2 PUSKESMAS AMBULU
(12 esember 2016-24 Desember 2016)
34
Hemoglobin, jumlah leukosit, laju endap darah, hitung jenis, Jumlah trombosit,
PCV/hematokrit, jumlah eritrosit, golongan darah, dan tes malaria
b. Tes Widal
Salmonella thypi O, Salmonella thypi H, Salmonella P.AH, Salmonella P.BH
c. Tes Urin
pH, berat jenis, warna, albumin, redusi, urobilin, bilirubin dan sedimen urin
(eritrosit, leukosit, cast/silinder, kristal dll)
d. Tes Klinik darah
Gula darah sewaktu, gula darah puasa, gula darah 2 jam PP, asam urat dan
kolesterol.
e. Tes BTA
Pemeriksaan di laboratorium meliputi pemeriksaan spesimen untuk membantu
dokter dalam menegakkan diagnosis setelah dilakukan pemeriksaan klinis.
35
tindakan medis, kasus kegawatdaruratan, kasus yang mengancam jiwa, kasus yang
memerlukan tindakan lanjutan; misalnya untuk pasien typhoid yang berobat di
BP.umum dirujuk ke UGD karena pasien perlu di infus. Kasus yang terbanyak
pada bagian UGD ini yaitu KLL (kecelakaan lalu lintas). Sedangkan, di UGD juga
dapat menangani kasus musiman seperti pada saat ini, pasien sering datang
dengan keluhan diare dan demam. Dokter yang bertanggung jawab di bagian ini
adalah dr. Swinasis. Pasien yang memerlukan rujukan ke rumah sakit atau pasien
dengan trauma yang memerlukan tindakan pembedahan sederhana harus
sepengetahuan dr. Swinasis. Peralatan medis yang tersedia di bagian UGD
puskesmas Ambulu diantaranya: emergency kit, heating set, peralatan kedarutan
(suction,oxygen), peralatan shock anafilaktik dll.
36
kesakitan untuk penyakit metabolic sehingga perlu di bentuk tim yang dapat
memberikan pengetahuan dan sekaligus mengajak untuk bergaya hidup
berolahraga demi penanganan preventif untuk penyakit metabolik.
37
I. Orientasi Imunisasi Puskesmas Ambulu (Kamis, 15 Desember 2016)
Orientasi di bagian ini dibimbing oleh ibu Sri Pangestutik, selaku petugas
kesehatan. Penyakit pada anak seringkali dapat dicegah dengan imunisasi. Untuk
itu pemerintah mengadakan program LIL (Lima Imunisasi dasar Lengkap), yang
terdiri atas DPT, Polio, BCG, Campak, dan HB0. Imunisasi rutin dilakukan di
posyandu. Imunisasi diberikan pada anak usia 0 – 5 tahun. Pelayanan imunisasi
dijadwalkan setiap hari Jumat. Pelayanan imunisasi yang diberikan antara lain:
a. Hepatitis B : usia bayi kurang dari 7 hari
b. Polio : usia 1 bulan
c. DPT : usia 2 – 4 bulan
d. Campak : usia 5 bulan
e. BCG : usia 1 bulan
Program imunisasi lain yang dilaksanakan adalah imunisasi yang
dilakukan di sekolah yang sasarannya adalah siswa SD kelas I, II, dan III. Vaksin
yang diberikan adalah campak, tetanus, dan dipteri. Kegiatan ini dilaksanakan
pada tiap sekolah dalam durasi 1 tahun sekali. Pemberian vaksin pada ibu hamil
berupa TT (tetanus) sampai T5. Pemberian antara rentang pertama dan
selanjutnya minimal 28 hari. Usia minimal 1 bulan harus sudah lengkap
pemberian vaksinnya. Permintaan bahan dan alat imunisasi kepada dinkes dengan
mengisi formulir permintaan vaksin yang didasarkan pada jumlah sasaran yang
ditentukan dari dinas kesehatan. Target imunisasi ditentukan dari dinas kesehatan
sesuai dengan proyeksi. Apabila kegiatan imunisasi pada suatu waktu tidak
mencapai target, upaya yang dilakukan antara lain kerjasama lintas sector dan
kerjasama lintas program.
38
selanjutnya didistribusikan ke apotek maupun UGD tiap 1 minggu sekali. Begitu
juga obat narkotika, hanya saja pengadaan dan penyimpanannya harus dengan
pengawasan ketat. Untuk distribusinya harus benar-benar diberikan oleh dokter
dan hanya kepala bagian yang dapat mengakses obat tersebut. Selain itu
pengeluarannya harus dilaporkan ke dinas kesehatan sehingga selalu di bawah
pengawasan dinkes Jember. Pelaporan obat setiap bulan menggunakan sistem
LPLPO (Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat). Apotik Puskesmas
Ambulu bertanggung jawab dalam:
a. Menyimpan, memelihara dan mencatat mutasi obat dan perbekalan kesehatan
yang dikeluarkan maupun yang diterima oleh kamar obat Puskesmas dalam
bentuk buku catatanmutasi obat
b. Membuat laporan pemakaian dan permintaan obat dan perbekalan kesehatan
c. Menyerahkan kembali obat rusak/kadaluwarsa kepada petugas gudang obat
d. Menyerahkan obat sesuai resep ke pasien
e. Memberikan informasi tentang pemakaian dan penyimpanan obat kepada
pasien
Sedangkan Gudang Obat bertanggung jawab dalam:
a. Penerimaan obat dan perbekalan kesehatan dari dinas kesehatan kabupaten/kota
b. Pemeriksaan kelengkapan obat dan perbekalan kesehatan
c. Penyimpanan dan pengaturan obat dan perbekalan kesehatan
d. Pendistribusian obat dan perbekalan kesehatan untuk sub unit pelayanan
e. Pengendalian penggunaan persediaan
f. Pencatatan dan pelaporan
g. Menjaga mutu dan keamanan obat dan perbekalan kesehatan
h. Penyusunan persediaan obat dan perbekalan kesehatan
i. Permintaan obat dan perbekalan kesehatan ke dinas kesehatan kabupaten/kota
39
sarana, tenaga kesehatan, dan upaya pelayanan kesehatan.Selain data puskesmas
ambulu, SP2TP juga menyimpan data dari Polindes dan Ponkesdes yang masuk ke
peta wilayah kerja puskesmas ambulu.Semua laporan beberapa bagian
dikumpulkan baru kemudian dilaporkan ke Dinas Kesehatan maksimal tanggal 10.
