalaman hidup) masa dirundung asmara, dimabuk cinta,
carita kang dadi misil ditenggelamkan dalam lautan kasih. Asmara
(pengalaman yang bisa dijadikan artinya cinta, dan Cinta adalah ketulusan hati.
pelajaran) Gegaraning wong akrami
iku pantes raketana (penguat dalam pernikahan)
(itu pantas didekati) Dudu bandha dudu rupa
Darapin mundhak kang budi (bukan harta atau fisik)
(Harapannya dapat memperbaiki budi Amung ati pawitané
pekerti) (tetapi hatilah modal utamanya)
Luput pisan kena pisan
4. Sinom (sekali jadi, jadi selamanya)
Kata Sinom berarti pucuk yang baru Lamun gampang luwih gampang
tumbuh atau bersemi. Tembang Sinom ini (jika mudah, semakin gampang)
secara filosofi menggambarkan seorang Lamun angèl, angèl kalangkung
(jika sulit, sulitnya bukan main)
manusia yang tengah beranjak dewasa, dan
Tan kena tinumbas arta
telah menjadi seorang pemuda/ remaja yang
(tak bisa ditebus dengan harta)
sedang bersemi.
Ketika menjadi seorang remaja, maka
6. Gambuh
tugas mereka adalah untuk menuntut ilmu
Awal kata gambuh adalah jumbuh/
sebaik dan setinggi mungkin agar bisa menjadi
bersatu yang artinya komitmen untuk
bekal kehidupannya kelak
menyatukan cinta dalam satu biduk rumah
Sinom Gadhung Melati
tanggaTembang macapat Gambuh merupakan
Nulada laku utama
(Mencontohlah perilaku yang utama) salah satu tembang yang berisi tentang berbagai
Tumrape wong tanah Jawi ajaran kepada generasi muda, khususnya
(Bagi orang di tanah Jawa) mengenai bagaimana menjalin hubungan antara
Wong agung ing Ngeksiganda manusia satu dengan yang lainnya. contoh
(Orang besar dari Ngeksiganda/ tembang Gambuh Sebagai berikut :
Mataram) Aja nganti kabanjur,
Panembahan Senopati (Jangan sampai terlanjur)
(Panembahan Senopati) Barang polah ingkang nora jujur,
Kepati amarsudi (Bertingkah polah yang tidak jujur)
(Sangat tekun berusaha) Yen kebanjur sayekti kojur tan becik,
Sudane hawa lan nepsu (Jika telanjur tentu akan celaka dan tidak
(Mengurangi hawa nafsu) baik)
Pinepsu tapa brata Becik ngupayaa iku,

87
COMMUNICARE Volume 1 No. 1, Juni 2020 p-ISSN : 2722 - 533X
(Lebih baik berusahalah) Sebagai wujud dari rasa syukur kita kepada
Pitutur ingkang sayektos. Tuhan maka kita harus sering berderma,dalam
(menngikutiajaran yang sejati) agama hindu sering kita kenal dengan istilah
Dana Punia. Dengan berderma kita tingkatkan
7. Dhandanggula empati sosial kita kepada saudara-saudara kita
Tembang macapat Dandanggula yang kekurangan, mengulurkan tangan berbagi
memiliki makna harapan yang indah, kata kebahagiaan, dan meningkatkan kepekaan jiwa
dandanggula sendiri dipercaya berasal dari kata dan kepedulian kita terhadap kondisi-kondisi
gegadhangan yang berarti cita-cita, angan- masyarakat disekitar kita. Contoh tembang
angan atau harapan, dan dari kata gula yang Durma sebagai berikut :
berarti manis, indah ataupun bahagia.Selain Mundur kang dadi tata krama
mempunyai arti harapan yang indah, beberapa (Mundur (menjauhi) dari etika)
kalangan juga ada yang menafsirkan Dur iku duratmoko duroko dursila
Dandanggula berasal dari kata dhandang yang (Dur, itu pencuri, penjahat tak beretika)
berarti burung gagak yang melambangkan Dur iku durmogati dursosono duryudono
duka, dan dari kata gula yang terasa manis (Dur, seperti Durmogati, Dursasana,
sebagai lambang suka.Seperti contoh berikut Duryudana)
Dur udur tan mampu nimbang rasa
ini:
(Dur, mau menang sendiri, tak menimbang
Lamun sira ameguru kaki
rasa)
(Jika engkau meminta nasehat dariku)
Dur udur paribasan pari kena
Amiliha manungsa sanyata
(Dur, perumpamaan sekenanya)
(Pilihlah manusia sejati)
Maknane nglaras rasa jroning durma
Ingkang becik martabate
(Itu perumpamaan Durma)
(Yang baik martabatnya)
Sinom dhandanggula kang sinedya
Sarta weruh ing ukum
(Remaja dalam mimpi-mimpi indah)
(Serta mengenal hukum)
Lali purwaduksina kelon asmaradana
Kang ibadah lan kang wirangi
(Lupa segalanya berpeluk asmara)
(Yang taat beribadah dan menjalankan
Lali wangsiting ibu lan rama
ajaran agama)
(Lupa pesan Ibu Bapaknya)
Sukur oleh wong tapa ingkang wus
Mangkono werdine gambuh durma
amungkul
(Seperti perumpamaan Gambuh dan
(Apalagi mendapat orang suka perihatin
Durma)
yang sudah mumpuni)
Amelet wong enom ing ngarcapada
Tan gumantung liyan
(Yang selalu memikat semua kaum remaja
(Yang tak tergantung orang lain)
dalam kehidupan di muka bumi)
Iku wajib guronana kaki
Pan mangkono
(Kepadanyalah engkau wajib berguru)
(Seperti itu)
Sartane kawruhanana
Jarwane paribasan parikena
(Serta belajar padanya)
(Maksud pengertian sekenanya)

