1
c. Bertugas untuk membawahi bagian-bagian seperti yang tercantum dalam
lampiran.
Puskesmas Jember Kidul memiliki tenaga PNS 15 orang, yang terbagi atas
medis 8 orang dan non medis 7 orang. PTT bidan 4 orang, magang administrasi 6
orang, magang bidan 9 orang dan perawat magang 10 orang. Non medis terbagi
atas pegawai pendaftaran, tata usaha, parkir, tukang masak, cleaning service dan
supir.
2
a. Penyuluhan
b. Pemantauan TSG (Pemantauan Status Gizi).
c. Promosi kadarzi
d. Promosi ASI Eksklusif.
e. PMT (Pemberian Makanan Tambahan).
f. Surveilance (Pelacakan Gizi Buruk)
g. Kunjungan Rumah Masalah Gizi
Kendala: kurangnya petugas dan kurangnya komputer.
3
penggunaan Napza secara suntik.
c. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan Penasun mengenai menyuntik
yang lebih aman.
Program LASS adalah klinik satu-satunya yang dimiliki oleh jember pada
puskesmas Jember Kidul.
4
menyebabkan keterlambatan selanjutnya.
5
4. Pengukuran tekanan darah dengan menggunakan tensimeter dan stetoskop
serta perhitungan denyut nadi selama satu menit penuh.
5. Pemeriksaan laboratorium, meliputi pemeriksaan:
a. Hemoglobin, dengan menggunakan Sahli, Talquist atau Cuprisulfat.
b. Protein Urine, untuk mendeteksi adanya zat putih telur (protein) dalam
urine sebagai indikasi adanya penyakit ginjal.
c. Reduksi Urine, untuk memeriksa adanya gula dalam air seni sebagai
deteksi awal adanya penyakit Diabetes Melitus.
6
L. Orientasi Kesehatan Indra di Puskesmas Jember Kidul (Kamis, 1 Desember
2016)
Orientasi pada bagian indra ini merupakan bagian dari poli umum, oleh Bu
Wahyu Utami selaku kepala perawat di poli umum. Bagian Indra memeriksa indra
manusia mata dan telinga. Kegiatan Program ini berupa penyuluhan, penjaringan
kasus-kasus penyakit mata dan telingan melalui pengobatan rawat jalan maupun
pada pelayanan KIA, KB dan Gizi, pemeriksaan dan tindakan medis, rujukan
kasus ke RSUD dan BKMM.
7
pemegang program. Tujuan dari pelaksanaan program Penyakit Tidak Menular
melalui posbindu adalah mendeteksi secara dini penyakit tidak menular melalui
penemuan faktor resiko dari penyakit-penyakit meliputi merokok, kurang
aktifitas fisik, diet yang tidak seimbang dan konsumsi minimal beralkohol,
kemudian dilakukan upaya-upaya konsultasi pengendalian faktor resiko.
Pengendalian faktor resiko Penyakit Tidak Menular ini akan dilakukan
oleh masyarakat dan pendampingan oleh petugas kesehatan puskesmas.
Pelayanan penyakit ini meliputi penyakit hipertensI, DM dll. Program ini meliputi
penyuluhan dan pemberian obat sebulan sekali.
8
sehingga jemaah haji dapat menunaikan ibadahnya sesuai dengan ketentuan ajaran
agama Islam.
Tujuan tersebut dicapai melalui upaya-upaya peningkatan kondisi
kesehatan sebelum berangkat, menjaga kondisi sehat selama menunaikan ibadah
haji sampai kembali ke Indonesi, serta mencegah transmisi penyakit menular yang
mungkin terbawa keluar/masuk oleh jemaah haji. Pemeriksaan kesehatan biasanya
dilakukan 6 bulan sebelum keberangkatan haji. Pemeriksaan yang dilakukan
meliputi pemeriksaan fisik, nadi, tensi, TB, BB, ECG, Cek Lab dll.
9
jumlah kejadian kesakitan perbulan pada tahun sebelumnya.
6. Angka kematian kasus suatu penyakit (Case Fatality Rate) dalam 1 (satu)
kurun waktu tertentu menunjukkan kenaikan 50% (lima puluh persen) atau
lebih dibandingkan denganangka kematian kasus suatu penyakit
periodesebelumnya dalam kurun waktu yang sama.
