Anda di halaman 1dari 52

LK 1.

2 EKSPLORASI PENYEBAB MASALAH

NAMA : ANITA SILVANI TADULA, S.Pd.


MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA
SEKOLAH : SMPN 1 LAGE
LPTK : UNIVERSITAS NEGERI MANADO

MASALAH YANG
NO TELAH HASIL EKSPLORASI PENYEBAB MASALAH ANALISIS EKSPLORASI PENYEBAB MASALAH
DIIDENTIFIKASI
1 Peserta didik kurang 1. Sumber Kajian Literatur Berdasarkan hasil kajian literatur dan wawancara dapat
antusias dalam kegiatan a. Jurnal ilmiah tentang antusiasme belajar disimpulkan bahwa penyebab kurangnya antusisme belajar
pembelajaran pada materi  Ahcmad Sulu Kurniawan, Jurnal Pelita siswa adalah:
Teks Berita (KD 3.2 dan Pendidikan Vol. 5 No. 1  Siswa lebih senang belajar sendiri
4.2) https://jurnal.unimed.ac.id  Metode mengajar guru yang tidak menyenangkan dan
Faktor yang mempengaruhi kurangnya membosankan
antusiasme siswa adalah lebih suka belajar  Relasi guru dan siswa serta antar siswa kurang baik
sendiri.  Siswa kurang percaya diri dalam mengikuti kegiatan
 Marti’in , Luhur Wicaksono, Purwanti, Jurnal pembelajaran
Untan  Siswa belum memahami materi tentang berita.
https://jurnal.untan.ac.id
Faktor yang mempengaruhi kurangnya
antusiasme siswa adalah metode mengajar yang
digunakan tidak menarik, relasi peserta didik
dengan peserta didik kurang baik, media atau
alat pembelajaran yang membosankan, relasi
guru dengan peserta didik yang kurang baik.
 Heti Sanjaya, Journal On Education
https://jonedu.org
Faktor penyebab kurangnya antusiasme belajar
yaitu siswa kurang memperhatikan penjelasan
guru, siswa tidak konsentrasi saat mengikuti
pelajaran, siswa tidak mempunyai rasa percaya
diri dalam mengikuti pelajaran. Selain itu
kurangnya metode pembelajaran yang variasi,
guru tidak menggunkan media pembelajaran,
dan kurangnya sumber belajar
b. Pengertian antusisme belajar menurut para
pakar:
 Martin V. Covington, seorang psikolog
pendidikan, menggambarkan antusiasme belajar
sebagai "keadaan emosional yang positif yang
melibatkan minat yang kuat, ketertarikan yang
mendalam, dan keterlibatan aktif dalam belajar."
 Carol S. Dweck, seorang psikolog yang terkenal
karena teori mentalitas (mindset)nya,
menekankan pentingnya sikap mental yang
terbuka terhadap pembelajaran. Baginya,
antusiasme belajar adalah bagian dari mentalitas
yang berkembang (growth mindset), di mana
individu memiliki keyakinan bahwa mereka
dapat terus tumbuh dan berkembang melalui
usaha dan pembelajaran.
 William James, seorang tokoh dalam psikologi
dan filsafat, mengaitkan antusiasme dengan
kegembiraan dalam proses belajar, menyatakan
bahwa antusiasme adalah kunci untuk
memperoleh pemahaman yang mendalam.

2. Hasil Wawancara
 Kepala Sekolah (Stientje Betrise Kawahe, S.Pd.,
M.Pd.)
Penyebab kurangnya antusiasme siswa dalam
kegiatan pembelajaran adalah sosok guru yang
tidak disenangi siswa
 Pengawas Sekolah (Elvin Elnar Tawurisi,
S.Pd.,M.M)
Penyebab kurangnya antusiasme siswa dalam
kegiatan pembelajaran adalah cara guru dalam
memperlakukan siswa yang membuat siswa
tidak nyaman
 Teman Seprofesi (Mika Tambayong, S.Pd)
Penyebab kurangnya antusiasme siswa dalam
kegiatan pembelajaran adalah metode mengajar
yang digunakan guru membosankan
 Teman Sejawat (Yohana Tanak, S.Pd)
Antusisme belajar adalah semangat,
kegembiraan, dan motivasi yang tinggi dalam
memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau
pemahaman baru tentang suatu subjek atau topik
tertentu.
 Pakar (Sadirman 2018 : 75)
Antusisme belajar adalah keseluruhan daya
penggerak di dalam diri siswa yang
menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin
kelangsungan dari kegiatan belajar dan
memberikan arah pada kegiatan belajar.

Teks Berita.
a. Sumber kajian Literatur
 Taufiqur Rahman dalam Kajian Struktur dan
kebahasaan (2018)
Teks berita adalah teks yang melaporkan
kejadian, peristiwa, atau informasi mengenai
suatu hal atau yang sedang terjadi.
 Tirto Suwondo, (2016) balai Bahasa DIY
Teks berita adalah merupakan suatu teks yang
berisikan informasi mengenai suatu hal atau
kejadian yang terjadi dan masih hangatbdi
perbincangkan oleh banyak orang.
 Ken Metzler (1986 : 23)
Berita adalah sesuatu yang hangat, menceritakan
kembali informasi factual mengenai kejadian,
situasi, dan ide (termasuk pendapat dan
interprestasi) yang diperhitungkan akan menarik
bagi khalayak dan membantu mereka mengenali
diri dan lingkungan mereka.

b. Hasil Wawancara
 Pengawas Sekolah (Elvin Elnar Tawurisi,
S.Pd,M.M)
Berita adalah teks yang menyampaikan kabar
atau informasi mengenai suatu kejadian kepada
masyarakat.
 Teman Sejawat (Yohana Tanak,S.Pd)
Teks berita adalah keterangan yang memuat
informasi mengenai berbagai kejadian ataupun
peristiwa yang hangat.
 Pakar
- Djuraid
Teks berita adalah merupakan suatu laoran
ataupun pemberitahuan mengenai terjadinya
peristiwa atau keadaan bersifat umum dan baru
saja terjadi, yang disampaikan oleh wartawan.
- Jani Yosef (2021)
Teks berita adalah laporan terkini tentang
fakta penting atau menarik bagi khalayak,
yang disebarluaskan lewat media massa.
- Hoeta Soehoet
Teks berita adalah keterangan mengenai
peristiwa atau isi pernyataan manusia.

2 Kurangnya komunikasi 1. Sumber Kajian Literatur Berdasarkan hasil kajian literatur dan wawancara dapat
antara guru dan siswa a. Jurnal ilmiah tentang komunikasi disimpulkan bahwa penyebab kurangnya komunikasi antara
dalam pembelajaran  Mochamad Noor Hidayat, Journal UNY guru dan siswa adalah:
iklan (KD 3.3, dan 4.3) https://journal.uny.ac.id  Latar belakang dan budaya guru dan siswa
Proses komunikasi guru-siswa sangat  Penggunaan bahasa yang dipahami siswa
dipengaruhi latar belakang budaya (etnis) siswa  Gaya belajar siswa yang berbeda
maupun guru dan tipe kebudayaan yang  Jumlah siswa yang banyak
berbeda-beda..  Siswa tidak merasa nyaman
 Abdul Malik, Jurnal Raden Fatah  Siswa belum bisa melakukan komunikasi melalui iklan.
https://jurnal.radenfatah.ac.id
Penyampaian guru yang penggunaan bahasanya
mudah dimengerti oleh peserta didik, mejadikan
komunikasi tersebut berjalan dengan efektif.
 Ety Nur Inah, E-Journal IAIN Kendari
https://ejournal.iaiankendari.ac.id
Dalam dunia pendidikan proses pembelajaran
akan efektif, jika komunikasi dan interaksi
antara guru dengan siswa terjadi secara intensif.
Dalam pembelajaran di dalam kelas, proses
komunikasi akan berlangsung baik antara guru
ke siswa dalam hal ini, peserta didik atau
sebaliknya antara peserta didik dengan guru.
b. Pengertian komunikasi menurut para pakar:
 Theodore M. Newcomb: Proses komunikasi
adalah "suatu proses sosial yang terdiri dari
tindakan-tindakan yang melibatkan pemilihan,
pengkodasian, transmisi, dan dekodifikasi suatu
pesan yang bermakna dalam suatu konteks."
 Wilbur Schramm: Menyatakan bahwa
komunikasi adalah "proses yang bersifat
perilaku yang terjadi pada manusia ketika
mereka menggunakan simbol-simbol (bahasa,
bunyi, gambar, tulisan) untuk merangsang
respon-respon lain dalam diri mereka sendiri."
 Harold D. Lasswell: Definisinya adalah "siapa,
apa, lewat saluran apa, dengan efek apa, kepada
siapa."

2. Hasil Wawancara
 Kepala Sekolah (Stientje Betrise Kawahe, S.Pd.,
M.Pd.)
Siswa memiliki gaya belajar yang berbeda-beda.
Jika guru tidak memahami variasi gaya belajar
siswa, hal ini dapat menyebabkan kesenjangan
dalam penyampaian informasi dan pemahaman
yang kurang diantara siswa
 Pengawas Sekolah (Elvin Elnar Tawurisi,
S.Pd.,M.M)
Kelas yang besar dengan jumlah siswa yang
banyak dapat membuat interaksi antara guru dan
siswa menjadi terbatas. Guru mungkin kesulitan
memberikan perhatian yang cukup kepada setiap
siswa, sehingga komunikasi individual
terhambat
 Teman Seprofesi (Mika Tambayong, S.Pd)
Siswa yang merasa tidak nyaman atau tidak
termotivasi untuk berpartisipasi dalam proses
pembelajaran mungkin cenderung mengurangi
komunikasi dengan guru. Faktor-faktor seperti
kurangnya kepercayaan diri atau kurangnya
minat dalam materi pelajaran dapat menjadi
penyebabnya.
 Teman Sejawat (Yohana Tanak, S.Pd)
Komunikasi yang efektif antara guru dan siswa
adalah kunci dalam proses pembelajaran yang
sukses.
 Pakar (Shannon dan Weaver (1949)
Komunikasi adalah bentuk interaksi manusia
yang saling memengaruhi satu sama lain secara
sengaja dan tidak disengaja.

Iklan
1. Sumber Kajian Literatur
 S.Wiliam Pattis (1993)
Iklan adalah setiap bentuk komunikasi yang
dimaksudkan untuk memotivasi dan
mempromosikan produk dan jasa kepada
seseorang atau pembeli yang potensial.
 Roman, Maas & Nisenholtz, (2005)
Periklanan adalah salah satu dari beberapa
metode dari promosi yang disadari oleh banyak
perusahaan sebagai sebuah alat yang penting
untuk berkomunikasi dengan pelanggan mereka
mengenai produk dan jasa yang mereka
tawarkan.
 Kotler & Amstrong (2004)
Iklan adalahkomunikasi bukan pribadi, satu arah
mengenai sebuh produk atau organisasi yang
dibayar oleh seorang pemasar.