8. Durma
9. Pangkur
Sifat-sifat buruk digambarkan tembang
Pangkur yang juga berarti mungkur
macapat Durma. Durma bagi beberapa
(mundur/ mengundurkan diri), memberi
kalangan diartikan sebagai munduring tata
gambaran bahwa manusia mempunyai fase
krama (mundurnya etika), namun ada juga yang
dimana ia akan mulai mundur dari kehidupan
berpendapat berasal dari kata Derma yang
ragawi dan menuju kehidupan jiwa atau
berarti suka berbagi rejeki pada orang lain.

88
KOMUNIKASI SOSIAL PADA TEMBANG MACEPAT...(Roni Han Wasisto, 85-91)
spiritualnya. Pangkur atau mungkur dapat Manakala yang tertinggal hanyalah jasad
diartikan juga menyingkirkan hawa nafsu belaka, dibungkus dalam balutan kain kafan/
angkara murka, nafsu negatif yang mori putih, diusung dipanggul laksana raja-raja,
menggerogoti jiwa kita. Contoh tembang itulah prosesi penguburan jasad kita menuju
Pangkur sebagai berikut : liang lahat, rumah terakhir kita didunia. Contoh
Mingkar-mingkuring ukara Tembang Pucung sebagai berikut :
(Membolak-balikkan kata) Angkara gung neng angga anggung
Akarana karenan mardi siwi gumulung
(Karena hendak mendidik anak) (Kejahatan besar di dalam tubuh kuat
Sinawung resmining kidung menggelora)
(Tersirat dalam indahnya tembang) Gegolonganira
Sinuba sinukarta (Menyatu dengan diri sendiri)
(Dihias penuh warna ) Triloka lekeri kongsi
Mrih kretarta pakartining ilmu luhung (Menjangkau hingga tiga dunia)
(Agar menjiwai hakekat ilmu luhur) Yen den umbar ambabar dadi rubeda.
Kang tumrap ing tanah Jawa (Jika dibiarkan akan berkembang menjadi
(Yang ada di tanah Jawa/nusantara) bencana)
Agama ageming aji.
(Agama “pakaian” diri) 2.2 Macapat Sebagai Suatu Pesan
Pesan merupakan suatu unsur
10. Megatruh terpenting dalam suatu proses komunikasi.
Megatruh atau megat/ pegat (berpisah) Karena pesan adalah suatu materi yang dimiliki
dan ruh berarti terpisahnya nyawa dari jasad oleh sumber atau komunikator untuk ditujukan
kita, terlepasnya Ruh/ Atma menuju keabadian. kepada orang lain sebagai komunikan. Materi
Contoh tembang Megatruh sebagai berikut : yang dibagikan haruslah sesuai dengan
Kabeh iku mung manungsa kang pinujul kebutuhan komunikan, memberi manfaat dan
(semua itu hany amanusi ayang lebih
keuntungan. Seperti apa yang dikutip oleh
unggul)
Astrid S. Susanto dari Skinner, yakni :
Marga duwe lahir batin
(karena memiliki lahir batin) “ Komunikasi akan berlangsung selama
Jroning urip iku mau orang merasa ada keuntungan yang diperoleh
(didalam kehidupan itu) dari suatu komunikasi, yakni baik keuntungan
Isi ati klawan budi secara materi maupun non materi “ ( Susanto,
(isi hari serta budi) 1987 : 41 )
Iku pirantine ewong Pemberian pesan yang logis
(itu bekal kebaikan yang dimiliki mempunyai maksud agar memudahkan
manusia) interprestasi akan isi pesan pada diri
komunikan. Denagn demikian akan terjadi
11. Pucung persamaan antara maksud komunikator dengan
Kata Pocung atau Pucung berasal dari interprestasi pesan oleh komunikan. Samanya
kata ‘pocong’ yang menunjukkan kondisi ketika maksud komunikator dan komunikan dalam
seseorang sudah meninggal maka ia akan menerjemahkan pesan akan memperlancar
dibungkus dengan kain putih atau dipocong tujuan dilakukan dalam suatu komunikasi atau
sebelum dikebumikan. Filosofi dari tembang pesan tersebut.
pocong ini menunjukkan adanya sebuah ritual Dalam tembang macapat terkandung
untuk melepaskan kepergian seseorang. tujuan berwujud pesan. I Made Purna
mengungkapkan bahwa “ Berbagai makna dan