Adapun beberapa jenis laporan yang di buat oleh puskesmas antara lain :
1. Laporan Mingguan
W1 (Laporan KLB)
Laporan W1 merupakan laporan KLB yang dilaporkan kurang dari 24 jam.
W2 (Laporan KLB)
Laporan W2 merupakan laporan KLB yang dilaporkan mingguan.
2. Laporan Bulanan
Format LB.1 (Data Kesakitan)
Format LB.2 (Data Kematian)
Format LB.3 (Data Operasional) Gizi, Imunisasi, dan KIA
Format LB.4 (Data Manajemen Obat)
Laporan ini dilaporkan sebelum tanggal 10 bulan berikutnya.
3. Laporan Tahunan
Format LT.1 (Data dasar dan Fasilitas)
Format LT.2 (Data Kepegawaian)
Format LT.3 (Data Inventaris)
Laporan ini dibuat paling lambat tanggal 10 Januari tahun berikutnya dan
dilakukan satu kali saja.
40
Nomor 932/Menkes/SK/VIII/2002 tentang petunjuk pelaksanaan pengembangan
sistem laporan informasi kesehatan kabupaten/kota.Kebutuhan akan data dan
informasi disediakan melalui penyelenggaraan Sistem Informasi Kesehatan, yaitu
dengan cara pengumpulan, pengolahan, analisis data serta penyajian informasi.
Saat ini Sistem Informasi Kesehatan (SIK) masih terhambat serta belum
mampu menyediakan data dan informasi yang akurat, sehingga SIK masih belum
menjadi alat pengelolaan pembangunan kesehatan yang efektif. Perkembangan
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang pesat memberikan kemudahan
dalam pengguatan dan pengembangan Sistem Informasi Kesehatan. Saat ini sudah
ada kebutuhan-kebutuhan untuk memanfaatan TIK dalam SIK (eHealth) agar
dapat meningkatkan pengelolaan dan penyelenggaraan pembangunan kesehatan
41
Meningkatkan ketrampilan petugas kesehatan dalam tatalaksana balita sakit
(petugas kesehatan non-dokter yang telah terlatih MTBS dapat memeriksa dan
menangani pasien balita)
Memperbaiki sistem kesehatan (banyak program kesehatan terintegrasi
didalam pendekatan MTBS)
Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan di rumah dan
upaya pencarian pertolongan balita sakit (berdampak meningkatkan
pemberdayaan masyarakat dalam pelayanan kesehatan)
42
4. Penyediaan sarana dan prasarana
5. Pengendalian keamanan pangan Agar keluarga dan lingkungan sehat diperlukan
5 pilar STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) yaitu :
a) Masalah pengendalian pembuangan feses manusian (meningkatkan
jamban)
b) Penyediaan dan pengelolaan air minum
c) Sarana cuci tangan pakai sabun
d) Pengelolaan sampah
e) Pengelolaan dan pengendalian limbah rumah tangga
43
Wahyu Utami selaku kepala perawat di poli umum. Bagian Indra memeriksa indra
manusia mata dan telinga. Kegiatan Program ini berupa penyuluhan, penjaringan
kasus-kasus penyakit mata dan telingan melalui pengobatan rawat jalan maupun
pada pelayanan KIA, KB dan Gizi, pemeriksaan dan tindakan medis, rujukan
kasus ke RSUD dan BKMM.
44
setiap hari selasa untuk periksa dan mendapatkan perawatan di poli ini. Untuk
penyakit lainnya seperti kusta juga sama, jika pasien cenderung malu untuk
datang ke puskesmas, maka sudah menjadi tanggung jawab petugas P2M untuk
datang ke rumah untuk memberikan motivasi dan perawatan sehingga diharapkan
dampak penularan penyakit dapat diminimalisir. P2M adalah pemberantasan
penyakit menular yang memiliki 3 program yaitu P2TB, P2 Kusta, dan Surveilans
epidemiologi. Upaya yang dilakukan meliputi :
1. Penyuluhan kelompok / individu
2. Promosi tentang rehabilitatif
3. Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
Kegiatan yang dilakukan di dalam gedung adalah pengobatan, sedangkan
kegiatan luar gedung meliputi penyuluhan, kerjasama lintas sektor, dan
melakukan pengamatan pada penyakit tertentu.Penyuluhan dilakukan 1 bulan
sekali di desa atau posyandu, petugas penyuluhan tidak hanya dilakukan oleh
petugas P2M tetapi bisa dilakukan oleh petugas medis lainnya. Sasarannya adalah
semua lapisan masyarakat mulai dari bumil, bayi, anakanak hingga lansia.
Penyakit yang paling sering dikeluhkan masyarakat meliputi :
1. Penyakit menular yang harian seperti ISPA, Diare, TP, Krusta
2. Penyakit menular yang musiman seperti DB, Malaria, MERS, SARS
Kendala pada bagian ini yaitu tidak semua kegiatan P2M tedapat alokasi
dana dan kurangnya sarana yang tersedia. Kurangnya sarana ini juga sangat
berpengaruh seperti kurang lengkapnya alat di bagian Laboratorium untuk
membantu dalam pembuatan hapusan darah.