2. Hasil Wawancara
 Kepala Sekolah (Stientje Betrise Kawahe,S.Pd
M.Pd
Iklan adalah bentuk komunikasi untuk penjualan
produk dan jasa.
 Pengawas (Elvin Elnar Tawurisi,S.Pd,M.M.)
Iklan adalah segala sesuatu yang menarik
perhatian khalayak terhadap hal-hal yang
ditawarkan (barang atau jasa)
 Teman Sejawat
Iklan adalah segala sesuatu yang menarik
perhatian khalayak terhadap hal-hal yang
ditawarkan (barang atau jasa).
 Pakar (Gilson dan Berkman, 1980
Iklan adalah media komunikasi persuasive yang
dirancang sedemikian rupa untuk menghasilkan
respond an membantu tercapainya objektivitas
atau tujuan pemasaran.
3 Siswa kurang maksimal 1. Sumber Kajian Literatur Berdasarkan hasil kajian literatur dan wawancara dapat
dalam menerapkan a. Jurnal ilmiah tentang disiplin positif disimpulkan bahwa penyebab siswa kurang maksimal
disiplin positif serta  Ni Ketut Sri Eka Utari, Jurnal Ilmiah Citra Bakti dalam menerapkan disiplin positif adalah:
kurangnya minat dalam https://jurnalilmiahcitrabakti.ac.id  Tidak ada pembuatan kesepakatan kelas
menguasai teks eksposisi Disiplin positif melalui kesepakatan kelas dapat  Tidak kuatnya hubungan antara guru dan siswa
(KD 3.6 dan 4.6) meningkatkan disiplin belajar siswa. Penerapan  Guru masih memberi hukuman kepada siswa
disiplin positif melalui kesepakatan kelas  Guru tidak melibatkan siswa dalam penyelesaian
membuat siswa dengan sendirinya mengurangi masalah
perilaku tidak disiplinnya. Disiplin belajar siswa  Guru jarang memberi pujian
mulai meningkat ditandai dengan perilaku  Guru dan siswa kurang memahami mengenai disiplin
disiplin positif yang mulai ditunjukkan siswa. positif
 Syahroni, Jurnal Aghinya Stiesnu Bengkulu  Guru dan orangtua siswa kurang meluangkan waktu
https://ejournal.stiesnu-bengkulu.ac.id dlaam penerapan disiplin positif
Pelaksanaan disiplin positif diawali dari  Guru tidak konsisten dalam menerapkan disiplin positif
hubungan yang kuat antara guru dengan siswa  Siswa dapat lebih mengetahui ilmu pengetahuan
serta rasa percaya yang dalam dalam diri siswa. tentang teks eksposisi.
 Rahmat, S.Pd, Yudha English Gallery
https://ejournal.yudhaenglishgallery.com
Penerapan Disiplin Positif di kelas untuk peserta
didik merupakan cara baru dalam rangka
memotivasi siswa dalam belajar. Pemberian
hukuman fisik atau intimidasi yang diterapkan
merupakan masalah cara didik yang kuno dan
tidak memberikan dampak positif. Dengan
penerapan disiplin positif di harapkan dapat
memberikan dampak yang lebih baik bagi
peserta didik.
b. Pengertian disiplin positif menurut para pakar:
 Jane Nelsen: Salah satu pendiri pendekatan
disiplin positif. Menurutnya, disiplin positif
merupakan suatu metode pengasuhan yang
memusatkan perhatian pada pengajaran anak
tentang tanggung jawab, kerja sama, dan
keterampilan sosial. Pendekatan ini mendorong
penggunaan konsekuensi yang masuk akal,
memberikan penjelasan yang jelas, serta
memfasilitasi keterlibatan dan partisipasi anak
dalam menyelesaikan masalah.
 Alfred Adler: Seorang psikolog yang
menekankan pentingnya memperlakukan anak
sebagai individu yang memiliki perasaan dan
pikiran. Adler berpendapat bahwa disiplin
positif melibatkan pembentukan rasa tanggung
jawab, kemandirian, serta memberikan
kesempatan kepada anak untuk memahami
konsekuensi dari tindakan mereka.
 Rudolf Dreikurs: Salah seorang pengikut Adler
yang mengembangkan ide-ide tentang disiplin
positif. Menurut Dreikurs, disiplin positif
mencakup pendekatan yang fokus pada upaya
untuk memahami motivasi di balik perilaku
anak, memberikan pujian yang tepat, dan
memfasilitasi perasaan keterlibatan serta rasa
memiliki.

2. Hasil Wawancara
 Kepala Sekolah (Stientje Betrise Kawahe, S.Pd.,
M.Pd.)
Kurangnya pemahaman atau pengetahuan
tentang apa itu disiplin positif dan bagaimana
menerapkannya dengan tepat dapat menjadi
hambatan. Hal ini bisa menyebabkan guru atau
orang tua mengambil pendekatan yang kurang
sesuai atau cenderung ke arah metode disiplin
tradisional yang lebih otoriter.
 Pengawas Sekolah (Elvin Elnar Tawurisi,
S.Pd.,M.M)
Dalam lingkungan pendidikan yang padat atau
di rumah dengan jadwal yang sangat sibuk, guru
dan orang tua mungkin merasa sulit untuk
mengalokasikan waktu yang cukup untuk
menerapkan pendekatan disiplin positif. Hal ini
bisa membuat mereka cenderung memilih solusi
cepat seperti hukuman atau ancaman, tanpa
memperhatikan pendekatan yang lebih positif
dan mendidik.
 Teman Seprofesi (Mika Tambayong, S.Pd)
Konsistensi sangat penting dalam menerapkan
disiplin positif. Jika aturan atau konsekuensi
yang telah ditetapkan tidak diterapkan secara
konsisten, hal ini bisa mengurangi
efektivitasnya. Siswa dapat menjadi bingung
dan tidak mengambil aturan serius jika
penerapannya tidak konsisten..
 Teman Sejawat (Yohana Taruk, S.Pd)
Disiplin positif mengedepankan pendekatan
yang lebih kolaboratif, membangun hubungan
yang sehat, dan mendidik anak tentang tanggung
jawab serta konsekuensi dari tindakan mereka.
 Pakar (Dr Jane Nelsen, Lynn Lott)
Disiplin positif mengajarkan ketrampilan social
dan kehidupan Yng penting bagi anak-anak dan
orang dewasa (termasuk orang tua, guru dan
pendidik lainnya)

Teks Eksposisi
1. Sumber kajian Literatur
https://www.bola.com > Ragam
 Chaedar Alwasilah (2005,111).
Teks ekspossi adalah jenis tulisan yang
bertujuan untuk mengklarifikasi, menjelaskan
mendidik, atau mengevaluasi suatu persoalan.
 Jos Daniel Parera (1987,05)
Teks Eksposisi adalah suatu tulisan yang
bertujuan untuk memberikan informasi kepada
pembaca.
 Gorys Keraf (1981,3),
Teks eksposisi adalah wacana atau tulisan yang
menguraikan suatu pokok pikiran untuk
memperluas pengetahuan pembaca.

2. Hasil Wawancara
 Kepala Sekolah (Stientje Betrise
Kawahe,S.Pd,M.Pd.
Teks Eksposisi adalah salah satu jenis teks
nonfiksi yang memuat informasi.
 Pengawas (Elvin elnar Tawurisi,S.Pd,M.M.)
Teks eksposisi adalah sebuah teks atau tulisan
yang memuat tentang informasi maupun
pengetahuan.
 Teman Sejawat (Yohana Tanak, S.Pd)
Teks eksposisi adalah suatu jenis pengembangan
paragraf yang isinya bertujuan untuk
menjelaskan, memberitahu, memaparkan atau
menerangkan sesuatu kepada pembaca dengan
gaya penulisan yang singkat, padat, dan akurat.
 Pakar (Suparno dan Yunus) 2007:1.12
Teks eksposisi adalah ragam wacana yang
dimaksudkan untuk menerangkan,
menyampaikan, atau menguraikan sesuatu hal
yang dapat memperluas atau menambah
pengetahuan dan pandangan pembacanya.
4 Guru terkesan malas 1. Sumber Kajian Literatur Berdasarkan hasil kajian literatur dan wawancara dapat
meminta umpan balik, a. Jurnal ilmiah tentang umpan balik disimpulkan bahwa penyebab guru malas meminta umpan
sehingga siswa kurang  Tomi Apra Santosa, E-Journal Unuja balik adalah:
pengetahuan dalam https://ejournal.unuja.ac.id  Guru dibebani dengan tugas yang banyak
materi puisi Umpan balik (feedback) adalah memberikan  Keterbatasan waktu
(KD 3.7,dan 3.8) sesuatu kepada siswa berupa hasi tes yang telah  Kurangnya dukungan sumber daya
mereka kerjakan dalam kegiatan pembelajaran  Dengan adanya umpan balik, dapat mengetahui
Penggunaan umpan balik sangat mempengaruhi pengetahuan tentang teks puisi.
hasil belajar siswa pada mata pelajaran.
 Seruni & Hikmah, Jurnal LPPM Unindra
https://journal.lppmunindra.ac.id
Umpan balik adalah informasi yang berbentuk
deskripsi dan komunikasi yang terprogram,
terjadwal, menggunakan teknik tertentu, bersifat
interaktif, reaktif, nyata dan timbal balik.
Umpan balik berpengaruh terhadap hasil belajar.
 Wahyu Anggraini, Bambang Hudiono,
Hamdani, Untan.ac.id
https:// jurnal.untan.ac.id
Umpan balik memiliki fungsi perbaikan strategi
belajar, artinya dapat meningkatkan kualitas dari
pengajaran sehingga meningkatkan prestasi
belajar peserta didik dan fungsi motivasional,
artinya dapat meningkatkan motivasi diri peserta
didik
b. Pengertian umpan balik menurut para pakar:
 Clarence B. Dyke: Menyatakan bahwa umpan
balik adalah "proses dimana hasil kinerja
individu atau kelompok dikirim kembali kepada
mereka untuk tujuan pengaturan atau
pengendalian."
 Harold Stolovitch dan Erica Keeps: Mengartikan
umpan balik sebagai "informasi yang diberikan
kepada individu tentang kinerja mereka dalam
usaha untuk membantu mereka mengenali
kekuatan dan kelemahan mereka, serta untuk
mengarahkan mereka menuju peningkatan
kinerja yang lebih baik."
 Peter Senge: Mendefinisikan umpan balik
sebagai "proses yang memungkinkan seseorang
atau sistem untuk memahami dampak tindakan
mereka, dan mengubah perilaku atau keputusan
mereka berdasarkan pemahaman tersebut."

2. Hasil Wawancara
 Kepala Sekolah (Stientje Betrise Kawahe, S.Pd.,
M.Pd.)
Guru sering kali memiliki beban kerja yang
sangat besar dengan tugas-tugas mengajar,
menyusun kurikulum, menilai pekerjaan siswa,
serta mengelola kelas. Beban kerja yang tinggi
ini bisa membuat sebagian guru merasa terlalu
lelah atau terbebani untuk memberikan umpan
balik secara teratur..
 Pengawas Sekolah (Elvin Elnar Tawurisi,
S.Pd.,M.M)
Terkadang, keterbatasan waktu bisa menjadi
halangan dalam memberikan umpan balik yang
terperinci dan bermakna kepada setiap siswa.
Dalam situasi ini, guru mungkin merasa sulit
untuk menyediakan umpan balik yang
mendalam karena harus menyelesaikan banyak
hal dalam waktu yang terbatas
 Teman Seprofesi (Mika Tambayong, S.Pd)
Kurangnya dukungan atau sumber daya di
sekolah, seperti kurangnya pelatihan dalam
memberikan umpan balik yang efektif, juga
dapat menjadi alasan mengapa seorang guru
mungkin enggan memberikan umpan balik yang
memadai.
 Teman Sejawat (Yohana Taruk, S.Pd)
Umpan balik untuk guru merupakan sarana
penting dalam meningkatkan kualitas pengajaran
dan memfasilitasi pengembangan profesional
mereka. Dengan umpan balik yang tepat dan
terstruktur, guru dapat terus meningkatkan
kualitas pembelajaran bagi siswa mereka.
 Pakar (Haryoko, 2011)
Umpan balik merupakan setiap informasi,
proses atau aktivitas yang dilakukan untuk
mempercepat siswa belajar yang didasarkan
pada hasil penilaian perkembangan peserta
didik.

Indahnya Berpuisi
1. Sumber kajian Literatur
http://repository.uhamka.ac.id
 Suryaman dan Wiyatmi (2012:12)
Teks puisi adalah tulisan yang menyiratkan
perasaan imajinatif.
 Shahnon (Badrun, 1989:3)
Puisi merupakan bahasa multidimensional yang
mampu menembus pikiran, perasaan, dan
imajinasi manusia.
 Pradopo (Badrun, 1989:3)
Teks puisi adalah ungkapan emosi, imajinasi,
pemikiran ide, melalui tulisan.