7. Angka proporsi penyakit (Proportional Rate) penderita baru pada satu periode
menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibanding satu periode sebelumnya
dalam kurun waktu yang sama.
Karakteristik Penyakit yang berpotensi KLB
1. Penyakit yang terindikasi mengalami peningkatan kasus secara cepat.
2. Merupakan penyakit menular dan termasuk juga kejadian keracunan.
3. Mempunyai masa inkubasi yang cepat.
4. Terjadi di daerah dengan padat hunian.
10
laboratorium, hanya ada satu petugas di bagian laboratorium. Kegiatan yang
dilakukan oleh bagian laboratorium adalah pemeriksaan specimen untuk
membantu menegakkan diagnosa. Petugas di Laboratorium ini ada 1 orang.
Pemeriksaan yang biasanya dilakukan di laboratorium Puskesmas Jember Kidul
diantaranya adalah :
a. Pemeriksaan darah lengkap berupa pemeriksaan hemoglobin, hitung jumlah
leukosiit, LED, jumlah trombosit dan eritrosit serta jenis golongan darah. Hasil
pemeriksaan selesai dalam satu jam
b. Pemeriksaan urine lengkap, yang terdiri atas pemeriksaan albumin, reduksi,
urobilin, dan bilirubin
c. Pemeriksaan BTA (bakteri tahan asam). Biasanya hasilnya keluar setelah dua
hari.
d. Pemeriksaan Bumil yang meliputi pemeriksaan HB, albumin, redusi, golongan
darah, HIV, urine, plano, IMS (Infeksi Menular Seksual)
e. Pemeriksaan VCT untuk mengetahui mengidap HIV atau tidak.
f. Pemeriksaan IMS seperti tricomonas, GO, syphilis, jamur.
g. Pemeriksaan Gula darah, Asam urat, Kolesterol
Untuk pembuangan limbah dilakukan pengumpulan kemudian dilakukan
pembakaran secara berkala. Untuk pemerikaan HIV ada 5 golongan yang harus
atau wajib dilakukan tes atau juga disebut 5S diantaranya adalah :
a. Saya.
b. Sampean.
c. Sopir.
d. Seks ( Pekerja Seks).
e. Serdadu/ tentara.
Selain itu pasien puskesmas dengan kasus TB, VCT, ibu hamil juga
diwajibkan ikut tes. Sebaiknya petugas medis juga mengikuti tes, karena rentan
terhadap virus. Kendalanya adalah pekerjaan yang terlalu banyak. Standartnya ada
dua petugas namun hanya ada satu petugas disini.
11
Program KB bertujuan untuk meningkatkan pengertian masyarakat tentang
keluarga berencana serta efek samping dan waktu pelesan yang tepat untuk alat
KB, selain itu juga menjelaskan keuntungan-keuntungan dri KB. Kegiatan yang
dilakukan pada program ini adalah konseling, penyuluhan pelayanan akseptor KB,
dan pembinaan akseptor.
Program kerja dibagian KB yaitu mengatur jarak kelahiran.
a. Pencapaian akseptor KB aktif : PUS yang menggunakan KB terus- menerus
sampai sekarang. Dalam 1 tahun, targetnya 70%. Cara menghitung peserta aktif
bulan ini adalah KB aktif bulan lalu ditambah bulan ini dikurangi dropout
(DO). Data DO meliputi; ibu hamil, medis (pendarahan, hipertensi),
menopasuse, pindah, cerai, mati.
b. KB baru : PUS yang pertama kali menggunakan KB (Pasca persalinan, pasca
keguguran). Dalam 1 tahun, targetnya 10%. Alat kontrasepsi (alkon) yang
dilayani adalah IUD (dimasukkan ke rahim), implan, suntik, pil, dan kondom.
c. Efek samping : Spooting (flek), tidak haid, pusing, mual, perubahan BB, fluor
albus, perforasi. Dalam 1 tahun, targetnya 12,5%.
d. Komplikasi : flor abuse/keputihan, perdarahan, abses, hematom, ferporasis
(IUD tembus ke rahim dan ini hanya bisa diliat lewat USG). Target dibawah
3,5%..
