Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“Pembangkit Listrik”
Disusun guna memenuhi salah satu tugas
Mata Kuliah Pembangkit Tenaga Listrik yang diampu oleh

Bapak Ir. Syamsir,S.T.,M.T

Disusun oleh :

Dewi Rahayuningrum

(03320220043)

FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA


BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang

Pembangkit listrik adalah suatu alat yang dapat membangkitkan dan memproduksi
tegangan listrik dengan cara mengubah suatu energi menjadi energi listrik. Adapun
beberapa pembangkit listrik diantaranya PLTA ( Pembangkit Listrik Tenaga Air ), PLTU (
Pembangkit Listrik Tenaga Uap ), PLTN ( Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir ), PLTB (
Pembangkit Listrik Tenaga Batubara ), PLTS ( Pembangkit Listrik Tenaga Surya ) dan PLTA (
Pembangkit Listrik Tenaga Angin ) dimana semua pembangkit listrik tersebut membutuhkan
energi sesuai dengan namanya untuk menggerakan generator. Generator merupakan
bagian utama dari pembangkit listrik yakni mesin berputar yang mengubah energi mekanis
menjadi energi listrik dengan menggunakan prinsip medan magnet dan penghantar
listrik.Listrik sudah menjadi bagian yang penting bagi kehidupan manusia saat ini. Arus listrik
dimanfaatkan sebagai sumber energi untuk menghidupkan berbagai macam alat-alat listrik
baik untuk instalasi penerangan rumah tinggal, industri dan peralatan elektronik lainya.
Namun secara umum pasokan energi listrik diproduksi oleh PLN ( Perusahan Listrik Negara )
dan didistribusikan ke konsumen. Selain itu juga ada pembangkit listrik yang ada pada
pabrik – pabrik seperti genset sebagai cadangan bila listrik PLN padam agar produksi tetap
berjalan.

B. Ruang Lingkup

Ruang lingkup makalah ini terbatas pada jenis pembangkit listrik konvensional dan non
konvensional sebagai berikut:

a. Pembangkit Listrik Tenaga Uap


b. Pembangkit Listrik Tenaga Air (Hidroelektrik)
c. Pembangkit Listrik Tenaga Bayu
d. Pembangkit Listrik Tenaga Surya
e. Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir
f. Pembangkit Listrik Tenaga Batubara, Minyak, dan Gas
BAB II Pembahasan

A. Definisi dan Konsep Dasar


Pembangkit listrik adalah suatu sistem atau fasilitas yang digunakan untuk
mengubah energi dalam bentuk yang berbeda menjadi energi listrik. Proses ini
melibatkan konversi energi potensial atau kinetik menjadi energi listrik yang dapat
digunakan untuk memasok kebutuhan listrik masyarakat.
1. Konversi Energi: Pembangkit listrik bekerja dengan prinsip konversi energi. Sumber
energi primer, seperti panas, gerakan air, angin, matahari, atau bahan bakar,
digunakan untuk menghasilkan energi mekanik. Energi mekanik kemudian dikonversi
menjadi energi listrik melalui generator.
2. Generator: Generator adalah komponen utama dalam pembangkit listrik yang
bertanggung jawab mengubah energi mekanik menjadi energi listrik. Hal ini dicapai
dengan memanfaatkan prinsip induksi elektromagnetik, di mana pergerakan medan
magnet melalui kumparan kawat menghasilkan aliran listrik.
3. Sistem Kontrol dan Monitoring: Pembangkit listrik dilengkapi dengan sistem kontrol
dan monitoring yang mengawasi dan mengendalikan operasi keseluruhan
pembangkit. Sistem ini memantau kondisi dan performa generator, mengatur laju
aliran energi, serta menjaga stabilitas sistem secara keseluruhan.
4. Sistem Pendingin: Pembangkit listrik seringkali memerlukan sistem pendingin untuk
menjaga suhu optimal dalam komponen seperti generator dan turbin. Sistem
pendingin ini penting untuk memastikan efisiensi dan keandalan operasi, serta
mencegah kerusakan yang disebabkan oleh panas berlebih.
5. Transformator: Transformator digunakan dalam pembangkit listrik untuk mengubah
tegangan listrik. Transformator meningkatkan atau menurunkan tegangan listrik
sesuai dengan kebutuhan transmisi dan distribusi energi listrik.

