Anda di halaman 1dari 16

SHALAT

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Pada Mata Kuliah Batsul Qutub

FAKULTAS TARBIYAH
PROGRAM STUDI S.I PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Di Susun Oleh :

Sri Mulyani 191210140


Arifatul Khoir 192210156
Anis Mahmudah 191210029

INSTITUT AGAMA ISLAM MA’ARIF NU


METRO LAMPUNG
1444 H/ 2022 M

i
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur yang kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan hidayah untuk berpikir sehingga dapat menyelesaikan makalah pada
mata kuliah Batsul Qutub.
Dalam penulisan ini kami tulis dalam bentuk sederhana, sekali mengingat
keterbatasan yang ada pada diri penulis sehingga semua yang ditulis masih sangat
jauh dari sempurna.
Atas jasanya semoga Allah SWT memberikan imbalan dan tertulisnya
Makalah ini dapat bermanfaat dan kami minta ma’af sebelumnya kepada Dosen,
apabila ini masih belum mencapai sempurna kami sangat berharap atas kritik dan
saran-saran nya yang sifatnya membangun tentunya.

Metro, September 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i

KATA PENGANTAR...................................................................................... ii

DAFTAR ISI.................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1

A. Latar Belakang................................................................................. 1

B. Rumusan........................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................. 2

A. Shalat dan Waktu Shalat................................................................. 2

B. Syarat Wajibnya Shalat................................................................... 7

C. Syarat Sahnya Shalat...................................................................... 7

D. Rukun dan Sunnahnya Shalat......................................................... 7

E. Perbedaan Wanita dan Pria dalam Shalat....................................... 8

F. Perkara yang Membatalkan Shalat................................................. 9

G. Jumlah Rakaat Shalat Wajib........................................................... 9

H. Perkara yang Tertinggal dalam Shalat............................................ 10

I. Waktu Diharamkannya Shalat Sunnah........................................... 10

BAB III KESIMPULAN.................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Shalat adalah ibadah yang harus ditegakkan oleh muslim disituasi
apapun. Karena Nabi pernah bersabda ‘assholatu ‘imaduddin’, sholat adalah
pilar agama. Pilar adalah sebuah bangunan rumah pembentuk dan penyangga
beban angin dari segala arah. Sholat bagi setiap muslim merupakan pilar yang
menyangga segala amalan.
Sedemikian hebatnya sholat, hingga sunan kalijaga memberikan
gambaran dalam pewayangan sebagai Bima (Werkudoro). Bima Sena adalah
tokoh pewayangan yang sangat tinggi badannya. Sangking tingginya, lautan
yang sedemikian dalam, hanya sebatas lututnya saja. Dari gambaran itu bisa
diambil kesimpulan betapa tinggi dan dalam, makna sholat dalam kehidupan
ini. Bahkan sholat merupakan parameter ukuran mutu keimanan seseorang.
Tidak akan dihisab amalan yang lain, jika sholatnya tidak diterima.1

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian Shalat dan Waktu Shalat?
2. Apa saja Syarat Wajibnya Shalat?
3. Apa saja Syarat Sahnya Shalat?
4. Apa saja Rukun dan Sunnahnya Shalat?
5. Bagaimana Perbedaan Wanita dan Pria dalam Shalat?
6. Apa saja Perkara yang Membatalkan Shalat?
7. Berapa Jumlah Rakaat Shalat Wajib?
8. Apa saja Perkara yang Tertinggal dalam Shalat?
9. Apa saja Waktu Diharamkannya Shalat Sunnah?

1
Bambang Triono, Sholat Pilar Kehidupan: Kajian Tentang Sholat dan Implementasi
dalam Kehidupan (Jember: Cerdas Ulet Kreatif, 2011), hlm. 172

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Shalat dan Waktu Shalat

‫َو ِه َي ُلَغًة الُّد َعاُء َو َش ْر ًعا َك َم ا َق اَل ال َّر اِفِعُّي َأْقَو اٌل َو َأْفَع اٌل ُمْف َتَتَح ٌة ِب الَّتَك ِبِرْي ْخُمَتَتَم ٌة‬
.‫ِبالَّتْس ِلْيِم ِبَش َر اِئَط ْخَمُصْو َص ٍة‬
( ‫)الَّصُاَلة اْلَم ْف ُر ْو َض ُة) َو ْيِف َبْع ِض الُّنَس ِخ الَّصَلَو اُت اْلَم ْف ُر ْو َض اُت (ْمَخٌس‬
‫ِجَي ُب ُك ٌّل ِم ْنَه ا ِب َأَّو ِل اْل َو ْقِت ُوُجْو ًب ا ُمَو َّس ًعا ِإىَل َأْن َيْبَق ى ِم َن اْل َو ْقِت َم ا َيَس ُعَه ا‬
.‫َفَيِض ْيُق ِح ْيَنِئٍذ‬
Sholat secara bahasa adalah do’a. Dan secara syara’, sebagaimana yang di
sampaikan oleh imam ar Rafi’i, adalah ucapan dan pekerjaan yang di mulai
dengan takbir dan di akhiri dengan salam dengan syarat-syarat tertentu.
Sholat yang difardlukan ada lima. Dalam sebagian redaksi menggunkan
bahasa “sholat-sholat yang difardlukan”.
Masing-masing dari sholat tersebut wajib di laksanakan sebab masuknya awal
waktu dengan kewajiban yang diperluas (tidak harus segera dilakukan) hingga
waktu yang tersisa hanya cukup digunakan untuk melakukannya, maka saat itu
waktunya menjadi sempit (harus segera dilakukan).2
1. Sholat Dhuhur