2. Hasil Wawancara
 Kepala Sekolah (Stientje Betrise Kawahe,S.Pd,
M.Pd.
Ungkapan perasaan.
 Pengawas (Elvin Elnar Tawurisi, S.Pd M.M
Karya sastra hasil ungkapan dan perasaan
penyair dengan bahasa yang terikat oleh irama,
matra, rima serta penyusunan larik dan bait.
 Teman sejawat (Yohana Tanak, S.Pd.)
Teks puisi adalah bentuk seni kata yang
menggugah perasaan, mencerminkan pemikiran,
dan menyampaikan pengalaman manusia
dengan cara yang indah dan kreatif.
 Pakar (Waluyo (dalam Dani, 2013:9)
Teks puisi dalah karya sastra dengan bahasa yag
dipadatkan, dipersingkat, dan diberi rima,
dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-
kata kias (imajinatif).
5 Metode pembelajaran 1. Sumber Kajian Literatur Berdasarkan hasil kajian literatur dan wawancara dapat
yang digunakan oleh guru a. Jurnal ilmiah tentang metode pembelajaran disimpulkan bahwa penyebab metode pembelajaran yang
tidak berpusat pada siswa  Tri Sumarsih, Wirdati , Jurnal An Nuha digunakan oleh guru tidak berpusat pada siswa adalah:
pada kegiatan http://annuha.ppj.unp.ac.id  Media pembelajaran yang tidak memadai
pembelajaran materi teks Jika diterapkan metode yang berbasis pada  Perbedaan latar belakang siswa
eksplanasi (KD 3.9 dan siswa media dan alat bantu lainya belum cukup  Kemampuan intelektual siswa dalam menanggapi
4.0) memadai. materi
 Grelsiana Herin, UNM Online Journal System  Tidak membutuhkan waktu yang lama
https:// ojs.unm.ac.id
Faktor penyebab guru menggunakan metode
ceramah dalam proses pembelajaran yaitu :
sumber pelajaran yang tidak memadai dari yang
dapat menghambat proses pembelajaran, ,
peserta didik yang memiliki perbedaan dari segi
kemajemukan latar belakang sosial ekonomi
keluarga, kemampuan intelektual peserta didik
dalam menanggapi materi, minat serta perhatian
siswa terhadap bahan pelajaran pada saat
melaksanakan proses belajar mengajar dikelas,
dan kebiasaan karena waktu yang tidak
mencukupi dalam mempersiapkan metode
pembelajaran yang baik, selain itu metode
ceramah dianggap metode yang paling mudah
dan tidak membutuhkan waktu yang banyak
untuk mempersiapkan dan menerapkan metode
ceramah dalam proses pembelajaran.
 Sucipto, E. Widyaningsih , S. Bahri, JSKK
(Jurnal Sains Keolahragaan dan Kesehatan)
https:// jurnal.itb.ac.id
Teacher Learning Center membuat situasi dan
kondisi pembelajaran yang cenderung monoton
dan membosankan, sehingga kurang
merangsang minat belajar siswa
b. Pengertian metode pembelajaran yang berpusat
pada guru menurut para pakar:
 Jerome Bruner: Salah satu teori pendidikan yang
menyokong metode pembelajaran berpusat pada
guru adalah konstruktivisme. Bruner
berpendapat bahwa guru memiliki peran penting
dalam mengorganisir dan menyajikan materi
pembelajaran agar sesuai dengan pemahaman
siswa. Menurut Bruner, guru bertanggung jawab
untuk membantu siswa membangun pemahaman
mereka sendiri melalui pemberian materi dan
bimbingan.
 John Dewey: Meskipun Dewey mendukung
peran aktif siswa dalam pembelajaran, namun
dalam beberapa kasus ia juga menekankan
pentingnya kehadiran guru sebagai sumber
pengetahuan dan pengalaman yang dapat
memberikan bimbingan dan arahan kepada
siswa.
 B.F. Skinner: Pendekatan behavioris seperti
yang diusung oleh Skinner melihat guru sebagai
pengontrol lingkungan pembelajaran. Dalam
pandangan ini, guru bertanggung jawab untuk
merancang pengaturan lingkungan yang
memfasilitasi pembelajaran dan memberikan
stimulus yang tepat agar siswa dapat belajar
dengan efektif.

2. Hasil Wawancara
 Kepala Sekolah (Stientje Betrise Kawahe, S.Pd.,
M.Pd.)
Penggunaan metode yang berpusat pada guru
sudah merupakan hasil dari tradisi pendidikan
yang telah lama terjadi di suatu wilayah atau
institusi pendidikan tertentu. Model
pembelajaran ini mungkin telah diwariskan dari
generasi ke generasi dan masih digunakan
karena telah terbukti dalam konteks tertentu.
 Pengawas Sekolah (Elvin Elnar Tawurisi,
S.Pd.,M.M)
Metode pengajaran yang digunakan oleh
seorang guru sering kali dipengaruhi oleh
pelatihan pendidikan yang mereka terima dan
pengalaman pribadi mereka dalam proses
belajar. Jika guru telah terlatih atau memiliki
pengalaman yang lebih kuat dengan metode
tertentu, mereka cenderung menggunakan
pendekatan itu dalam mengajar
 Teman Seprofesi (Mika Tambayong, S.Pd)
Pemahaman tentang peran guru sebagai sumber
utama pengetahuan dan pembimbing dalam
proses pembelajaran dapat mendorong
penggunaan metode berpusat pada guru.
 Teman Sejawat (Yohana Taruk, S.Pd)
Metode ini melibatkan guru menyampaikan
materi secara verbal kepada siswa. Ini adalah
metode yang berpusat pada guru di mana guru
menjadi sumber utama informasi.
 Pakar (Roy Kellen, 1998))
Pendekatan yang berpusat pada guru
menurunkan strategi pembelajaran langsung
(direct instruction), pembelajaran deduktif atau
pembelajaran ekspositori

Teks eksplanasi
1. Sumber kajian Literatur
 M. Syafi'i Antonio (2006)
Teks eksplanasi adalah teks yang berfungsi
menjelaskan sesuatu secara rinci dan terperinci.
Teks ini bertujuan untuk memberikan
pemahaman yang mendalam tentang suatu topik
tertentu kepada pembaca atau pendengar.
 John Swales (1990)
Teks eksplanasi sebagai bagian dari genre
akademik. Teks eksplanasi memiliki struktur
tertentu yang mencakup pengenalan tentang
topik, penjelasan tentang konsep atau proses,
serta kesimpulan yang menguatkan pemahaman
tentang topik tersebut.
 Beverly Ann Chin (2004)
Teks eksplanasi memiliki fokus utama untuk
menjelaskan sesuatu yang kompleks atau abstrak
dengan cara yang terperinci dan mudah
dipahami oleh pembaca.

2. Hasil Wawancara
 Kepala Sekolah (Stientje Betrise Kawahe,S.Pd,
M.Pd.
Teks eksplanasi adalah jenis teks yang bertujuan
untuk memberikan penjelasan yang rinci dan
terperinci mengenai suatu topik, proses, atau
konsep tertentu kepada pembaca atau
pendengar..
 Pengawas (Elvin Elnar Tawurisi, S.Pd M.M
Teks ini memberikan informasi yang terperinci
dan lengkap tentang topik yang dijelaskan.
Biasanya, teks eksplanasi melibatkan urutan
atau penjelasan langkah demi langkah dari suatu
proses atau konsep
 Teman sejawat (Yohana Tanak, S.Pd.)
Biasanya, teks eksplanasi memiliki struktur
yang terorganisir dengan baik. Hal ini bisa
berupa pengenalan topik, diikuti dengan
penjelasan yang terstruktur sesuai dengan urutan
logis atau kronologis.
 Pakar (Richard Nordquist, 2004)
Teks eksplanasi adalah teks yang didesain untuk
menjelaskan konsep, proses, atau fenomena
secara detail dan logis sehingga memungkinkan
pembaca atau pendengar memahami dengan
jelas.
6 Kurangnya motivasi siswa 1. Sumber Kajian Literatur Berdasarkan hasil kajian literatur dan wawancara dapat
dalam mengikuti kegiatan a. Jurnal ilmiah tentang motivasi belajar disimpulkan bahwa penyebab kurangnya motivasi belajar
pembelajaran materi teks  AA Rohman, S Karimah, Jurnal At-Taqaddum siswa adalah:
ulasan (KD 3.11 dan 4.11) 10 (1), 95-108  Kebiasaan belajar siswa
https://journal.walisongo.ac.id  Lingkungan belajar
Faktor yang mempengaruhi rendahnya motivasi  Metode dan model pembelajaran yang monoton dan
belajar siswa diantaranya tempat belajar, fungsi tidak mengakomodir kebutuhan belajar siswa
fisik, kecerdasan, sarana dan prasarana, waktu,  Sarana dan prasarana
kebiasaan belajar, guru, orang tua, emosional  Menurunnya minat siswa
dan kesehatan, serta faktor teman.
 Dwi Tri Santosa, E-Jurnal Pendidikan
https://journal.student.uny.ac.id
Faktor-faktor penyebab rendahnya motivasi
belajar siswa adalah dari faktor ekstrinsik
meliputi unsur-unsur dinamis dalam belajar dan
pembelajaran, upaya guru dalam membelajarkan
siswa dan kondisi lingkungan siswa. Sedangkan
dari faktor intrinsik meliputi kondisi siswa,
kemampuan siswa dan cita-cita siswa.
 Reni Hidayati, ejournal unma
https://ejournal.unma.ac.id
Faktor-faktor penyebab siswa mengalami
penurunan motivasi dalam belajar adalah
menurunnya minat, sikap siswa dan aspek
jasmani pada diri siswa. Faktor lain yang juga
mempengaruhi diantaranya lingkungan
keluarga, lingkungan sosial dan lingkungan
sekolah
b. Pengertian motivasi belajar menurut para pakar:
 Abraham Maslow: Salah satu tokoh dalam
psikologi humanistik ini mengemukakan bahwa
motivasi belajar terkait dengan kebutuhan dasar
manusia. Teori hierarki kebutuhan Maslow
menyatakan bahwa kebutuhan akan pencapaian,
aktualisasi diri, dan pemenuhan potensi diri
dapat menjadi motivasi intrinsik yang kuat
untuk belajar.
 B.F. Skinner: Seorang ahli psikologi
behavioristik, Skinner memandang motivasi
belajar sebagai hasil dari penguatan
(reinforcement). Menurut teori Skinner, perilaku
belajar yang diberi penguatan positif atau
negatif cenderung dipertahankan atau diulangi.
 Edward Deci dan Richard Ryan: Mereka adalah
tokoh dalam teori motivasi self-determination
(determinasi diri) yang menekankan pentingnya
motivasi intrinsik. Motivasi belajar yang berasal
dari dalam individu, seperti minat, keinginan
untuk tumbuh, dan eksplorasi, dipandang
sebagai motivasi yang paling kuat.

2. Hasil Wawancara
 Kepala Sekolah (Stientje Betrise Kawahe, S.Pd.,
M.Pd.)
Penyebab kurangnya motivasi siswa dalam
kegiatan pembelajaran adalah minimnya sarana
dan prasarana yang menunjang kegiatan
pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa
 Pengawas Sekolah (Elvin Elnar Tawurisi,
S.Pd.,M.M)
Penyebab kurangnya motivasi siswa adalah guru
masih menggunakan metode pembelajaran yang
monoton dan tidak berpusat pada siswa
 Teman Seprofesi (Mika Tambayong, S.Pd)
Penyebab kurangnya motivasi siswa dalam
kegiatan pembelajaran adalah sebagian guru
menggunakan model pembelajaran yang tidak
mengakomodir kebutuhan siswa
 Teman Sejawat (Yohana Taruk, S.Pd)
Motivasi adalah kekuatan internal yang
mendorong individu untuk bertindak,
berperilaku dan mencapai tujuan tertentu
 Pakar (Wigfield dan Eccles, 2000)
Ketika siswa merasa bahwa tugas-tugas yang
diberikan tidak relevan atau kurang bermakna
bagi mereka, mereka cenderung kehilangan
motivasi. Ini juga dapat terjadi jika mereka tidak
melihat nilai jangka panjang dari pendidikan
atau tujuan yang mereka kejar.
Teks ulasan
1. Sumber kajian Literatur
 Mochtar Pabottingi (2007)
Teks ulasan adalah jenis teks yang memberikan
penilaian atau evaluasi terhadap suatu karya
seperti buku, film, musik, atau karya seni
lainnya. Tujuannya adalah memberikan
pandangan kritis serta menginformasikan
kelebihan dan kekurangan karya yang diulas.
 Meyers dan Jones (1993)
Teks ulasan adalah sebuah penilaian atau
evaluasi yang bersifat subjektif terhadap suatu
topik, produk, atau karya. Mereka menekankan
bahwa ulasan harus didukung dengan argumen
yang kuat dan bukti yang relevan.
 Jean-Paul Sartre (1964)
Teks ulasan adalah ungkapan dari subjektivitas
seseorang terhadap sebuah karya seni atau suatu
fenomena. Baginya, ulasan merupakan
interpretasi subjektif yang dibuat oleh individu
berdasarkan pengalaman dan perspektif pribadi.

2. Hasil Wawancara
 Kepala Sekolah (Stientje Betrise Kawahe,S.Pd,
M.Pd.
Teks ulasan adalah jenis teks yang memberikan
evaluasi atau penilaian tentang suatu karya,
produk, peristiwa, atau topik tertentu
 Pengawas (Elvin Elnar Tawurisi, S.Pd M.M
Teks ini melibatkan analisis yang mendalam
terhadap aspek-aspek tertentu dari karya atau
topik yang diulas
 Teman sejawat (Yohana Tanak, S.Pd.)
Teks Ulasan seringkali bersifat subjektif karena
merupakan pandangan individu atau penulis
ulasan terhadap karya atau topik tersebut
 Pakar (Meyers dan Jones, 1993)
Teks ulasan adalah jenis teks yang memberikan
evaluasi atau penilaian subjektif terhadap suatu
topik atau karya. Mereka menekankan bahwa
ulasan harus didukung oleh argumen yang kuat
dan bukti yang relevan
7 Materi pembelajaran teks 1. Sumber Kajian Literatur Berdasarkan hasil kajian literatur dan wawancara dapat
persuasi yang diberikan a. Jurnal ilmiah tentang materi HOTS disimpulkan bahwa penyebab materi pembelajaran yang
guru tidak berorientasi  Andreas Bagas Kiswara, Tri Murwaningsi , diberikan guru tidak berorientasi HOTS adalah:
HOTS (KD 3.13 dan Susantiningrum, Jurnal UNS  Guru tidak fokus pada materi HOTS
4.13) https://jurnal.uns.ac.id  Tidak semua guru memiliki pemahaman mendalam
Pembelajaran berbasis HOTS, merupakan tentang bagaimana mengembangkan materi HOTS
sebuah interaksi belajar antara peserta didik dan  Guru terbiasa dengan model pengajaran yang lebih
guru, ataupun peserta didik dengan peserta didik tradisional
yang berorientasi pada kemampuan berpikir
tingkat tinggi.
 Tasrif, Jurnal UNY
https://jurnal.uny.ac.id
Melalui HOTS peserta didik memiliki
kemampuan untuk mengamati, menanya,
menalar, mencoba, mengkomunikasikan, dan
menganalisis materi. Selain itu, kemampuan dan
konsep HOTS perlu dikembangkan sejak dini
 Husna Nur Dinni, Unnes Journal
https://journal.unnes.ac.id
Seseorang dapat dikatakan mampu
menyelesaikan suatu masalah apabila mampu
menelaah suatu pemasalahan dan mampu
menggunakan pengetahuannya ke dalam situasi
baru. Kemampuan ini dikenal juga sebagai
HOTS (High Order Thinking Skills) atau
keterampilan berpikir tingkat tinggi
b. Pengertian materi HOTS menurut para pakar:
 Bloom's Taxonomy: Salah satu konsep paling
terkenal yang mendefinisikan HOTS adalah
karya Dr. Benjamin Bloom. Menurut Bloom,
HOTS melibatkan tingkat pemikiran yang lebih
tinggi daripada hanya mengingat atau
memahami informasi. Ini meliputi kemampuan
untuk menerapkan, menganalisis, mengevaluasi,
dan menciptakan berdasarkan pengetahuan yang
diperoleh.
 Marzano: Robert Marzano, seorang pendidik
dan penulis buku tentang strategi pembelajaran,
menyatakan bahwa HOTS melibatkan
kemampuan siswa untuk menggunakan
pengetahuan mereka secara kreatif dalam situasi
yang berbeda, menarik kesimpulan, dan
menyelesaikan masalah yang kompleks.
 Costa's Levels of Questioning: Arthur Costa
menyatakan bahwa HOTS melibatkan tingkat
pemikiran yang lebih tinggi, yang terlihat dalam
kemampuan siswa untuk menyusun pertanyaan-
pertanyaan yang mendorong refleksi, analisis,
dan evaluasi.

2. Hasil Wawancara
 Kepala Sekolah (Stientje Betrise Kawahe, S.Pd.,
M.Pd.)
Terkadang, kurikulum yang ketat atau tekanan
waktu yang tinggi dapat menjadi hambatan bagi
guru untuk menambahkan atau fokus pada
materi HOTS. Mereka mungkin merasa terbatas
oleh kurikulum yang telah ditetapkan dan jadwal
yang padat.
 Pengawas Sekolah (Elvin Elnar Tawurisi,
S.Pd.,M.M)
Tidak semua guru mungkin memiliki pelatihan
yang memadai atau pemahaman mendalam
tentang bagaimana mengembangkan materi
HOTS. Ini bisa menjadi tantangan besar dalam
mengajarkan keterampilan berpikir tingkat
tinggi jika mereka sendiri belum memahami
secara menyeluruh konsep dan strategi yang
terlibat
 Teman Seprofesi (Mika Tambayong, S.Pd)
Beberapa guru mungkin terbiasa dengan model
pengajaran yang lebih tradisional, di mana
fokusnya lebih pada penyampaian informasi
daripada pada pengembangan keterampilan
berpikir tingkat tinggi siswa.
 Teman Sejawat (Yohana Taruk, S.Pd)
Penting untuk menciptakan lingkungan di kelas
yang mendorong siswa untuk berpikir kritis,
mengeksplorasi berbagai sudut pandang, dan
mengembangkan kemampuan mereka dalam
memahami serta menyampaikan informasi
dengan cara yang terstruktur dan berpikiran
terbuka. Penerapan berbagai metode pengajaran
yang mendorong diskusi, kolaborasi, serta
analisis teks secara mendalam akan membantu
siswa dalam mengembangkan keterampilan
berpikir tingkat tinggi dalam bahasa Indonesia.
 Pakar (Kendall, 2007)
Guru harus merancang pengalaman
pembelajaran yang memungkinkan siswa
menggunakan HOTS untuk memecahkan
masalah, menganalisis, dan mengevaluasi
informasi.

Teks ulasan
1. Sumber kajian Literatur
 Edward P.J. Corbett (1969)
Teks persuasi bertujuan untuk mengubah atau
mempengaruhi sikap, keyakinan, atau tindakan
orang lain melalui argumen-argumen yang
meyakinkan dan strategi-strategi retorika.
 James A. Herrick (2005)
Teks persuasi adalah teks yang bertujuan untuk
memengaruhi atau mengubah sikap, keyakinan,
atau perilaku orang lain melalui penggunaan
argumen, bukti, dan strategi komunikasi yang
meyakinkan.
 Jean Kilbourne (1999)
Teks persuasi seringkali mengandung unsur-
unsur yang bertujuan untuk mempengaruhi atau
memanipulasi orang lain melalui media, iklan,
atau pesan-pesan visual lainnya.

2. Hasil Wawancara
 Kepala Sekolah (Stientje Betrise Kawahe,S.Pd,
M.Pd.
Teks persuasi adalah jenis teks yang bertujuan
untuk meyakinkan, mempengaruhi, atau
membujuk pembaca agar mengadopsi
pandangan, pendapat, atau tindakan tertentu
yang diinginkan oleh penulis
 Pengawas (Elvin Elnar Tawurisi, S.Pd M.M
Teks persuasi biasanya disajikan pendapat atau
argumen yang kuat untuk mendukung sudut
pandangnya. Argumen tersebut sering didukung
oleh fakta, logika, atau bukti yang meyakinkan
 Teman sejawat (Yohana Tanak, S.Pd.)
Teks persuasi selalu memiliki tujuan tertentu,
entah itu untuk mengubah pandangan,
mendukung suatu ide atau produk, atau untuk
memotivasi pembaca untuk bertindak sesuai
dengan keinginan penulis.
 Pakar (Jean Kilbourne, 1999)
Teks persuasi seringkali mengandung unsur-
unsur yang bertujuan untuk mempengaruhi atau
memanipulasi orang lain melalui media, iklan,
atau pesan-pesan visual lainnya.
8 Kemampuan siswa terkait 1. Sumber Kajian Literatur Berdasarkan hasil kajian literatur dan wawancara dapat
literasi sangat kurang a. Jurnal ilmiah tentang literasi disimpulkan bahwa penyebab rendahnya kemampuan
sehingga kurang  Abdul Rohman, Jurnal Pendidikan Bahasa literasi siswa sehingga kurang memahami teks deskripsi
memahami teks drama Indonesia adalah:
(KD 3.15 dan 4.15) https:// jurnaltarbiyah.uinsu.ac.id  Kurangnya minat baca siswa
Literasi merupakan kemampuan untuk  Kurangnya sarana prasarana
mengolah dan memahami informasi ketika  Metode yang diterapkan kurang variatif
melakukan aktivitas membaca dan menulis.  Rendahnya kedisiplinan siswa dalam proses
Peserta didik akan memperoleh pengetahuan pembiasaan kegiatan literasi
yang sangat luas melalui kegiatan literasi karena
berkaitan erat dengan kemampuan berpikir
kritis.
 Rizal Hermawan, Nouval Rumaf & Solehun,
Jurnal UNIMUDA
https://unimuda.e-jurnal.id
Membaca merupakan kemampuan yang paling
mendasar sebagai bekal untuk mempelajari
segala sesuatu, dalam literasi membaca
merupakan bentuk pembelajaran yang sangat
menarik dan penting bagi guru dan peserta didik
agar suatu pembelajaran mudah dipahami atau
dimengerti saat melakukan kegiatan membaca,
menulis maupun berkomunikasi.
 Dhina Cahya Rohim, Jurnal Kajian Pendidikan
dan Hasil Penelitian
https://journal.unesa.ac.id
Kegiatan literasi berperan dalam meningkatkan
minat membaca siswa. Hambatan dalam
melaksanakan kegiatan literasi di sekolah
diantaranya adalah kurangnya sarana prasarana,
metode yang diterapkan kurang variatif serta
rendahnya kedisiplinan siswa dalam proses
pembiasaan kegiatan literasi.
b. Pengertian Literasi menurut para pakar:
 David Barton: Seorang pakar literasi, David
Barton, menyatakan bahwa literasi adalah
"kemampuan untuk menggunakan pengetahuan
dan keterampilan dalam membaca dan menulis
yang mendukung keterlibatan sosial yang
efektif."
 Paulo Freire: Freire, seorang pendidik terkenal,
melihat literasi sebagai "kemampuan untuk
membaca dunia dan mengubahnya."
 John Debes: Menurut Debes, literasi mencakup
"kemampuan untuk berinteraksi dengan dan
memahami pesan-pesan kompleks dalam
berbagai bentuk, termasuk teks tertulis, visual,
dan digital."

2. Hasil Wawancara
 Kepala Sekolah (Stientje Betrise Kawahe, S.Pd.,
M.Pd.)
Literasi adalah kemampuan seseorang untuk
membaca, menulis, memahami, dan
menggunakan informasi secara efektif dalam
berbagai konteks kehidupan.
 Pengawas Sekolah (Elvin Elnar Tawurisi,
S.Pd.,M.M)
Literasi bukan hanya tentang keahlian dasar
membaca dan menulis, tetapi juga kemampuan
untuk memahami, menganalisis, dan
menggunakan informasi dalam kehidupan
sehari-hari.
 Teman Seprofesi (Mika Tambayong, S.Pd)
Literasi bukan hanya tentang keterampilan dasar
membaca dan menulis, tetapi juga tentang
kemampuan untuk memahami, menganalisis,
dan menggunakan informasi tersebut secara
efektif dalam berbagai konteks.
 Teman Sejawat (Yohana Taruk, S.Pd)
Literasi adalah kemampuan seseorang dalam
membaca, memahami, menulis, dan
menggunakan informasi untuk berpikir kritis
dan berpartisipasi secara aktif dalam
masyarakat. Ini melibatkan keterampilan yang
lebih luas daripada sekadar kemampuan
membaca dan menulis, mencakup pemahaman
mendalam tentang berbagai konsep, penggunaan
informasi secara efektif, dan kemampuan untuk
beradaptasi dengan berbagai konteks budaya dan
teknologi.
 Pakar (Mary Hamilton (1998)
Literasi bukan hanya tentang kemampuan
membaca dan menulis, melainkan juga tentang
bagaimana individu menggunakan teks dalam
konteks sosial tertentu. Literasi bagi mereka
merupakan aktivitas sosial yang melibatkan
praktik membaca dan menulis dalam kehidupan
sehari-hari.

Teks Drama
1. Sumber kajian Literatur
 Aristoteles (Abad ke-4 SM)
Drama adalah bentuk seni imitasi (mimesis)
yang menggambarkan tindakan dan karakter
manusia melalui dialog dan tindakan yang
disampaikan oleh para aktor di atas panggung.
 Oscar G. Brockett (2003)
Teks drama adalah naskah yang ditulis untuk
dipentaskan, yang melibatkan dialog antar
karakter, arahan panggung, serta deskripsi
tentang setting dan aksi di atas panggung.
 David Bevington (2013)
Teks drama sebagai sebuah bentuk sastra yang
bertujuan untuk dipentaskan di atas panggung.
Menurutnya, teks drama mencakup dialog antar
karakter, monolog, dan adegan yang membentuk
narasi dramatis.

2. Hasil Wawancara
 Kepala Sekolah (Stientje Betrise Kawahe,S.Pd,
M.Pd.
Teks drama adalah suatu bentuk tulisan yang
disusun untuk dipentaskan di atas panggung.
Berbeda dengan teks prosa, teks drama ditulis
dengan dialog antar karakter yang menyajikan
cerita dan adegan yang dimainkan oleh aktor di
atas panggung
 Pengawas (Elvin Elnar Tawurisi, S.Pd M.M
Teks drama memiliki ciri khas berupa dialog
antara karakter-karakter yang menggambarkan
cerita dan konflik, yang nantinya akan
dimainkan oleh para aktor di atas panggung.
 Teman sejawat (Yohana Tanak, S.Pd.)
Kadang-kadang, teks drama juga dapat berisi
petunjuk atau arahan panggung, seperti gerakan
para aktor, pencahayaan, atau efek suara yang
perlu dimainkan pada waktu tertentu.
 Pakar (Waluyo, 2003)
Teks drama adalah salah satu genre karya sastra
yang sejajar dengan prosa dan puisi namun
bentuknya berbeda
9 Terjadinya miskonsepsi 1. Sumber Kajian Literatur Berdasarkan hasil kajian literatur dan wawancara dapat
pada materi buku fiksi a. Jurnal ilmiah tentang materi HOTS disimpulkan bahwa penyebab terjadinya Salah pemahaman
dan non fiksi (KD 3.17  Raudha Isminiarti Izza, Nurhamidah, terkait informasi yang diberikan oleh guru adalah:
dan 4.17) Elvinawati, eJournal UNIB,  Rendahnya motivasi dan minat belajar siswa
https://ejurnal.unib.ac.id  Cara belajar siswa
Penyebab miskonsepsi siswa berasal dari faktor  Tingkat kepercayaan diri siswa
internal dan eksternal. Faktor internal berasal  Metode pembelajaran yang digunakan
dari siswa seperti pemikiran assosiatif siswa,  Keterbatasan sumber belajar
apresiasi dan intuisi siswa yang salah,  Informasi yang diberikan oleh guru kurang
kemampuan siswa yang kurang, rendahnya  Kesalahan dalam presentasi materi
motivasi dan minat belajar siswa selama proses  Ketidaksesuaian materi dengan tingkat pemahaman
pembelajaran, cara belajar siswa, dan tingkat siswa
kepercayaan diri siswa pada nilai CRI dan faktor
eksternal seperti metode pembelajaran yang
digunakan dan keterbatasan sumber belajar.
 Fera Astuti, Tri Redjeki, Nanik Dwi Nurhayati,
Jurnal UNS
https:// jurnal.fkip.uns.ac.id
Miskonsepsi yang terjadi pada siswa disebabkan
oleh kondisi siswa dan buku pegangan siswa.
Siswa harus meningkatkan pemahaman pada
konsep-konsep materi stoikiometri dengan cara
belajar, berdiskusi, atau bertanya kepada guru.
Guru hendaknya menekankan konsep-konsep
penting pada materi yang diberikan dan
melakukan bimbingan serta pengkajian
terhadap buku yang akan digunakan sehingga
dapat meminimalisir miskonsepsi siswa.
 Erika Irianti, Jurnal Undiksha
https:/ejournal.undiksha.ac.id
Miskonsepsi merupakan suatu permasalahan
yang selalu dihadapi oleh dunia pendidikan.
Miskonsepsi dapat mempengaruhi hasil belajar
siswa.
b. Pengertian miskonsepsi menurut para pakar:
 Philip C. Wankat dan Frank S. Oreovicz: Dalam
konteks pendidikan, mereka mendefinisikan
miskonsepsi sebagai "pemahaman yang keliru
atau salah tentang suatu konsep fundamental
yang tidak sesuai dengan pemahaman yang
diterima oleh mayoritas ahli atau praktisi dalam
bidang tersebut."
 R. Driver dan E. Erickson: Menurut mereka,
miskonsepsi adalah "pemahaman yang salah
yang dimiliki oleh seseorang yang telah
mengalami instruksi tentang konsep tersebut dan
diyakini sebagai benar oleh siswa tersebut."
 Derek Muller: Derek Muller, seorang ilmuwan
dan pembuat video pendidikan, menggambarkan
miskonsepsi sebagai "model mental yang salah
yang secara tak sengaja dipilih oleh otak kita
karena merupakan cara yang masuk akal bagi
kita pada saat itu."

2. Hasil Wawancara
 Kepala Sekolah (Stientje Betrise Kawahe, S.Pd.,
M.Pd.)
Miskonsepsi merujuk pada pemahaman yang
salah atau tidak akurat terhadap suatu konsep,
ide, atau informasi tertentu.
 Pengawas Sekolah (Elvin Elnar Tawurisi,
S.Pd.,M.M)
Miskonsepsi dapat menjadi hambatan dalam
proses pembelajaran siswa. Ketika siswa
memiliki pemahaman yang salah tentang suatu
topik, hal tersebut bisa mengganggu
kemampuan mereka untuk memahami konsep
yang benar
 Teman Seprofesi (Mika Tambayong, S.Pd)
Bagi guru, mengenali miskonsepsi siswa penting
agar mereka dapat menyesuaikan metode
pengajaran dan memberikan penjelasan yang
lebih tepat guna membantu siswa memahami
konsep dengan benar.
 Teman Sejawat (Yohana Taruk, S.Pd)
Miskonsepsi terjadi karena informasi yang
diberikan oleh guru kurang, kesalahan dalam
presentasi materi, ketidaksesuaian materi dengan
tingkat pemahaman siswa
 Pakar (Dr. Derek Muller, 1998)
Dalam risetnya tentang pengajaran sains, Muller
menyoroti bahwa miskonsepsi tidak hanya
terjadi karena kurangnya informasi, tetapi juga
karena adanya konsep yang bertentangan dengan
intuisi siswa. Hal ini menunjukkan pentingnya
memahami konsepsi awal siswa untuk
membantu mengidentifikasi dan mengatasi
miskonsepsi.

Buku fiksi dan non fiksi


1. Sumber kajian Literatur
Buku Fiksi
 Northrop Frye (1957)
Buku fiksi merupakan bentuk sastra yang
memiliki sifat fiktif, di mana penulis
menciptakan cerita, karakter, dan dunia yang
tidak berdasarkan pada kejadian nyata. (Contoh:
novel, cerita pendek, drama, dan sebagainya.)
 Wayne C. Booth (1961)
Buku fiksi adalah karya imajinatif yang
menciptakan dunia yang terpisah dari realitas
untuk tujuan tertentu, seperti hiburan atau
penyampaian pesan moral.
 Roland Barthes (1966)
Buku fiksi sebagai "teks terbuka" yang
memungkinkan pembaca untuk memberikan
interpretasi yang berbeda-beda terhadap cerita
dan karakter di dalamnya. Makna dari buku fiksi
tidak selalu tetap, tetapi dapat bervariasi
tergantung pada perspektif pembaca.

Buku Non Fiksi


 John Dewey (1910)
Buku non-fiksi adalah karya yang didasarkan
pada fakta, informasi, atau pengalaman nyata.
Buku non-fiksi bertujuan untuk memberikan
pengetahuan atau pembelajaran yang faktual
kepada pembaca.
 Edward W. Said (1984)
Buku non-fiksi sebagai karya tulis yang bersifat
referensial, berlandaskan pada fakta, sejarah,
atau realitas yang dapat diverifikasi. Buku non-
fiksi memberikan informasi yang didasarkan
pada penelitian atau pengalaman yang dapat
dipertanggungjawabkan.
 Stephen Jay Gould (1985)
Buku non-fiksi dari sudut pandang ilmiah. Buku
non-fiksi terutama bertujuan untuk
menyampaikan pengetahuan ilmiah atau
penelitian yang disusun dengan hati-hati untuk
memberikan informasi yang akurat kepada
pembaca