45
dengan contoh kasus PEB dengan gejala mata berkunang, pandangan kabur,
pusing dan protein positif 4.
Puskesmas Ambulu memiliki 2 kamar bersalin, ruang kuret untuk pasien
yang mengalami keguguran, ruang rawat gabung (Ibu dan Bayi) untuk pasien
yang mengalami kasus perdarahan, serta ruang USG. Bagian ini memiliki 18
orang staf dan buka selama 24 jam tanpa hari libur. Petugas yang berjaga di
bagian poned di bagi dalam 3 shift per hari.
46
Kartu Rawat Jalan sesuai dengan identitas pasien untuk pasien yang
belum pernah berobat / berkunjung.
Pasien Askes / Masyarakat Miskin :
Petugas meminta pasien menunjukkan Kartu Askes /Jamkesmas. Petugas
mencatat nomor Kartu Askes / Jamkesmas, Petugas meminta tanda tangan
peserta Askes / Jamkesmas yang dilayani.
Petugas menyerahkan KRJ kepada pasien dan mempersilahkan menunggu
di ruang tunggu pelayanan yang dituju dan menyerahkan Status Rawat Jalan ke
Tujuan Pasien ( Poli Umum, KIA, Poli Gigi atau lainnya ) kemudian pasien
menunggu panggilan di ruang tunggu, menunggu panggilan petugas pelayanan
yang dituju.
Petugas Loket mengambil Status Rawat Jalan ke ruang periksa / pelayanan
masing-masing setelah selesai pelayanan dan administrasi di ruang periksa /
pelayanan bersangkutan. Petugas mencocokkan jumlah kunjungan dengan status
yang kembali. Petugas Loket menyimpan kembali Kartu Rawat Jalan ke Rak
Arsip sesuai dengan nomor index.
B. Penatalaksanaan Anak
Kecemasan adalah gejala yang tidak spesifik yang sering ditemukan dan
sering kali merupakan suatu emosi yang normal. Rasa cemas merupakan masalah
paling umum dan penting bagi seorang dokter gigi, maka dari itu sebaiknya
seorang dokter gigi sedini mungkin harus dapat memahami adanya rasa cemas
pada penderita anak-anak, sehingga memudahkan identifikasi pasien dengan
kecenderungan rasa cemas. Pendekatan dan cara menghadapi penderita anak-anak
sangat berpengaruh terhadap kelancaran dan keberhasilan rencana perawatan yang
akan dilakukan. Menghadapi seorang penderita anak-anak yang tidak kooperatif,
sering menyulitkan seorang dokter gigi dalam melakukan perawatan .
Istilah kecemasan dalam psikiatri muncul untuk merujuk suatu respons
mental dan fisik terhadap situasi yang menakutkan dan mengancam. Secara
mendasar lebih merupakan respons fisiologis daripada respons patologis terhadap
ancaman. Orang cemas tidaklah harus abnormal dalam berperilaku, bahkan
kecemasan merupakan respons yang sangat diperlukan. Penelitian yang
47
dilaporkan oleh dokter gigi mengatakan bahwa pasien anak dengan rasa cemas
sulit untuk diatur dan diberi perlakuan sehingga menjadi penting bagi seorang
dokter gigi untuk merawat anak dengan rasa cemas, karena rasa cemas merupakan
penyebab dari 75% kegagalan perawatan gigi rutin. Pada bidang kedokteran gigi
pencabutan tanpa penyuntikan (anestesi topikal) dan pencabutan dengan
penyuntikan (anestesi injeksi) serta pengeboran adalah keadaan yang paling
memicu rasa cemas. Perawatan pasien anak-anak dengan keadaan umum normal
dapat dimulai dengan pendekatan psikologis, seperti metode modeling, namun
untuk pasien anak dengan keadaan ambang rasa cemas yang tinggi, rasa takut
yang berlebihan serta ambang rasa sakit yang tinggi , maka untuk dapat
menangani pasien anak seperti ini, dapat dilakukan dengan sedasi inhalasi.
Teknik-teknik penatalaksanaan tingkah laku efektif yang dapat diterapkan
adalah sebagai berikut:
1. Pembentukan Tingkah Laku
Ahli psikologi mempergunakan istilah pembentukan tingkah laku
pasien kearah ideal. Bagian utama dari pembentukan tingkah laku adalah
mendefinisikan suatu langkah seri pada jalur menuju tingkah laku yang
diinginkan, kemudian maju langkah demi langkah ke tujuannya. Pada bidang
kedokteran gigi, dapat dikatakan bahwa tingkah laku ideal ditunjukkan oleh
pasien yang menjaga kebersihan mulutnya dengan sangat baik, melatih
pengaturan diet, dan santai serta kooperatif selama perawatan operatif.
Tindakan yang benar adalah merencanakan perawatan sedemikian sehingga
tingkah laku anak perlahan- lahan meningkat pada tingkat yang diinginkan.
Pendekatan bertahap dalam pembentukan tingkah laku ini dapat menunda
kemajuan perawatan, tetapi bila kerja sama yang penuh dari anak dapat
diperoleh, penundaan ini tentu lebih bermanfaat karena waktu yang dilewatkan
tersebut dapat dianggap sebagai investasi yang nyata.
2. Ceritakan-Tunjukkan- Lakukan (Tell- Show- Do)
Yang terutama pada TSD adalah menceritakan mengenai perawatan
yang akan dilakukan, memperlihatkan padanya beberapa bagian perawatan,
bagaimana itu akan dikerjakan, dan kemudian mengerjakannya. Teknik ini
digunakan secara rutin dalam memperkenalkan anak pada perawatan
48
profilaksis, yang selalu dipilih sebagai prosedur operatif pertama. Pada tahap
TSD perlu ditambahkan pujian karena tingkah laku yang baik selama
perawatan awal ini harus segera diberi penguatan dan juga selama perawatan
selanjutnya.