e. Kegagalan : Hamil pada saat menggunakan KB, atau disebut drop out. Target
kurang dari 10 orang
Macam-macam alat KB yang tersedia berupa implant iodoplan (3tahun),
suntik (1 dan 3 bulanan), IUD, kondom (pria dan wanita), dan pil. Kendala yang
sering terjadi yaitau tingkat pendidikan masyarakat yang kurang untuk memahami
pentingnya KB, kepercayaan atau agama, dan tingkat social ekonomi
12
a. Jumlah kasus gawat darurat 100% ditangani (maternal, neonatal, bayi, balita,
kecelakaan, KLB)
b. Jumlah penderita gawat darurat yang dirujuk 25% dari kasus gawat darurat
c. Jumlah hari perawatan maksimal 3 hari, selebihnya adalah rujuk ke rumah
sakit.
Kegiatan di UGD tidak berdiri sendiri karena dibawahi oleh ZAAL (rawat
inap). Penjagaannya dibagi menjadi 3 shift pagi, sore, dan malam. Kasus yang
banyak ditemui adalah kasus hipertensi dan kecelakaan lalu lintas. Laporan yang
dibuat oleh UGD ada 3 macam yaitu LB1 (setiap bulan), laporan stok obat (setiap
minggu), dan laporan surveillance kecelakaan (tiap bulan). Kendala yang dihadapi
adalah keterbatasan tenaga dan alat.
13
c. Penyuluhan dengan frekuensi 2 kali dalam setahun, misalnya seperti kenakalan
remaja, bahaya narkoba dan sebagainya yang dilakukan setiap setahun sekali
dalam setiap desa
d. Melakukan kunjungan pada rumah pasien jiwa guna mengetahui hal yang
mungkin jadi penyebab penyakit
e. Merujuk pasien yang membutuhkan perawatan intensif ke rumah sakit jiwa
Kasus kesehatan jiwa yang paling banyak di Puskesmas Jember Kidul
adalah Psikosa (sakit jiwa), Neurosa (gangguan jiwa), Epilepsi, dan Retradasi
mental.
X. Orientasi KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) di Puskesmas Jember Kidul (Senin,
5 Desember 2016)
Orientasi program KIA oleh bu Dyah Aristanti selaku pemegang program
KIA. Program KIA yang dimaksud meliputi pelayanan ibu hamil, ibu bersalin,
ibu nifas, ibu dengan komplikasi kebidanan, keluarga berencana, bayi baru lahir,
bayi baru lahir dengan komplikasi, bayi, dan balita. Program KIA diharapkan
memberikan pelayanan yang dapat menjangkau seluruh sasaran di wilayah kerja
Puskesmas Jember Kidul sehingga kasus dengan risiko/komplikasi kebidanan
dapat ditemukan sedini mungkin untuk dapat memperoleh penanganan yang
memadai. Pelayanan KIA juga dapat dipakai sebagai alat motivasi, informasi dan
komunikasi kepada masyarakat wilayah kerja Puskesmas Jember Kidul. Tujuan
adanya program KIA adalah :
a. Berupaya menurunkan angka kematian ibu bersalin, angka kematian bayi
dan angka kematian balita dengan meningkatkan cakupan K1, K4 serta
persalinan Nakes serta imunisasi pada bayi.
b. Pelayanan deteksi dan stimulasi dini tumbuh kembang balita
Melaksanakan Rujukan masalah kesehatan ibu dan anak serta pelayanan
Akseptor KB dengan masalahnya.
14
Program promosi kesehatan merupakan program pokok Puskesmas. Program ini
bertujuan untuk mencapai masyarakat yang sadar akan pentingnya kesehatan.
Pelaksana promosi kesehatan adalah petugas humas Puskesmas. Kegiatan yang
dilakukan antara lain:
a. PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)
Dilakukan 1 tahun 1x, yang meliputi tatanan rumah tangga dengan 10
indikator, tatanan pendidikan dengan 8 indikator, tatanan kesehatan
dengan 6 indikator, tatanan tempat kerja 9 indikator, tempat-tempat umum
6 indikator.
b. Penyuluhan
Penyuluhan dibagi menjadi 2 kegiatan luar gedung dan dalam gedung.