Perbedaan antara pembangkit listrik konvensional dan non-konvensional terletak


pada sumber energi yang digunakan, dampak lingkungan, dan keberlanjutan.
Pembangkit listrik konvensional menggunakan sumber energi fosil seperti batubara,
minyak, atau gas alam, serta energi nuklir. Sumber energi ini merupakan sumber daya
terbatas yang akan habis dan menghasilkan emisi gas rumah kaca yang berkontribusi
terhadap perubahan iklim. Pembangkit listrik konvensional menghasilkan emisi gas
rumah kaca seperti karbon dioksida (CO2), sulfur dioksida (SO2), nitrogen dioksida
(NOx), dan partikel-partikel lainnya. Emisi ini berkontribusi pada pemanasan global,
polusi udara, dan masalah lingkungan lainnya. Selain itu, limbah radioaktif juga
merupakan dampak dari pembangkit listrik tenaga nuklir.

Sedangkan pembangkit listrik non-konvensional menggunakan sumber energi


terbarukan seperti sinar matahari, angin, air, panas bumi, biomassa, dan gelombang
laut. Sumber energi ini tidak terbatas dan tidak menghasilkan emisi gas rumah kaca yang
signifikan. Pembangkit listrik non-konvensional memiliki dampak lingkungan yang lebih
rendah dibandingkan dengan konvensional. Mereka tidak menghasilkan emisi gas rumah
kaca dan dapat mengurangi polusi udara serta kerusakan lingkungan. Pembangkit listrik
non-konvensional lebih berkelanjutan karena sumber energi mereka dapat diperbarui
secara alami dan tidak terbatas. Mereka tidak menghabiskan sumber daya alam yang
terbatas dan tidak memerlukan eksplorasi dan penambangan yang intensif.

B. Jenis-Jenis Pembangkit Listrik

1. Pembangkit Listrik Tenaga Uap

Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) adalah jenis pembangkit listrik yang
menggunakan uap air yang dihasilkan dari pemanasan bahan bakar seperti batubara,
minyak, atau gas alam. Uap air ini kemudian digunakan untuk menggerakkan turbin yang
terhubung dengan generator untuk menghasilkan energi listrik. Berikut adalah langkah-
langkah umum mengenai cara kerja PLTU:

a. Pembakaran Bahan Bakar: Bahan bakar seperti batubara, minyak, atau gas alam
dibakar dalam tungku pembakaran dengan udara atau oksigen untuk
menghasilkan panas. Proses pembakaran ini menghasilkan energi termal yang
tinggi.
b. Pemanasan Air: Panas yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar digunakan
untuk memanaskan air dalam boiler. Boiler adalah komponen penting dalam
PLTU yang memiliki pipa-pipa yang berisi air. Panas yang dihasilkan dari
pembakaran bahan bakar akan melewati pipa-pipa tersebut dan memanaskan air
di dalamnya.
c. Pembentukan Uap: Air yang dipanaskan di dalam boiler berubah menjadi uap
uap panas yang tinggi karena suhu tinggi. Tekanan uap juga diperhatikan untuk
memastikan kualitas uap yang dihasilkan.
d. Ekspansi Uap: Uap yang dihasilkan dari boiler dialirkan menuju turbin uap. Ketika
uap memasuki turbin, tekanan tinggi dan suhu tinggi dari uap menyebabkan
baling-baling turbin berputar dengan kecepatan tinggi.
e. Pembangkit Listrik: Gerakan baling-baling turbin menggerakkan rotor generator
yang terhubung dengan turbin. Pergerakan rotor generator ini menghasilkan arus
listrik melalui prinsip induksi elektromagnetik. Arus listrik yang dihasilkan
kemudian dialirkan melalui sistem kelistrikan untuk digunakan atau
didistribusikan ke konsumen.
f. Pendinginan Uap: Setelah melewati turbin, uap yang telah kehilangan energi
panasnya dikondensasikan kembali menjadi air dalam kondensor. Pendinginan
air menggunakan air pendingin dari sumber seperti sungai atau laut sehingga air
dapat digunakan kembali dalam proses pembentukan uap.
g. Sirkulasi Air: Air yang telah dikondensasikan dalam kondensor dikembalikan ke
dalam boiler melalui sistem sirkulasi air. Air tersebut dipompa kembali ke boiler
untuk dipanaskan kembali dan diubah menjadi uap dalam siklus berikutnya.

