Anda di halaman 1dari 1

Syarat-syarat Shalat Jenazah

Shalat jenazah sah dilakukan jika terpenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

 Seseorang yang akan menjalankan shalat jenazah harus mematuhi syarat sahnya
seperti pada shalat yang lain. Yakni ia harus bersih dari hadats serta najis,
menutup aurat dan juga menghadap kiblat.
 Shalat jenazah harus dijalankan setelah jenazah dimandikan serta dikafani.
 Jenazah harus diletakkan berada di sebelah kiblat, dari orang yang
menyalatkannya.
Waktu dan Tempat Shalat Jenazah
1. Waktu Shalat
Dalam Shalat jenazah tidak ditentukan waktunya secara khusus, ia dapat dilakukan kapan
saja, siang maupun malam hari, kecuali 3 waktu tertentu seperti saat matahari terbit hingga
agak meninggi, ketika matahari tepat berada di tengah langit atau tepat tengah hari hingga ia
telah condong ke barat, dan ketika disaat matahari hampir terbenam, hingga terbenam sama
sekali.Hal tersebut berdasarkan pada Hadits berikut ini: Dari Musa bin Ali dari ayahnya ia
berkata, saya mendengar ketika Uqbah bin Amir Al Juhani berkata; “Ada tiga waktu, yang
Rasulullah SAW telah melarang kita untuk menjalankan shalat atau menguburkan jenazah
disaat waktu tersebut. Pertama, saat matahari terbit hingga agak meninggi. Kedua, ketika
matahari berada tepat di pertengahan langit (tengah hari tepat) hingga ia telah condong ke
barat. Ketiga, ketika matahari hampir terbenam, hingga ia terbenam sama sekali.” (HR
Muslim)

2. Tempat Shalat
Shalat jenazah bisa dijalankan di mana saja, di tempat yang layak untuk melaksanakan shalat,
begitupun di dalam masjid sesuai yang telah disebutkan dalam sebuah Hadits yang
diriwayatkan Imam Muslim:

Bahwa ketika Sa’d bin Abu Waqash meninggal, Aisyah berkata, “Masukkanlah ia ke dalam
masjid hingga aku bisa menyalatkannya.” Namun mereka tidak menyetujuinya, ia pun
berkata, “Demi Allah, sungguh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sudah menyalatkan
jenazah dua orang putra Baidla` dalam masjid, yaitu Suhail serta saudaranya.” Muslim
berkata; “Suhail bin Da’d adalah Ibnul Baidla`, dan ibunya merupakan Baidla`. (HR Muslim)

Di dalam yang tertulis di Kitab al-Muwatha, Imam Malik meriwayatkan:

‫عن‬
َ ‫عبد‬ ّ ‫عُ َم َر بن‬، ُ‫ قَا َل أَنّه‬: ‫ي‬
َ ‫َللا‬ َ ِّ‫صل‬
ُ ‫علَى‬ ّ ‫ال َمسجد في الخ‬
َ ‫َطاب بن عُ َم َر‬

Dari Abdullah bin Umar dia berkata, “Umar bin Khattab dishalatkan di dalam masjid.”

Anda mungkin juga menyukai