Luar gedung meliputi media siaran keliling, spandu/umbul/lemfet, radio
spot, obrolan. Dalam gedung meliputi kelompok dan perorangan,
kelompok disini misal pasien dikumpulkan lalu diberi penyuluhan. Jika
perorangan seperti di posyandu pada meja ke-4 penyuluhan oleh kader
dengan melihat permasalahan/ kasus yang ada.
c. Pelaksanaan upaya kesehatan mandiri
Penyuluhan bahaya NAPSA Pelaksanaan program ini dilaksanakan
mandiri ataupun bersamaan dengan program lain. Contoh pelaksanaan
mandiri penyuluhan tentang bahaya NAPSA dengan sasaran utama remaja
biasanya dilakukan di balai desa. Sedangkan contoh pelaksanaan program
yang bersamaan dengan program lain adalah penyuluhan pentingnya ASI
eksklusif yang dilaksanakan bersamaan dengan posyandu. Kendala yang
ada pada program ini adalah kurangnya tenaga pelaksana dan kurang
sadarnya masyarakat untuk melaksanakan program karena dianggap
sesuatu yang kurang penting.
d. Desa Siaga
Ada dua desa yang diukur sebagai desa siaga, yaitu Jember Kidul dan
Kepatihan. Desa siaga ini memiliki Forum Masyarakat Desa, UKBM
(Upaya Kesehatan Bersumber daya Masyarakat), Poskesdes, PHBS,
Surveilance (pengamatan penyakit), Penanggulanan Penyakit.
e. Toga (Tanaman Obat Keluarga)
15
Z. Orientasi Kesling (Kesehatan Lingkungan) di Puskesmas Jember Kidul (Selasa,
8 Desember 2016)
Orientasi bagian kesling oleh Bp. Sutiman selaku pemegang program.
Program-program bagian ini antara lain:
a. Sanitasi dasar (berhubungan dengan rumah tempat tinggal, kondisi rumah,
lantai, ventilasi, tembok, dll)
b. Sumber air (sumur, PDAM, sungai, mata air)
c. SPAL (terbuka/tertutup)
d. Jamban (terbuka/kakus/sungai)
e. Tempat-tempat umum (Terminal, Puskesmas, Perkantoran, dll)
f. Tempat Pengelolaan makanan (12 tempat)
g. PSN (3M+)
Di Puskesmas Jember Kidul, yang paling di utamakan adalah
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Hal ini dikarenakan pada bulan dan
musim hujan banyak pasien yang datang ke Puskesmas baik rawat jalan maupun
rawat inap dengan penyakit demam berdarah. Selain itu juga diadakan
pemeriksaan langsung jentik kerumah warga setiap hari jum’at pada gerakan
jumat bersih.
16
Kegiatan pelayanan Perkesmas dapat dilaksanakan di dalam dan di luar
gedung puskesmas. Di dalam gedung, perawat melakukan asuhan keperawatan
bagi individu yang datang ke puskesmas sedangkan kegiatan di luar gedung,
perawat dapat melakukan asuhan keperawatan keluarga maupun asuhan
keperawatan kelompok khusus/ rawan kesehatan di daerah binaan Perkesmas.
Berbagai masalah kesehatan yang memerlukan pelayanan Perkesmas antara lain;
kasus penyakit menular (Tuberkulosis, Malaria, HIV/AIDS) penyakit tidak
menular (Hipertensi, DM, Paska Stroke, Jantung), masalah kesehatan gizi (gizi
kurang dan gizi buruk) atau asuhan keperawatan kepada kelompok lansia,
kelompok balita, kelompok calon jemaah haji, kelompok dengan penyakit
tertentu. Jenis kegiatan yang dilakukan selama memberikan pelayanan perkesmas
seperti; deteksi dini, penyuluhan kesehatan, konseling, perawatan kesehatan
dasar, dan rujukan ke pelayanan kesehatan terdekat.
17
SOP bermanfaat sebagai acuan dan dasar bagi tenaga pelaksana dalam
melaksanakan pelayanan kesehatan bermutu. Selain hal tersebut standar dapat
meningkatkan efektifitas dan efisiensi pekerjaan, serta melindungi masyarakat
dari pelayanan tidak bermutu. Staf medis dan non medis berperan aktif dalam
pembuatan SOP serta disahkan oleh Kepala Dinas Kesehatan/Kepala
Puskesmas.