2.Pembangkit Listrik Tenaga Air

Pembangkit Listrik
Tenaga Air, juga dikenal
sebagai Pembangkit Listrik
Hidroelektrik, memanfaatkan
energi potensial air yang
dikumpulkan dalam
bendungan atau aliran sungai.
Air yang dilewatkan melalui
turbin menggerakkannya, dan
kemudian turbin ini terhubung
dengan generator yang mengubah gerakan mekanik menjadi energi listrik. Berikut adalah
penjelasan umum mengenai cara kerja PLTA:

a. Pengumpulan Air: Air dari sungai atau danau dikumpulkan dalam bendungan.
Bendungan ini dibangun untuk mengendalikan aliran air dan menciptakan
perbedaan tinggi air, yang merupakan sumber energi potensial.
b. Saluran Masuk Air: Air yang terkumpul dalam bendungan dialirkan melalui
saluran masuk yang disebut saluran masuk air. Saluran masuk ini dirancang untuk
mengarahkan aliran air ke turbin dengan tekanan dan kecepatan yang optimal.
c. Turbin Air: Aliran air yang masuk dari saluran masuk air menggerakkan turbin air.
Turbin air terdiri dari baling-baling yang terhubung dengan poros turbin. Ketika
aliran air mengenai baling-baling turbin, itu mendorong turbin berputar.
d. Generator: Gerakan rotasi turbin air menggerakkan rotor generator yang
terhubung dengan turbin. Prinsip induksi elektromagnetik digunakan di dalam
generator untuk menghasilkan arus listrik. Arus listrik yang dihasilkan melalui
generator kemudian dialirkan melalui sistem kelistrikan untuk digunakan atau
didistribusikan ke konsumen.
e. Saluran Keluar Air: Setelah melewati turbin air, air yang telah melewati turbin
dialirkan melalui saluran keluar air. Saluran keluar air mengarahkan air kembali
ke sungai atau aliran, memastikan kontinuitas aliran air.
f. Sistem Kontrol: PLTA dilengkapi dengan sistem kontrol yang mengatur aliran air
ke turbin sesuai dengan kebutuhan daya listrik. Sistem kontrol ini memantau dan
mengendalikan kinerja PLTA untuk menjaga stabilitas sistem dan efisiensi
operasional.

3. Pembangkit Listrik Tenaga Bayu

Pembangkit Listrik Tenaga Angin menggunakan turbin angin untuk mengubah energi
kinetik angin menjadi energi listrik. Ketika angin mengalir melalui turbin, baling-baling turbin
akan berputar, dan gerakan tersebut akan menggerakkan generator untuk menghasilkan
listrik. Berikut adalah cara kerja umum dari pembangkit listrik tenaga bayu:

a. Turbin Angin: PLTB menggunakan turbin angin yang terdiri dari baling-baling
(bilah) yang dipasang pada rotor. Angin yang mengalir mengenai baling-baling
tersebut dan menyebabkan rotor berputar.
b. Penangkap Angin: Penangkap angin, seperti menara atau tiang, digunakan untuk
menempatkan turbin angin pada posisi yang optimal agar dapat menangkap
sebanyak mungkin energi angin.
c. Generator: Gerakan rotor turbin angin dihubungkan dengan generator melalui
poros. Ketika rotor berputar, poros tersebut menggerakkan generator yang
mengubah energi mekanik menjadi energi listrik.
d. Sistem Kontrol: PLTB dilengkapi dengan sistem kontrol yang memantau dan
mengatur kecepatan putaran rotor, sudut baling-baling, dan pengoperasian
turbin angin untuk mencapai efisiensi yang optimal.
e. Sistem Kelistrikan: Energi listrik yang dihasilkan oleh generator dikirim melalui
sistem kelistrikan ke transformator untuk meningkatkan tegangan listrik sehingga
dapat dialirkan melalui jaringan distribusi listrik.

Keuntungan utama dari pembangkit listrik tenaga bayu adalah sebagai berikut:

a. Bersifat terbarukan: Angin adalah sumber energi terbarukan yang tidak akan
habis.
b. Ramah lingkungan: PLTB tidak menghasilkan emisi gas rumah kaca atau polutan
udara yang merugikan lingkungan.
c. Energi bersih: PLTB menghasilkan energi listrik tanpa menghasilkan limbah atau
residu berbahaya.
d. Potensi besar: Banyak wilayah yang memiliki potensi angin yang cukup besar,
baik di daratan maupun di perairan, untuk menghasilkan energi listrik secara
efisien.

Namun, ada juga beberapa tantangan dalam penggunaan pembangkit listrik tenaga
bayu, seperti ketergantungan pada kondisi angin yang tidak selalu stabil, kebutuhan lahan
yang luas untuk penempatan turbin angin, serta aspek teknis dan ekonomi dalam
pemasangan dan pemeliharaan PLTB. Perkembangan teknologi dan peningkatan efisiensi
dalam pembangkit listrik tenaga bayu terus dilakukan untuk mengoptimalkan pemanfaatan
sumber energi angin sebagai salah satu solusi energi bersih dan berkelanjutan.

4. Pembangkit Listrik Tenaga Surya

Pembangkit Listrik
Tenaga Surya memanfaatkan
energi matahari untuk
menghasilkan energi listrik.
Panel surya yang terdiri dari sel
fotovoltaik mengubah energi
sinar matahari menjadi arus
listrik secara langsung melalui
efek fotovoltaik. Arus listrik
yang dihasilkan kemudian
dapat digunakan untuk memasok kebutuhan listrik. Berikut adalah cara kerja umum dari
pembangkit listrik tenaga surya:
a. Panel Surya: PLTS menggunakan panel surya yang terdiri dari sel fotovoltaik (PV).
Sel fotovoltaik terbuat dari material semikonduktor, seperti silikon, yang dapat
mengubah energi matahari menjadi energi listrik langsung melalui efek
fotovoltaik.
b. Penangkap Cahaya: Panel surya menangkap sinar matahari yang mengandung
foton (partikel cahaya). Ketika foton menabrak sel fotovoltaik, mereka
menyebabkan elektron-elektron di dalam sel fotovoltaik dilepaskan dari ikatan
atom dan menciptakan arus listrik.
c. Aliran Elektron: Elektron yang dilepaskan oleh foton dalam sel fotovoltaik
bergerak melalui material semikonduktor, menghasilkan aliran arus listrik.
d. Sistem Kelistrikan: Arus listrik yang dihasilkan oleh panel surya dikumpulkan
melalui kabel dan dikirim ke sistem kelistrikan. Di sini, arus listrik dari panel surya
dapat digunakan secara langsung untuk keperluan listrik sehari-hari atau
disalurkan ke jaringan listrik umum melalui inverter.
e. Inverter: Inverter mengubah arus listrik searah (DC) yang dihasilkan oleh panel
surya menjadi arus listrik bolak-balik (AC). Arus listrik bolak-balik ini lebih cocok
untuk digunakan di rumah tangga atau dikirim ke jaringan listrik umum.
f. Sistem Penyimpanan (Opsional): Beberapa sistem PLTS dilengkapi dengan sistem
penyimpanan seperti baterai untuk menyimpan energi berlebih yang dihasilkan
oleh panel surya. Energi yang tersimpan ini dapat digunakan pada saat sinar
matahari tidak tersedia, seperti pada malam hari atau saat cuaca buruk.

Keuntungan utama dari pembangkit listrik tenaga surya adalah sebagai berikut:

a. Bersifat terbarukan: Matahari adalah sumber energi terbarukan yang melimpah.


b. Ramah lingkungan: PLTS tidak menghasilkan emisi gas rumah kaca atau polutan
udara selama operasionalnya.
c. Energi bersih: PLTS menghasilkan energi listrik tanpa menghasilkan limbah atau
residu berbahaya.
d. Pemeliharaan mudah: Panel surya memiliki sedikit perawatan dan dapat
bertahan dalam jangka waktu yang lama dengan perawatan yang minimal.

Tantangan dalam penggunaan pembangkit listrik tenaga surya meliputi


ketergantungan pada sinar matahari yang bervariasi, biaya awal yang relatif tinggi, serta
kebutuhan luas lahan untuk penempatan panel surya dalam jumlah besar. Pengembangan
teknologi dan penurunan biaya panel surya terus dilakukan untuk meningkatkan efisiensi
dan daya saing energi surya sebagai sumber energi bersih dan berkelanjutan.

5. Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir

Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir menggunakan reaksi nuklir dalam inti reaktor untuk
menghasilkan panas yang digunakan untuk mengubah air menjadi uap. Uap air tersebut
kemudian digunakan untuk menggerakkan turbin, dan energi mekanik yang dihasilkan oleh
turbin ini akan dikonversi menjadi energi listrik melalui generator. Berikut adalah cara kerja
umum dari pembangkit listrik tenaga nuklir:

a. Fisi Nuklir: PLTN


menggunakan bahan bakar nuklir,
seperti uranium-235 atau
plutonium-239. Proses utama
dalam PLTN adalah fisi nuklir, di
mana inti atom bahan bakar yang
besar dibelah menjadi dua bagian
yang lebih kecil oleh neutron yang
mengenainya. Proses ini
melepaskan energi dalam bentuk
panas dan lebih banyak neutron.
b. Reaksi Rantai: Dalam reaksi fisi nuklir, neutron yang dihasilkan dapat memicu
reaksi fisi tambahan pada inti atom lainnya dalam bahan bakar nuklir,
membentuk apa yang disebut reaksi rantai. Ini menghasilkan pelepasan lebih
banyak energi dan neutron.
c. Pendingin: Panas yang dihasilkan oleh reaksi nuklir harus dikendalikan agar tidak
merusak reaktor. Oleh karena itu, pendingin digunakan untuk mengambil panas
dari inti reaktor dan mentransfernya ke sistem turbin.
d. Sistem Turbin: Panas yang diambil oleh pendingin dialirkan melalui sistem turbin
yang berisi uap air. Uap air tersebut menggerakkan turbin, yang kemudian
menggerakkan generator untuk menghasilkan energi listrik.
e. Kontrol Reaktor: Sistem kontrol digunakan untuk mengatur laju reaksi nuklir
dalam reaktor. Biasanya, batang kendali nuklir yang terbuat dari bahan yang
mampu menyerap neutron digunakan untuk mengatur ketersediaan neutron
dalam reaktor.
f. Sistem Keamanan: PLTN dilengkapi dengan berbagai sistem keamanan untuk
mencegah kecelakaan atau bocornya bahan radioaktif. Ini termasuk sistem
pendingin darurat, perisai radiasi, sistem pemadam kebakaran, sistem
pemantauan, dan lainnya.
g. Penanganan Limbah Radioaktif: Limbah radioaktif yang dihasilkan oleh PLTN
harus dikelola dengan hati-hati. Biasanya, limbah ini disimpan dalam wadah
khusus dan ditempatkan di fasilitas penyimpanan limbah nuklir yang aman.

Keuntungan utama dari pembangkit listrik tenaga nuklir adalah:

a. Efisiensi Energi: PLTN memiliki efisiensi termal yang tinggi, menghasilkan energi
listrik dengan tingkat efisiensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pembangkit
listrik konvensional lainnya.
b. Emisi Rendah: PLTN menghasilkan emisi gas rumah kaca yang lebih rendah
dibandingkan dengan pembangkit listrik konvensional berbahan bakar fosil.
c. Pasokan Energi Stabil: PLTN dapat memberikan pasokan energi listrik yang stabil
dan kontinu, tanpa tergantung pada faktor cuaca seperti pembangkit listrik
tenaga surya atau angin.

Namun, PLTN juga memiliki tantangan dan kekhawatiran, termasuk risiko kecelakaan
nuklir

6. Pembangkit Listrik Tenaga Batubara, Minyak, dan Gas

Pembangkit listrik tenaga batubara, minyak, dan gas merupakan jenis pembangkit
listrik konvensional yang menggunakan bahan bakar fosil sebagai sumber energi. Meskipun
mereka dapat menghasilkan energi listrik dengan kapasitas yang besar, mereka juga
berkontribusi pada emisi gas rumah kaca dan polusi udara. Seiring dengan meningkatnya
kesadaran akan dampak lingkungan, penggunaan energi terbarukan semakin mendapatkan
perhatian untuk mengurangi ketergantungan pada pembangkit listrik konvensional berbasis
bahan bakar fosil. PLTD (Pembangkit Listrik Tenaga Diesel) merupakan salah satu
pembangkit listrik yang menggunakan bahan bakar fosil. PLTD adalah jenis pembangkit
listrik yang menggunakan mesin pembakaran internal diesel untuk menghasilkan energi
listrik. Berikut adalah cara kerja umum dari PLTD:

a. Sistem
Pembakaran: PLTD
menggunakan mesin
pembakaran internal diesel
yang terdiri dari silinder-
silinder di dalamnya. Bahan
bakar diesel disuntikkan ke
dalam silinder dan dioksidasi
dengan udara yang
dikompresi di dalam ruang
bakar, menghasilkan proses
pembakaran.
b. Gerakan Mekanik: Proses pembakaran menghasilkan gerakan linier pada piston
yang terhubung ke poros engkol. Gerakan ini mengubah energi panas menjadi
gerakan mekanik.
c. Generator: Poros engkol yang terhubung dengan piston menggerakkan
generator, yang mengkonversi energi mekanik menjadi energi listrik. Generator
ini menggunakan prinsip induksi elektromagnetik untuk menghasilkan arus listrik
bolak-balik (AC).
d. Pengaturan Sistem: PLTD dilengkapi dengan sistem pengaturan yang memantau
dan mengontrol kinerja mesin dan generator. Sistem ini meliputi pengaturan
aliran bahan bakar, sistem pendingin, sistem pelumasan, dan sistem
pengendalian suhu.
e. Penyimpanan Bahan Bakar: PLTD juga memerlukan tangki penyimpanan untuk
menyimpan bahan bakar diesel yang diperlukan untuk operasionalnya. Bahan
bakar ini harus dijaga agar tetap bersih dan terhindar dari kontaminasi.
f. Distribusi Energi: Energi listrik yang dihasilkan oleh generator disalurkan melalui
sistem distribusi listrik, seperti kabel dan transformator, untuk mencapai tujuan
penggunaan akhirnya, seperti rumah tangga, industri, atau jaringan listrik umum.

PLTD umumnya digunakan di daerah terpencil, pulau-pulau kecil, atau area yang
tidak terjangkau oleh jaringan listrik utama. Mereka memberikan sumber energi yang
handal dan mandiri dalam situasi di mana alternatif lain, seperti listrik dari jaringan utama
atau energi terbarukan, tidak tersedia secara ekonomis atau praktis. Namun, penggunaan
PLTD berbasis bahan bakar fosil seperti diesel juga berkontribusi terhadap emisi gas rumah
kaca dan polusi udara, sehingga pengembangan dan penggunaan energi terbarukan menjadi
penting untuk mengurangi dampak lingkungan.

C. Dampak Lingkungan dan Keberlanjutan

1. Dampak Lingkungan dari Pembangkit Listrik Konvensional

Pembangkit listrik konvensional berbasis bahan bakar fosil, seperti batubara, minyak,
dan gas, memiliki dampak lingkungan yang signifikan. Beberapa dampak lingkungan yang
umum terkait dengan pembangkit listrik konvensional adalah sebagai berikut:

a. Emisi Gas Rumah Kaca: Proses pembakaran bahan bakar fosil menghasilkan emisi
gas rumah kaca, seperti karbon dioksida (CO2), yang merupakan penyebab
utama perubahan iklim. Emisi gas rumah kaca menyebabkan pemanasan global
dan perubahan cuaca yang ekstrem.
b. Pencemaran Udara: Pembakaran bahan bakar fosil menghasilkan emisi polutan
seperti sulfur dioksida (SO2), nitrogen dioksida (NO2), partikel debu (partikulat),
dan oksida nitrogen (NOx). Emisi ini menyebabkan pencemaran udara dan
membahayakan kualitas udara, yang dapat menyebabkan masalah pernapasan,
penyakit pernapasan, dan kerusakan lingkungan.
c. Pencemaran Air: Pembangkit listrik konvensional menggunakan air dalam proses
pendinginan, dan air ini seringkali dibuang ke lingkungan setelah digunakan. Air
buangan tersebut dapat mengandung bahan kimia berbahaya dan suhu yang
tinggi, yang dapat mengganggu ekosistem perairan dan mengurangi kualitas air.
d. Penggunaan Sumber Daya Alam: Pembangkit listrik konvensional menggunakan
bahan bakar fosil yang berasal dari sumber daya alam yang terbatas. Penggunaan
yang besar dan terus-menerus dari bahan bakar fosil mengakibatkan penurunan
persediaan sumber daya tersebut.
e. Penggunaan Lahan: Pembangkit listrik konvensional membutuhkan lahan yang
luas untuk infrastruktur seperti bangunan, saluran pembuangan, dan tambang
batubara. Pemanfaatan lahan ini dapat mengakibatkan kerusakan ekosistem,
hilangnya habitat alami, dan fragmentasi ekosistem.
f. Dampak Kesehatan Masyarakat: Pencemaran udara dan air yang dihasilkan oleh
pembangkit listrik konvensional dapat berdampak negatif pada kesehatan
masyarakat di sekitarnya. Pemaparan terhadap polutan seperti partikel debu,
sulfur dioksida, dan nitrogen dioksida dapat menyebabkan penyakit pernapasan,
masalah kardiovaskular, dan bahkan kanker.

Penting untuk diingat bahwa beberapa pembangkit listrik konvensional telah


mengadopsi teknologi pengendalian polusi yang lebih baik untuk mengurangi dampak
lingkungan. Namun, dalam jangka panjang, beralih ke sumber energi terbarukan yang bersih
dan berkelanjutan menjadi penting untuk mengurangi dampak negatif pada lingkungan dan
memitigasi perubahan iklim.

2. Keberlanjutan Pembangkit Listrik Terbarukan

Pembangkit Listrik Tenaga Bersih (EBT) memiliki peran yang sangat penting dalam
menjaga keberlanjutan sektor energi di Indonesia. Berikut ini beberapa aspek keberlanjutan
pembangkit listrik EBT di Indonesia:

a. Sumber Daya Alam Terbarukan: Pembangkit listrik EBT menggunakan sumber


daya alam yang terbarukan, seperti tenaga surya, tenaga angin, hidro, biomassa,
dan geotermal. Sumber daya ini dapat diperbaharui secara alami dan tidak
terbatas, sehingga pembangkit listrik EBT tidak menguras sumber daya alam yang
terbatas.
b. Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca: Pembangkit listrik EBT menghasilkan sedikit
atau bahkan tidak ada emisi gas rumah kaca selama operasinya. Dalam jangka
panjang, penggunaan pembangkit listrik EBT dapat membantu mengurangi
tingkat emisi CO2 dan memitigasi perubahan iklim.
c. Kemandirian Energi: Pembangkit listrik EBT memberikan peluang untuk
meningkatkan kemandirian energi Indonesia. Dengan memanfaatkan sumber
daya alam yang melimpah, Indonesia dapat mengurangi ketergantungan pada
impor bahan bakar fosil dan memperkuat ketahanan energi negara.
d. Diversifikasi Energi: Pembangkit listrik EBT membantu diversifikasi portofolio
energi negara dengan mengurangi ketergantungan pada satu jenis sumber energi
tertentu. Diversifikasi ini dapat memberikan kestabilan pasokan energi dan
mengurangi risiko terhadap fluktuasi harga bahan bakar.
e. Pengembangan Ekonomi dan Pekerjaan: Pembangunan pembangkit listrik EBT di
Indonesia mendorong pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja.
Pembangkit listrik EBT membutuhkan investasi dalam pengembangan,
pembangunan, operasi, dan pemeliharaan, yang dapat memberikan manfaat
ekonomi bagi masyarakat setempat.
f. Perlindungan Lingkungan: Pembangkit listrik EBT memiliki dampak lingkungan
yang lebih rendah dibandingkan dengan pembangkit listrik konvensional. Mereka
tidak menghasilkan polusi udara, mengurangi pencemaran air, dan meng hindari
kerusakan lingkungan yang terkait dengan penambangan bahan bakar fosil.

Untuk menjaga keberlanjutan pembangkit listrik EBT di Indonesia, penting untuk


terus mendorong investasi dalam pengembangan infrastruktur EBT, pengembangan
kebijakan yang mendukung, peningkatan kapasitas sumber daya manusia, dan kolaborasi
antara pemerintah, industri, dan masyarakat sipil.