3. Penguatan
Penguatan dapat diartikan sebagai pengukuhan pola tingkah laku, yang
akan meningkatkan kemungkinan tingkah laku tersebut terjadi lagi dikemudian
hari. Ahli psikologi yang menganut teori social perkembangan anak percaya
bahwa tingkah laku anak merupakan pencerminan respon terhadap
penghargaan dan hukuman dari lingkungan, bentuk hadiah yang penting
(merupakan faktor motivasi yang sangat penting untuk perubahan tingkah laku)
adalah kasih sayang dan pengakuan yang diperoleh, pertama dari orang tuanya
dan kemudian dari sebayanya. Pengakuan ini diharapkan memperkuat tingkah
laku yang baik, jadi meningkatkan kemungkinan akan diulangi lagi pada
perawatan berikutnya, karena itu akan menjadi pola tingkah laku yang normal
bagi anak pada situasi yang demikian.
1. Desensitisasi
Desensitisasi adalah salah satu teknik yang paling sering digunakan
oleh ahli psikologi untuk melawan rasa takut. Teknik ini meliputi tiga tahapan :
pertama, melatih pasien untuk relaks; kedua membangun hirarki stimulus;
ketiga, memperkenalkan tiap stimulus dalam hirarki untuk membuat relaks
pasien, dimulai dengan stimulus yang paling sedikit menyebabkan rasa takut
dan maju pada tahap selanjutnya hanya bila pasien tidak takut lagi dengan
stimulus tersebut.
49
gigi di balai pengobatan gigi, usaha kesehatan gigi sekolah (UKGS), dan usaha
kesehatan gigi masyarakat (UKGM).
Pelayanan kesehatan gigi di puskesmas ditujukan kepada masyarakat atau
penderita yang berkunjung ke puskesmas.14 Tujuan umum upaya kesehatan gigi
dan mulut di puskesmas yaitu tercapainya derajat kesehatan gigi yang layak.
Tujuan khusus upaya kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas yaitu ;
1. Meningkatkan keadaan, sikap, dan perilaku masyarakat dalam kemampuan
pelihara diri (self care) di bidang kesehatan gigi dan mulut serta mencari
pengobatan sedini mungkin.
2. Menurunnya prevalensi penyakit gigi dan mulut yang banyak diderita
masyarakat (karies dan periodontitis) dengan upaya perlindungan atau
pencegahan tanpa mengabaikan upaya penyembuhan dan pemulihan terutama
pada kelompok masyarakat yang rawan.
3. Terhindarinya atau berkurangnya gangguan fungsi pengunyahan akibat
kerusakan gigi dan mulut.
Pelayanan medik gigi dasar yang diberikan di puskesmas adalah tumpatan
gigi tetap dan gigi sulung, perawatan saluran akar, pencabutan gigi tetap dan gigi
sulung, pengobatan, pembersihan karang gigi, tindakan bedah ringan seperti insisi
abses, dan operkulektomi.
Tugas dokter gigi di puskesmas yaitu melaksanakan pelayanan medik gigi
umum dan khusus merujuk, menerima rujukan kasus-kasus medik gigi dasar dan
kasus-kasus spesialistik, dan melaksanakan pelayanan baik asuhan sistematik
maupun asuhan masyarakat (bila tidak ada perawat gigi). Tugas perawat gigi di
puskesmas yaitu pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut meliputi pelayanan
asuhan sistematik (pada kelompok anak sekolah/UKGS, ibu hamil/menyusui, dan
anak pra sekolah dan pelayanan asuhan kesehatan masyarakat), dan melakukan
pelayanan medis gigi dasar berdasarkan pendelegasian dari dokter gigi.
Sarana dan prasarana untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan gigi
di puskesmas yaitu fasilitas ruangan, peralatan dan dokumen. Fasilitas ruangan
terdiri atas ruangan berventilasi, listrik, air yang mengalir. Peralatan terdiri atas
bahan dan alat pengobatan gigi, peralatan non medis berupa kursi, meja, lemari
peralatan. Dokumen terdiri atas dokumen inventaris alat dan catatan bahan habis
50
pakai. Secara umum sumber biaya kesehatan dapat dibedakan atas dua macam
yaitu seluruhnya bersumber dari anggaran pemerintah dan sebagian ditanggung
oleh masyarakat. Petugas pelaksana pengobatan gigi di setiap puskesmas minimal
terdiri atas satu dokter gigi dan satu perawat gigi.
UKGS merupakan suatu komponen dari UKS dan merupakan strategi
teknis pelayanan kesehatan gigi mulut bagi anak sekolah yang pelaksanaannya
disesuaikan dengan kebutuhan tumbuh kembang anak.16
1. Tujuan UKGS
Tujuan UKGS adalah:
1. Meningkatkan taraf kesehatan gigi anak sekolah dengan jalan mengadakan
usaha preventif dan promotif.
2. Mengusahakan timbulnya kesadaran dan keyakinan bahwa untuk
meningkatkan taraf kesehatan gigi perlu pemeliharaan kebersihan mulut
(oral hygiene).
3. Mengusahakan agar anak-anak sekolah dasar mau memelihara kebersihan
mulutnya di rumah (habit formation).
4. Meningkatkan taraf kesehatan gigi anak sekolah dasar dengan menjalankan
usaha kuratif apabila usaha preventif gagal melalui sistem selektif (selective
approach).
5. Meningkatkan kesadaran terhadap kesehatan gigi dengan suatu sistem
pembayaran yang bersifat pra upaya (pre-payment system).