SOP harus disertai dengan instruksi kerja yang menjelaskan secara
rinci tata cara tentang hal tersebut di atas. Seluruh kegiatan yang berkaitan
harus dilaksanakan sesuai dengan prosedur dan instruksi kerja yang ada. SOP
dan instruksi kerja tersebut harus dievaluasi secara berkala. SOP yang harus
dimiliki Puskesmas ada dua macam, yaitu:
a. SOP medis
b. SOP non medis, minimal mencakup:
1. Pendaftaran, penerimaan dan pemulangan pasien.
2. Pelayanan pasien JAMKESMAS, JAMKESDA dan JAMPERSAL.
3. Pengiriman pasien yang akan dirujuk inter dan antar sarana
pelayanan kesehatan lain.
4. Persetujuan/penolakan tindakan medis.
5. Pembayaran di Unit Gawat Darurat dan kebijakan perkecualian bagi
keluarga miskin.
6. Manajemen keluhan bagi pasien, keluarga, pengunjung.
7. Pengisian kartu rawat jalan.
8. Penerimaan, penyimpanan dan pemusnahan spesimen.
9. Pemeriksaan laboratorium.
Rekam Medik
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
269/MENKES/PER/III/2008, Rekam medik adalah berkas yang berisikan
catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan,
tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Rekam
medik merupakan data medik pasien tertulis, yang dapat dipergunakan
sebagai alat bukti yang sah menurut hukum, dan hal-hal yang perlu
diperhatikan adalah:
18
a. Rekam medik harus disediakan untuk setiap kunjungan.
b. Rekam medik harus dibuat secara tertulis, lengkap dan jelas serta harus
sesuai standar yang ditetapkan menurut jenis pelayanan.
c. Isi rekam medik untuk pasien rawat jalan sekurang-kurangnya memuat:
1. Identitas pasien (nama, tanggal lahir, jenis kelamin, alamat dan
pekerjaan)
2. Tanggal dan waktu
3. Hasil anamnesa, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan
riwayat/perjalanan penyakit
4. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik yang dilakukan
5. Dokumentasi hasil pemeriksaan
6. Diagnosis penyakit
7. Rencana penatalaksanaan
8. Pengobatan dan/atau tindakan medik
9. Identitas dan tanda tangan dari dokter yang menangani
10. Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien
11. Persetujuan tindakan bila diperlukan
d. Dokter, perawat dan bidan bertanggung jawab akan kebenaran dan
ketepatan pengisian rekam medik.
e. Setiap pemberian pelayanan kesehatan oleh para tenaga kesehatan wajib
disertai dengan pemberian catatan pada berkas rekam medik.
f. Pasien rujukan harus disertai dengan informasi alasan rujukan.
Akreditasi Puskesmas dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
adalah proses penilaian eksternal oleh Komisi Akreditasi terhadap
Puskesmas/Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama lainnya apakah sesuai
dengan standar akreditasi yang ditetapkan. Akreditasi bertujuan menilai sistem
mutu dan sistem pelayanan di Puskesmas dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Tingkat Pertama lainnya, tetapi juga bertujuan untuk membina fasilitas pelayanan
kesehatan tersebut dalam upaya berkelanjutan untuk memperbaiki sistem
pelayanan dan kinerja yang berfokus pada kebutuhan masyarakat, keselamatan,
dan manajemen risiko. Komisi Akreditasi Puskesmas dan Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Tingkat Pertama lainnya adalah Lembaga Independen yang dibentuk
oleh Menteri Kesehatan untuk melaksanakan penilaian akreditasi Puskesmas dan
19
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama lainnya, yang selanjutnya disebut
sebagai Komisi Akreditasi. Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
meliputi: Puskesmas, Klinik, Praktik Dokter, dan Praktik Dokter Gigi.
Akreditasi akan memberikan manfaat sebagai berikut:
1.Memberikan keunggulan kompetitif, terutama untuk pelayanan klinis yang
dilaksanakan sesuai dengan prosedur dan keselamatan pasien
2.Memperkuat kepercayaan masyarakat terhadap fasilitas pelayanan
kesehatan karena komitmen terhadap mutu dan kinerja pelayanan
3.Menjamin diselenggarakan pelayanan pasien dan pelayanan kepada
masyarakat terkait dengan pelayanan yang disediakan
4.Meningkatkan pendidikan pada staf untuk memberikan pelayanan terbaik
bagi masyarakat
5.Meningkatkan pengelolaan risiko baik pada pelayanan pasien pada fasilitas
pelayanan kesehatan, dan penyelenggaraan upaya Puskesmas kepada
masyarakat
6.Membangun dan meningkatkan kerja tim antar staf
7.Meningkatkan reliabilitas dalam pelayanan, ketertiban pendokumentasian,
dan konsistensi dalam bekerja
8.Meningkatkan keamanan dalam bekerja.