3. Kebijakan Pemerintah dan Dukungan untuk Pembangkit Listrik Terbarukan

Pemerintah Indonesia telah mengimplementasikan sejumlah kebijakan dan


memberikan dukungan untuk pembangkit listrik terbarukan guna mendorong
pengembangan dan penggunaan sumber energi bersih. Beberapa kebijakan dan dukungan
tersebut antara lain:

a. Rencana Umum Energi Nasional (RUEN): RUEN merupakan dokumen strategis


yang memberikan arah kebijakan nasional dalam sektor energi, termasuk
pengembangan energi terbarukan. RUEN menetapkan target ambisius untuk
meningkatkan kontribusi energi terbarukan dalam bauran energi nasional.
b. Peraturan Pemerintah Nomor 79/2014 tentang Kebijakan Energi Nasional:
Peraturan ini menetapkan komitmen pemerintah dalam mengembangkan energi
terbarukan sebagai sumber energi alternatif yang berkelanjutan.
c. Feed-in Tariff (FiT): Pemerintah memberlakukan mekanisme FiT, di mana
pembangkit listrik terbarukan akan mendapatkan tarif listrik yang dijamin selama
periode tertentu. Hal ini memberikan insentif finansial bagi investor dan
memastikan keberlanjutan proyek energi terbarukan.
d. Skema Penjualan Tenaga Listrik ke PLN: Pemerintah mendorong pembangkit
listrik terbarukan untuk menjual surplus energi listrik ke Perusahaan Listrik
Negara (PLN) melalui perjanjian jual beli tenaga listrik (Power Purchase
Agreement).
e. Insentif Pajak: Pemerintah memberikan insentif pajak, seperti penghapusan
pajak pertambahan nilai (PPN) dan pengurangan pajak penghasilan (PPh), untuk
proyek pembangkit listrik terbarukan.
f. Pembentukan Badan Pengatur Ketenagalistrikan (Bapeten): Bapeten
bertanggung jawab dalam mengatur, mengawasi, dan mendorong
pengembangan pembangkit listrik terbarukan di Indonesia.
g. Program Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE): Kementerian
Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengimplementasikan program EBTKE
sebagai upaya untuk meningkatkan kontribusi energi terbarukan. Program ini
mencakup peningkatan kapasitas, pengembangan teknologi, dan dukungan
keuangan bagi proyek energi terbarukan.
h. Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL): RUPTL adalah dokumen
perencanaan yang dibuat oleh PLN untuk mengatur pembangunan dan alokasi
kapasitas pembangkit listrik, termasuk target pengembangan energi terbarukan.

Selain kebijakan di atas, pemerintah juga telah meluncurkan program pembangunan


proyek pembangkit listrik terbarukan, seperti pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga
Surya Skala Besar dan Pembangkit Listrik Tenaga Angin Skala Besar, untuk meningkatkan
kontribusi energi terbarukan dalam bauran energi nasional. Upaya ini merupakan bagian
dari komitmen pemerintah Indonesia dalam mengurangi emisi gas rumah kaca,
meningkatkan kemandirian energi, dan mempromosikan keberlanjutan sektor energi.
BAB III Kesimpulan

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari latar belakang dan pembahasan ini adalah sebagai berikut:

a. Pembangkit listrik konvensional dan non-konvensional memiliki perbedaan dalam


sumber energi yang digunakan, dampak lingkungan, dan keberlanjutan. Pembangkit
listrik konvensional menggunakan sumber energi terbatas seperti batubara, minyak,
gas alam, dan energi nuklir. Pembangkit listrik non-konvensional menggunakan
sumber energi terbarukan seperti sinar matahari, angin, air, panas bumi, biomassa,
dan gelombang laut
b. Jenis-jenis pembangkit listrik yang dibahas meliputi PLTU, PLTA, PLTB, dan PLTS.
Setiap jenis pembangkit listrik memiliki cara kerja yang spesifik dan setiap jenis
pembangkit listrik memiliki keuntungan dan tantangan yang perlu dipertimbangkan,
termasuk ketersediaan sumber daya, dampak lingkungan, dan aspek teknis dan
ekonomi.
c. Dalam rangka mengurangi dampak negatif pembangkit listrik konvensional dan
mempromosikan keberlanjutan, perlu dilakukan peningkatan penggunaan sumber
energi terbarukan dan peningkatan efisiensi dalam penggunaan energi.

Anda mungkin juga menyukai