Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

MAKALAH HADITS IBADAH


SHALAT JAMA’ DAN QASHAR

Dosen Pengampu: Ahmad Fajar Shodiq M.Th.I.

Disusun oleh:
Rivaldi Ibrahim (211104020004)

PROGRAM STUDI ILMU HADITS


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KH. ACHMAD SIDDIQ JEMBER
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kita haturkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya makalah ini dapat diselesaikan dengan
lancar tanpa ada penghalang suatu apapun.
Shalawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada Baginda Agung,
Nabi Muhammad SAW yang telah merubah jaman jahiliyyah hinga jaman yang
penuh dengan ilmu seperti sekarang.
Ucapan terima kasih kepada Dosen Pembimbing mata kuliah Hadits
Ibadah, Bapak Fajar atas bimbingan nya kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tak lupa penulis ucapkan terima kasih
kepada teman-teman semua yang telah memberikan semangat sehingga kami
termotivasi untuk segera menyelesaikan tugas makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih belum
sempurna dan masih terdapat kekurangan, baik referensi yang diambil atau
selainnya. Oleh karena itu, penulis mengharap saran dan kritik yang bersifat
membangun guna memperbaiki makalah yang akan ditulis selanjutnya.

Jember, 14 September 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... II
DAFTAR ISI................................................................................................... III
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
BAB ll PEMBAHASAN
A. Hadits tata cara shalat Rasulullah............................................... 2
B. Hadit shalat qashar..................................................................... 5
C. Hadits shalat jama’..................................................................... 7
BAB lll PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Shalat merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang harus mereka
tunaikan setiap harinya sebanyak 5 waktu, dan yang seperti kita ketahui
bahwasanya shalata adalah tiang agama islam, yang mana apabila seseorang
yang telah mendirikan shalat beararti dia tealah mendirikan agama islam, dan
barang siapa yang meninggalkannya maka dia telah merobohkan agamanya.
Hadits juga menjelaskan bahwasanya shalat merupakan pelebur dosa kita
selama sehari, yang mana diibaratkan oleh nabi sebagai orang yang mandi 5
kali selama satu hari niscaya tidak akan ditemukan kotoran dalam dirinya.
Dalam pelaksanaanya shalat memiliki beberapa syarat dan rukun yang
harus dipenuhi, dan tidak luput dari itu shalata juga memiliki bebrapa
halangan dimana tidak semua orang dapat mengerjakannya dengan sempurna
baik dari kendala waktu atau kondisi yang dialami. Seperti halnya orang yang
sedang bepergian mereka terkendala dengan waktu apabila harus
melakukukan shalat dengan rakaat sempurna. Islam dan nabi tidak pernah
memepersulit seseorang dalam beribadah, dalam syariat islam kita mengenal
shalat jama’ dan qashar yang akan memudahkan setiap muslim untuk tetap
melakukan ibadah shalat meskipun dalam perjalanan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hadits tata cara shalat

ِ
ْ َ‫ت ِإىَل اَلصَّاَل ة ف‬
ُ ‫َأسبِ ِغ اَلْ ُو‬
َّ‫ضوءَ مُث‬ َ ‫ ( ِإ َذا قُ ْم‬: ‫َأن اَلنَّيِب َّ صلى اهلل عليه وسلم قَ َال‬
َّ ‫َأيِب ُهَر ْيَر َة رضي اهلل عنه‬

‫آن مُثَّ اِْر َك ْع َحىَّت تَطْ َمِئ َّن َراكِ ًعا مُثَّ اِْرفَ ْع َحىَّت َت ْعتَ ِد َل قَاِئ ًما‬
ِ ‫ك ِمن اَلْ ُقر‬ ِ ِ ِ ِ
ْ ْ َ ‫ا ْسَت ْقب ِل اَلْقْبلَةَ فَ َكِّب ْر مُثَّ ا ْقَرْأ َما َتيَ َّسَر َم َع‬
‫اج ًدا مُثَّ اِْرفَ ْع َحىَّت‬
ِ ‫اج ًدا مُثَّ اِرفَع حىَّت تَطْمِئ َّن جالِسا مُثَّ اُسج ْد حىَّت تَطْمِئ َّن س‬
َ َ َ ُْ ً َ َ َ ْ ْ
ِ ‫مُثَّ اُسج ْد حىَّت تَطْمِئ َّن س‬
َ َ َ ُْ
ِ ِ ِ ِ
ُ ‫لسْب َعةُ َواللَّ ْف‬
‫ظ‬ َ ِ‫صاَل ت‬
ْ ) ‫ك ُكلِّ َها‬
َّ َ‫َأخَر َجهُ ا‬ َ ‫تَطْ َمِئ َّن َجال ًسا مُثَّ اُ ْس ُج ْد َحىَّت تَطْ َمِئ َّن َساج ًدا مُثَّ ا ْف َع ْل ذَل‬
َ ‫ك يِف‬