89
COMMUNICARE Volume 1 No. 1, Juni 2020 p-ISSN : 2722 - 533X
suasana yang tersirat dihantarkan oleh tembang “ Komunikasi sosial adalah suatu
macapat untuk menyampaikan pesan atau kegiatan komunikasi yang lebih diarahkan
amanat yang terkandung. Kandungan pesan kepada pencapaian suatu integrasi sosial.” (
yang tersusun dalam bentuk ikatan kata yang Susanto, 2007 : 18 )
hangat dan akrab tanpa mengabaikan kaidah Dari pernyataan diatas , dapat diketahui
atau patokan yang berlaku “ bahwa tujuan komunikasi sosial yang harus
(Purna, 1997 : 8 ). dicapai yaitu integrasi sosial. Sedangkan
Kemudian ia menambahkan,” Segala menurut Ashadi Siregar ( 1985 : 8 ), yang
pesan yang tersampaikan dengan sarana menjadi tujuan komunikasi sosial adalah
macapat termuat didalam berbagai bentuk realitas sosial.
penyajian, ditunjang oleh beberapa unsur-unsur Integrasi sosial, menurut Astrid
yang bersifat melengkapi dan memperindah. tersebut, lebih dikarenakan titik pangkal dari
Dengan segala bentuk penyajian, macapat suatu komunikasi sosial adalah bahwa
mampu menyampaikan pesan dan komunikator dan komunikan perlu seiya sekata
berkomunikasi antara penulis dan pembaca tentang materi yang akan dibahas dalam
serta mampu ber interaksi. “ ( Purna 1997 : 10 kegiatan komunikasi yang akan dilangsungkan.
). Melalui komunikasi sosial terjadi aktualisasi
Jadi dalam penyampaian pesan pada dari masalah-masalah yang dibahas. Oleh
tembang macapat dibentuk dalam suatu ikatan karena itu secara tidak langsung, komunikasi
kata sesuai kaidah dan patokan yang berlaku. sosial adalah sekaligus suatu proses sosialisasi.
Dimana dibuat dalam bentuk hangat dan akrab Melalui komunikasi sosial, kelangsungan hidup
yang lekat dengan daya keindahan sebagai sosial seperti, stabilitas sosial, tertib sosial,
suatu kesenian dan sebagai suatu proses penerusan nilai-nilai lama dan baru yang
komunikasi. diagungkan oleh masyarakat, dari suatu
kelompok sosial akan terjamin.
2.3 Komunikasi Sosial Ada empat fungsi komunikasi sosial
Komunikasi Sosial Manusia sebagai dalam masyarakat yaitu :
mahluk sosial, tidak terlepas sebagai pelaku 1. Fungsi Radar Sosial, yaitu memberikan
komunikasi. Sebagai mahluk sosial, manusia informasi terkait dengan peristiwa yang
tidak memenuhi segala kebutuhannya sendiri. berhubungan dengan komunitas sosialnya.
Namun untuk mengaktualisasikan 2. Fungsi Manipulatif atau Manajemen, yaitu
kebutuhannya itu ia memerlukan cara. Dengan kegiatan komunikasi untuk mengatur atau
komunikasilah maka manusia dapat menyatu alat untuk mengendalikan komunitasnya.
dalam kehidupan sosialnya. Hakekat 3. Fungsi Instruktif, yaitu kegiatan komunikasi
komunikasi adalah proses pernyataan antar untuk menyampaikan pengetahuan atau
manusia. Yang dinyatakan itu adalah pikiran pendidikan untuk generasi baru untuk dapat
dan perasaan seseorang kepada orang lain yang hidup dalam masyarakat atau
menggunakan bahasa verbal maupun non komunitasnya.
verbal. Pikiran dan perasaan itu disampaikan 4. Fungsi Hiburan, merupakan kegiatan
oleh komunikator kepada komunikan selalu komunikasi yang memberikan dunia
bersatu padu. Oleh karena itu dalam alternatif bagi anggota komunitas.
komunikasi selalu ada tujuan untuk menjadi Dari keempat fungsi komunikasi sosial
satu atau menyamakan pendapat atau informasi. diatas, tembang macapat mampu melakukan
Astrid S. Susanto mendefinisikan keempat fungsi tersebut. Sebagai radar sosial,
komunikasi sosial sebagai berikut, macapat memberikan informasi keadaan

