Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

1. TAFSIR QS. AL-ISRA’ 78 : WAKTU SHALAT


2. TAFSIRQS. AL-BAQARAH 238-239 : MENJAGA
SHALAT

(Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Tafsir Nusantara
Dosen Pengampu: Bapak. Abdul Muqit, M.Ag

Oleh:
Ahmad Sofyan Jauhari

Semester 5
Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir
Fakultas Ushuluddin
Institut Agama Islam Faqih Asy’ari (IAIFA)
Sumbersari Kencong Kepung Kediri
2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi maha Penyayang,
puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang mana dengan limpahan
Rahmat serta Hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Ungkapan rasa terimakasih yang tak terhingga kami haturkan kepada Bapak
bapak Abdul Muqid, M.Ag selaku Dosen pengampu mata kuliah Tafsir ahkam yang
telah membimbing kami dalam memahami seluk beluk materi selama satu semester
ini.
Dan tak lupa ucapan terimakasih kami haturkan kepada beberapa pihak yang
ikut andil dalam mensukseskan penyusunan makalah ini, selanjutnya makalah yang
kami beri judul Tafsir Al-ikhlil ini semoga bisa memeberikan sedikit informasi
kepada pembaca.
Makalah yang kami susun ini tentulah sangat jauh dari kata sempurna, maka
dari itu, kritik serta saran yang membangun sangat kami harapkan demi mencapai
kemajuan di bidang keilmuan.

Sumbersari, 03 Desember 2023

Penulis

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii


DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 2
A. Tafsir Qur'an surat Al isra' ayat .......................................................................... 3
B. Tafsir Qur'an Surat Al Baqarah .......................................................................... 5
BAB III PENUTUP ................................................................................................ 6
A. Kesimpulan ......................................................................................................... 6
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 7

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Tafsir merupakan cabang ilmu yang amat penting dalam Islam. Hal ini
dikarenakan tafsir merupakan disiplin ilmu yang berupaya untuk menjelaskan
maksud kandungan Al-Qur’an, yang merupakan kitab pegangan pokok umat
Islam. Dengan banyaknya karya tafsir yang telah dicetuskan oleh ulama
terdahulu, hal ini diharapkan dapat membantu umat dalam memahami Al-
Qur’an dan menjadikannya sebagai panduan dan pedoman hidup.
Dapat kita perhatikan, bahwa tanpa adaya upaya dari ulama-ulama terdahulu
dalam menafsirkan Al-Qur’an, akan ada banyak golongan yang berupaya
menafsirkan Al-Qur’an dengan semena-mena dan tanpa arah, baik untuk
kepentingan pribadi maupun golongan. Tentunya, hal ini sangat berbahaya
untuk umat Islam.

2. Rumusan Masalah
Berdasarkan Pembahasan di atas, Maka muncul beberapa pertanyaan sebagai
berikut:
1. Tafsir QS. Al-Isra’ 78 : Waktu Shalat
2. TafsirQS. Al-Baqarah 238-239 : Menjaga Shalat

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. QS. Al-Isra’ 78 : Waktu Shalat


