Anda di halaman 1dari 8

Syarat-syarat Shalat Janazah meninggi.

(Kedua), saat matahari tepat berada di


Shalat jenazah sah dilakukan jika pertengahan langit (tengah hari tepat) hingga ia
terpenuhi syarat-syarat sebagai telah condong ke barat, (Ketiga), saat matahari
hampir terbenam, hingga ia terbenam sama
berikut:
sekali.”
“Ada tiga waktu, yang mana Rasulullah
1. Seseorang yang melaksanakan shallallahu ‘alaihi wasallam telah melarang kita
shalat jenazah harus memenuhi untuk shalat atau menguburkan jenazah pada
syarat-syarat sahnya seperti yang waktu-waktu tersebut. (Pertama), saat matahari
terdapat pada shalat yang lain. terbit hingga ia agak meninggi. (Kedua), saat
matahari tepat berada di pertengahan langit
Yakni ia harus bersih dari
(tengah hari tepat) hingga ia telah condong ke
hadats dan najis, menutup aurat dan barat, (Ketiga), saat matahari hampir terbenam,
menghadap kiblat. hingga ia terbenam sama sekali.” (HR Muslim)
2. Shalat jenazah harus didirikan 1. Tempat Shalat :
setelah jenazah dimandikan dan Shalat jenazah dapat dilakukan di
dikafani. mana saja, di tempat-tempat yang
layak untuk melaksanakan shalat;
3. Jenazah harus diletakkan di sebelah termasuk di dalam masjid
kiblat orang yang menyalatkannya. sebagaimana disebutkan dalam
Waktu dan Tempat Shalat Jenazah sebuah Hadits yang diriwayatkan
1. Waktu Shalat: Imam Muslim:
Dalam melakukan Shalat jenazah,
tidak ditentukan waktunya secara ‫َأَّن َعاِئَش َة َلَّم ا ُتُو ِّفَى َس ْعُد ْبُن َأِبى َو َّقاٍص َقاَلِت اْد ُخ ُلوا ِبِه اْلَم ْس ِج َد‬
khusus, melainkan ia dapat ‫ َفُأْنِكَر َذ ِلَك َع َلْيَها َفَقاَلْت َوِهَّللا َلَقْد َص َّلى َرُس وُل‬.‫َح َّتى ُأَص ِّلَى َع َلْيِه‬
dilakukan kapan saja, baik siang ‫ َع َلى اْبَنْى َبْيَض اَء ِفى اْلَم ْس ِج ِد ُسَهْيٍل‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫ِهَّللا‬
maupun malam hari, kecuali 3 waktu ‫ َقاَل ُم ْسِلٌم ُسَهْيُل ْبُن َدْع ٍد َو ُهَو اْبُن اْلَبْيَض اِء ُأُّم ُه َبْيَض اُء‬.‫َو َأِخ يِه‬.
yakni saat matahari terbit hingga ia
Bahwa ketika Sa’d bin Abu Waqash meninggal,
agak meninggi; saat matahari tepat Aisyah berkata, “Masukkanlah ia ke dalam masjid
berada di pertengahan langit (tengah hingga aku bisa menshalatkannya.” Namun
hari tepat) hingga ia telah condong mereka tidak menyetujuinya, maka ia pun berkata,
ke barat; dan saat matahari hampir “Demi Allah, sungguh Rasulullah shallallahu
terbenam, hingga ia terbenam sama ‘alaihi wasallam telah menshalatkan jenazah dua
sekali. Hal ini didasarkan pada orang putra Baidla` di dalam masjid, yaitu Suhail
dan saudaranya.” Muslim berkata; “Suhail bin
Hadits berikut ini: Da’d adalah Ibnul Baidla`, dan ibunya adalah
Baidla`. (HR Muslim)
‫ َيْنَهاَنا َأْن‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫َثَالُث َس اَعاٍت َك اَن َرُس وُل ِهَّللا‬ Di dalam Kitab al-Muwatho, Imam
‫ُنَص ِّلَى ِفيِهَّن َأْو َأْن َنْقُبَر ِفيِهَّن َم ْو َتاَنا ِح يَن َتْطُلُع الَّش ْم ُس َباِزَغًة‬
Malik meriwayatkan:
‫َح َّتى َتْر َتِفَع َوِح يَن َيُقوُم َقاِئُم الَّظِهيَر ِة َح َّتى َتِم يَل الَّش ْم ُس َوِح يَن‬
‫َتَض َّيُف الَّش ْم ُس ِلْلُغُر وِب َح َّتى َتْغ ُرَب – رواه مسلم‬ ‫ ُص ِّلَي َع َلى ُع َم َر ْبِن اْلَخ َّطاِب ِفي‬: ‫ َأَّنُه َقاَل‬، ‫َعْن َع ْبِد ِهَّللا ْبِن ُع َم َر‬
Dari Musa bin Ali dari bapaknya ia berkata, saya ‫اْلَم ْس ِج ِد‬
mendengar Uqbah bin Amir Al Juhani berkata; Dari Abdullah bin Umar, bahwa dia berkata,
“Ada tiga waktu, yang mana Rasulullah “Umar bin Khatthab dishalatkan di masjid.”
SAW telah melarang kita untuk shalat atau
menguburkan jenazah pada waktu-waktu tersebut.
(Pertama), saat matahari terbit hingga ia agak
Tata cara Shalat Janazah ‫ َش ِهْدُت َأَنَس ْبَن َم اِلٍك َص َّلى َع َلى‬: ‫ َقاَل‬، ‫َح َّد َثَنا َأُبو َغ اِلٍب اْلَخ َّياُط‬
Berdasarkan petunjuk-petunjuk ‫ َفَلَّم ا ُرِفَعْت ُأِتَي ِبِج َناَز ِة اْم َر َأٍة ِم ْن‬، ‫ َفَقاَم ِع ْنَد َر ْأِس ِه‬، ‫ِج َناَز ِة َرُج ٍل‬
Rasulullah saw, Majelis Tarjih ‫ َهِذِه ِج َناَز ُة ُفَالَنَة‬، ‫ َيا َأَبا َح ْم َزَة‬: ‫ُقَرْيٍش َأْو ِم َن اَألْنَص اِر َفِقيَل َلُه‬
Pimpinan Pusat Muhammadiyah di ‫ َفَقاَم َو َس َطَها َو ِفيَنا اْلَعَالُء‬، ‫ َفَص ِّل َع َلْيَها َفَص َّلى َع َلْيَها‬، ‫اْبَنِة ُفَالٍن‬