Mekanisme akreditasi
Akreditasi dilaksanakan oleh Komisi Akreditasi dengan menggunakan
standar akreditasi. Prinsip penilaian adalah penilaian oleh peer, yaitu peer yang
direkrut dan dipilih oleh Komisi Akreditasi dengan latar belakang mempunyai
pengalaman bekerja sebagai manajer, pengelola program, dan/atau pengelola
pelayanan klinis di Puskesmas atau Klinik atau Praktik Dokter, dengan latar
belakang pendidikan minimal D-3 bidang kesehatan. Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota melakukan kajian awal terhadap Puskesmas- Puskesmas yang
ada di wilayah kerja untuk menentukan kesiapan Puskesmas yang telah
membangun sistem mutu dan sistem pelayanan untuk dilakukan penilaian oleh
Komisi Akreditasi. Berdasarkan hasil kajian tersebut, Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota mengusulkan Puskesmas-Puskesmas yang telah siap dinilai
kepada Dinas Kesehatan Provinsi untuk selanjutnya meneruskan kepada Komisi
Akreditasi. Untuk Klinik dan Praktik Dokter/Dokter Gigi Mandiri, permohonan
akreditasi diajukan melalui Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk diteruskan ke
20
Dinas Kesehatan Provinsi untuk kemudian diteruskan kepada Komisi Akreditasi.
Komisi Akreditasi akan menugaskan Koordinator Surveior untuk melaksanakan
survei akreditasi, menetapkan jadual penilaian, dan akan mengirimkan tim
surveior yang terdiri dari tenaga surveior sejumlah 3 orang selama 3 hari untuk
melakukan penilaian akreditasi sesuai dengan jadual yang telah ditetapkan.
Berdasarkan hasil penilaian, tim surveior akan memberikan rekomendasi
kepada Komisi Akreditasi tentang status akreditasi dari fasilitas pelayanan
kesehatan tingkat pertama yang dinilai, melalui koordinator surveior di Provinsi
untuk selanjutnya dibahas oleh Tim Penilai yang ada di Komisi Akreditasi dan
ditetapkan status akreditasi oleh Komisi Akreditasi untuk diterbitkan sertifikat
akreditasi.
21
UKGS di TK Arni dilakukan tanggal 10 Desember 2016 yaitu pada
kelas A dan kelas B. Kelas A terdiri dari 2 kelas dan kelas B terdiri dari
2 kelas. Jumlah peserta sebanyak 101 siswa. Kasus yang banyak
dijumpai adalah karies gigi. Pada kegiatan UKGS ini dilakukan
beberapa kegiatan diantaranya adalah melakukan penyuluhan tentang
kesehatan gigi dan mulut (cara sikat gigi yang benar, frekuensi sikat
gigi yang benar setiap harinya, penyebab gigi berlubang, dll) dan
dilakukan pemeriksaan gigi dan mulut pada 101 Anak.
22
kurangnya kesadaran masyarakat untuk datang ke posyandu serta
adanya warga tidak mau membuka mulut. Dari hasil pemeriksaan
didapatkan kesimpulan masih banyaknya masyarakat yang menderita
penyakit gigi dan mulut seperti iritasi pulpa, hiperemi pulpa, gangrene
pulpa dan gangren radik serta gingivitis. Hal ini dikarenakan karena
kurangnya masyarakat mempunyai kesadaran dalam menjaga
kebersihan gigi dan mulut selain itu masyarakat enggan memeriksakan
diri ke puskesmas. Kegiatan UKGMD ini bertujuan untuk
meningkatkan derajat kesehatan gigi dan mulut masyarakat serta
kesadaran untuk menjaga kesehatan dan kebersihan gigi dan mulutnya.