90
KOMUNIKASI SOSIAL PADA TEMBANG MACEPAT...(Roni Han Wasisto, 85-91)
masyarakat pada masa itu seperti yang didapat
pada Serat Kalatidha. Sebagai fungsi
manipulatif, masyarakat diberikan pengarahan-
pengarahan oleh pihak keraton. Sebagai funsi
instruksi masyarakat diberikan wejangan-
wejangan seperti yang didapat pada Serat
Wedhatama. Sebagai fungsi hiburan, Macapat
yang hadir sebagai kesenian telah memberikan
nilai-nilai yang sakral dan magis, berkaitan
dengan kebahagiaan hidup.

DAFTAR PUSTAKA

Astrid S, Susanto.1985. Komunikasi Sosial di


Indonesia, Bandung : Bina Cipta.
Dayati, 2014. Analisis Semiotik Tembang
Macapat Pupuh Asmaradana dalam
Serat Witaradya 2 Karya Raden Ngabehi
Ranggawarsita, Yogyakarta :
Universitas Negeri Yogyakarta.
Nardiati, Sri. 1993. “Bahasa Jawa Sebagai Alat
Komunikasi dalam Pembangunan”.
Dalam Adi Triyono (Eds.)Pusaran Bahasa dan
Sastra JawaHlm 93. Yogyakarta: Balai
Penelitian Bahasa.
Sudikan, 2014. Analisis Semiotik dalam Serat
Wedhatama, Yogyakarta :
Universitas Negeri Yogyakarta.
Purna, I Made.1997. Macapat dan Gotong
Royong.Jakarta: Direktorat Sejarah dan
Nilai Tradisional Direktorat Jenderal
Kebudayaan Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan
Tim Penyusun. 2001. Kamus Bahasa Jawa.
Yogyakarta: Kanisius.
Wiratama, 2014. Nilai-nilai Tembang Macapat
Dalam Pembentukan Karakter Bangsa,
Yogyakarta : Universitas Negeri
Yogyakarta.
Segers, Rien T. 2000.Evaluasi Teks Sastra.
Yogyakarta : Adi Cita
Christomy, Tommy, dkk. 2004. Semiotika
Budaya. Depok: Pusat Penelitian
Kemasyarakatan dan Budaya, Direktorat Riset
dan Pengabdian Masyarakat Universitas
Indonesia.
91

Anda mungkin juga menyukai