dalam Kitab Himpunan Putusan ، ‫ َفَلَّم ا َر َأى اْخ ِتَالَف ِقَياِمِه َع َلى الَّرُج ِل َو اْلَم ْر َأِة‬، ‫ْبُن ِزَياٍد اْلَعَد ِوُّي‬
Tarjih menjelaskan tata cara shalat ‫ َهَك َذ ا َك اَن َرُس وُل ِهللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم‬، ‫ َيا َأَبا َح ْم َزَة‬: ‫َقاَل‬
Jenazah sebagai berikut: : ‫ َوِم َن اْلَم ْر َأِة َح ْيُث ُقْم َت ؟ اَل‬، ‫يصنع َيُقوُم ِم َن الَّرُج ِل َح ْيُث ُقْم َت‬
‫َق‬
‫ – رواه أحمد‬.‫ اْح َفُظوا‬: ‫ َفاْلَتَفَت ِإَلْيَنا اْلَعَالُء َفَقاَل‬: ‫َنَعْم َقاَل‬
1. Mengikhlaskan niat semata-mata mencari Telah mengabarkan kepada kami Abu Ghalib Al-
ridla Allah swt. Khayyat berkata, saya melihat Anas menyalati
Hal ini didasarkan kepada sabda jenazah seorang laki-laki, maka beliau berdiri di
Rasulullah saw: dekat kepalanya. Setelah jenazah itu diangkat,
datang lagi jenazah wanita dari Quraisy atau dari
” ‫ َوِإَّنَم ا ِلُك ِّل اْمِرٍئ َم ا َنَو ى – رواه البخاري‬،‫ِإَّنَم ا اَألْع َم اُل ِبالِّنَّياِت‬ anshar, dan ia diberitahu, wahai Abu Hamzah, ini
adalah jenazah wanita fulanah binti fulan,
“Semua perbuatan tergantung niatnya, dan shalatkanlah! lalu beliau berdiri didekat
(balasan) bagi tiap-tiap orang (tergantung) apa pusarnya. Diantara kami saat itu ada al-‘Ala’ Bin
yang diniatkan; )HR Bukhari). Ziyad Al-‘Adawi. Tatkala ‘Ala’ bin Ziyad melihat
1. Lebih utama dilakukan dengan berjamaah dan perbedaan letak berdiri Anas radhiyallahu’anhu
makmum hendaklah dibagi menjadi 3 baris. antara jenazah laki-laki dan wanita, ‘Ala’
bertanya, wahai Abu Hamzah, begitukah cara
‫َّل‬ ‫َّل‬ ‫َق‬ ‫َق‬
: ‫ اَل َرُس وُل ِهللا َص ى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َم‬: ‫ اَل‬، ‫َعْن َم اِلِك ْبِن ُهَبْيَر َة‬ Rasulullah shallahu’alaihi wasallam berdiri saat
menyalatkan jenazah, yaitu seperti yang anda
‫ َفُيَص ِّلي َع َلْيِه ُأَّم ٌة ِم َن اْلُم ْسِلِم يَن َيَبَلُغوا َأْن‬، ‫َم ا ِم ْن ُم ْؤ ِم ٍن َيُم وُت‬
lakukan?. (Anas bin Malik radhiyallahu’anhu)
‫ َقاَل َفَك اَن َم اِلُك ْبُن ُهَبْيَر َة َيَتَح َّر ى‬.‫َيُك وُنوا َثَالَث ُص ُفوٍف ِإَّال ُغ ِفَر َلُه‬ menjawab ‘iya’. Abu Ghalib Khayyat berkata,
‫ِإَذ ا َقَّل َأْه ُل َج َناَز ٍة َأْن َيْج َعَلُهْم َثاَل َثَة ُص ُفوٍف – رواه أحمد‬ lalu ‘Ala’ menoleh kami dan mengatakan,
Dari Malik bin Hubarah berkata; Rasulullah jagalah!. (HR Ahmad)
Shallallahu’alaihiwasallam bersabda: “Tidaklah 1. Dilakukan dengan berdiri tanpa ruku’, tanpa
seorang mukmin yang meninggal lalu ada sujud dan tanpa duduk; namun cukup
sekelompok orang yang menshalatinya sampai dengan bertakbir sebanyak empat
tiga shaf kecuali pasti dia diampuni.” (Martsad kali, termasuk takbiratul ihram. Hal
bin Abdullah Al Yazani Radliyallahu’aanhu) ini didasarkan pada hadits:
berkata; jika keluarga jenazah sedikit, Malik bin
Hubarah tetap menjaga agar bisa dijadikan tiga
shaf. (HR Ahmad) ‫عن َأِبي ُهَرْيَر َة َر ِض َي ُهَّللا َع ْنُه َقاَل َنَعى الَّنِبُّي َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم‬
‫ – رواه‬. ‫ِإَلى َأْص َح اِبِه الَّنَج اِش َّي ُثَّم َتَقَّد َم َفَص ُّفوا َخ ْلَفُه َفَك َّبَر َأْر َبًعا‬
1. Hendaklah imam berdiri pada arah kepala
‫البخاري‬
mayat pria dan pada arah kepala mayat
wanita. Hal ini didasarkan pada Dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu berkata,:
hadits berikut: Nabi Shallallahu’alaihiwasallam mengumumkan
kematian An-Najasyi, kemudian Beliau maju dan
membuat barisan shaf di belakangnya, Beliau lalu
takbir empat kali . (HR Bukhari)
Setiap takbir dilakukan dengan
mengangkat tangan; berdasarkan
riwayat yang disandarkan kepada
Ibnu Umar:
‫ َع ِن اْبِن ُع َم َر َأَّنُه َك اَن َيْر َفُع َيَد ْيِه ِفي ُك ِّل َتْك ِبيَرٍة َع َلى‬, ‫َعْن َناِفٍع‬ « ‫ – رواه أبو داود‬.» ‫ِإَذ ا َص َّلْيُتْم َع َلى اْلَم ِّيِت َفَأْخ ِلُص وا َلُه الُّدَعاَء‬
‫ رواه البيهقي‬-. ‫اْلَج َناَز ِة‬
“Apabila kalian menshalatkan mayit, maka
Dari Nafi’ dari Ibnu Umar bahwasanya beliau ikhlaskanlah doa untuknya.” (HR Abu
mengangkat kedua tangannya dalam setiap takbir Dawud)
pada shalat jenazah. (HR Baihaqi) Adapun do’a-do’a yang dibaca dalam
1. Sesudah takbiratul ihram hendaklah shalat jenazah sebagaimana yang
dilanjutkan dengan membaca surat al-Fatihah diajarkan oleh Rasulullah saw
dan membaca shalawat atas Nabi Muhammad
adalah sebagai berikut:
saw. Hal ini didasarkan pada hadits:

Pertama: Riwayat Imam Muslim dan


‫ِإَّن الُّس َّنَة ِفي الَّص اَل ِة َع َلى اْلِج َناَز ِة َأْن َيْقَر َأ ِبَفاِتَح ِة اْلِكَتاِب َو ُيَص ِّلَي‬
‫َع َلى الَّنِبِّي َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم ُثَّم ُيْخ ِلُص الُّدَعاَء ِلْلَم ِّيِت َح َّتى‬ an-Nasa’i:
‫ َو َأْخ َرَج ُه ِاْبُن اْلَج اُر وِد ِفي اْلُم ْنَتَقى‬، ‫َيْفَرَع َو اَل َيْقَر َأ ِإاَّل َم َّر ًة ُثَّم ُيَس ِّلَم‬
‫الَّلُهَّم اْغ ِفْر َلُه َو اْر َح ْم ُه َو اْعُف َع ْنُه َو َعاِفِه َو َأْك ِرْم ُنُز َلُه َو َو ِّسْع‬
‫ َوِرَج اُلُه ُم َخ َّرٌج َلُهْم ِفي الَّصِح يَح ْيِن‬: ‫ َقاَل اْلَح اِفُظ‬.
‫ُم ْد َخ َلُه َو اْغ ِس ْلُه ِبَم اٍء َو َثْلٍج َو َبَر ٍد َو َنِّقِه ِم َن اْلَخ َطاَيا َك َم ا ُيَنَّقى الَّثْو ُب‬
“Sungguh menurut sunnah dalam menyalatkan ‫اَألْبَيُض ِم َن الَّد َنِس َو َأْبِد ْلُه َداًر ا َخ ْيًر ا ِم ْن َداِرِه َو َأْه ًال َخ ْيًر ا ِم ْن َأْه ِلِه‬
jenazah adalah hendaklah seseorang membaca
surat al fatihah dan membaca shalawat atas Nabi ‫َو َز ْو ًج ا َخ ْيًر ا ِم ْن َز ْو ِج ِه َو ِقِه ِفْتَنَة اْلَقْبِر َو َع َذ اَب الَّناِر‬
saw lalu dengan ikhlas mendo’akan bagi mayit Ya Allah, Ampunilah dia (mayat) berilah rahmat
sampai selesai dan ia tidak membaca kecuali kepadanya, maafkanlah dia dan selamatkanlah
sekali kemudian salam” ( HR Ibnul Jarud dia (dari beberapa hal yang tidak disukai), dan
di dalam kitab al-Muntaqo”) al-Hafidz tempatkanlah di tempat yang mulia (Surga),
berkata : para perawi Hadits ini luaskan kuburannya, mandikan dia dengan air
salju dan air es. Bersihkan dia dari segala
tersebut di dalam kitab Bukhari dan
kesalahan, sebagaimana Engkau membersihkan
Muslim. baju yang putih dari kotoran, berilah rumah yang
Bacaan do’a diucapkan dengan lebih baik dari rumahnya (di dunia), berilah
suara lembut, sebagaimana keluarga (atau istri di Surga) yang lebih baik
dijelaskan dalan hadits: daripada keluarganya (di dunia), istri (atau
suami) yang lebih baik daripada istrinya (atau
‫ ِإَّن الُّس َّنَة ِفي الَّص َالِة َع َلى اْلَج َناِئِز َأْن‬: ‫َعْن َأِبي ُأَم اَم َة َأَّنُه َقاَل‬ suaminya), jagalah dia dari siksa kubur dan
Neraka lindungilah ia dari siksa kubur atau siksa
‫ُيْقَر َأ ِفي الَّتْك ِبيَر ِة اُألوَلى ِبُأِّم اْلُقْر آِن ُم َخ اَفَتًة ُثَّم ُيَك ِّبر َثَالًثا َو الَّتْسِليُم‬ api neraka.
‫ِع ْنَد اآلِخَرِة) رواه ألنسائي‬
Kedua: Riwayat Ibnu Majah, dan lain-
Dari Umamah, dia berkata: “ Sesunguhnya lain:
sunnah didalam shalat jenazah ialah membaca al-
al-fatihah pada takbir pertama dengan suara ، ‫ َو َصِغ يِرَنا َو َك ِبيِرَنا‬، ‫ َو َشاِهِد َنا َو َغ اِئِبَنا‬، ‫الَّلُهَّم اْغ ِفْر ِلَح ِّيَنا َوَم ِّيِتَنا‬
lembut kemudian bertakbir 3 kali dan salam di
‫ َوَم ْن‬، ‫ الَّلُهَّم َم ْن َأْح َيْيَتُه ِم َّنا َفَأْح ِيِه َع َلى اِإل ْس َالِم‬، ‫َو َذ َك ِرَنا َو ُأْنَثاَنا‬
akhir shalat. (HR an_Nasa’i)
‫ َو َال ُتِض َّلَنا‬، ‫ الَّلُهَّم َال َتْح ِرْم َنا َأْج َرُه‬، ‫َتَو َّفْيَتُه ِم َّنا َفَتَو َّفُه َع َلى اِإل يَم اِن‬