.‫ق الَّيْ ِل َوقُرْ ٰانَ الْفَ ْج ِِۗر اِنَّ قُرْ ٰانَ الْفَ ْج ِر كَانَ َم ْش ُه ْودًا‬
ِ ‫س‬ َ ‫اَق ِِم الص َّٰلوةَ ِلدُلُ ْوكِ الشَّ ْم ِس ا ِٰلى‬
َ ‫غ‬
Artinya: “Laksanakanlah Shalat sejak matahari tergelincir sampai
gelapnya malam dan (laksanakan pula Shalat) Subuh. Sungguh, Shalat
subuh itu disaksikan (oleh malaikat). (QS. Al-Isra’ 78)
Ayat ini secara harfiahnya memerintahkan untuk melaksanakan
shalat pada saat tergelincirnya matahari hingga tenggelamnya matahari.
Pentingnya shalat
Pertama, Shalat adalah paling mulianya ketaatan setelah iman. Oleh
karenanya Allah SWT. Menempatkan perintah Shalat setelah Allah
menjelaskan tentang kketuhanan, akhirat dan kenabian. Karena Shalat
merupakan paling mulianya suatu ketaatan serta atas faktor tersebut
diperintahkan untuk melaksanakan Shalat. Kedua, Shalat dapat menolak
hal-hal yang tidak disukai dan keburukan dari apa . Oleh karenanya maka
Shalat yang penting untuk di dekat karena dapat membantu engkau dari
suatu barang yang mereka lakukan.
1. Lam dalam Dulukisy Syamsi
Menurut Al-Wahidi lam dalam dulukisy Syamsi adalah lam li ajlih
dan sebab. Oleh karena maka lidulukisy syamsi adalah karena sebab
tergelincirnya matahari.
2. Dulukisy Syamsi
Ulama berbeda pendapat dalam menafsiri dulukisy syamsi.
Pperbedaan ini terbagi dua, yaitu:
a. Makna dulukisy syamsi adalah tenggelamnya matahari.
Pendapat ini adalah pendapat yang dipilih oleh Imam Fara’ dan
Ibnu Qutaibah. Pendapat ini didasarkan kepada pendapat
Sayyidina Ali, Ibnu Abbas dan Abdullah Ibnu Mas’ud.
b. Makna dulukisy syamsi adalah tergelincirnya matahari tengah-
tengah langit. Pendapat ini adalah pendapat yang dipilih oleh
kebanyakan sahabat dan tabiin. Untuk melegitimasi
pendapatnya ini mereka mengemukakan beberapa hujjah berikut
ini:

2
Hujjah pertama, adalah hadis dari Jabir RA.:
‫ت‬ ْ َ‫سلَّ َم َوأ‬
ِ َ‫ص َحابَهُ ثُ َّم خ ََرجُوا حِ ينَ زَ ال‬ َ ‫علَيْ ِه َو‬ ُ َّ ‫صلَّى‬
َ ‫َّللا‬ َ « :َ‫ع ْن َجابِ ٍر أَنَّهُ قَال‬
ِ َّ ‫طع َِم ِعنْدِي َرسُو َل‬
َ ‫َّللا‬ َ
ُ ‫الشَّ ْم‬
‫س‬

Artinya: Diriwayatkan dari Jabir RA. Dia berkata: Rasulullah SAW


dan Sahabatnya makan Di sampingku. Kemudian mereka keluar ketika
tergelincir matahari.
»‫س‬ ِ ‫سلَّ َم هَذَا حِ ينَ دَلَ َك‬
ُ ‫ت الشَّ ْم‬ َ ‫علَيْ ِه َو‬ ُ َّ ‫صلَّى‬
َ ‫َّللا‬ ُّ ِ‫فَقَا َل النَّب‬
َ ‫ي‬
Lalu Rasulullah SAW. Bersabda: ini ketika tergelincir matahari.
Pada hadis ini Rasulullah SAW. Memaknai dalku dengan
tergelincir.
Hujjah kedua, Hadis yang di riwayatkan pemilik kitab Al-Kassyaf
berikut ini:
َ ‫ «أَتَانِي ِجب ِْري ُل‬:َ‫سلَّ َم أَنَّهُ قَال‬
‫علَيْ ِه السَّ ََل ُم‬ َ ‫علَيْ ِه َو‬ ُ َّ ‫صلَّى‬
َ ‫َّللا‬ َ ‫ي‬ ِِّ ِ‫ع ِن النَّب‬ َ » ِ‫صاحِ بُ «الْ َكشَّاف‬ َ ‫َر َوى‬
َّ
. »‫ي الظ ْه َر‬ َ ‫ب‬
ِ ‫ى‬ َّ ‫ل‬‫ص‬َ َ ‫ف‬ ‫س‬ ُ ‫م‬ْ َّ ‫ش‬ ‫ال‬ ‫ت‬
ِ َ ‫ل‬‫ا‬ َ‫ز‬ َ‫ين‬ ِ‫ح‬ ‫س‬
ِ ‫م‬
ْ َّ ‫ش‬ ‫ِلدُلُوكِ ال‬