‫َص اَل ُتُه َق اَل الَّنَو ِو ُّي‬ ‫(الُّظْه ُر ) َأْي‬


Yaitu sholat Dhuhur. Imam an
Nawawi berkata, “sholat ini disebut
dengan Dhuhur karena sesungguhnya ‫َأِلَّنَه ا َظ اِه َر ٌة َو َس َط‬ ‫ِل‬
‫ِّمُسَيْت ِب َذ َك‬
sholat ini nampak jelas di tengah . ‫الَّنَه اِر‬
hari.”

‫ِت‬
‫(َو َأَّو ُل َو ْق َه ا َز َو اُل ) َأْي َم ْي ُل‬
Awal masuknya waktu sholat Dhuhur
adalah saat tergelincirnya, maksudnya
bergesernya matahari dari tengah ‫(الَّش ْم ِس ) َعْن َو َس ِط الَّس َم اِء اَل‬
langit, tidak dilihat dari kenyataannya, ‫ِبالَّنَظِر ِلَنْف ِس اَأْلْم ِر َبْل ِلَم ا َيْظَه ُر َلَنا‬
namun pada apa yang nampak oleh
kita.

2
Muhammad ibnu Qosim Al-Ghozi, Kitab Fathul Qorib, (Semarang: Pustaka Alawiyyah,
tt), hlm. 11

2
‫ِل‬
‫َو ُيْع َر ُف َذ َك اْلَم ْي ُل ِبَتَح ُّو ِل الِّظ ِّل‬
Pergeseran tersebut bisa diketahui
dengan bergesernya bayang-bayang ke
‫ِإىَل ِج َه ِة اْل ْش ِر ِق َبْع َد َتَن اِه َقْص ِرِه‬
arah timur setelah posisinya tepat di ‫ْي‬ ‫َم‬
tengah-tengah, yaitu puncak posisi ‫اَّلِذْي ُه َو َغاَيُة اْر ِتَف اِع الَّش ْم ِس‬
tingginya matahari.

‫ِإ‬ ‫ِت‬ ‫ِخ‬


‫(َو آ ُر ُه) َأْي َو ْق الُّظْه ِر ( َذا َص اَر‬
Dan batas akhirnya waktu sholat
Dhuhur adalah ketika bayang-bayang
‫ِم‬ ‫ِظ‬
setiap benda seukuran dengan ‫ُّل ُك ِّل َش ْيٍئ ْثَل ُه َبْع َد ) َأْي َغْيَر‬
bendanya tanpa memasukkan bayang- ) ‫(ِظ ِّل الَّز َو اِل‬
bayang yang nampak
saat zawal (gesernya matahari).

‫َو الِّظ ُّل ُلَغًة الَّس ْتُر َتُق ْو ُل َأَن ا ْيِف ِظ ِّل‬
Dhil secara bahasa adalah penutup/
pelindung, engkau berkata, “aku
‫ُفاَل ٍن َأ ِرْت ِه‬
berada di bawah dhilnya fulan”, ‫ْي َس‬
maksdnya perlindungannya.

Bayang-bayang bukan berarti tidak


‫َو َلْيَس الِّظ ُّل َع َد َم الَّش ْم ِس َك َم ا َقْد‬
adanya sinar matahari sebagaimana
‫ِد‬
yang di salah fahami, akan tetapi ‫ُيَتَو َّه ُم َب ْل ُه َو َأْم ٌر ُوُج ْو ٌّي ْخَيُلُق ُه‬
bayang-bayang adalah perkara wujud .‫اُهلل َتَعاىَل ِلَنْف ِع اْلَبَد ِن َو َغِرْي ِه‬
yang di ciptakan oleh Allah Swt untuk
kemanfaatan badan dan selainnya.

2. Shalat Ashar
‫ِل‬
‫(َو اْلَعْص ُر ) َأْي َص اَل ُتُه َو ِّمُسَيْت ِبَذ َك‬
Dan Ashar, maksudnya sholat Ashar.
Disebut dengan sholat Ashar, karena
‫ُل ا َهِتا ْقَت اْلُغ ِب‬
pelaksanaannya mendekatii waktu ‫ُر ْو‬ ‫َم َع َص َر َو‬
terbenamnya matahari.

‫(َو َأَّو ِل َو ْقِتَه ا الِّز َي اَدُة َعَلى ِظ ِّل‬


Permulaan waktunya adalah mulai dari
bertambahnya bayangan dari ukuran
bendanya. ) ‫اْلِم ْثِل‬
‫ٍت‬ ‫ِل‬
‫َو ْلَعْص ِر ْمَخَس ُة َأْو َق ا َأَح ُد َه ا َو ْقُت‬
Sholat Ashar memiliki lima waktu.
Salah satunya adalah waktu fadlilah,
‫ِف ُل ا َأَّو َل اْل ْقِت‬ ‫ِض ِة‬
yaitu mengerjakan sholat di awal ‫َو‬ ‫اْلَف ْيَل َو ُه َو ْع َه‬
waktu.

‫ِاْل ِت‬
‫َو الَّث اْيِن َو ْقُت ا ْخ َي اِر َو َأَش اَر َل ُه‬
Yang kedua adalah waktu ikhtiyar.
Waktu ini diisyarahi oleh mushannif

3
dengan ucapan beliau, akhir waktu ‫اْل َص ِّنُف ِبَق ْو ِلِه ( آِخ ُه يِف اِاْل ْخ ِتَياِر‬
Ashar di dalam waktu ikhtiyar adalah ‫َو ُر‬ ‫ُم‬
hingga ukura bayang-bayang dua kali ) ‫ِإىَل ِظ ِّل اْلِم ْثَلِنْي‬
lipat ukuran bendanya.

‫ِل‬
‫َو الَّث ا ُث َو ْقُت اَجْلَو اِز َو َأَش اَر َل ُه‬
Yang ketiga adalah waktu jawaz.
Waktu ini diisyarahi oleh mushannif
dengan ucapan beliau, dan di dalam
‫ِب‬
‫ُر ْو‬ ‫ِبَق ْو ِلِه (َو يِف اَجْلَو اِز ِإىَل ُغ‬
waktu jawaz hingga terbenamnya ) ‫الَّش ْم ِس‬
matahari.

‫ٍة‬ ‫ٍز ِب‬ ‫ِب‬


‫َو الَّر ا ُع َو ْقُت َج َو ا اَل َك َر اَه َو ُه َو‬
Yang ke empat adalah waktu jawaz
tanpa disertai hukum makruh. Yaitu
‫ِم ْن َم ِص ِرْي الِّظِّل ِم ْثَلِنْي ِإىَل اِاْل ْص ِف اِر‬
sejak ukuran bayang-bayang dua kali ‫َر‬
lipat dari ukuran bendanya hingga
waktu ishfirar (remang-remang).
Yang ke lima adala waktu tahrim ‫َتْأِخ ْيُر َه ا‬ ‫ِرٍمْي‬ ‫ِم‬
‫َو اَخْلا ُس َو ْقُت ْحَت َو ُه َو‬
(haram). Yaitu meng-akhirkan
‫َم ا اَل‬ ‫ِإىَل َأْن َق ى ِم اْل ْقِت‬
pelaksanaan sholat hingga waktu yang ‫َيْب َن َو‬
tersisa tidak cukup untuk ‫َيَس ُعَه ا‬
melaksanakan sholat.

3. Sholat Maghrib

‫(َو اْلَم ْغ ِر ُب ) َأْي َص اَل ُتَه ا َو ِّمُسَيْت‬


Dan Maghrib, maksudnya sholat
Maghrib. Disebut dengan sholat
‫ِبَذ ِلَك ِلَف ْع ِل ا ْقَت اْلُغ ِب‬
Maghrib karena dikerjakan saat waktu ‫ُر ْو‬ ‫َه َو‬
terbenamnya matahari.

‫ِح‬
‫(َو َو ْقُتَه ا َو ا ٌد َو ُه َو ُغ ُر ْو ُب‬
Waktu sholat Maghrib hanya satu.
Yaitu terbenamnya matahari,
maksudnya seluruh bulatan matahari ‫الَّش ْم ِس ) َأْي َجِبَم ْيِع َقْر ِص َه ا َو اَل َيُضُّر‬
dan tidak masalah walaupun setelah ‫َبَق اُء ُش َعاٍع َبْع َد ُه (َو ِمِبْق َد اِر َم ا‬
itu masih terlihat sorotnya, dan kira-
kira waktu yang cukup bagi seseorang ‫ُيَؤ ِّذُن ) الَّش ْخ ُص (َو َيَتَو َض ُأ) َأْو‬
untuk melakukan adzan, wudlu’ atau
‫َيَتَيَّم ُم (َو َيْس ُتُر اْلَعْو َر ُة َو ُيِق ْيُم الَّص اَل َة‬
tayammum, menutup aurat, iqomah
sholat dan sholat lima rokaat. ) ‫َو ُيَص ِّلْي ْمَخَس َر َك َعاٍت‬

Perkataan mushannif “ ‫”َو ِبِم ْق َداِرِ َلْخ‬ ‫َو َقْو ُل ُه َو ِمِبْق َد اِر ِإْخَل َس اِقٌط ِم ْن َبْع ِض‬
terbuang dari sebagian redaksi matan.
‫ُن ِخ اْل ِنْت‬
‫َس َم‬

4
‫ِم‬ ‫ِإِن‬
‫َف اْنَق َض ى اْل ْق َد اُر اْلَم ْذ ُك ْو ُر‬
Ketika kadar waktu di atas sudah
habis, maka waktu maghrib sudah
keluar. Ini adalah pendapat Qaul ‫َخ َرَج َو ْقُتَه ا َه َذ ا ُه َو اْلَق ْو ُل اَجْلِد ْيُد‬
Jadid.

Sedangkan Qaul Qadim, dan ‫َو اْلَق ِدُمْي َو َر َّج َح ُه الَّنَو ِو ُّي َأَّن َو ْقَتَه ا‬
diunggulkan oleh imam an Nawawi,
adalah sesungguhnya waktu sholat . ‫ْمَيَتُّد ِإىَل َم ِغْيِب الَّش َف ِق اَأْلَمْحِر‬
Maghrib memanjang hingga
terbenamnya mega merah.

4. Sholat Isya’
‫ِنْي‬ ‫ِب‬ ‫ِع‬
‫(َو اْل َش اُء) َك ْس ِر اْلَع ْمَمُد ْو ًد ا اْس ٌم‬
Dan sholat Isya’. Isya’ dengan terbaca
kasroh huruf ‘ainnya adalah nama bagi
‫ِل‬
permulaan petang. Sholat ini disebut ‫َأِلَّو ِل الُّظاَل ِم َو ِّمُسَيِت الَّص اَل ُة ِب َذ َك‬
dengan nama tersebut karena ‫ِلِف ِل ا ِف ِه‬
dikerjakan pada awal petang.
‫ْع َه ْي‬

‫ِت‬
‫(َو َأَّو ُل َو ْق َه ا ِإَذا َغ اَب الَّش َف ُق‬
Permulaan waktu Isya’ adalah ketika
terbenamnya mega merah.
) ‫اَأْلَمْحُر‬
‫ِذ ِغ ِف ِه‬
‫َو َأَّم ا اْلَبَل ُد اَّل ْي اَل َي ْيُب ْي الَّش َف ُق‬
Adapun negara yang tidak terbenam
mega merahnya, maka waktu Isya’
bagi penduduknya adalah ketika ‫َفَو ْقُت اْلِعَش اِء ْيِف َح ِّق َأْه ِل ِه َأْن‬
‫ِغ ِف ِه‬ ‫ِض‬
‫ْمَي َي َبْع َد اْلُغ ُر ْو ِب َز َمٌن َي ْيُب ْي‬
setelah ternggelamnya matahari, sudah
melewati masa tenggelamnya megah
‫ِب ِب ِد ِإ ِه‬
merah negara yang terdekat pada ‫َشَف ُق َأْقَر اْل اَل َلْي ْم‬
mereka.

‫ِت‬ ‫ِن‬
‫َو َهَلا َو ْقَتا َأَح ُد َمُها اْخ َي اٌر َو َأَش اَر َلُه‬
Sholat Isya’ memiliki dua waktu.
Salah satunya adalah waktu Ikhtiyar,
‫ِب ِلِه ِخ‬
dan di isyarahkan oleh mushannif ‫اْلُم َص ِّنُف َق ْو (َو آ ُر ُه) ْمَيَت ُّد (ْيِف‬
dengan ucapan beliau, “akhir waktu ) ‫اِاْل ْخ ِتَياِر ِإىَل ُثُلِث الَّلْيِل‬
ikhtiyar sholat Isya’ adalah
memanjang hingga seperti malam
yang pertama.

Yang kedua adalah waktu jawaz. Dan ‫َو الَّثا َج اٌز َو َأَش اَر َل ُه ِبَق ْو ِلِه (َو يِف‬
mushannif memberi isyarah tentang ‫ْيِن َو‬
waktu ini dengan ucapan beliau, “dan ‫اَجْلَو اِز ِإىَل ُطُل ْو ِع اْلَف ْج ِر الَّثاْيِن) َأِي‬
‫ِش‬ ‫ِدِق‬
‫الَّص ا َو ُه َو اْلُم ْنَت ُر َض ْو ُؤ ُه‬
di dalam waktu jawaz hingga terbitnya

5
fajar kedua, maksudnya fajar Shodiq, ‫ُمْع ِرَت ًض ا ِباُأْلُفِق‬
yaitu fajar yang menyebar dan
membentang sinarnya di angkasa.

‫ِذ َّطِل‬
‫َو َأَّم ا اْلَف ْج ُر اْلَك ا ُب َفَي ُع َقْب َل‬
Adapun fajar Kadzib, maka terbitnya /
muncul sebelum fajar Shodiq, tidak
membentang akan tetapi memanjang ‫َذِلَك اَل ُمْع ِرَت ًض ا َبْل ُمْس َتِط ْياًل َذاِه ًب ا‬
naik ke atas langit, kemudian hilang
‫يِف الَّس َم اِء َّمُث َيُزْو ُل َو َتْع ِق ُب ُه ُظْلَم ٌة‬
dan di ikuti oleh kegelapan malam.
‫ِبِه‬
Dan tidak ada hukum yang terkait ‫َو اَل َيَتَعَّلُق ُح ْك ٌم‬
dengan fajar ini.

‫اِم ٍد َأَّن ِلْلِع اِء‬


‫َو َذَك َر الَّش ْيُخ َأُبْو‬
Asy Syekh Abu Hamid menjelaskan
bahwa sesungguhnya sholat Isya’
‫َش‬ ‫َح‬
‫َم ا َبَنْي اْلَف ْج َر ْيِن‬ ‫ٍة‬
memiliki waktu Karahah, yaitu waktu ‫َو ْقَت َك َر اَه َو ُه َو‬
di antara dua fajar.

5. Sholat Subuh
Dan Subuh, maksudnya sholat Subuh. ‫َص اَل ُتُه َو ُه َو ُلَغًة َأَّو ُل‬ ‫(َو الُّص ْبُح ) َأْي‬
Secara bahasa, Subuh memiliki arti
permulaan siang (pagi). Disebut ‫الَّص اَل ُة ِبَذ ِلَك ِلِف ْع ِلَه ا‬ ‫الَّن اِر ِّمُس ِت‬
‫َه َو َي‬
demikian karena dikerjakan di ‫َأَّو ِلِه‬
permulaan siang (pagi). ‫ْيِف‬

Seperti halnya sholat Ashar, sholat ‫َو َهَلا َك اْلَعْص ِر ْمَخَس ُة َأْو َق اٍت َأَح ُد َه ا‬
Subuh juga memiliki lima waktu.
‫ِض‬
Salah satunya adalah waktu fadlilah. ‫َو ْقُت اْلَف ْيَلُة َو ُه َو َأَّو ُل اْلَو ْقُت‬
Yaitu awal waktu.

‫ِت‬
‫َو الَّث اْيِن َو ْقُت اْخ َي اٍر َو َذَك َر ُه‬
Yang kedua adalah waktu ikhtiyar.
Mushannif menjelaskannya di dalam
ucapan beliau, “awal waktu sholat ‫اْلُم َص ِّنُف ْيِف َقْو ِلِه (َو َأَّو ُل َو ْقِتَه ا‬
Subuh adalah mulai terbitnya fajar ‫ُطُل ْو ُع اْلَف ْج ِر الَّث ا َو آِخ ُه يِف‬
kedua, dan akhirnya di dalam ‫ُر‬ ‫ْيِن‬
waktu ikhtiyar adalah hingga isfar, ‫اِاْل ْخ ِتَياِر ِإىَل اِإْل ْس َف اِر ) َو ُه َو اِإْل َض اَءُة‬
yaitu waktu yang sudah terang.

‫ِل‬
‫َو الَّث ا ُث َو ْقُت اَجْلَو اِز َو َأَش اَر َل ُه‬
Yang ketiga adalah waktu jawaz. Dan
mushannif mengisarahkannya dengan
ucapan beliau, “dan di dalam ‫ِبَق ْو ِلِه (َو يِف اَجْلَو اِز ) َأْي ِبَك َر اَه ٍة (ِإىَل‬
waktu jawaz, maksudnya disertai ) ‫ُطُلْو ِع الَّش ْم ِس‬
dengan hukum makruh adalah hingga

6
terbitnya matahari.

Dan yang ke empat adalah ‫َو الَّر اِب ُع َج َو اٌز ِباَل َك َر اَه ٍة ِإىَل ُطُل ْو ِع‬
waktu jawaz tanpa disertai hukum
‫اُحْلْم ِة‬
makruh adalah sampai terbitnya mega ‫َر‬
merah.

Dan yang ke lima adalah waktu tahrim ‫َو اَخْلاِم ُس َو ْقُت ْحَتِرٍمْي َو ُه َو َتْأِخ ْيُر َه ا‬
(haram), yaitu mengakhirkan
pelaksanaan sholat hingga waktu yang .‫ِإىَل َأْن َيْبَق ى ِم َن اْلَو ْقِت َم ااَل َيَس ُعَه ا‬
tersisa tidak cukup untuk
3
melaksanakan sholat.

B. Syarat Wajibnya Shalat


‫ِب الَّص اَل ِة‬ ‫ِئ‬
‫ َو َش َر ا ُط ُو ُج ْو‬:‫َفْص ٌل‬
Syarat wajib shalat ada tiga: Islam,
baligh, dan berakal. Ini adalah batasan
taklif. 4 ،‫ َو ْالُبُل ْو ُغ‬،‫ ْاِإل ْس اَل ُم‬:‫َثاَل َث ُة َأْش َياَء‬
‫ ُه ُّد الَّتْك ِلْيِف‬، ‫ْال ْق‬
‫َو َع ُل َو َو َح‬
C. Syarat Sahnya Shalat
‫ِة‬ ‫ِئ‬
‫ َو َش َر ا ُط الَّص اَل َقْب َل‬:‫فصل‬
Syarat-syarat shalat sebelum
melaksanakan shalat ada lima:
‫ِل ِف‬
‫الُّد ُخ ْو ْيَه ا ْمَخَس ُة َأْش َياَء‬
‫اِء ِم ْا َد ِث‬
‫َطَه اَر ُة ْاَألْعَض‬
Tubuh harus suci dari hadas dan najis,
menutup aurat dengan pakaian yang ‫َن َحل‬
suci, berdiri di tempat yang suci, ‫ َو َس ْتُر ْالَع ْو َر ِة ِبِلَب اٍس‬، ‫َو الَّنَج ِس‬
mengetahui (memastikan) bahwa waktu ، ‫ َو ْالُو ُقْو ُف َعَلى َم َك اٍن َطاِه ٍر‬، ‫َطاِه ٍر‬
shalat telah tiba, dan menghadap kiblat.
‫ َو اْس ِتْق َباُل‬، ‫َو ْالِعْلُم ِب ُد ُخ ْو ِل ْال َو ْقِت‬
‫ْالِق َلِة‬
‫ْب‬
Menghadap kiblat boleh ditinggalkan ‫ يِف‬: ‫َو ُجَيْو ُز َتْر ُك ْالِق ْبَل ِة يِف َح اَلَتِنْي‬
dalam dua kondisi: Pertama: dalam
kondisi sangat takut. Kedua: saat ‫ َو يِف الَّناِفَل ِة يِف الَّس َف ِر‬، ‫ِش َّد ِة ْاَخلْو ِف‬
mengerjakan shalat sunah di atas ‫َلى الَّر اِح َلِة‬
kendaraan, saat sedang safar (bepergian
‫َع‬
jauh). 5

3
Muhammad ibnu Qosim Al-Ghozi, Kitab Fathul Qorib, hlm. 11
4
Muhammad ibnu Qosim Al-Ghozi, Kitab Fathul Qorib, hlm. 12
5
Muhammad ibnu Qosim Al-Ghozi, Kitab Fathul Qorib, hlm. 13

7
D. Rukun dan Sunnahnya Shalat
1. Rukun Shalat
‫ِة ِن‬
‫ َو َأْر َك اُن الَّص اَل َمَثا َي َة َعَش َر‬:‫فصل‬
Rukun shalat ada delapan belas:

‫ُر ْك ًنا‬
(1) Niat, (2) berdiri jika mampu, (3)
‫ َو َتْك ِبْيَر ُة‬،‫ َو ْالِق َي اُم َم َع ْالُق ْد َر ِة‬،‫َالِّنَّي ُة‬
takbiratul ihram, (4) membaca surat
al-Fatihah (Bismillahirrahmanirrahim) ‫ َو (بسم اهلل‬- ‫ َو ِق َر اَءُة ْالَف اَحِتِة‬، ‫ْاِإل ْح َر اِم‬
‫ِم‬
‫ َو اُّلُر ُك ْو ُع‬- ‫الرمحن الرحيم) آَي ٌة ْنَه ا‬
termasuk ayat surat al-Fatihah, (5)
ruku’ dan (6) tuma’ninah saat ruku’,
(7) bangkit dari ruku’ kemudian i’tidal ‫ َو اَّلرْف ُع َو ْاِال ْع ِت َد اُل‬،‫َو الُّطَم ْأِنْيَن ُة ِفْي ِه‬
‫ َو الُّس ُجْو ُد َو الُّطَم ْأِنْيَن ُة‬،‫َو الُّطَم ْأِنْيَن ُة ِفْي ِه‬
dan (8) tuma’ninah saat i’tidal, (9)
sujud dan (10) tuma’ninah saat sujud,
‫َبَنْي الَّس ْج َد َتِنْي‬ ‫ِف ِه‬
(11) duduk diantara dua sujud dan (12) ‫ َو ْاُجلُل ْو ُس‬، ‫ْي‬
tuma’ninah di dalamnya, (13) duduk ‫ِخ‬
tasyahud akhir dan (14) membaca ‫ َو ْاجُلُل ْو ُس ْاَأل ْيُر‬،‫والطمأنينة فيه‬
tasyahud akhir di dalamnya, (15) ‫ َو الَّصاَل ُة َعَلى الَّنِّيِب صلى‬،‫َو اَّلتَش ُّه ُد ِفْي ِه‬
membaca shalawat dan salam untuk ، ‫ َو الَّتْس ِلْيَم ُة ْاُألْو ىَل‬،‫اهلل عليه وسلم ِفْي ِه‬
Nabi saat tasyahud akhir, (16)
‫ِة ِت‬ ‫ِم‬ ‫ِن‬
mengucapkan salam yang pertama, ‫ َو َتْر ْيُب‬، ‫َو َّي ُة ْاُخلُر ْو ِج َن الَّص اَل‬
(17) niat keluar dari shalat, dan (18) .‫ْاَألْر َك اِن َعَلى َم ا َذَك ْر َناُه‬
melaksanakan rukun-rukun shalat
secara tertib (urut).

2. Sunahnya Shalat
Kesunatan shalat sebelum
: ‫َو ُس َنُنَه ا َقْب َل الُّد ُخ ْو ِل ِفْيَه ا َش ْيَئاِن‬
mengerjakan shalat ada dua: Pertama,
adzan; dan kedua, iqamah. .‫ َو ْاِإل َقاَم ُة‬، ‫َاَأْلَذاُن‬
Sedangkan kesunatan shalat setelah
: ‫َو َبْع َد ال ُّد ُخ ْو ِل ِفْيَه ا َش ْيَئاِن‬
mengerjakan shalat juga ada dua:
Pertama: membaca tasyahud awal. ‫ َو ْالُقُنْو ُت يِف‬، ‫ُّه ُد ْاَألَّو ُل‬ ‫َالَّتَش‬
Kedua: membaca qunut saat shalat
subuh dan shalat witir pada ‫ َو يِف ْالِو ْتِر يِف الِّنْص ِف الَّثايِن‬، ‫الُّصْبِح‬
pertengahan kedua bulan Ramadhan. 6
. ‫ِم ْن َش ْه ِر َرَم َض اَن‬

E. Perbedaan Wanita dan Pria dalam Shalat


Adapun shalat perempuan berbeda ‫واملرأة ختالف الرجل يف مخسة‬
dengan laki-laki dalam 5 perkara:
6
Muhammad ibnu Qosim Al-Ghozi, Kitab Fathul Qorib, hlm. 14

8
- Laki-laki menjauhkan kedua ‫ فالرجل جيايف مرفقيه عن‬:‫أشياء‬
sikutnya dari lambungnya.
- Laki-laki menjauhkan perut dari ‫جنبيه ويقل بطنه عن فخذيه يف‬
kedua pahanya dalam ruku' dan ‫الركوع والسجود وجيهر يف موضع‬
sujud
- Laki-laki mengeraskan suara di ‫جلهر وإذا نابه شيء يف الصالة‬
tempat yang dianjurkan ‫سبح وعورة الرجل ما بني سرته‬
mengeraskan suara
- Apabila imam melakukan ‫وركبته‬
kesalahan, laki-laki mengucapkan
tasbih.
- Aurat laki-laki adalah antara pusar
dan lutut.
- Wanita mendekatkan sikunya satu ‫واملرأة تضم بعضها إىل بعض‬
sama lain.
- Wanita memelankan suaranya disaat ‫وختفض صوهتا حبضرة الرجال‬
hadir laki-laki non mahram ‫األجانب وإذا ناهبا شيء يف الصالة‬
- Jika imam mengerjakan suatu
kesalahan id dalam sholat, maka ‫صفقت ومجيع بدن احلرة عورة إال‬
bertepuk tanganlah. ‫وجهها وكفيها واألمة كالرجل‬
- Seluruh badan perempuan itu aurat
kecual wajah dan telapak tangan,
sedangkan budak perempuan
auratnya seperti laki-laki. 7

F. Perkara yang Membatalkan Shalat


Perkara yang membatalkan shalat ada ‫وال ذي يبطل الصالة أحد عشر‬
11:
- Perkataan yang disengaja ‫ الكالم العمد والعمل الكثري‬:‫شيئا‬
- Gerakan yang banyak ‫واحلدث وحدوث النجاسة‬
- Hadats
- Adanya najis ‫وانكشاف العورة وتغيري النية‬
- Terbukanya aurat ‫واستدبار القبلة واألكل والشرب‬
- Berubahnya niat
- Membelakangi kiblat ‫والقهقهة والردة‬
- Makan
- Minum
- Tertawa terbahak-bahak
- Murtad. 8

7
Muhammad ibnu Qosim Al-Ghozi, Kitab Fathul Qorib, hlm. 15
8
Muhammad ibnu Qosim Al-Ghozi, Kitab Fathul Qorib, hlm. 15

9
G. Jumlah Rakaat Shalat Wajib
Adapun jumlah raka'at shalat fardhu ada ‫وركعات الفرائض سبعة عشر‬
17 roka'at, di dalamnya ada 34 sujud, 94
takbir, 9 tahiyat, 10 salam, 153 tasbih. ‫ فيها أربع وثالثون سجدة‬:‫ركعة‬
Jumlah rukun dalam shalat ada 126 ‫وأربع وتسعون تكبرية وتسع‬
rukun, pada shalat subuh 30 rukun,
maghrib 42 rukun dan pada shalat yang ‫تشهدات وعشر تسليمات ومائة‬
empat rakaat ada 54 rukun. ‫ ومجلة‬.‫وثالث ومخسون تسبيحة‬
‫األركان يف الصالة مائة وستة‬
‫ يف الصبح ثالثون‬:‫وعشرون ركنا‬
‫ركنا ويف املغرب اثنان وأربعون‬
‫ركنا ويف الرباعية أربعة ومخسون‬
‫ركنا‬
Barangsiapa yang tidak mampu berdiri ‫ومن عجز عن القيام يف الفريضة‬
dalam shalat fardhu maka boleh shalat
sambil duduk, yang tidak mampu ‫صلى جالسا ومن عجز عن اجللوس‬
duduk, boleh shalat sambil tidur miring.
9
‫صلى مضطجعا‬

H. Perkara yang Tertinggal dalam Shalat


Perkara yang ditinggalkan dalam shalat :‫واملرتوك من الصالة ثالثة أشياء‬
ada tiga macam yaitu fardhu, sunnah
dan hai'ah. ‫فرض وسنة وهيئة‬
Maka adapun fardhu yang tertinggal, ‫فالفرض ال ينوب عنه سجود‬
maka tidak usah digantinya dengan
sujud sahwi namun jika kemudian ingat ‫السهو بل إن ذكره والزمان قريب‬
dan waktunya dekat maka harus ‫أتى به وبىن عليه وسجد للسهو‬
melakukan yang tertinggal dan sujud
sahwi.
Sedangkan sunnah yang tertinggal, ‫والسنة ال يعود إليها بعد التلبس‬
maka tidak perlu mengulanginya
apabila sudah melakukan hal yang ‫بالفرض لكنه يسجد للسهو عنها‬
fardhu akan tetapi hendaknya
melakukan sujud sahwi.
Sedang sunat hai'ah yang tertinggal, ‫واهليئة ال يعود إليها بعد تركها وال‬
maka tidak perlu mengulangi dan sujud

9
Muhammad ibnu Qosim Al-Ghozi, Kitab Fathul Qorib, hlm. 16

10
sahwi. ‫يسجد للسهو عنها‬
Apabila ragu dalam jumlah rakaat ‫وإذا شك يف عدد ما أتى به من‬
shalat, maka lakukan berdasar rakaat
yang yakin yaitu yang paling sedikit dan ‫الركعات بىن على اليقني وهو األقل‬
hendaknya sujud sahwi. Sujud sahwi itu ‫ وسجود السهو‬.‫وسجد للسهو‬
sunnah dan dilakukan sebelum salam. 10
‫سنة وحمله قبل الزالم‬

I. Waktu Diharamkannya Shalat Sunnah


Ada lima waktu yang tidak boleh ‫ومخسة أوقات ال يصلى فيها إال‬
melakukan shalat kecuali shalat yang
memiliki sebab yaitu : ‫ بعد صالة الصبح‬:‫صالة هلا سبب‬
- setelah shalat subuh sampai terbit ‫حىت تطلع الشمس وعند طلوعها‬
matahari'
- saat terbit matahari sampai ‫حىت تتكامل وترتفع قدر رمح وإذا‬
sempurna dan naik sekitar satu ‫استوت حىت تزول وبعد صالة‬
tombak
- saat matahari tepat di tengah sampai ‫العصر حىت تغرب الشمس وعند‬
condong ‫الغروب حىت يتكامل غروهبا‬
- setelah shalat ashar sampai matahari
terbenam
- saat matahari terbenam sampai
sempurna terbenamnya. 11

10
Muhammad ibnu Qosim Al-Ghozi, Kitab Fathul Qorib, hlm. 16
11
Muhammad ibnu Qosim Al-Ghozi, Kitab Fathul Qorib, hlm. 17

11
BAB III
KESIMPULAN

Sholat secara bahasa adalah do’a. Dan secara syara’, adalah ucapan dan
pekerjaan yang di mulai dengan takbir dan di akhiri dengan salam dengan syarat-
syarat tertentu. Sholat yang difardlukan ada lima, yaitu: Shalat Dhuhur, Ashar,
Maghrib, Isya’ dan Subuh. Syarat wajib shalat ada tiga: Islam, baligh, dan
berakal. Ini adalah batasan taklif.
Rukun shalat yaitu (1) Niat, (2) berdiri jika mampu, (3) takbiratul ihram,
(4) membaca surat al-Fatihah (Bismillahirrahmanirrahim) termasuk ayat surat al-
Fatihah, (5) ruku’ dan (6) tuma’ninah saat ruku’, (7) bangkit dari ruku’ kemudian
i’tidal dan (8) tuma’ninah saat i’tidal, (9) sujud dan (10) tuma’ninah saat sujud,
(11) duduk diantara dua sujud dan (12) tuma’ninah di dalamnya, (13) duduk
tasyahud akhir dan (14) membaca tasyahud akhir di dalamnya, (15) membaca
shalawat dan salam untuk Nabi saat tasyahud akhir, (16) mengucapkan salam
yang pertama, (17) niat keluar dari shalat, dan (18) melaksanakan rukun-rukun
shalat secara tertib (urut).

12
DAFTAR PUSTAKA

Bambang Triono, Sholat Pilar Kehidupan: Kajian Tentang Sholat dan


Implementasi dalam Kehidupan (Jember: Cerdas Ulet Kreatif, 2011)

Muhammad ibnu Qosim Al-Ghozi, Kitab Fathul Qorib, (Semarang: Pustaka


Alawiyyah, tt)

13

Anda mungkin juga menyukai