2. Tahapan UKGS
Pelaksanaan UKGS dibagi dalam tiga tahap yaitu :16
1. Tahap I atau paket minimal UKGS.
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut bagi siswa yang belum terjangkau tenaga
dan fasilitas kesehatan gigi. Kegiatan berupa :
a. Pendidikan dan penyuluhan kesehatan gigi dilaksanakan oleh guru
penjaskes/guru Pembina UKS sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
b. Pencegahan penyakit gigi dan mulut bagi siswa SD/MI dengan
melaksanankan kegiatan sikat gigi masal minimal untuk kelas I, II dan III
dengan memakai pasta gigi yang mengandung fluor minimal 1 kali/bulan.
2. Tahap II atau paket standar UKGS
51
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut bagi siswa SD/MI yang sudah terjangkau
tenaga fasilitas kesehatan gigi namun sarananya masih terbatas.
Kegiatan berupa :
a. Pelatihan guru dan petugas kesehatan tentang pengetahuan kesehatan gigi
dan mulut secara terintegrasi.
b. Pendidikan dan penyuluhan kesehatan gigi dilaksanakan oleh guru
penjaskes/guru Pembina UKS sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
c. Pencegahan penyakit gigi dan mulut bagi siswa SD/MI dengan
melaksanankan kegiatan sikat gigi masal minimal untuk kelas I, II dan III
dengan memakai pasta gigi yang mengandung fluor minimal 1 kali/bulan.
d. Penjaringan kesehatan gigi dan mulut untuk kelas I diikuti dengan
pencabutan gigi sulung yang sudah waktunya tanggal.
e. Pengobatan darurat untuk menghilangkan rasa sakit.
f. Pelayanan medik gigi dasar atas permintaan.
g. Rujukan bagi yang memerlukan.
3. Tahap III atau paket optimal UKGS
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut bagi siswa yang sudah terjangkau tenaga
dan fasilitas kesehatan gigi yang sudah memadai , dipakai sistem inkrimental
dengan pemeriksaan ulang setiap dua tahun untuk gigi tetap. Kegiatan berupa :
a. Pelatihan guru dan petugas kesehatan tentang pengetahuan kesehatan gigi
dan mulut secara terintegrasi.
b. Pendidikan dan penyuluhan kesehatan gigi dilaksanakan oleh guru
penjaskes/guru Pembina UKS sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
c. Pencegahan penyakit gigi dan mulut bagi siswa SD/MI dengan
melaksanankan kegiatan sikat gigi masal minimal untuk kelas I, II dan III
dengan memakai pasta gigi yang mengandung fluor minimal 1 kali per
bulan.
d. Penjaringan kesehatan gigi dan mulut untuk kelas I diikuti dengan
pencabutan gigi sulung yang sudah waktunya tanggal.
e. Pengobatan darurat untuk menghilangkan rasa sakit.
f. Pelayanan medik gigi dasar atas permintaan pada murid kelas I – VI(care of
demand).
52
g. Pelayanan medik gigi dasar pada kelas terpilih sesuai kebutuhan (treatment
need).
h. Rujukan bagi yang memerlukan.
Sarana dan prasarana diperlukan untuk mendukung pelaksanaan program
UKGS yang minimal dapat menunjang pelaksanaan UKGS yang secara bertahap
akan ditingkatkan sesuai dengan mutu pelayanan. Sarana dan prasarana tersebut
terdiri atas kartu status, bahan dan obat-obatan, alat peraga, dan transportasi.
Biaya pelaksanaannya dapat diperoleh dari pemerintah dan sumber lain yang tidak
mengikat berupa dana sehat. Dana sehat bersumber dari orang tua siswa, bantuan
sponsor dari perusahaan pasta gigi dan sikat gigi yang merupakan suatu promosi
produk perusahaan tersebut ke SD sasaran. Sumber pembiayaan dari masyarakat
ini dapat dilaksanakan dengan membuat perencanaan atau proposal tentang
promotif-preventif. UKGS dilaksanakan oleh tenaga kesehatan gigi, dokter kecil,
dan guru yang telah dilatih dalam bidang kesehatan gigi dan mulut. Guru bertugas
untuk membantu tenaga kesehatan, membina dokter kecil, latihan sikat gigi
massal, dan merujuk siswa. Dokter kecil yang dipilih akan bertugas membantu
dalam pelaksanaan sikat gigi massal, membantu guru, dan mendampingi murid
yang dirujuk ke puskesmas.
UKGM adalah suatu pendekatan edukatif yang bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan dan peran serta masyarakat dalam pemeliharaan
kesehatan gigi, dengan mengintegrasikan upaya promotif, preventif kesehatan gigi
pada berbagai upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat yang berlandaskan
pendekatan primary health care (posyandu, bina keluarga balita, polindes,
ponstren, dan taman kanak-kanak). Sasaran UKGM yaitu semua masyarakat yang
berpenghasilan rendah dan diutamakan bagi kelompok rentan penyakit gigi mulut
yaitu golongan balita, ibu hamil, dan ibu menyusui.
Tujuan UKGM yaitu meningkatkan kesadaran, kemauan, kemampuan, dan
peran serta masyarakat dalam pemeliharaan kesehatan gigi. Program UKGM di
posyandu, dilaksanakan oleh tenaga kesehatan gigi dari puskesmas dan kader.
Kader kesehatan masyarakat adalah laki-laki atau perempuan yang dipilih oleh
masyarakat dan dilatih menangani masalah-masalah kesehatan perseorangan
53
maupun masyarakat serta bekerja dalam hubungan yang amat dekat dengan
tempat-tempat pemberian pelayanan kesehatan.
Kegiatan UKGM yang dilaksanakan di posyandu yaitu pemeriksaan
kesehatan gigi, memebrikan penyuluhan tentang pemeliharaan kesehatan gigi dan
mulut, dan pelatihan kader. Kemampuan pendanaan dari pemerintah terbatas,
karenanya perlu dikembangkan pendanaan yang berasal dari masyarakat untuk
kepentingan pelayanan. Dana ini dapat berwujud dana sehat atau bentuk-bentuk
asuransi kesehatan lainnya yang merupakan bentuk swadaya masyarakat.
Posyandu dapat digolongkan menjadi empat tingkatan, yaitu :
1. Posyandu Pratama (warna merah)
Posyandu yang belum mantap, kegiatannya belum rutin tiap bulan dan kader
aktifnya masih terbatas. Intervensinya yaitu pelatihan kader ulang.
2. Posyandu Madya (warna kuning)
Posyandu ini sudah melakukan kegiatan lebih dari delapan kali per tahun,
dengan rata-rata jumlah kader 5 orang atau lebih. Intervensi posyandu ini yaitu
pelatihan kader dan penggarapan dengan pendekatan PKMD untuk
menentukan penyelesaian masalah dan program tambahan sesuai kebutuhan.
3. Posyandu Purnama (warna hijau)
Posyandu ini frekuensinya lebih dari delapan kali per tahun, dan sudah ada
program tambahan. Intervensi pada posyandu ini yaitu penggarapan dengan
pendekatan PKMD untuk mengarahkan masyarakat dalam menentukan
pengembangan program di posyandu dan pelatihan dana sehat.
4. Posyandu Mandiri (warna biru)
Posyandu ini sudah melakukan kegiatan secara teratur. Intervensi posyandu
madya yaitu pembinaan dana sehat yang diarahkan menggunakan prinsip
JPKM.
54
Kasus yang banyak dijumpai adalah karies gigi. Pada kegiatan UKGS
ini dilakukan beberapa kegiatan diantaranya adalah melakukan
penyuluhan tentang kesehatan gigi dan mulut (cara sikat gigi yang
benar, frekuensi sikat gigi yang benar setiap harinya, penyebab gigi
berlubang, dll) dan dilakukan pemeriksaan gigi dan mulut pada 20
Anak.
2. UKGS di TK Yos Sudarso
Kegiatan UKGS dilakukan tanggal 15 Desember 2016 di TK Yos
Sudarso yaitu pada kelas A dan B jumlah peserta sebanyak 48 Anak.
Kasus yang banyak dijumpai adalah karies gigi. Pada kegiatan UKGS
ini dilakukan beberapa kegiatan diantaranya adalah melakukan
penyuluhan tentang kesehatan gigi dan mulut (cara sikat gigi yang
benar, frekuensi sikat gigi yang benar setiap harinya, penyebab gigi
berlubang, dll) dan dilakukan pemeriksaan gigi dan mulut pada 48
Anak.
3. UKGS di SDN Ambulu IV
Kegiatan UKGS dilakukan tanggal 14 Desember 2016 di SDN Ambulu
IV yaitu pada kelas I jumlah peserta sebanyak 20 Anak. Kasus yang
banyak dijumpai adalah karies gigi. Pada kegiatan UKGS ini dilakukan
beberapa kegiatan diantaranya adalah melakukan penyuluhan tentang
kesehatan gigi dan mulut (cara sikat gigi yang benar, frekuensi sikat
gigi yang benar setiap harinya, penyebab gigi berlubang, dll) dan
dilakukan pemeriksaan gigi dan mulut pada 20 Anak.
B. Kegiatan UKGMD di Puskesmas Ambulu
1. UKGMD di Posyandu Nusa Indah 12
UKGMD diwilayah Ambulu dilaksanakan pada tanggal 13
Desember 2016 di Posyandu Nusa Indah 12 Ambulu dengan jumlah
peserta 20 orang yang terdiri dari 6 ibu hamil, 10 balita dan 4 warga
umum. Kegiatan yang dilakukan meliputi penyuluhan, konsultasi dan
pemeriksaan gigi dan mulut. Kendala yang didapatkan adalah masih
kurangnya kesadaran masyarakat untuk datang ke posyandu serta
adanya warga tidak mau membuka mulut. Dari hasil pemeriksaan
55
didapatkan kesimpulan masih banyaknya masyarakat yang menderita
penyakit gigi dan mulut seperti iritasi pulpa, hiperemi pulpa,
gangrene pulpa dan gangren radik serta gingivitis. Hal ini
dikarenakan karena kurangnya masyarakat mempunyai kesadaran
dalam menjaga kebersihan gigi dan mulut selain itu masyarakat
enggan memeriksakan diri ke puskesmas. Kegiatan UKGMD ini
bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan gigi dan mulut
masyarakat serta kesadaran untuk menjaga kesehatan dan kebersihan
gigi dan mulutnya.
2. UKGMD di Posyandu Nusa Indah 17
UKGMD diwilayah Ambulu dilaksanakan pada tanggal 19
Desember 2016 di Posyandu Nusa Indah 17 Ambulu dengan jumlah
peserta 28 orang yang terdiri dari 6 ibu hamil, 16 balita dan 6 warga
umum. Kegiatan yang dilakukan meliputi penyuluhan, konsultasi dan
pemeriksaan gigi dan mulut. Kendala yang didapatkan adalah masih
kurangnya kesadaran masyarakat untuk datang ke posyandu serta
adanya warga tidak mau membuka mulut. Dari hasil pemeriksaan
didapatkan kesimpulan masih banyaknya masyarakat yang menderita
penyakit gigi dan mulut seperti iritasi pulpa, hiperemi pulpa,
gangrene pulpa dan gangren radik serta gingivitis. Hal ini
dikarenakan karena kurangnya masyarakat mempunyai kesadaran
dalam menjaga kebersihan gigi dan mulut selain itu masyarakat
enggan memeriksakan diri ke puskesmas. Kegiatan UKGMD ini
bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan gigi dan mulut
masyarakat serta kesadaran untuk menjaga kesehatan dan kebersihan
gigi dan mulutnya.
3. UKGMD di Posyandu Nusa Indah 25 (Posyandu Lansia)
UKGMD diwilayah Ambulu dilaksanakan pada tanggal 20
Desember 2016 di Posyandu Nusa Indah 25 Ambulu dengan jumlah
peserta 23 orang yang warga umum lansia. Kegiatan yang dilakukan
meliputi penyuluhan, konsultasi dan pemeriksaan gigi dan mulut.
Kendala yang didapatkan adalah masih kurangnya kesadaran
56
masyarakat untuk datang ke posyandu serta adanya warga tidak mau
membuka mulut. Dari hasil pemeriksaan didapatkan kesimpulan
masih banyaknya masyarakat yang menderita penyakit gigi dan
mulut seperti iritasi pulpa, hiperemi pulpa, gangrene pulpa dan
gangren radik serta gingivitis. Hal ini dikarenakan karena kurangnya
masyarakat mempunyai kesadaran dalam menjaga kebersihan gigi
dan mulut selain itu masyarakat enggan memeriksakan diri ke
puskesmas. Kegiatan UKGMD ini bertujuan untuk meningkatkan
derajat kesehatan gigi dan mulut masyarakat serta kesadaran untuk
menjaga kesehatan dan kebersihan gigi dan mulutnysa.
57
Diagram 2.1. Data Kunjungan Pasien berdasarkan Jenis Kelamin
50
41
40 Series1
30
20
10
0
Laki-laki Perempuan
58
Tabel 2.2 Data Kunjungan Pasien di Puskesmas Ambulu berdasarkan Usia
Puskesmas Ambulu
No Kelompok Usia
N %
1 0-5 3 2,88%
2 5-11 54 51,92%
3 12-16 2 1,92%
4 17-25 7 6,73%
5 26-35 13 12,5%
6 36-45 4 3,84%
7 46-55 13 12,5%
8 56-65 6 5,76%
9 >65 2 1,92%
Total 104 100%
Tabel 2.2 menunjukkan jumlah pasien terbanyak adalah pasien pada
kelompok usia 5-11 tahun yaitu sebanyak 51,92 % dari seluruh pasien selama 2
minggu.
Diagram 2.2. Data Kunjungan Pasien berdasarkan Kelompok Usia
Berdasarkan Usia
60
54
50
40
Series1
30
20
13 13
10 7 6
3 2 4 2
0
0-5 5-II I2-I6 17-25 26-35 36-45 46-55 56-65 >65
59
Tabel berikut merupakan data hasil kunjungan pasien di poli gigi dan
mulut di Puskesmas Ambulu, pada tanggal 12 Desember sampai 24 Desember
2016 berdasarkan diagnosa.
Tabel 2.3 Data Kunjungan Pasien di Puskesmas Ambulu Berdasarkan Diagnosa
Puskesmas Ambulu
No Kode Penyakit
N %
1 K00 47 45,19%
2 K01 2 1,92%
3 K02 1 0,96%
4 K03 0 0
5 K04 34 32,6%
6 K05 19 18,26%
7 K06 0 0
8 K07 1 0,96%
9 K08 0 0
10 K09 0 0
11 K10 0 0
12 K11 0 0
13 K12 0 0
14 K13 0 0
15 K14 0 0
Total 104 100%
Ket :
K.00 : Persistensi, gangguan perkembangan dan erupsi gigi
K.01 : Gigi terbenam dan Impaksi
K.02 : Karies gigi
K.03 : Penyakit jaringan keras lain
K.04 : Kelainan pada pulpa dan jaringan periapikal
K.05 : Gingivitis dan penyakit periodontal
K.06 : Infeksi odontogen
K.07 : Dentofasial maloklusi
K.08 : Gangguan gigi dan Jaringan penyangga lain
60
K.09 : Kista rongga mulut
K.10 : Penyakit rahang lain
K.11 : Penyakit kelenjar liur
K.12 : Stomatitis dan lesi rongga mulut
K.13 : Penyakit bibir dan mukosa mulut lainnya
K.14 : Penyakit Lidah
Tabel 2.3 menunjukkan jumlah diagnosa terbanyak di Puskesmas Ambulu
adalah K00 yaitu sebanyak 45,19%
Diagram 2.3 Data Kunjungan Pasien di Puskesmas Ambulu Berdasarkan
Diagnosa
Berdasarkan Diagnosa
50 47
45
40
35 34
30 Series1
25
20 19
15
10
5 2 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0
0
K00 K01 K02 K03 K04 K05 K06 K07 K08 K09 K10 K11 K12 K13 K14
61
Tabel 2.4 Data Kunjungan Pasien di Puskesmas Ambulu Berdasarkan Tindakan
Puskesmas Ambulu
No Tindakan
N %
1 Ekstraksi CE 37 35,57%
2 Ekstraksi 1 0,96%
3 Medikasi 16 15,38%
4 PSA 16 15,38%
5 Tumpatan 6 5,76%
6 Scaling 8 7,69%
7 Konsultasi 4 3,84%
8 Lain-lain 16 15,38%
Total 104 100%
Tabel 2.4 menunjukkan jumlah pasien terbanyak adalah pasien dengan
ekstraksi CE sebanyak 47,4% dari keseluruhan jumlah pasien selama 2 minggu.