23
Tabel 1.1 Data Kunjungan Pasien di Puskesmas Jember Kidul berdasarkan Jenis
Kelamin
Jenis kelamin
Instansi Total
Laki-laki Perempuan
Puskesmas N % N % N %
Jember 38 28,78% 94 71,21% 132 100%
Kidul
Tabel 1.1 menunjukkan jumlah pasien perempuan lebih banyak daripada
pasien laki-laki, yaitu sebesar 71,21% dari seluruh pasien selama 2 minggu.
Diagram 1.1. Data Kunjungan Pasien berdasarkan Jenis Kelamin
30
20
10
0
Laki-laki Perempuan
Tabel 1.2 Data Kunjungan Pasien di Puskesmas Jember Kidul berdasarkan Usia
24
Puskesmas Jember Kidul
No Kelompok Usia
N %
1 0-5 3 2,27%
2 5-11 22 16,67%
3 12-16 5 3,78%
4 17-25 22 16,67%
5 26-35 18 13,63%
6 36-45 27 20,45%
7 46-55 18 13,63%
8 56-65 16 12,12%
9 >65 1 0,75%
Total 132 100%
Tabel 1.2 menunjukkan jumlah pasien terbanyak adalah pasien pada
kelompok usia 36-45 tahun yaitu sebanyak 20,45 % dari seluruh pasien selama 2
minggu.
Diagram 1.2. Data Kunjungan Pasien berdasarkan Kelompok Usia
Berdasarkan Usia
30
27
25
22 22
20 18 18
16 Series1
15
10
5
5 3
1
0
0-5 5-II I2-I6 17-25 26-35 36-45 46-55 56-65 >65
25
Tabel berikut merupakan data hasil kunjungan pasien di poli gigi dan
mulut di Puskesmas Jember Kidul, pada tanggal 28 November sampai 10
Desember 2016 berdasarkan Diagnosa.
Tabel 1.3 Data Kunjungan Pasien di Puskesmas Jember Kidul Berdasarkan
Diagnosa
Puskesmas Jember Kidul
No Kode Penyakit
N %
1 K00 16 12,12%
2 K01 2 1,51%
3 K02 2 1,51%
4 K03 0 0
5 K04 56 42,42%
6 K05 55 41,67%
7 K06 0 0
8 K07 1 0,75%
9 K08 0 0
10 K09 0 0
11 K10 0 0
12 K11 0 0
13 K12 0 0
14 K13 0 0
15 K14 0 0
Total 132 100%
Ket :
K.00 : Persistensi, gangguan perkembangan dan erupsi gigi
K.01 : Gigi terbenam dan Impaksi
K.02 : Karies gigi
K.03 : Penyakit jaringan keras lain
K.04 : Kelainan pada pulpa dan jaringan periapikal
K.05 : Gingivitis dan penyakit periodontal
K.06 : Infeksi odontogen
K.07 : Dentofasial maloklusi
26
K.08 : Gangguan gigi dan Jaringan penyangga lain
K.09 : Kista rongga mulut
K.10 : Penyakit rahang lain
K.11 : Penyakit kelenjar liur
K.12 : Stomatitis dan lesi rongga mulut
K.13 : Penyakit bibir dan mukosa mulut lainnya
K.14 : Penyakit Lidah
Tabel 1.3 menunjukkan jumlah diagnosa terbanyak di Puskesmas Jember
Kidul adalah K04 yaitu sebanyak 42,42%
Diagram1.3 Data Kunjungan Pasien di Puskesmas Jember Kidul Berdasarkan
Diagnosa
Berdasarkan Diagnosa
60 56 55
50
40
Series1
30
20 16
10
2 2 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
0
K00 K01 K02 K03 K04 K05 K06 K07 K08 K09 K10 K11 K12 K13 K14
27
Tabel 1.4 Data Kunjungan Pasien di Puskesmas Jember Kidul Berdasarkan
Tindakan
Puskesmas Jember Kidul
No Tindakan
N %
1 Ekstraksi CE 11 8,33%
2 Ekstraksi 3 2,27%
3 Medikasi 46 34,84%
4 PSA 37 28,03%
5 Tumpatan 15 11,36%
6 Scaling 8 6,06%
7 Konsultasi 9 6,81%
8 Lain-lain 3 2,3%
Total 132 100%
Tabel 1.4 menunjukkan jumlah pasien terbanyak adalah pasien dengan
Medikasi sebanyak 38,84% dari keseluruhan jumlah pasien selama 2 minggu.