1. Setelah takbir yang kedua, ketiga dan
keempat, dilanjutkan dengan berdo’a kepada ‫َبْعَدُه‬.
Allah secara ikhlas untuk mayit. (Ya Allah, ampunilah kami yang masih hidup,
Hal ini didasarkan pada Hadits yang yang telah meninggal dari kami, yang masih ada,
diriwayatkan oleh Abu Hurairah, yang telah tiada, anak kecil kami, orang tua kami,
bahwa Rasulullah saw bersabda: lelaki kami, perempuan kami. Ya Allah, siapa saja
yang Engkau hidupkan dari kami, maka
hidupkanlah di atas Islam, dan siapa saja yang
Engkau wafatkan dari kami, maka wafatkanlah di
atas iman. Ya Allah, janganlah Engkau haramkan Selain tata cara di atas, shalat
bagi kami pahalanya, dan janganlah Engkau jenazah dapat pula dilakukan
sesatkan kami sepeninggalnya. “ dengan urutan-urutan sebagai
Ketiga: Riwayat Abu Dawud: berikut: Dimulai dengan niat
kemudian bertakbir lalu membaca
‫الَّلُهَّم ِإَّن ُفاَل َن ْبَن ُفاَل ٍن ِفي ِذ َّم ِتَك َفِقِه ِفْتَنَة اْلَقْبِر َقاَل َعْبُد الَّرْح َمِن‬ surat al-fatihah dilanjutkan takbir
‫ِم ْن ِذ َّم ِتَك َو َح ْبِل ِجَو اِر َك َفِقِه ِم ْن ِفْتَنِة اْلَقْبِر َو َع َذ اِب الَّناِر َو َأْنَت َأْه ُل‬ kedua lalu membaca shalawat atas
‫اْلَو َفاِء َو اْلَح ْم ِد الَّلُهَّم َفاْغ ِفْر َلُه َو اْر َح ْم ُه ِإَّنَك َأْنَت اْلَغُفوُر الَّرِح يُم‬ Nabi Muhammad saw kemudian
“Ya Allah, sesungguhnya Fulan bin Fulan berada bertakbir ketiga lalu berdo’a untuk
dalam jaminanMu maka lindungilah dia dari si mayit kemudian takbir keempat
Fitnah kubur.” Sedang Abdurrahman berkata; dilanjutkan salam.
dari jaminanMu. Berada dalam jaminan
keamananMu, maka lindungilah dirinya dari ‫ ُثَّم َيْقَر ُأ‬، ‫َأَّن الُّس َّنَة ِفى الَّص َالِة َع َلى اْلَج َناَز ِة َأْن ُيَك ِّبَر اِإل َم اُم‬
fitnah kubur, serta adzab neraka. Engkau
senantiasa menepati janji dan Pemilik segala ‫ ُثَّم ُيَص ِّلى َع َلى‬، ‫ِبَفاِتَح ِة اْلِكَتاِب َبْعَد الَّتْك ِبيَرِة اُألوَلى ِس ًّر ا ِفى َنْفِس ِه‬
pujian. Ya Allah, ampunilah dosanya dan ‫ َو ُيْخ ِلُص الُّدَعاَء ِلْلَج َناَز ِة ِفى‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫الَّنِبِّى‬
sayangilah dia, sesungguhnya Engkau Maha ‫ ُثَّم ُيَس ِّلُم ِس ًّر ا ِفى َنْفِسِه – رواه‬، ‫الَّتْك ِبيَر اِت َال َيْقَر ُأ ِفى َش ْى ٍء ِم ْنُهَّن‬
Pengampun dan Maha Penyayang. ‫البيهقي‬
Catatan: Lafadz ‫ ُفاَل َن ْبَن ُفاَل ٍن‬pada do’a di
Sungguh menurut sunnah dalam menyalatkan
atas agar diganti dengan nama
jenazah adalah hendaklah seorang imam
jenazah yang dishalatkan. bertakbir kemudian membaca surat al fatihah
Keempat: Riwayat Al-Baihaqi dan at- dengan suara lirih setelah takbir pertama
Tabrani: kemudian membaca shalawat atas Nabi saw dan
ikhlas mendo’akan bagi mayit pada takbir-takbir
‫ َو َأْنَت َغ ِنٌّي َعْن‬،‫الَّلُهَّم َعْبُدَك َو اْبُن َأَم ِتَك اْح َتاَج ِإَلى َرْح َم ِتَك‬ berikutnya dan ia tidak membaca apapun di