Diagram 2.4 Data Kunjungan Pasien di Puskesmas Ambulu Berdasarkan
Tindakan
Berdasarkan Tindakan
40 37
35
30
25
20 16 16 16 Series1
15
10 8
6
5 4
1
0
E si si A n g si in
iC ak ika PS ta lin lta -la
ak
s tr
ed pa Sc
a u ia n
Ek
s m ns
str M Tu Ko
L
Ek
62
Tabel berikut merupakan data hasil kegiatan UKGS poli gigi dan mulut di
Puskesmas Ambulu pada tanggal 13 Desember 2016 di SDN Karang anyar V,
tanggal 14 Desember 2016 di SDN Ambulu IV dan tanggal 15 Desember 2016 di
TK Yos Sudarso berdasarkan diagnosa.
Tabel 2.5 Data UKGS di Puskesmas Ambulu Berdasarkan Diagnosa
Puskesmas Ambulu
No Kode Penyakit
N %
1 K00 1 0,96%
2 K01 0 0
3 K02 20 19,23%
4 K03 0 0
5 K04 27 25,9%
6 K05 13 12,5%
7 K06 0 0
8 K07 0 0
9 K08 0 0
10 K09 0 0
11 K10 0 0
12 K11 0 0
13 K12 0 0
14 K13 0 0
15 K14 0 0
16 Taa 27 25,96%
Total 88 100%
Ket :
K.00 : Persistensi, gangguan perkembangan dan erupsi gigi
K.01 : Gigi terbenam dan Impaksi
K.02 : Karies gigi
K.03 : Penyakit jaringan keras lain
K.04 : Kelainan pada pulpa dan jaringan periapikal
K.05 : Gingivitis dan penyakit periodontal
K.06 : Infeksi odontogen
63
K.07 : Dentofasial maloklusi
K.08 : Gangguan gigi dan Jaringan penyangga lain
K.09 : Kista rongga mulut
K.10 : Penyakit rahang lain
K.11 : Penyakit kelenjar liur
K.12 : Stomatitis dan lesi rongga mulut
K.13 : Penyakit bibir dan mukosa mulut lainnya
K.14 : Penyakit Lidah
Taa : Tidak ada abnormalitas
Diagram 2.5 Data UKGS di Puskesmas Ambulu Berdasarkan Diagnosa
15 13
10
5
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0
K00 K01 K02 K03 K04 K05 K06 K07 K08 K09 K10 K11 K12 K13 K14 Taa
64
Tabel 2.6 Data UKGMD di Puskesmas Ambulu Berdasarkan Diagnosa
Puskesmas Ambulu
No Kode Penyakit
N %
1 K00 0 0
2 K01 0 0
3 K02 10 9,61%
4 K03 0 0
5 K04 22 21,1%
6 K05 24 23,07%
7 K06 0 0
8 K07 0 0
9 K08 0 0
10 K09 0 0
11 K10 0 0
12 K11 0 0
13 K12 0 0
14 K13 0 0
15 K14 0 0
16 Taa 15 14,42%
Total 71 100%
Ket :
K.00 : Persistensi, gangguan perkembangan dan erupsi gigi
K.01 : Gigi terbenam dan Impaksi
K.02 : Karies gigi
K.03 : Penyakit jaringan keras lain
K.04 : Kelainan pada pulpa dan jaringan periapikal
K.05 : Gingivitis dan penyakit periodontal
K.06 : Infeksi odontogen
K.07 : Dentofasial maloklusi
K.08 : Gangguan gigi dan Jaringan penyangga lain
K.09 : Kista rongga mulut
K.10 : Penyakit rahang lain
65
K.11 : Penyakit kelenjar liur
K.12 : Stomatitis dan lesi rongga mulut
K.13 : Penyakit bibir dan mukosa mulut lainnya
K.14 : Penyakit Lidah
Taa : Tidak ada abnormalitas
Diagram 2.6 Data UKGMD di Puskesmas Ambulu Berdasarkan Diagnosa
25 24
22
20
15
15
10
10
5
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0
K00 K01 K02 K03 K04 K05 K06 K07 K08 K09 K10 K11 K12 K13 K14 Taa
66
pasien dengan rentang usia 5-11 tahun, yaitu sebesar 51,92% dari jumlah total
kunjungan pasien. Hal tersebut dikarenakan pada rentang usia 5-11 tahun
merupakan masa geligi pergantian yang rentan terhadap karies sehingga
perawatan gigi lebih sering dilakukan. Selain itu juga dikarenakan pada tanggal 13
Desember sampai 24 Desember adalah hari libur anak sekolah sehingga mereka
berbondong –bondong pergi ke Puskesmas untuk memeriksakan giginya.
Pada fase geligi pergantian banyak masalah gigi dan mulut yang dapat
timbul, melalui kegiatan UKGMD para orang tua diarahkan untuk lebih perhatian
dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut anak. Selain itu pelaksanaan UKGS
yang sering dilaksanakan di sekolah-sekolah menjadikan kesadaran anak akan
kesehatan gigi dan mulutnya menjadi meningkat. Apabila ditemui kasus
persistensi pada saat pemeriksaan gigi di sekolah, murid disarankan untuk
langsung mengunjungi puskesmas. Hal tersebut dapat berpengaruh terhadap
jumlah kelompok umur yang datang ke poli gigi.
Berdasarkan data yang didapatkan dari Puskesmas Ambulu jumlah
diagnosa terbesar adalah K00 sebesar 45,19% yang berarti terdapat gangguan
perkembangan dan erupsi gigi. Hal tersebut dikarenakan kesadaran masyarakat
tentang pentingnya menjaga kesehatan gigi terutama pada saat gigi pergantian
sudah mulai timbul, sehingga mereka segera membawa anak-anak mereka ke
puskesmas saat gigi anak-anak goyang.
Distribusi kunjungan pasien berdasarkan tindakan didapatkan bahwa
perawatan terbanyak yang dilakukan adalah ekstraksi sulung yaitu sebesar
35,57%. Hal ini sesuai dengan jumlah diagnosa kasus yang paling banyak adalah
karies dan pasien yang paling banyak adalah anak-anak.
67