Diagram 1.4 Data Kunjungan Pasien di Puskesmas Jember Kidul Berdasarkan
Tindakan
28
Tabel berikut merupakan data hasil kegiatan UKGS poli gigi dan mulut di
Puskesmas Jember Kidul pada tanggal 30 November 2016 di MIMA K H Siddiq,
tanggal 3 Desember 2016 di TK Pertiwi dan tanggal 10 Desember 2016 di TK
Arni berdasarkan diagnosa.
Tabel 1.5 Data UKGS di Puskesmas Jember Kidul Berdasarkan Diagnosa
Puskesmas Jember Kidul
No Kode Penyakit
N %
1 K00 1 0,34%
2 K01 0 0
3 K02 86 29,6%
4 K03 0 0
5 K04 103 35,5%
6 K05 35 12,06%
7 K06 0 0
8 K07 0 0
9 K08 0 0
10 K09 0 0
11 K10 0 0
12 K11 0 0
13 K12 0 0
14 K13 0 0
15 K14 0 0
16 Taa 65 22,41%
Total 290 100%
Ket :
K.00 : Persistensi, gangguan perkembangan dan erupsi gigi
K.01 : Gigi terbenam dan Impaksi
K.02 : Karies gigi
K.03 : Penyakit jaringan keras lain
K.04 : Kelainan pada pulpa dan jaringan periapikal
K.05 : Gingivitis dan penyakit periodontal
K.06 : Infeksi odontogen
29
K.07 : Dentofasial maloklusi
K.08 : Gangguan gigi dan Jaringan penyangga lain
K.09 : Kista rongga mulut
K.10 : Penyakit rahang lain
K.11 : Penyakit kelenjar liur
K.12 : Stomatitis dan lesi rongga mulut
K.13 : Penyakit bibir dan mukosa mulut lainnya
K.14 : Penyakit Lidah
Taa : Tidak ada abnormalitas
Diagram 1.4 Data UKGS di Puskesmas Jember Kidul Berdasarkan
Diagnosa
40 35
20
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0
K00 K01 K02 K03 K04 K05 K06 K07 K08 K09 K10 K11 K12 K13 K14 Taa
30
Puskesmas Jember Kidul
No Kode Penyakit
N %
1 K00 0 0
2 K01 0 0
3 K02 10 23,8%
4 K03 0 0
5 K04 10 23,8%
6 K05 3 6,67%
7 K06 0 0
8 K07 0 0
9 K08 0 0
10 K09 0 0
11 K10 0 0
12 K11 0 0
13 K12 0 0
14 K13 0 0
15 K14 0 0
16 Taa 22 48,89%
Total
Ket :
K.00 : Persistensi, gangguan perkembangan dan erupsi gigi
K.01 : Gigi terbenam dan Impaksi
K.02 : Karies gigi
K.03 : Penyakit jaringan keras lain
K.04 : Kelainan pada pulpa dan jaringan periapikal
K.05 : Gingivitis dan penyakit periodontal
K.06 : Infeksi odontogen
K.07 : Dentofasial maloklusi
K.08 : Gangguan gigi dan Jaringan penyangga lain
K.09 : Kista rongga mulut
K.10 : Penyakit rahang lain
K.11 : Penyakit kelenjar liur
31
K.12 : Stomatitis dan lesi rongga mulut
K.13 : Penyakit bibir dan mukosa mulut lainnya
K.14 : Penyakit Lidah
Taa : Tidak ada abnormalitas
Diagram 1.6 Data UKGMD di Puskesmas Jember Kidul Berdasarkan
Diagnosa
25
22
20
15
10 10 Series1
10
5
3
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0
K00 K01 K02 K03 K04 K05 K06 K07 K08 K09 K10 K11 K12 K13 Taa
32
nekrosis pulpa, degenerative pulpa, periodontitis apikalis akut, periodontitis
apikalis kronis, periapikal abses. Banyaknya jumlah pasien yang datang berobat
dengan diagnosa penyakit pulpa dan jaringan periodontal ini dikarenakan
kesadaran masyarakat yang masih rendah tentang kesehatan giginya, sehingga
masyarakat tidak berobat ke dokter gigi ketika giginya berlubang kecil, melainkan
baru berobat setelah merasakan sakit gigi dan sudah terdapat kelainan pulpa
(Ramya,2015).
33