‫ َوِإْن َك اَن ُم ِس يًئا َفَتَج اَو ْز‬،‫ َفِإْن َك اَن ُم ْح ِس ًنا َفِزْد ِفي ِإْح َس اِنِه‬،‫َع َذ اِبِه‬ dalamya (selain mendoakan mayit) kemudian
salam dengan suar lirih (HR al- Baihaqi)
‫َع ْنُه‬ Shalat Jenazah di Kuburan
“ Ya Allah hambaMu dan putra hamba Jika jenazah telah dikuburkan lalu
perempuanMu membutuhkan rahmatMu, Engkau ada seorang atau sekelompok orang
tidak membutuhkan akan siksaannya. Jika dia yang ingin menyalatinya maka
orang yang baik, tambahilah kebaikannya dan
diperbolehkan untuk menyalatinya di
jika ia orang yang jahat ampunilah
atas kuburnya walaupun jenazah itu
kejahatannya” Kemudian hendaklah
sudah dishalati sebelumnya.
seseorang berdo’a sekehendaknya.
Rasullullah saw pernah melakukan
Jika mayat seorang anak, do’a yang
sholat jenazah di kuburan seorang
diajarkan oleh Rasulullah saw
laki-laki atau wanita yang meninggal
adalah sebagai berikut:
pada malam hari, ketika tidak diberi
tahu oleh para sahabat. Dari Abu
‫الَّلُهَّم اْج َعْلُه َلَنا َفَر ًطا َو َس َلًفا َو َأْج ًر ا‬.
Hurairah RA dia berkata:
“ Ya Allah jadikanlah ia bagi kami sebagai
imbuhan, titipan dan pahala” (HR Baihaqi) ‫َأَّن َر ُج اًل َأْس َو َد َأْو اْمَر َأًة َسْو َداَء َك اَن َيُقُّم اْلَم ْس ِج َد َفَم اَت َفَس َأَل الَّنِبُّي‬
1. Mengucapkan salam secara sempurna dengan ‫َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َع ْنُه َفَقاُلوا َم اَت َقاَل َأَفاَل ُكْنُتْم آَذْنُتُم وِني ِبِه‬
menoleh ke sebelah kanan dan kekiri. ‫ُد ُّلوِني َع َلى َقْبِرِه َأْو َقاَل َقْبِر َها َفَأَتى َقْبَر َها َفَص َّلى َع َلْيَها‬
Hal ini didasarkan pada Hadits yang “Ada seorang laki-laki kulit hitam atau wanita
diriwayatkan Ibnul Jarud di atas. kulit hitam yang menjadi tukang sapu di masjid
telah meninggal dunia. Nabi shallallahu ‘alaihi Dalam hal waktu pelaksanaan
wasallam lalu bertanya tentang keberadaan shalat, Ibnu qoyyim rahimahullah
orang tersebut. Orang-orang pun menjawab, memilih pendapat tanpa adanya
“Dia telah meninggal!” Beliaupun bersabda,
batasan waktu. Dia berkata :
“Kenapa kalian tidak memberi kabar kepadaku?
Tunjukkanlah kuburannya padaku!” Beliau “Rasullullah saw melakukan shalat jenazah
kemudian mendatangi kuburan orang itu di atas kuburan setelah 3 hari penguburan nya,
kemudian menshalatinya.” (HR. Al-Bukhari bahkan pernah satu bulan setelah penguburan.
dan Muslim) Akan tetapi, Nabi saw tidak membatasi waktu
tertentu (dibolehkannya shalat jenazah diatas
Berdasarkan hadits di atas,
kuburan).”
sebagian ulama berpendapat
.
tentang disunahkannya sholat
jenazah dikuburan . Pendapat ini
Shalat Ghaib
merupakan salah satu pendapat
Shalat ghaib adalah shalat jenazah
dari Imam Ahmad dan para
yang dilakukan oleh kaum muslimin
penganut Imam Hanafi. Hanya,
terhadap saudaranya yang wafat,
mereka berbeda pendapat tentang
sementara jenazahnya tidak ada di
syarat dan berapa waktu yang
depan mereka atau berada di tempat
dibolehkan untuk sholat jenazah di
yang lain.
atas kuburan.