ِّ ‫لِْلبُ َخا ِر‬


‫ي‬

1. Terjemah hadits
Dari Abu Hurairah Radliyallaahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallaahu ‘alaihi
wa Sallam bersabda: “Jika engkau hendak mengerjakan shalat maka
sempurnakanlah wudlu’ lalu bacalah (ayat) al-Quran yang mudah bagimu
lalu ruku’lah hingga engkau tenang (tu’maninah dalam ruku’ kemudian
bangunlah hingga engkau tegak berdiri lalu sujudlah hingga engkau tenang
dalam sujud kemudian bangunlah hingga engkau tenang dalam duduk lalu
sujudlah hingga engkau tenang dalam sujud. Lakukanlah hal itu dalam
dalam sholatmu seluruhnya.” Dikeluarkan oleh Imam Tujuh lafadznya
menurut riwayat Bukhari.
2. Kajian Kebahasaan
a. ‫بِ ِغ‬/ ‫ َأ ْس‬berarti sempurnakanlah ,yang merupakan fiil amar yang berarti

perintah

b. ‫ اِ ْسَت ْقبِ ِل‬memiliki arti menghadaplah ke kiblat yakni Al ka’bah

c. َ‫ اَلْ ِقْبلَة‬kiblat disini yang dimaksud adalah ka’bah yang menjadi patokan

arah orang islam dalam melaksanakan shalat, yang setelah adanya

perubahan arah kiblat dari Masjidil aqsa ke Masjidil haram

d. ‫ َكِّب ْر‬merupakan fiil amar atau perintah, yang mana kita diperintahkan

untuk melafalkan “Allahu akbar” di awal melaksanakan shalat.

e. ‫سَر‬
َّ َ‫ َتي‬berarti mudah yakni mudah untuk dibaca oleh musholli

f. ‫ تَطْ َمِئ َّن‬yakni diam sejenak selama mengucap tasbih,dalam setiap rukun

shalat yang diharuskan tuma’ninah di dalamnya seperti ruku’, sujud,

dll

g. ‫ َراكِ ًعا‬adalah posisi dimana seseorang membungkukkan badan dan

kedua tangan memegang lutut, hal ini dalam shalat dinamakan ruku’

ِ ‫ س‬adalah posisi sujud dimana sesorang meletakkan dahinya di atas


h. ‫اج ًدا‬ َ
bumi untuk memberi penghormatan kepada tuhannya.

i. ‫سا‬ ِ
ً ‫ َجال‬adalah posisi duduk orang shalat diantara dua sujud, yang mana
orang shalat duduk di atas kedua kakinya, dan kaki kanan berada di

atas kaki kiri

3. Penjelasan umum
Dalam hadits tersebut rasulullah mengajarkan kepada para sahabatnya
bagaimana tata cara shalat yang benar sehingga umat islam dapat
melaksanakan shalat dengan benar dan sesuai degan apa yang dijarkan
oleh rasulullah SAW. Dan rasulullah memerintahkan kepada sahabatnya
ketika mereka hendak melaksakan shalat maka wajib bagi mereka untuk
menyempuranakan wudhu’ terlebih dahulu.
4. Pemahaman kandungan hadits
a. Orang yang hendak mengerjakan sholat, sedangkan dia dalam
keadaan hadas diwajibkan berwuduk dan dianjurkan
menyempurnakan wuduk.
b. Wajib menghadap ke arah kiblat sebelum melakukan takbiratul
ihram.
c. Pembukaan sholat adalah takbiratul ihram dan ia merupakan salah
satu rukun sholat. Jumhur ulama berpendapat, takbiratul ihram
dilakukan dengan lafaz yang telah ditentukan, yaitu Allahu Akbar.
d. Wajib membaca Surah al-Fatihah dalam setiap rakaat sholat.
Ulama berbeda pendapat mengenai ketentuan Surah al-Fatihah
dalam sholat. Imam Malik, Imam Ahmad dan Imam al-Syafi’i
berkata: “Wajib membaca Surah al-Fatihah dalam setiap sholat.
Surah al-Fatihah merupakan salah satu rukun sholat. Sholat tidak
sah tanpa Surah al-Fatihah.”
e. Wajib rukuk dan sujud
f. Wajib tuma’ninah dalam setiap rukuk, sujud, i’tidal dan duduk di
antara dua sujud.
g. Melakukan semua hal di atas di setiap rakaat shalat.
5. Tinjauan Rawi hadits
Abu Hurairah merupakan sahabat Nabi yang dikenal paling banyak
meriwayatkan hadis dibanding sahabat-sahabat lainnya. Sebelum menjadi
periwayat hadis, Abu adalah anak yatim, miskin, dan seorang buruh di
keluarga Busrah binti Ghazwan yang upahnya hanya berupa makanan
pengganjal perut. Sosok Abdurrahman disebut sangat menyayangi
binatang dan dirinya memiliki kucing betina yang dirawat dengan
istimewa.
Karena kucing peliharaan itu sangat setia mendampingi, ia kerap dipanggil
dengan sebutan Abu Hurairah sampai dikenal banyak orang. Selama empat
tahun setelah masuk Islam, Abu tidak pernah sekalipun jauh dari Rasul
hingga wafat dan ia termasuk orang paling setia mengikuti setiap majlis
ilmu. Di saat kaum Muhajirin sibuk berdagang di pasar dan kaum Anshar
sibuk bertani, hanya Abu yang selalu hadir di majelis tersebut. Suatu hari
Nabi bersabda, "Siapa yang membentangkan selendangnya hingga akhir
hadisku kemudian ia lipat kembali, maka ia tidak akan lupa sedikit pun
dari yang ia dengar dariku." Abu Hurairah berkata, "Aku pun
membentangkan kain, lalu beliau bersabda kepadaku. Setelah itu aku lipat
kembali. Demi Allah aku tidak lupa sedikit pun hadis yang kudengar dari
beliau.". hal itu juga menjadikan faktor abu Hurairah menjadi perawi
hadits terbanyak selain beliau merupakan orang yang selalu berada di
dekat nabi.
B. Hadits shalat qasar
‫مِت‬ ِ ‫ِئ‬
‫ض ِر ) ُمَّت َف ٌق َعلَْيه‬
َ َ‫صاَل ةُ اَحْل‬ ْ َّ ‫لس َف ِر َوُأ‬
َ ‫ت‬ َّ َ‫صاَل ةُ ا‬ ْ ‫ت اَلصَّاَل ةُ َر ْك َعتَنْي ِ فَُأقَّر‬
َ ‫ت‬ ْ‫ض‬ ْ َ‫َع ْن َعا َشةَ َر ِض َي اَللَّهُ َعْن َها قَال‬
َ ‫ ( ََّأو ُل َما فُ ِر‬:‫ت‬
‫ َوِإاَّل‬,‫َّها ِر‬
َ ‫ب فَِإن ََّها ِو ْت ُر اَلن‬
ِ َّ َ‫لس َف ِر َعلَى ا‬
َ ‫ ( ِإاَّل اَلْ َم ْغ ِر‬/:‫َأْلول ) َز َاد َأمْح َ ُد‬ َّ َ‫صاَل ةُ ا‬
َ ‫ت‬
ِ
ْ ‫ َوُأقَّر‬,‫ت َْأر َب ًعا‬
ْ‫ض‬َ ‫ َف ُف ِر‬,‫اجَر‬ ِّ ‫َولِْلبُ َخا ِر‬
َ ‫ ( مُثَّ َه‬:‫ي‬
) ُ‫ول فِ َيها اَلْ ِقَراءَة‬
ُ ُ‫ فَِإن ََّها تَط‬,‫لصْب َح‬
ُّ َ‫ا‬

1. Terjemah hadits
Dari ‘Aisyah ra, berkata: Shalat itu awalnya diwajibkan dua
rakaat, lalu ia ditetapkan sebagai shalat dalam perjalanan, dan shalat di
tempat disempurnakan (ditambah). (HR. Muttafaq Alaihi). Menurut
riwayat Bukhari: Kemudian beliau hijrah, lalu diwajibkan shalat empat
rakaat, dan shalat dalam perjalanan ditetapkan seperti semula. Ahmad
menambahkan: Kecuali Maghrib karena ia pengganjil shalat siang dan
Shubuh karena bacaannya dipanjangkan
2. Kajian kebahasaan
a. ‫ت‬
ْ‫ض‬َ ‫ فُ ِر‬berarti yang diwajibkan/diharuskan merupakan fiil majhul
atau kata kerja pasif, yang ,mana setiap muslim diwajibkan untuk

melaksanakan shalat atau yang kita kenal dengan kata fardhu ‘ain.

b. ُ‫ اَلصَّاَل ة‬seperti yang kita ketahui bahwa shalat dalam bahasa berarti

doa, sedangkan dalam segi istilah shalat adalah ibadah yang

diawali dengan takbirotul ihram dan diakhiri dengan salam.

c. ‫ت‬ ِ
ْ ‫ فَُأقَّر‬memiliki makna ditetapkan atau diberlakukan

d. ‫لس َف ِر‬
َّ َ‫صاَل ةُ ا‬
َ merupakan shalat yang dilakukan dalam perjalanan yang
mana perjalanan tersebut tidak dalam hal kemaksiatan atau

melanggar perintah Allah SWT.

e. ‫اجَر‬
َ ‫ َه‬disini adalah seusai hijrah nabi dari makkah ke madinah al
munawwarah.

3. Penjelasan umum
Seperti yang kita ketahui bahwasanya shalat fardhu memiliki
ketetapan rakaat tertentu dari shalat subuh dua rakaat, shalat dhuhur
empat rakaat ,shalat ashar empat rakaat,shalat maghrib tiga rakaat, dan
shalat isya’ empat rakaat sehingga ketika diakumulasikan menjadi
tujuh belas rakaat per harinya.
Dalam hadits yang berasal dari sayyidatuna ‘Aisyah dijelaskan
bahwa shalat dapat diqasar atau diringkas menjadi dua rakaat ketika
kita dalam perjalanan, yang mana ulama’ menjelskan bahwa yang
shalat yang dapat diringkas hanya shalat yang berjumlah empat rakaat.
4. Pemahaman kandungan hadits
a. Shalat awalnya hanya berjumlah dua rakaat
b. Setelah nabi hijrah shalat dalam perjalanan ditetapkan sebanyak
dua rakaat.
c. Sedangkan shalat hadir/di tempat disempurnakan menjadi
empat rakaat.
d. Shalat maghrib tidak bisa di qashar karena merupakan
pengganjil shalat siang.
e. Shalat subuh juga tidak bisa diqashar dipanjangkan bacaannya.
5. Tinjauan Rawi hadits
Aisyah binti Abu Bakar Ash Shiddiq istri Rasulullah SAW adalah rawi
perempuan yang banyak meriwayatkan hadits dari Nabi sebanyak 2210
hadits, karena notabene beliau adalah istri nabi yang selalu berada di
samping nabi dan mendengarkan secara langsung perkataan nabi.
Maka tidak diragukan lagi akan kebenaran hadits yang diriwayatkan
nya.

C. Hadits shalat jama’

َ ‫صلَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ِإذَا ْارحَتَ َل َقْب َل َأ ْن تَ ِز‬ ِ ُ ‫ك ر ِضي اللَّه عْنه قَ َال َكا َن رس‬ ٍِ ِ َ‫َع ْن َأن‬
‫َأخَر‬
َّ ‫س‬ ُ ‫َّم‬
ْ ‫يغ الش‬ َ ‫ول اهلل‬ َُ ُ َ ُ َ َ ‫س بْ ِن َمال‬
ِ ِ ِ
‫ [متّفق‬.‫ب‬َ ‫صلَّى الظُّ ْهَر مُثَّ َرك‬ َ ‫س َقْب َل َأ ْن َيْرحَت َل‬ ُ ‫َّم‬
ْ ‫ت الش‬ْ ‫ص ِر مُثَّ َنَز َل فَ َج َم َع َبْيَن ُه َما فَِإ ْن َزا َغ‬
ْ ‫الظُّ ْهَر ِإىَل َوقْت الْ َع‬
]‫عليه‬

1. Terjemah hadits

Anas Radliyallaahu ‘anhu berkata: Biasanya Rasulullah Shallallaahu


‘alaihi wa Sallam bila berangkat dalam bepergian sebelum matahari
tergelincir, beliau mengakhirkan sholat Dhuhur hingga waktu Ashar.
Kemudian beliau turun dan menjamak kedua sholat itu. Bila matahari
telah tergelincir sebelum beliau pergi, beliau sholat Dhuhur dahulu
kemudian naik kendaraan. Muttafaq Alaihi.