2. Hasil Wawancara
 Kepala Sekolah (Stientje Betrise Kawahe,S.Pd,
M.Pd.
Buku fiksi adalah jenis buku atau karya tulis
yang berisi cerita, narasi, atau kisah yang
diciptakan oleh imajinasi penulis. Berbeda
dengan buku non-fiksi yang berdasarkan pada
fakta, data, atau pengalaman nyata, buku fiksi
menampilkan cerita yang tidak terjadi dalam
dunia nyata atau tidak berdasarkan pada
kejadian yang benar-benar terjadi.
 Pengawas (Elvin Elnar Tawurisi, S.Pd M.M
Buku fiksi menciptakan cerita, narasi, atau kisah
yang berdasarkan imajinasi penulis. Sedangkan
Buku non-fiksi berisi informasi, fakta, data, atau
pengetahuan yang berdasarkan pada kenyataan
atau pengalaman nyata
 Teman sejawat (Yohana Tanak, S.Pd.)
Fokus utama dari buku fiksi adalah pada
kreativitas penulis dalam menyampaikan cerita,
mengeksplorasi tema, dan mengembangkan
karakter-karakter fiktif sedangkan buku non
fiksi berfokus pada pemberian informasi yang
akurat, pengetahuan, atau pemahaman tentang
topik tertentu.
 Pakar (Nurgiantoro, 2010:2)
Fiksi merupakan karya naratif yang isinya tidak
menyarankan pada kebenaran sejarah
 Pakar (Pawit M. Yusuf, 2010: 10-12)
Pengertian buku-buku yang termasuk ke dalam
kelompok non fiksi ini adalah bahwa mereka
ditulis berdasarkan fakta atau kenyataan alam
dan budaya sekitar kita. Sifat alam, kondisi
alam, kondisi sosial, dan budaya masyarakat
pada umumnya, dan masyarakat tertentu,
perjalaan sesorang, sejarah, dan lainlain. Yang
jelas buku-buku ini disusun atas dasar hasil
pengamatan dan bahkan hasil penelitian
mendalam untuk menjaga kebenaran fakta yang
ditulisnya.
10 Kegiatan pembelajaran 1. Sumber Kajian Literatur Berdasarkan hasil kajian literatur dan wawancara dapat
monoton karena a. Jurnal ilmiah tentang kegiatan pembelajaran disimpulkan bahwa penyebab kegiatan pembelajaran
pelaksanaannya tidak berbasis TIK monoton karena pelaksanaannya tidak memanfaatkan TIK
memanfaatkan TIK dalam  Hendri Harliawan, Jurnal Pendidikan Ekonomi, adalah:
materi teks laporan https://ejournal.undiksha.ac.id  Guru jarang menggunakan teknologi informasi
percobaan (KD 3.1 dan Melalui pemanfaatan media TIK. Selain seperti PPT interaktif dalam kegiaatan
4.1 fungsinya sebagai alat bantu pemecahan pembelajaran
masalah manusia, media TIK juga dapat  Guru malas mengembangkan diri terkait
dimanfaatkan untuk mendukung proses kemampuan TIK
pembelajaran yang dipercaya dapat: (1)  Guru belum pernah menggunakan media berbasis
meningkatkan kualitas pembelajaran, (2) TIK dalam kegiatan pembelajaran
memperluas akses terhadap pendidikan dan  Siswa merasa bosan dengan kegiatan pembelajaran
pembelajaran, (3) mengurangi biaya pendidikan, yang menggunakan metode ceramah dan tidak
(4) menjawab keharusan berpartisipasi dalam menggunakan TIK
TIK, dan (5) mengembangkan keterampilan TIK
(ICT skills) yang diperlukan siswa ketika
bekerja dan dalam kehidupannya nanti
 L. Novita, T. Windiyani, and S.S. Fauziah,
Jurnal UNS
https:// jurnal.uns.ac.id
Perkembangan pendidikan berbasis TIK di
Indonesia masih belum bisa dimanfaatkan
dengan baik. Hal ini disebabkan oleh beberapa
masalah dan kendala yang masih dirasakan oleh
masyarakat khususnya tenaga pendidik.
Kesiapan sumber daya manusia menjadi kendala
utamanya. Beberapa guru masih terlihat belum
menguasai teknologi informasi dan komunikasi
sehingga belum dapat memanfaatkannya dalam
pembelajaran
 Suci Zakiah Dewi, Irfan Hilman, Indonesian
Journal Of Primary Education
https:/ ejournal.upi.edu
Penggunaan media TIK dapat merangsang
pikiran, perasaan, minat serta perhatian peserta
didik sedemikian rupa sehingga proses
pembelajaran dapat berjalajan dengan baik.
Selain itu, proses pembelajaran akan lebih
efektif karena penggunaan TIK sebagai media
pembelajaran memungkinkan teratasinya
hambatan dalam proses komunikasi guru dengan
peserta didik seperti hambatan fisiologis,
psikologis, kultural, dan lingkungan.
b. Pengertian kegiatan pembelajaran berbasis TIK
menurut para pakar:
 Helen Crompton: Menurut Crompton, kegiatan
pembelajaran berbasis TIK adalah upaya untuk
menggabungkan teknologi digital, seperti
perangkat keras dan perangkat lunak, serta
internet, ke dalam lingkungan pembelajaran
untuk meningkatkan akses terhadap informasi,
mendukung kreativitas, dan memfasilitasi
pembelajaran kolaboratif.
 David Jonassen: Jonassen, seorang ahli
pembelajaran, memandang kegiatan
pembelajaran berbasis TIK sebagai penggunaan
teknologi yang diarahkan pada pemecahan
masalah dan pembangunan pemahaman yang
lebih dalam, serta meningkatkan keterampilan
kritis dan berpikir kreatif siswa.
 Margarita P. Pavlova dan David G. Rutledge:
Para peneliti ini mendefinisikan kegiatan
pembelajaran berbasis TIK sebagai aktivitas
pembelajaran yang memanfaatkan teknologi
digital untuk meningkatkan keterlibatan siswa
dalam proses pembelajaran, meningkatkan
pencapaian belajar, dan memfasilitasi interaksi
antara guru dan siswa.

2. Hasil Wawancara
 Kepala Sekolah (Stientje Betrise Kawahe, S.Pd.,
M.Pd.)
Guru jarang menggunakan teknologi informasi
seperti PPT interaktif.
 Pengawas Sekolah (Elvin Elnar Tawurisi,
S.Pd.,M.M)
Guru belum pernah mengajar menggunakan
aplikasi TIK sebagai pendukung pembelajaran
 Teman Seprofesi (Mika Tambayong, S.Pd)
Guru kurang mengolah dirinya dalam hal
pengembangan media pembelajaran berbasis
TIK.
 Teman Sejawat (Yohana Taruk, S.Pd)
Pembelajaran berbasis TIK (Teknologi
Informasi dan Komunikasi) adalah pendekatan
pembelajaran yang menggunakan teknologi
sebagai alat utama untuk mendukung dan
memfasilitasi proses pembelajaran
 Pakar (Dr. Larry Cuban, 1998)
Kesuksesan integrasi TIK dalam pendidikan
tergantung pada persiapan yang baik, pelatihan
yang memadai bagi guru, serta lingkungan yang
mendukung di sekolah.

Teks Laporan Percobaan


1. Sumber kajian Literatur
 Elis Khoerunnisa (2020)
Teks laporan percobaan adalah suatu teks yang
berisi tentang percobaan yang dilakukan oleh
penulis yang biasa berada ketika seseorang
melalukan suatu percobaan, observasi atau
melakukan karya ilmiah, dan bisa juga
pada laporan praktikum.
 Himstreet (1998)
Teks laporan percobaan adalah pesan yang
disampaikan secara sistematis dan objektif.
Digunakan untuk menyampaikan informasi dari
satu divisi organisasi kepada departemen lain
atau lembaga lainnya, untuk membantu
pengambilan keputusan atau memecahkan
masalah.
 Mahsun (2013:19)
Teks laporan memiliki tujuan sosial
mengungkapkan kejadian/isu atau melaporkan
secara 41 umum tentang berbagai kelas benda,
struktur teks laporan meliputi judul, klasifikasi,
dan uraian bagian-bagian

2. Hasil Wawancara
 Kepala Sekolah (Stientje Betrise Kawahe,S.Pd,
M.Pd.
Teks laporan percobaan adalah dokumen tertulis
yang berisi informasi terperinci tentang proses,
metodologi, hasil, dan kesimpulan dari sebuah
percobaan ilmiah
 Pengawas (Elvin Elnar Tawurisi, S.Pd M.M
Teks laporan percobaan disusun untuk merekam
dan menyajikan secara sistematis semua aspek
yang terkait dengan percobaan yang telah
dilakukan.
 Teman sejawat (Yohana Tanak, S.Pd.)
Teks laporan percobaan ini digunakan dalam
konteks ilmiah untuk merekam dan menyajikan
informasi yang diperoleh dari percobaan, serta
sebagai alat komunikasi antara peneliti atau
pelajar
 Pakar (Kusuma (2008:9-12)
Teks laporan percobaan merupakan jenis teks
yang menjelaskan secara umum atau
melaporkan hasil dari percobaan
11 Asesmen yang diberikan 1. Sumber Kajian Literatur Berdasarkan hasil kajian literatur dan wawancara dapat
pada materi teks pidato a. Jurnal ilmiah tentang Asesmen disimpulkan bahwa penyebab pemberian aasesmen yang
tidak tepat (KD 3.3 dan  Mujiburrahman Mujiburrahman, Jurnal UT, tidak tepat adalah:
4.3) https://journal.ut.ac.id  Tujuan asesmen yang tidak jelas
Asesmen atau penilaian merupakan sebuah  Kurangnya keterlibatan siswa dalam proses
rangkaian kegiatan yang dilaksanakan secara asesmen
sistematis berkelanjutan yang digunakan sebagai  Ketidaktepatan format soal atau metode asesmen
pengumpul informasi tentang proses dan hasil  Kurangnya pemahaman guru terhadap kemampuan
belajar peserta didik untuk memperoleh siswa
keputusan berdasarkan kriteria dan  Kurangnya alat penilaian yang tepat
pertimbangan tertentu. Tujuan dari pelaksanaan  Kurangnya umpan balik dan koreksi
asesmen pembelajaran adalah sebagai upaya
mengumpulkan dan mengolah informasi untuk
mengetahui kebutuhan belajar, capaian
perkembangan dan hasil belajar peserta didik.
 Juhairiyah, Jurnal Pedagogik, Vol. 04 No. 01
https:// ejournal.unuja.ac.id
Asesmen adalah alat untuk mengukur hasil
belajar siswa yang tidak hanya bisa diukur
dengan nilai melalui tes tertulis, tetapi juga dari
partisipasi siswa saat pembelajaran berlangsung
yang bisa diamati pendidik. Agar kualitas
pembelajaran dapat berkembang lebih baik
maka dibutuhkan asesmen konten isi dari setiap
mata pelajaran yang dibelajarkan kepada siswa
yang merupakan bagian dari penilaian kelas
 Yulia Indahri, Irfan Hilman, Indonesian Jurnal
DPR RI
https:/ jurnal.dpr.ri.go.id
Kualitas asesmen ditentukan oleh kegiatan
pengukuran, yang salah satu bentuknya adalah
tes. Untuk memahami asesmen, maka perlu ada
pemahaman mengenai tes dan pengukuran
terlebih dahulu, sebelum selanjutnya melihat
makna umum dari evaluasi.
b. Pengertian asesmen menurut para pakar:
 Robert J. Marzano: Menurut Marzano, asesmen
adalah "proses yang terencana dan sistematis
untuk mengetahui sejauh mana siswa mencapai
tujuan pembelajaran yang ditetapkan
sebelumnya."
 Mada Khera: Khera mendefinisikan asesmen
sebagai "proses pengumpulan, interpretasi, dan
penggunaan informasi untuk mengukur
kemajuan siswa serta mengidentifikasi
kebutuhan pembelajaran mereka."
 Paul Black dan Dylan Wiliam: Mereka
menggambarkan asesmen formatif sebagai
"penggunaan semua informasi yang
dikumpulkan selama proses pembelajaran untuk
mengidentifikasi area-area di mana siswa
mengalami kesulitan dan perlu bantuan
tambahan."
2. Hasil Wawancara
 Kepala Sekolah (Stientje Betrise Kawahe, S.Pd.,
M.Pd.)
Jika tujuan asesmen tidak ditetapkan dengan
jelas, guru atau penilai mungkin menghadapi
kesulitan dalam merancang asesmen yang sesuai
dengan apa yang ingin diukur atau dinilai.
 Pengawas Sekolah (Elvin Elnar Tawurisi,
S.Pd.,M.M)
Ketika siswa tidak terlibat atau tidak memiliki
pemahaman yang jelas tentang apa yang akan
diuji atau diukur, asesmen yang diberikan
mungkin tidak mewakili pemahaman
sebenarnya yang dimiliki siswa.
 Teman Seprofesi (Mika Tambayong, S.Pd)
Penggunaan format soal atau metode asesmen
yang tidak sesuai dengan materi pelajaran atau
tujuan pembelajaran dapat menghasilkan
asesmen yang tidak memberikan gambaran yang
akurat tentang kemampuan siswa.
 Teman Sejawat (Yohana Taruk, S.Pd)
Ketidaktahuan guru terhadap tingkat
kemampuan dan pemahaman siswa dalam suatu
materi dapat mengakibatkan asesmen yang tidak
sesuai dengan kemampuan yang dimiliki siswa.
 Pakar (Dr. Dylan Wiliam, 1998)
Seorang pakar dalam bidang pendidikan,
Wiliam menekankan pentingnya formatif
assessment (asesmen formatif). Menurutnya,
asesmen formatif yang melibatkan umpan balik
yang langsung dan memberikan informasi
mendalam tentang pemahaman siswa adalah
kunci dalam meningkatkan pembelajaran.
Teks Pidato
1. Sumber kajian Literatur
 Aristoteles (384–322 SM)
Dalam karya retorika klasiknya, Aristoteles
menyatakan bahwa pidato terbagi menjadi tiga
elemen utama, yaitu ethos (karakter dan
kredibilitas pembicara), logos (argumen dan
logika yang digunakan), dan pathos (emosi dan
daya tarik emosional).
 Cicero (106–43 SM)
Seorang orator Romawi terkemuka, Cicero
mengemukakan bahwa pidato haruslah
mencakup lima elemen utama yang dikenal
sebagai "lima canons of rhetoric", yaitu inventio
(pencarian materi), dispositio (penyusunan
struktur), elocutio (penggunaan bahasa),
memoria (kemampuan mengingat), dan actio
(pengucapan).
 (Arsjad, 1988: 53
Berpidato adalah menyampaikan dan
menanamkanpikiran, informasi atau gagasan
dari pembicara kepada khalayak ramai
danbermaksud meyakinkan pendengarnya