Shalat Ghaib pernah dilakukan oleh


Mengenai syarat diisyariatkan nya
Rasulullah saw di Madinah terhadap
sholat jenazah diatas kuburan para
An Najasyi, seorang raja negeri
ulama’ berpendapat bahwa shalat
Habasyah (Ethiopia) yang beragama
tersebut hanya diperuntukkan bagi
Islam, yang wafat di negeri tersebut.
orang yang patut dan termasuk
Pada saat itu negeri Habasyah
diperintahkan shalat jenazah ketika
adalah adalah negeri Nasrani. Hal ini
mayat masih belum dikubur.
didasarkan pada Hadits yang
Misalnya, orang yang tidak
diriwayatkan dari Abu Hurairah
mengetahui kabar kematian
radhiallahu ‘anhu, dia berkata:
seseorang yang seandainya dia tahu
pasti akan ikut menyolati jenazah
‫َأَّن َرُس وَل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َنَعى الَّنَج اِش َّي ِفي اْلَيْو ِم اَّلِذ ي‬
nya, atau orang yang tertinggal
‫َم اَت ِفيِه َو َخ َرَج ِبِهْم ِإَلى اْلُم َص َّلى َفَص َّف ِبِهْم َو َك َّبَر َع َلْيِه َأْر َبَع‬
jenazah dan mayat terlanjur
‫َتْك ِبيَر اٍت‬
dikuburkan. Apabila seseorang
tidak termasuk yang diperintahkan “Bahwasanya Rasulullah saw mengumumkan
sholat jenazah maka tidak kematian An Najasyi pada hari kematiannya.
disyariatkan shalat dikubur nya. Rasul keluar bersama para sahabatnya ke
lapangan, lalu mengatur shaf, kemudian
Pendapat ini didasarkan pada (melaksanakan shalat dengan) bertakbir sebanyak
kenyataan bahwa Nabi saw tidak empat kali.” (HR Al Bukhari dan
pernah melaksanakan shalat Muslim)
jenazah di atas kuburan setiap kali Mengenai hukum shalat Ghaib, para
melewati kuburan ulama’ berbeda pendapat dalam 3
macam:
Pertama, bahwa sholat ghoib 1. Shalat jenazah sama dengan shalat lain,
adalah masyru’ (disyariatkan) dan yakni menutup aurat, suci badan, pakaian
hukumnya sunnah. Ini adalah dan tempatnya serta menghadap kiblat.
2. Jenazah sudah dimandikan dan dikafani.
pendapat Imam Syafi’i dan Imam
Letak jenazah berada di sebelah kiblat orang
Ahmad. Pendapat ini didasarkan yang menyalatkannya, kecuali kalau shalat
pada hadits di atas. dilakukan di dekat makamnya atau shalat
Kedua, bahwa shalat ghaib berlaku gaib.
khusus bagi jenazah raja Najasyi, Orang Terkait yang Berhak Mengurus Jenazah
tidak untuk yang lainnya. Ini adalah Berikut ini orang terkait yang berhak mengurus
jenazah:
pendapat Imam Malik dan Imam Abu
Hanifah. Pendapat mereka
didasarkan pada argumentasi 1. Orang yang diwasiatkan dengan syarat.
bahwa peristiwa sholat Ghoib ini 2. Orang yang diwasiatkan bukan orang yang
tidak pernah ada kecuali pada fasik atau ahli bid’ah.
kejadian meninggalnya raja Najasyi. 3. Ulama atau pemimpin agama.
4. Orang tua dari jenazah tersebut.
Ketiga: bahwa shalat Ghaib 5. Anak anak si jenazah ke bawah.
disyari’atkan, tetapi hanya 6. Keluarga terdekat.
diperuntukkan bagi seorang muslim 7. Kaum muslimin.
yang meninggal di suatu daerah Rukun Shalat Jenazah
yang tidak ada orang yang Rukun shalat jenazah yang benar yakni:
menshalatkannya. Adapun jika ia
telah disholatkan di tempat dia 1. Niat
meninggal atau tempat lainnya, 2. Berdiri bagi yang mampu
maka tidak dilaksanakan sholat 3. Melakukan 4 kali takbir
Ghoib karena kewajiban untuk 4. Mengangkat tangan pada takbir pertama
mensholatkannya telah gugur 5. Membaca shalawat
6. Berdoa untuk jenazah
dengan sholatnya kaum muslimin
7. Salam
atasnya. Ini adalah pendapat s mayit ini empat kali takbir fardhu kifayah,
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dan sebagai makmum karena Allah Ta’ala”.
dipilih oleh beberapa ulama’ seperti Waktu Pelaksanaan Shalat Jenazah
Al Khattabi, Abu Dawud, Selain itu, dalam melakukan shalat jenazah juga
Nashiruddin Al Albany dan lain-lain. tidak ditentukan waktunya secara khusus. Namun,
Pendapat ketiga tampaknya paling shalat jenazah bisa dilakukan kapan saja, kecuali
di 3 waktu ini, yaitu:
kuat karena merupakan hasil
kompromi di antara dalil-dalil yang
dikemukakan oleh kelompok  Saat matahari terbit hingga ia agak meninggi
pertama dan kedua. Wallahu a’lam  Matahari tepat berada di pertengahan langit
 Saat matahari hampir terbenam
Hal ini didasarkan pada hadits:
Syarat Sah Melakukan Shalat Jenazah
‫ َيْنَهاَنا َأْن‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫َثَالُث َس اَعاٍت َك اَن َر ُسوُل ِهَّللا‬
Berikut ini syarat sah yang perlu dilakukan
sebelum melakukan shalat jenazah: ‫ُنَص ِّلَى ِفيِهَّن َأْو َأْن َنْقُبَر ِفيِهَّن َم ْو َتاَنا ِح يَن َتْطُلُع الَّش ْم ُس َباِزَغ ًة َح َّتى‬
‫َتْر َتِفَع َوِح يَن َيُقوُم َقاِئُم الَّظِهيَرِة َح َّتى َتِم يَل الَّش ْم ُس َوِح يَن َتَض َّيُف‬
‫الَّش ْم ُس ِلْلُغ ُروِب َح َّتى َتْغ ُر َب‬
Artinya: dahulu. Sebab, hal tersebut sebaiknya dilakukan
dengan segera seperti diungkapkan dalam sebuah
hadits. Hadits dari Abu Hurairah RA yang berkata
Ada tiga waktu, di mana Rasulullah Shallallahu bahwa Rasulullah SAW bersabda:
‘alaihi wa sallam melarang kita untuk melakukan
shalat sunah mutlak dan menguburkan jenazah
kaum muslimin, yaitu ketika matahari baru terbit “Bersegeralah kamu dalam mengurusi jenazah
hingga sudah naik ke atas, ketika matahari tepat karena jika ia termasuk jenazah yang saleh
berada di atas kepada hingga dia condong sedikit berarti kamu menyegerakan kebaikan baginya.
dan ketika matahari hampir terbenam, sampai Tetapi jika ia tidak termasuk jenazah yang saleh
tenggelam. (HR. Ahmad 17841, Muslim 1966, (buruk), berarti kamu meletakkan keburukan di
Abu Daud 3194 dan yang lainnya). pundakmu“. (HR Muttafaq ‘alaih).
Selain itu, shalat jenazah juga memiliki
keutamaan atau fadhilah yang sangat besar bagi
Selain waktu pelaksanaan, tempat atau lokasi yang melaksanakannya. Beberapa keutamaannya
untuk shalat jenazah juga perlu diketahui. Meski di antaranya adalah sebagai berikut:
sebenarnya bisa dilakukan di mana saja selama
layak dan bersih, tetapi akan lebih baik lagi jika
dilakukan di masjid. 1. Berpahala Sebesar Gunung Uhud
Dengan menshalatkan, mengiringi, dan
mengantarkan jenazah hingga ke pemakaman,
Tata Cara Shalat Jenazah dan Bacaannya maka bisa mendapatkan pahala sebesar gunung
Untuk tata cara sholat jenazah dan bacaan sholat Uhud.
jenazah sebenarnya berbeda dengan ibadah lain
pada umumnya. Berikut adalah tata cara dan juga
bacaan shalat jenazah sesuai dengan urutannya: 2. Pahala Mengalir bagi Jenazah
Bukan hanya untuk orang yang menyalatkan,
ternyata ada pula keutamaan bagi jenazah yang
Takbir pertama
dishalatkan. Apalagi jika jamaah yang
Setelah membaca niat, segera lakukan takbiratul
menshalatkan terdiri atas 40 orang atau lebih bisa
ihram. Hal ini dengan melakukan tangan di atas
mengalirkan pahala kepada jenazah.
pusarnya sebagaimana shalat pada umumnya.

3. Dikabulkan Do’a
Lalu membaca Al Fatihah
Keutamaan sholat jenazah selanjutnya adalah
doanya akan dikabulkan. Dalam sebuah hadits
Shalat jenazah adalah salah satu proses yang harus dari Aisyah RA, ia berkata bahwa Rasulullah
dilakukan ketika ada orang beragama Islam yang SAW bersabda:
meninggal dunia. Hukum shalat jenazah adalah
fardhu kifayah dan wajib dilakukan berjamaah,
bukan sendiri-sendiri. Jika ada sebagian kaum “Tidaklah seorang mayat dishalatkan (dengan
muslimin memenuhinya, maka orang yang tidak shalat jenazah) oleh sekelompok kaum muslimin
melakukannya tidak berdosa. Namun, jika tidak yang mencapai 100 orang lalu semuanya memberi
ada sama sekali yang melaksanakannya, seluruh syafaat (mendoakan kebaikan untuknya), maka
kaum muslimin di sekitarnya terkena dosa. syafaat (do’a mereka) akan diperkenankan“. (HR
Muslim).

Keutamaan Shalat Jenazah


Jika ada seseorang beragama Islam yang Pelaksanaan praktik shalat jenazah bertujuan
meninggal dunia, maka pengurusan jenazah agar siswa lebih memahami dan menguasai
merupakan hal yang perlu dilakukan terlebih tentang konsep tentang tata cara shalat jenazah
dari posisi berdiri, niat, takbir pertama membaca
surat Al Fatihah, takbir kedua membaca Shalawat
Nabi Muhammad SAW, takbir ketiga do’a, do’a
takbir keempat dan yang kelima memberi salam
kekanan dan kekiri.

''Siswa tidak bisa hanya dengan mengetahui teori


saja, tetapi mereka juga harus lebih menguasai
praktiknya, jelas hasilnyapun lebih bermakna
dalam menumbuhkan nilai spiritual mereka bagi
kehidupannya kelak,'' tutur Akram.

''Semoga dengan dilaksanakannya praktik ini


siswa semakin menguasai materi tentang shalat
jenazah yang sesuai ketentuan syariat Islam,''
harapnya.

Anda mungkin juga menyukai