2. Kajian kebahasaan

a. ‫ ْارحَتَ َل‬berarti bepergian yakni berpindah dari tempat yang satu ke

tempat yang lain.


َ ‫س تَ ِز‬
b. ‫يغ‬
ُ ‫َّم‬
ْ ‫ الش‬artinya tergelincir nya matahari yaitu datangnya waktu
shalat dhuhur yang mana bayangan suatu benda melebihi benda

tersebut, yang berarti matahari berada ditengah sedikit tergelincir

ke barat.

c. ‫َأخَر‬
َّ dalam artian nabi mengakhirkan atau menggabungkan shalat
dhuhur dengan shalat ashar di waktu shalat ashar atau kita sebut

dengan jama’ takhir.

d. ‫ب‬ ِ
َ ‫ َرك‬yang berarti menunggangi kendaraan yang kita tahu bahwa
kendaraan di zaman nabi ada unta, dan kuda.

3. Penjelasan umum

Segala sesuatu tak akan luput dari yang namanya halangan atau
yang biasa kita sebut dengan udzur, begitu juga dengan shalat juga
memiliki halangan, namun halangan disini bukanlah sebuah udzur,
melainkan halangan kita untuk melaksanakan shalat tepat pada
waktunya dikarenakan waktu yang tidak memungkinkan ataupun
keadaan kala itu, sehingga islam memberi keringanan bagi orang
tersebut untuk menjamak atau menggabungkan antara dua shalat.
Diantara shalat yang bisa dijamak adalah shalat dhuhur dengan ashar,
dan shalat maghrib dengan isya’.

4. Pemahaman kandungan hadits

a. Shalat jama’ dapat dilakukan saaat bepergian

b. Shalat dhuhur dapat dijamak dengan shalat ashar


c. Nabi ketika matahari telah tergelincir lebih dahulu sebelum
menaiki kendaraan memilih untuk shalat dhuhur terlebih
dahulu.

5. Tinjauan Rawi hadits

Anas bin Malik atau juga dikenal sebagai Abu Hamzah


merupakan sahabat nabi Muhammad SAW yang banyak meriwayatkan
hadis. Jumlah hadis yang Anas riwayatkan adalah sebanyak 2.286. Ia
mendengar riwayat tersebut baik secara langsung maupun dari sahabat
senior Rasulullah lainnya. Anas bin Malik berasal dari suku Bani
Najjar yang tinggal di Madinah. Ia merupakan anak dari wanita
kalangan Anshar bernama Ummu Sulaim.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Islam adalah agama yang rahmatan lil ‘alamin yakni sebagai
rahmat bagi para pemeluknya. Mustahil agama islam akan mempersulit
pemeluknya untuk beribadah. Dapat kita lihat dalam shalat, kita tidak
pernah dipersulit oleh syariat islam dalam melaksanakan shalat, bahkan
ketika kita dalam perjalanan atau dalam kodisi yang tidak memungkinkan
untuk melaksanakan shalat dengan sempurna, islam masih memudahkan
kita untuk menunaikan ibadah tersebut dengan adanya shalat jama’
ataupun qasar agar tidak ada umat islam yang meninggalkan shalat hanya
karena halangan seperti bepergian dan lainnya. Karena shalat merupakan
tiangnya agama islam apabila pemeluknya tidak melaksanankannya maka
dia sudah merobohkan agamnya.

DAFTAR PUSTAKA

1) https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20210401173529-284-
625067/kisah-anas-bin-malik-pelayan-setia-nabi-yang-riwayatkan-hadis
2) https://ikaba.net/2018/08/17/hadits-ke-215-tatacara-sholat/

Anda mungkin juga menyukai