2. Hasil Wawancara
 Kepala Sekolah (Stientje Betrise Kawahe,S.Pd,
M.Pd.
Teks pidato adalah dokumen tertulis yang
disusun untuk diucapkan secara lisan di depan
publik atau audiens tertentu
 Pengawas (Elvin Elnar Tawurisi, S.Pd M.M
Teks pidato berfungsi sebagai panduan bagi
pembicara untuk merencanakan, menyusun, dan
mengatur kata-kata atau pesan yang akan
disampaikan secara lisan
 Teman sejawat (Yohana Tanak, S.Pd.)
Tujuan dari teks pidato adalah untuk
mempengaruhi, menginspirasi, menyampaikan
informasi, atau memberikan pemahaman
mendalam tentang suatu topik tertentu kepada
audiens.
 Pakar (Syam, 2006: 7)
Pidato adalah teknik pemakaian kata-kata atau
bahasa secara efektif yang berarti
keterampilanataukemahiran dalam memilih kata
yang dapat mempengaruhi komunikan tersebut
12 Kurangnya komunikasi 1. Sumber Kajian Literatur Berdasarkan hasil kajian literatur dan wawancara dapat
orang tua dengan guru a. Jurnal ilmiah tentang komunikasi orangtua dan disimpulkan bahwa penyebab kurangnya komunikasi
terkait materi teks cerita guru orangtua dan guru adalah:
pendek (KD 3.5 dan 4.5)  Ike Junita Triwardhani, Wulan Trigartanti, Indri  Kesibukan orang tua:
Rachmawati, Raditya Pratama Putra, Jurnal  Kurangnya kesempatan atau waktu
Kajian Komunikasi  Ketidakpastian dalam keterbukaan dari pihak
https:// jurnal.unpad.ac.id sekolah
Membangun kegiatan belajar mengajar yang  Kurangnya pengetahuan tentang pentingnya
efektif di sekolah memerlukan peran guru, anak komunikasi
dan juga orang tua. Komunikasi yang efektif  Ketidakmampuan bahasa atau budaya
dapat menjamin berlangsungnya interaksi antara  Kesalahpahaman atau ketakutan
guru, siswa, dan orang tua secara optimal.  Kurangnya saluran komunikasi yang efektif
 I Ketut Ngurah Ardiawan & I Gede Teguh
Heriawan, Jurnal Komunikasi
https:// journal.ekadanta.org
Sebagai orang tua, wajib mengetahui proses
pembelajaran yang diberikan oleh guru dan
apakah anaknya sudah melaksanakan
pembelajaran tersebut dengan baik. Guru pun
dapat menanyakan langsung kepada orang tua
terkait pembelajaran yang telah dilakukan. Hal
ini dimaksudkan untuk mendapatkan penilaian
terkait kekurangan dan kelebihan pembelajaran
yang dilaksanakan. Dengan adanya komunikasi
dari orang tua, pembelajaran bisa bersinergi dan
menjadi daya dukung minat belajar anak.
 Megawati & Fakhri Kahar, UNM Online Journal
System
https:/ ojs.unm.ac.id
Apabila komunikasi orang tua dengan guru baik
kualiats pembelajaran juga baik tapi apabila
sebaliknya komunikasi orang tua dengan guru
tidak berjalan dengan baik maka berpengaruh
tidak baik juga pada kualitas pembelajaran
b. Pengertian komunikasi guru dan orangtua siswa
menurut para pakar:
 Joyce L. Epstein: Seorang ahli dalam bidang
pendidikan keluarga, Epstein menggarisbawahi
pentingnya "model kemitraan sekolah-keluarga-
masyarakat" (School-Family-Community
Partnerships) di mana komunikasi terbuka dan
kolaboratif antara guru dan orangtua sangat
diperlukan. Dia menekankan bahwa kerjasama
ini mendukung prestasi akademis siswa,
mengembangkan lingkungan belajar yang
positif, dan membantu pembentukan
keterampilan sosial siswa.
 Anne T. Henderson dan Nancy Berla:
Henderson dan Berla menyoroti pentingnya
hubungan antara rumah dan sekolah sebagai
faktor penting dalam pendidikan anak. Mereka
menekankan bahwa komunikasi yang terbuka
antara guru dan orangtua membantu dalam
menciptakan lingkungan yang mendukung
perkembangan siswa secara holistik.
 Karen L. Mapp: Mapp menekankan pentingnya
kerjasama antara rumah dan sekolah dalam
memastikan kesuksesan siswa. Dia menyatakan
bahwa komunikasi yang efektif antara guru dan
orangtua merupakan fondasi untuk kemitraan
yang saling mendukung dalam mendukung
perkembangan siswa.

2. Hasil Wawancara
 Kepala Sekolah (Stientje Betrise Kawahe, S.Pd.,
M.Pd.)
Orang tua sering kali sibuk dengan pekerjaan,
tanggung jawab rumah tangga, atau hal lain
yang membuat mereka memiliki sedikit waktu
luang untuk berkomunikasi dengan guru.
 Pengawas Sekolah (Elvin Elnar Tawurisi,
S.Pd.,M.M)
Terkadang, orang tua tidak memiliki
kesempatan atau waktu yang cukup untuk
berbicara dengan guru karena jadwal yang padat
atau keterbatasan waktu dalam pertemuan-
pertemuan sekolah.
 Teman Seprofesi (Mika Tambayong, S.Pd)
Beberapa orang tua mungkin merasa tidak
nyaman atau tidak diundang untuk
berkomunikasi dengan guru atau sekolah.
Kurangnya kejelasan atau keterbukaan dari
sekolah bisa menjadi penghambat
 Teman Sejawat (Yohana Taruk, S.Pd)
Beberapa orang tua mungkin tidak menyadari
sejauh mana komunikasi yang baik dengan guru
dapat mempengaruhi perkembangan pendidikan
anak mereka. Mereka mungkin kurang
teredukasi tentang pentingnya keterlibatan orang
tua dalam pendidikan anak.
 Pakar (Dr. Anne T. Henderso, 1998)
Ahli dalam bidang keterlibatan keluarga,
Henderson menyoroti bahwa komunikasi yang
efektif antara guru dan orangtua bukan hanya
tentang masalah akademis, tetapi juga
melibatkan membangun hubungan yang
mendukung dan saling percaya untuk
mendukung perkembangan siswa secara
menyeluruh.

Teks Cerita Pendek


1. Sumber kajian Literatur
 Edgar Allan Poe (1809–1849)
Cerita pendek harus memiliki "kesatuan efek" di
mana setiap elemen dalam cerita, termasuk plot,
karakter, tema, dan suasana, bekerja bersama
untuk menciptakan efek yang mendalam pada
pembaca.
 Anton Chekhov (1860–1904)
Cerita pendek harus merefleksikan kehidupan
sehari-hari dan dapat menyuguhkan momen-
momen keseharian yang memiliki kekuatan
emosional.
 Ernest Hemingway (1899–1961)
Cerita pendek adalah karya yang menghadirkan
"iceberg theory", di mana sebagian besar
informasi atau makna tersembunyi di balik kata-
kata yang diperlihatkan.

2. Hasil Wawancara
 Kepala Sekolah (Stientje Betrise Kawahe,S.Pd,
M.Pd.
Cerita pendek adalah bentuk sastra naratif yang
singkat, biasanya berkisar antara beberapa
halaman hingga beberapa puluh halaman, yang
mencakup pengantar, konflik, plot, karakter, dan
penyelesaian yang sering kali memiliki pesan
atau moral tertentu
 Pengawas (Elvin Elnar Tawurisi, S.Pd M.M
Cerita pendek memiliki cakupan yang lebih
terbatas dibandingkan dengan novel, tetapi
sering kali memiliki dampak emosional atau
intelektual yang kuat pada pembaca dalam ruang
yang lebih pendek
 Teman sejawat (Yohana Tanak, S.Pd.)
Cerita pendek biasanya memiliki panjang yang
terbatas, tetapi dalam ruang yang terbatas itu
dapat menyampaikan ide atau emosi yang kuat.
 Pakar (Alice Munro, 1920-2021)
Seorang penulis cerita pendek Kanada yang
dianugerahi Nobel Sastra, Munro menekankan
pada kedalaman karakter dan kemampuan cerita
pendek dalam mengeksplorasi kehidupan
manusia dan kompleksitas hubungan antar
manusia dalam ruang yang terbatas.
13 Minimnya hasil belajar 1. Sumber Kajian Literatur Berdasarkan hasil kajian literatur dan wawancara dapat
dan prestasi siswa pada a. Jurnal ilmiah tentang hasil belajar dan prestasi disimpulkan bahwa penyebab minimnya hasil belajar dan
materi teks tanggapan siswa prestasi siswa adalah:
(KD 3.7 dan 4.7)  Anny Sulastri, Sugiyono, Endang Uliyanti,  Kurangnya motivasi
Jurnal Untan  Kurangnya dukungan orang tua
https:// jurnal.untan.ac.id  Metode pengajaran yang tidak efektif
Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor  Kurangnya sumber daya pendidikan
dari dalam individu siswa berupa kemampuan  Keterbatasan keterampilan guru
personal (internal) dan faktor dari luar diri siswa  Perbedaan individu dalam kemampuan belajar
yakni lingkungan  Faktor lingkungan dan sosial
 Dirgantara Wicaksono1), Iswan, Jurnal
Holistika
https:// jurnal.umj.ac.id
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan
yang diperoleh peserta didik dari kegiatan
proses belajarnya atau latihan-latihan yang
ditunjukkan oleh adanya perubahan tingkah laku
sebagai hasil dari pengalaman belajarnya. Hasil
belajar dalam konteks ini adalah tingkat
penguasaan yang dicapai oleh peserta didik
dalam mengikuti kegiatan belajar - pembelajaran
sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan
 Widodo, Lusi Widayanti, Jurnal UGM
https:/ jurnal.ugm.ac.id
Hasil belajar siswa rendah disebabkan
kurangnya partisipasi aktif dan keterlibatan
siswa selama proses pembelajaran. Guru perlu
menerapkan metode pembelajaran yang dapat
mendorong keterlibatan siswa dalam
pembelajaran
 Fitriyana Mawarni, Yessi Fitriani, Jurnal
Pembelajaran Bahasa Dan Sastra Indonesia
https:/ jurnal.univpgri-palembang.ac.id
Untuk memperoleh prestasi belajar yang tinggi,
ketiga komponen belajar(peserta didik, pendidik
dan sumber belajar) harus sinergis dalam proses
pembelajaran. Masih rendahnya prestasi belajar
siswa, disinyalir karena belum sinergisnya
ketiga kompenen tersebut
 Yuliana Nelisma, Aydha Fifif Sasnita, Irman,
Silvianetri, Hariah Susanti, Jurnal Konseling
Gusjigan
https:/ jurnal.umk.ac.id
Rendahnya prestasi belajar disebabkan oleh
tidak adanya perhatian siswa selama
pembelajaran karena siswa yang mengajukan
pertanyaan sangat kurang, seperti halnya ketika
guru bertanya kepada siswa, sehingga kritik
tidak terjadi sama sekali
 Lutfi Gusmawati, Sitti Aisyah, Siti Ummu
Habibah, Jurnal UMT
https:/ jurnal.umt.ac.id
Prestasi belajar mempunyai hubungan erat
dengan kegiatan belajar, banyak faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar baik yang berasal
dari dalam individu itu sendiri maupun faktor
yang berasal dari luar individu. Faktor-faktor
yang mempengaruhi belajar menjadi 2 macam,
yaitu : 1) faktor internal, yang meliputi keadaan
jasmani dan rohani siswa. 2) faktor eksternal
yang merupakan kondisi lingkungan di sekitar
siswa. 3) faktor pendekatan belajar yang
merupakan jenis upaya belajar siswa yang
meliputi strategi dan metode yang digunakan
siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari
materi-materi pelajaran.
b. Pengertian hasil belajar dan prestasi siswa
menurut para pakar:
 Menurut Merrill Harmin, hasil belajar adalah
"perubahan yang terjadi pada individu yang
dapat diatribusikan kepada pengalaman
belajarnya."
 M. David Merrill mendefinisikan hasil belajar
sebagai "perubahan yang terukur dalam
pengetahuan, keterampilan, sikap, atau
kepercayaan siswa sebagai hasil dari proses
pendidikan."
 John Biggs dan Kevin Collis menggambarkan
hasil belajar sebagai "tingkat pencapaian siswa
dalam menguasai materi pelajaran yang diukur
dalam aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik."
 John Hattie: Hattie mengartikan prestasi siswa
sebagai "hasil belajar yang terlihat atau terukur
yang diperoleh siswa dalam konteks pendidikan
atau lingkungan belajar tertentu." Ia
menekankan bahwa prestasi siswa dapat diamati
atau diukur dalam berbagai konteks pendidikan.
 Robert J. Marzano: Menurut Marzano, prestasi
siswa adalah "tingkat kemampuan siswa untuk
memahami, menerapkan, dan mengingat konsep
atau keterampilan yang telah dipelajari." Ia
menyoroti bahwa prestasi siswa tidak hanya
terbatas pada penguasaan konsep, tetapi juga
pada kemampuan siswa untuk menerapkannya.
 Herman J. Waluyo: Waluyo mendefinisikan
prestasi siswa sebagai "hasil yang dihasilkan
oleh siswa sebagai respons terhadap stimulus
atau rangsangan yang diberikan guru dalam
bentuk penguasaan kognitif, afektif, dan
psikomotorik yang diwujudkan dalam bentuk
tes, nilai, dan sebagainya."

2. Hasil Wawancara
 Kepala Sekolah (Stientje Betrise Kawahe, S.Pd.,
M.Pd.)
Minimnya motivasi siswa terhadap
pembelajaran atau kurangnya minat terhadap
materi yang diajarkan dapat menghambat hasil
belajar. Motivasi yang rendah bisa disebabkan
oleh berbagai faktor seperti kurangnya relevansi
materi, kurangnya dukungan dari lingkungan,
atau masalah pribadi.
 Pengawas Sekolah (Elvin Elnar Tawurisi,
S.Pd.,M.M)
Kurangnya dukungan atau keterlibatan orang tua
dalam proses belajar anak juga dapat
mempengaruhi prestasi siswa. Ketika orang tua
kurang terlibat atau tidak mendukung proses
belajar anak, siswa mungkin memiliki kesulitan
dalam mencapai potensi penuhnya..
 Teman Seprofesi (Mika Tambayong, S.Pd)
Metode pengajaran yang tidak sesuai dengan
gaya belajar siswa atau tidak menarik bisa
menjadi penyebab minimnya hasil belajar.
Pendekatan yang monoton atau kurangnya
variasi dalam pengajaran bisa membuat siswa
kehilangan minat atau kesulitan dalam
memahami materi.
 Teman Sejawat (Yohana Taruk, S.Pd)
Memahami faktor-faktor yang berkontribusi
pada minimnya hasil belajar dan prestasi siswa
penting untuk menemukan solusi yang tepat
guna meningkatkan pencapaian mereka. Upaya
kolaboratif antara sekolah, orang tua, dan siswa
sendiri untuk mengidentifikasi dan mengatasi
faktor-faktor ini dapat membantu meningkatkan
hasil belajar dan prestasi siswa
 Pakar (Rianto, 2005:53)
Motivasi adalah sesuatu yang menggerakkan
seseorang atau kelompok orang untuk
melakukan atau tidak melakukan sesuatu.

Teks Tanggapan
1. Sumber kajian Literatur
 Sujanto (2004)
Tanggapan merupakan suatu gambaran
pengamatan yang berasal dari kesadaran seorang
manusia ketika telah melakukan pengamatan.
 Sri Samiati Tarjana (2023)
Teks tanggapan adalah proses pembayangan,
menyerupai benda yang diamati
 N. Tatat Hartati (2022)
Teks tanggapan merupakan teks yang isinya
sambutan terhadap ucapan (kritik, komentar, dan
sebagainya) dan hal yang diterima oleh
pancaindra dan bayangan dalam angan-angan.

2. Hasil Wawancara
 Kepala Sekolah (Stientje Betrise Kawahe,S.Pd,
M.Pd.
Teks tanggapan adalah jenis tulisan yang
merespons atau memberikan tanggapan terhadap
suatu karya, gagasan, atau peristiwa tertentu
 Pengawas (Elvin Elnar Tawurisi, S.Pd M.M
Teks tanggapan sebagai alat untuk merespons,
merenungkan, dan mengevaluasi suatu karya
atau gagasan, sambil menunjukkan pemahaman
yang mendalam dan pemikiran kritis terhadap
materi yang ditanggapi
 Teman sejawat (Yohana Tanak, S.Pd.)
teks tanggapan dapat disusun dengan struktur
yang jelas, dimulai dari pernyataan pendapat
atau argumentasi, dilanjutkan dengan alasan
yang kuat, dan diakhiri dengan kesimpulan yang
memadai
 Pakar (Prof. Dr. James Paul Gee)
Seorang ahli linguistik dan pendidikan, Gee
mungkin menekankan pentingnya analisis kritis
dalam teks tanggapan. Mungkin ia
menggarisbawahi pentingnya refleksi mendalam
dan pemahaman terhadap materi yang
ditanggapi sebelum menyusun tanggapan.
14 Guru kesulitan membagi 1. Sumber Kajian Literatur Berdasarkan hasil kajian literatur dan wawancara dapat
waktu untuk membimbing a. Jurnal ilmiah tentang guru kesulitan membagi disimpulkan bahwa penyebab guru kesulitan membagi
siswa dalam materi teks waktu untuk membimbing siswa waktu untuk membimbing siswa adalah:
diskusi (KD 3.9 dan 4.9)  Eka Aryista Putra, Jurnal Ilmiah Magister  Beban Kerja yang Berat
Pendidikan Dasar  Kelas yang Besar
https:// ejournal.unib.ac.id  Keterbatasan Waktu dalam Jadwal Pelajaran
Seorang guru yang terampil dalam manajemen  Beragamnya Tingkat Kemampuan Siswa
waktu akan mampu menerapkan keterampilan  Tuntutan Kurikulum yang Ketat
mengelola kelas dengan baik yang akan dapat  Keterbatasan Sumber Daya
mendorong siswa dalam mengembangkan
tanggung jawab
 Rofiqah Al Munawwarah, Jamal Bahri, Rumah
Jurnal UIN Alauddin Makassar
https:// journal.uin-alauddin. ac.id
Kenyataan yang dialami sehari-hari oleh guru
dihadapkan dengan berbagai masalah, baik
dalam kehidupan keluarga maupun sebagai
anggota masyarakat. Manajemen waktu yang
tidak baik misalnya waktu guru banyak
dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya karena gaji yang rendah memaksa
guru harus bekerja rangkap atau berwiraswasta
sambilan. Akibatnya guru-guru kehabisan waktu
dan tenaga untuk mempersiapkan diri,
meningkatkan motivasi mengajar dan tidak
sempat mengembangkan diri, bahkan
perhatiannya terhadap pendidikan pun menjadi
semakin menurun
 Novan Badrusalam, Jurnal Ilmiah Pendidikan
Citra Bakti
https:/ jurnalilmiahcitrabakti.ac.id
Indikator masih rendahnya kompetensi
profesional dalam pelaksanaan pembelajaran
adalah bahwa guru tidak melakukan
manajemen waktu yang baik, akibatnya
motivasi kerja cenderung menurun, selain itu
pun dampak langsung yang terjadi pada
kegiatan berkaitan langsung dengan tugas
utamanya sebagai guru
b. Pengertian guru kesulitan membagi waktu untuk
membimbing siswa menurut para pakar:
 Dr. Heidi Grant Halvorson: Seorang psikolog
sosial yang menggarisbawahi pentingnya
manajemen waktu, Halvorson menyatakan
bahwa manajemen waktu adalah "kemampuan
untuk mengontrol bagaimana seseorang
menggunakan waktunya serta untuk
merencanakan dan menyelesaikan tugas dengan
efisien."
 Laura Vanderkam: Penulis dan pakar
produktivitas yang mengkhususkan diri dalam
manajemen waktu dan produktivitas,
Vanderkam mendefinisikan manajemen waktu
sebagai "pemilihan tindakan yang terbaik dalam
setiap saat berdasarkan pada prioritas dan nilai-
nilai individu."
 Stephen R. Covey: Penulis buku "The 7 Habits
of Highly Effective People" menyebutkan
bahwa manajemen waktu melibatkan "memilih
apa yang harus dilakukan terlebih dahulu dan
mengalokasikan waktu untuk itu dalam
menghadapi berbagai tugas."

2. Hasil Wawancara
 Kepala Sekolah (Stientje Betrise Kawahe, S.Pd.,
M.Pd.)
Guru sering memiliki banyak tanggung jawab,
termasuk mengajar beberapa mata pelajaran,
mempersiapkan kurikulum, menilai tugas siswa,
serta mengikuti rapat dan kegiatan sekolah
lainnya. Hal ini bisa membuat mereka kesulitan
untuk menyisihkan waktu secara cukup untuk
membimbing setiap siswa secara individual.
 Pengawas Sekolah (Elvin Elnar Tawurisi,
S.Pd.,M.M)
Jumlah siswa yang banyak dalam satu kelas
dapat menjadi hambatan bagi guru untuk
memberikan perhatian individu kepada setiap
siswa. Dalam kelas yang besar, guru mungkin
kesulitan membagi waktu yang cukup untuk
memberikan bimbingan individu kepada setiap
siswa.
 Teman Seprofesi (Mika Tambayong, S.Pd)
Siswa memiliki tingkat kemampuan yang
berbeda-beda. Guru mungkin memerlukan
waktu tambahan untuk memberikan bimbingan
kepada siswa yang membutuhkan perhatian
ekstra atau penyesuaian dalam pembelajaran
mereka. Menyesuaikan pengajaran dengan
beragam tingkat kemampuan siswa
membutuhkan waktu tambahan.
 Teman Sejawat (Yohana Taruk, S.Pd)
Beberapa kurikulum memiliki tuntutan yang
ketat terkait dengan materi yang harus dipelajari
dalam waktu tertentu. Hal ini bisa menyebabkan
guru merasa terpaksa untuk fokus pada
kurikulum yang ketat, sehingga kesulitan
membagi waktu untuk bimbingan individual
kepada siswa.
 Pakar (Dr. Todd Whitaker)
Seorang pakar dalam bidang kepemimpinan
sekolah, Whitaker menyoroti pentingnya
prioritas. Ia menekankan bahwa guru harus
fokus pada tugas-tugas yang paling penting dan
memberikan dampak terbesar pada pembelajaran
siswa.

Teks Diskusi
1. Sumber kajian Literatur
 Tim Kemdikbud (2007)
Teks diskusi adalah teks yang menyajikan
pendapat, sudut pandang, atau perspektif yang
berbeda terhadap suatu permasalahan.
 Mulyadi (2015)
Teks diskusi adalah teks yang berisi paparan
suatu permasalahan, perbedaan pendapat yang
terjadi, serta penyelesaian yang merupakan jalan
keluar dari perbedaan pendapat yang ada dalam
teks tersebut.
 Priyatni, dkk.(2014)
Teks diskusi adalah teks yang membicarakan
atau membahas suatu topik dari berbagai aspek
untuk memberikan sudut pandang, wawasan,
cakrawala yang berbeda dan lebih luas.

2. Hasil Wawancara
 Kepala Sekolah (Stientje Betrise Kawahe,S.Pd,
M.Pd.
Teks diskusi adalah jenis tulisan yang bertujuan
untuk menguraikan, membahas, atau
menganalisis suatu topik secara rinci
 Pengawas (Elvin Elnar Tawurisi, S.Pd M.M
Teks diskusi melibatkan pemikiran kritis,
analisis, serta penyajian argumen pro dan kontra
terhadap suatu isu
 Teman sejawat (Yohana Tanak, S.Pd.)
Teks diskusi bertujuan untuk merangsang
pemikiran kritis, mempresentasikan sudut
pandang yang berbeda, dan menyajikan argumen
yang kuat yang mendukung suatu posisi atau
pandangan.
 Pakar (Rohimah, 2014:107)
Teks diskusi merupakan teks yang berisi
paparan tentang suatu masalah yang layak untuk
didiskusikan.

Anda mungkin juga menyukai