Artinya: Diriwayatkan oleh pemilik kitab Al-Kassyaf dari


Rasulullah SAW. Beliau bersabda: Jibril AS. Mendatangiku Karena
tergelincirnya matahari ketika matahari tergelincir kemudian dia Shalat
dzuhur denganku.
Hujjah yang ketiga, Pakar bahasa memaknai duluki tergelincir . Oleh
karenanya dikatakan “dalikatun” kepada matahari ketika tergelincir pada
tengah siang. Imam Qaffal berkata:
‫ألى غشق اليل‬

Artinya: Asal tergelincir adalah condongnya matahari.


Ghasaqi Al-Laili
Penafsiran dari ghasqul Laili banyak pendapat, menurut Ato’
ghahsaqul laili adalah awal malam. Sedangkan menurut Ibnu Abbas
ghahsaqul laili adalah malam ketika gelap sama hal dengan penafsiran yang
di kemukakan oleh Al Azhari ghahsaqul laili adalah malam ketika
tenggelamnya mega. Namun pendapat Ibnu Abbas dan Al-Azhari ini
berbeda dengan penafsiran yang dikemukakan oleh Fahrudin Ar-Razi.
Menurutnya jika ghahsaqul laili dimaknai dengan malam yang gelap maka
QS. Al-Isra’ ayat 78 ini mengandung empat waktu salat, yaitu zuhur Ashar

3
Maghrib dan Isa’. Hal ini tidak sesuai dengan dhahir ayat tersebut.
Menurutnya penafsiran yang lebih relevan yaitu ghahsaqul laili ditafsiri
dengan awal malam. Dengan demikian maka QS. Al-Isra’ ayat 78 ini hanya
mengandung tiga waktu shalat yaitu dzuhur, ashar dan magrib.

B. QS. Al-Baqarah 238-239 : Menjaga Shalat

َ‫ّلِل ٰقنِتِيْن‬ ٰ ‫ت َوالص َّٰلوةِ الْ ُوس‬


ِ ‫ْطى َوقُ ْو ُم ْوا ِ ه‬ ِ ‫صلَ ٰو‬ َ ‫َحافِظُ ْوا‬
َّ ‫علَى ال‬

Artinya: “Peliharalah semua Shalat dan Shalat wustha. Dan laksanakanlah


(Shalat) karena Allah dengan khusyuk.” (QS. Al-Baqarah 238)
1. Fakhrudin ar-razi menjelaskan bahwa semua ulama’ sepakat bahwa
shalat yang di fardhuhkan adalah shalat lima waktu. Penafsiran Al-
shawatil dengan salat lima waktu karena Kata tersebut menggunakan
kata jamak. Sedangkan minimal makna jamak adalah tiga, Sedangkan
kata Al-Shawatil Wushtha Itu menunjukkan kata jamak yang lebih dari
tiga. Dan kata wustho itu juga tidak dapat tafsirkan karena empat
bukanlah wushtha. Oleh karenanya wushtha harus ditafsiri lebih dari
empat. Empat dan yang lebih dari empat yaitu yang paling minimal
adalah lima. Oleh karenanya al-Shawatil wushtha ditafsiri dengan salat
lima waktu.
2. Perintah menjaga salat adalah perintah untuk menjaga syarat-syaratnya,
rukun-rukunnya, menjaga dari hal-hal yang membatalkan shalat baik
hati, lisan maupun anggota fisik.
Menjaga hal-hal yang membatalkan salat secara batin adalah hal
yang paling penting dalam permasalahan salat karena menjaga niat itu
adalah tujuan pokok dari salat. Sebagaimana firman Allah:

ْ ‫َّللا ََلْٓ ا ِٰلهَ ا ََِّلْٓ اَن َ۠ا فَا ْعبُدْنِ ْۙ ْي َواَق ِِم الص َّٰلوةَ ِل ِذ ْك ِر‬
‫ي‬ ُ ‫اِنَّنِ ْْٓي اَنَا ه‬

4
Artinya: “Sungguh, Aku ini Allah, tidak ada tuhan selain Aku, maka
sembahlah Aku dan laksanakanlah salat untuk mengingat Aku. (QS. Thaha,
14)
Oleh karenanya seseorang menjaganya maka ia sudah melaksakan
shalat dengan sesungguhnya.

َ‫علَّ َمكُ ْم َّما لَ ْم تَكُ ْون ُْوا تَ ْعلَ ُم ْون‬ َ ‫فَا ِْن خِ فْتُ ْم ف َِر َج ًاَل اَ ْو ُر ْك َبانًا ۚ فَ ِاذَآْ اَ ِمنْتُ ْم فَاذْكُ ُروا ه‬
َ ‫َّللا َك َما‬

Artinya: “Jika kamu takut (ada bahaya), Shalatlah sambil berjalan


kaki atau berkendaraan. Kemudian apabila telah aman, maka
ingatlah Allah (Shalatlah), sebagaimana Dia telah mengajarkan
kepadamu apa yang tidak kamu ketahui.” (QS. Al-Baqarah 238)
Lafadh fain khiftum membuang maf’ul karena sudah di ketahui.
Maf’ul yang di buang di sini lafadh ‘aduwu yang berarti musuh.
Zamakhsyari menafsiri ayat fain khiftum farijalan rukbanan dengan takut
dari musuh dan lainnya. Menurut Ar-Razi pendapat ini adalah pendapat
yang shahih. Namun ada pula yang menafsiri dengan khawatir hilangnya
waktu shalat jika mengakhirkan shalat hingga mengosongkan peperangan,
maka shalatlah dengan berjalan kaki atau menaiki tunggangan.
Sahlat khauf ada dua: pertama yaitu ketika dalam keadaan
peperangan. Inilah yang di maksud dalam ayat ini. Kedua di dalam selain
peperangan. Yang kedua ini yang di sebutkan dalam surat An-Nisa’ ayat
102 yaitu:

َ ‫َواِذَا كُنْتَ فِيْ ِه ْم فَاَقَمْتَ لَ ُه ُم الص َّٰلوةَ فَلْتَقُ ْم‬


َ‫ط ۤاىِٕفَةٌ ِِّمنْ ُه ْم َّمعَك‬
Artinya: “Dan apabila engkau (Muhammad) berada di tengah-tengah
mereka (sahabatmu) lalu engkau hendak melaksanakan salat bersama-sama
mereka.” (QS. An-Nisa’ 102)
Dalam Surah An Nisa Ayat 102 tentang tata cara shalat khauf adalah Salah
satu cara salat khauf adalah jamaah dibagi menjadi dua kelompok.

5
Apabila imam telah menyelesaikan satu rakaat bersama kelompok pertama,
kelompok kedua melakukan rakaat itu dan imam dalam keadaan menunggu.
Begitu selanjutnya secara bergantian hingga kedua kelompok tersebut
melakukan salam bersama dengan imam.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, Maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:

1. Qur’an surat Al isra’ ayat 76 menerangkan tentang perintah


melaksanakan sholat dari tergelincir nya matahari hingga tenggelamnya
matahi dan juga
2. Qur’an surah Al-Baqarah ayat 238-239 menjelaskan sebagai berikut
bahwa pentingnya untuk menjaga sholat lima waktu beserta dengan hal
hal yang bisa membatalkan sholat

6
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai