Anda di halaman 1dari 12

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Pertemuan 14 Rabu, 15 November


2023

Nilai
Manusia dijadikan sebagai objek formil dalam filsafat
ilmu
4 kategori :
1. Objek anatomi : melihat aspek manusia dari susunan
tubuh yang mana pasti mempunyai fungsi masing-
masing
2. Objek fisiologi
3. Objek kesosialan : dikaji dalam aspek sosiologi
4. Objek komunikasi : dikaji dalam ilmu bahasa

 Definisi Nilai
Pikiran dasar tentang segala sesuatu yang baik sehingga
diikuti dan segala sesuatu yang buruk sehingga dijauhi
atau dihindari, yang mana itulah yang menjadi sumber
niai yang dimiliki manusia. Bahwa nilai tsb hadir dari
aktivitas yang dijalani oleh manusia.
 Manusia
Pada dasarnya manusia memiliki jiwa dan raga yang
mana dari jiwa lahir 3 kesadaran yakni pikiran, kemauan
dan rasa. Pikiran tsb menghasilkan ilmu yang didasarkan
atas logika sehingga menghasilkan kebenaran. Kemauan
menghasilkan norma yang merupakan patokan dalam
bersikap tindak yang didasarkan atas etika sehingga
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA

menghasilkan kebaikan. Rasa kemudian menghasilkan


seni yang didasarkan atas estetika yang tentunya
menghasilkan keindahan.

 Manusia Sebagai Sumber Nilai


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Sebagai makhluk yang diciptakan Tuhan, manusia


memiliki pembeda yang khusus dengan makhluk ciptaan
Tuhan yang lainnya. Salah satu pembeda manusia
dengan makhluk lain yang paling mendasar adalah
manusia memiliki pikiran atau rasio. Sedangkan
makhluk lain seperti hewan dan tumbuhan tidak
memilikinya. Rasio inilah yang menjadikan manusia
berkembang dan berbudaya. Selain memiliki pikiran,
manusia juga memiliki pembeda-pembeda yang lain
dengan hewan dan tumbuhan. Pembeda-pembeda itu
menghasilkan berbagai thesis atau pendapat tentang
manusia.
Berbicara masalah logika kebenaran, kebaikan,
keindahan itu bersumber pada nilai yang dimiliki oleh
manusia. Pada intinya yang membedakan manusia dgn
makhluk lain ialah pada pikiran atau rasio sehingga bisa
berkembang dan berbudaya, dan dapat mengembangkan
berbagai thesis tentang manusia.

Homo socius : makhluk sosial  Bahwa manusia harus


bersosialisasi dengan manusia lain
Homo economicus : manusia ekonomi  Manusia
memiliki kebutuhan dasar (basic needs) yang harus
dipenuhi sehingga manusia perlu menemukan cara untuk
memenuhi kebutuhan tsb dengan cara berekonomi
Homo religius : manusia yang beragama  Bahwa
dalam tindakan manusia yang merujuk pada kepercayaan
menunjukan bahwa manusia ialah homo religius.
Homo erectus : makhluk yang berdiri tegak
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Homo sapiens : makhluk yang berpikir


Homo Ludens : makhluk yang senang bermain
Homo Faber : makhluk yang berkarya

Suatu kenyataan yang asasi dan kodrati bahwa manusia


hidup dengan membawa “nature” (alam kodrat) serta
mengalami “nurture” (pemeliharaan). Nature dalam
kenyataanya mengalami pengejawantahan dalam bentuk
“somatype” (jasmaniah) maupun “psychotype”
(rohaniah). Sedangkan nurture meliputi dua lingkup
yakni lingkup ekstern-sosial manusia pada dasarnya
terisi melalui langkah edukasi/pendidikan maupun
imitasi/peniruan sikap tindak orang lain yang dijadikan
teladan. Sedangkan lingkup intern-mental terisi melalui
tiga pendayaan yakni :
1. Pendayaan “cognitive” / asah cipta yang
berdasarkan logika
2. Pendayaan “conative” / asuh karsa yang
berdasarkan etika
3. Pendayaan “affective” / asih karsa yang berdasarkan
estetika

 Tujuan Manusia Berkaitan Dengan Aspek Pokok


Dalam Kehidupannya
Aspek Kehidupan Pribadi
1. Keserasian antara dirinya dengan sang maha
pencipta, yang tercakup dalam bidang keimanan.
kaitan dengan sopan santun, religi dan kesusilaan
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Religi kaitannya dengan bidang keimanan dalam


aspek keserasian antara dirinya dengan sang
pencipta dalam aspek keimanan
2. Keserasian antara dirinya dengan hati nuraninya,
yang tercakup dalam bidang keakhlakan
(kesusilaan).
Aspek Kehidupan Antar Pribadi
1. Keserasian dalam pergaulan hidup dengan
sesamanya, yang tercakup dalam bidang kesedapan
“wellenvendheid” : sopan santun.
2. Keserasian antara ketertiban dengan kebebasan atau
ketentraman dalam pergaulan hidup yang tercakup
dalam bidang kedamaian “vreedzaamheid” : hukum
merupakan bagian hukum karena Hukum disini
mencoba untuk mencari keserasian antara ketertiban
dengan kebebasan dalam pergaulan hidup manusia

 Sigmund Freud
Keserasian yang menjadi tujuan hidup manusia bersifat
hakiki-manusiawi dalam konstitusi keutuhan
somatologis-rohaniah. Berkaitan dengan faktor
psikologis, Sigmund Freud berpendapat bahwa diri
manusia itu dihayatkan oleh tiga asas, yakni:
1. The pleasure principle yang membentuk
kecenderungan manusia dalam mencari kenikmatan
atau kesukaan sebanyak mungkin bagi dirinya dan
juga menghindari “pain” atau kesedihan/kedukaan.
2. The reality principle bahwa yang mengarahkan
manusia untuk menghadapi dunia luar atau
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA

kenyataan kehidupan yang tidak mungkin


dihindarinya
3. The principle of constancy yaitu prinsip yang
berfungsi sebagai penjalin keserasian atau
harmonisator atau mengharmonisasi antara the
pleasure principle dengan the reality principle.
Kedua prinsip di atas bersifat antinomik yakni saling
mendesak tapi tidak saling mendominasi karena adanya
prinsip of constan.
"The pleasure priciple" dan "the reality principle"
merupakan dua prinsip yang berpasangan dan
betegangan atau dua prinsip yang bersifat antinomik,
yakni bersifat saling mendesak antara satu sama lain
tetapi tidak saling menghilangkan karena antara kedua
prinsip tersebut terdapat "the principle of constancy"
yang merupakan penjamin agar anatara kedua prinsip
diatas dapat terjalin keserasian atau harmoni yang
mencegah kemungkinan terjadinya dominasi salah satu
di antara dua prinsip tersebut terhadap batin manusia.
Dengan demikian, dalam dimensi kehidupan rohani
manusia pada dasarnya merupakan proses ihtiar dalam
mencapai keserasian antara hasrat kebebasan (the
pleasure principle) dan hasrat ketertiban (the reality
principle) melalui hasrat keserasian (the principle otf
constancy) sebagai daya penyerasi atau harmonisatornya.
Selain memiliki hasrat keserasian rohani dalam dimensi
kehidupan rohaniah, manusia juga memiliki kodrat
keserasian jasmani dalam dimensi kehidupan jasmaniah
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA

sebagai suatu organisme yang termulia dan tersempurna


ciptaan Tuhan. Oleh karena itu dalam keadaan sadar,
setiap orang akan pada dasarnya juga akan berusaha
untuk mencapai keserasian antara aspek Jasmani
materiel dam aspek kehidupan rohani spitirtualnya
sebagai suatu keharmonisan yang dwitunggal.
Di samping itu, manusia pada umumnya akan tetap
berusaha untuk mencapai pelampauan/keadaan yang
lebih dari sebelumnya yang telah dicapainya, baik dalam
ukuran secara kuantitatif maupun secara kualitatif.
Secara kuantitatif setiap perkembangan yang berupa
pelebihan jelas berarti suatu penambahan terhadap segala
hal/unsur yang sudah ada sebelumnya. Oleh karena itu,
secara kuantitatif suatu perkembangan bersifat
pelestarian atau pertahanan segala sesuatu yang sudah
ada di samping adanya hal tersebut. Dengan kata lain,
dalam setiap perkembangan secara kuantitatif
terproseslah unsur pelestarian/conservation kehidupan
manusia.
Sebaliknya, pada perkembangon secara kualitatif pada
hakikatnya menumbuhkan pembaharuan/innovation
kehidupan manusia. Melalui cara pandang ini, dapat
dibuktikan bahwa perkembangan secara kuantitaif dan
kualitatif merupakan dua unsur yang eksistensinya
bersifat antinomik atau saling berpasangan dan
betegangan sebagaimana unsur kepentingan pribasi
(pleasure) dan kepentingan antar pribadi (reality)
maupun materiel dan spiritual.
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Berdasarkan pokok fikiran di atas, dapatlah dibuktikan


kembali bahwa manusia itu sendirilah yang merupakan
"sumber" nilai, dalam arti sebagai pencari, pendapat,
sekaligu penimbul berbagai macam nilai dalam
kehidupannya.
Berdasarkan uraian di tas saja telah dapat kita lihat
setidaknya ada triga pasangan nilai pokok yang
bersumber dari unsur hakiki manusia yakni:
1. Hasrat keserasian rohani (spiritualisme) dan kodrat
keserasian jasmani(materialisme)
2. Kesendirian/kebebasan (individualisme) dan
kebersamaan/ketertiban (kolektivisme)
3. Kelestarian (konservatisme) dan kebaruan
(inovatisme)
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Pertemuan 15 Rabu, 22 November


2023

Hukum Sebagai Jalinan Nilai


Nilai pada hakikatnya adalah sesuatu yang diinginkan
(Positif) atau sesuatu yang tidak diinginkan (Negatif)
Positif : Menyenangkan, menguntungkan, dan
memudahkan fihak yang memperolehnya untuk
memenuhi kepentingannya
Negatif : Menyulitkan dan merugikan pihak yang
memperolehnya untuk mencapai kepentingannya
 Jalinan Nilai
Merupakan jaringan berbagai atau segala sesuatu yang
dinginkan (dalam arti yang positif) serta Segala yang
tidak linginkan (dalam arti yang negatif) dalam
gabungan atau masing-masing tersendiri.
Sistem jalinan nilai-nilai dalam hukum akan nampak
sebagai pasangan-pasangan tertentu, yang masing-
masing pasangan tersiri atas nilai-nilai yang saling
bertegangan antara satu sama lainnya. Adapun yang
dimaksud bertegangan dalam hal ini adalah suatu
keadaan yang menunjukan bahwa dalam suatu pasangan
tertentu, nilai yang satu pada hakikatnya bersifat
mendesak nilai yang lain, namun kedua nilai tersebut
tidak boleh saling meniadakan.
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA

 Contoh Nilai Yang Berpasangan Tapi Betegangan


kebebasan-ketertiban
Apabila seseorang bebas, berarti ketertiban terdesak dan
demikian pula sebaliknya. Padahal di samping ingin
bebas, seseorang jelas ingin tertib, mengingat bahwa
manusia tidak apat hidup terlampau bebas seperti mahluk
lain dan tidak pula hidup terlampau tertib seperti robot.
 Kutub Nilai
Antara pasangan nilai yang satu dengan nilai yang lain
seringkali terdapat hubungan yang erat, sehingga
bebrbagai pasangan nilai yang ada itu akan membentuk
dua kutub yang masing-masing kutub akan berisi deretan
atau kelompok nilai tertentu yang berhubungan dengan
masing-masing nilai pasangannya yang terdapat dalam
kutub yang berseberangan.
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA

 Penjelasan Gambar
1. Dalam kutub A terdapat nilai-nilai yang berhubungar
erat dan bereksistensi secara sejalan yang masing-
masing ialah:
a. Kebebasan, yang pada dasarnya sangant penting
artinya dan sangat diperlukan bagi:
b. Kepentingan pribadi, yang dalam hukum pada
hakikatnya merupakan kepentingan yang
dilindungi melalui:
c. Proteksi hukum, sebagai langkah yang pada
hakikatnya mewujudkan dan membuktikan
adanya:
d. Keluwesan hukum, sebagai suatu nilai yang
memungkinkan hukum untuk membuka berbagai
"beleid"/keleluasaan yang seyogyanya dapat
diberikan untuk keadaan yang memerlukannya
menurut penilaian hukum
e. kesebandingan hukum, sebagai nilai yang
berfungsi menentukan kesetaraan atau
kesetimpalan yang amat penting artinya dalam
mewujudkan segi keadilan bagi pribadi tertentu
2. Dalam Kutub B terdapat nilai-nilar yang
berhubungan erat dan bereksistensi secara sejalan,
yang masing-masing ialah
a. Ketertiban, yang pada dasarnya sangat penting
artinya dan sangat diperlukan untuk
b. Kepentingan antar pribadi, yang secara implisit
juga meliputi kepentingan pribadi-pribadi yang
berhubungan di dalamnya secara tertib tanpa
adanya kepentingan pribadi tertentu yang
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA

merugikan kepentingan pribadi lainnya,


mengingat adanya:
c. Restriksi hukum, sebagai suatu nilai yang
mewujudkan dan membuktikan adanya:
d. Keketatan hukum, sebagai suatu nilai yang amat
besar pengaruhnya dalam penerapan hukum
untuk mencapai dan mewujudkan :
e. Kepastian hukum, sebagai suatu nilai yang dapat
dijadikan petunjuk bahwa hukum itu diterapkan
dan berlaku sama bagi siapapun; inilah segi
keadilan bagi pergaulan hidup.
Oleh karena masing-masing pasangan terdiri dari nilai-
nilai yang saling bertegangan, maka hal ini
mengakibatkan berbagai kenyataan berikut
1. Masing-masing pasangan yang bertegangan itu dapat
menyebabkan timbulnya dilema, yakni apabila
dihadapkan pada berbagai pilihan, sedangkan
masing-masing pilihan mendesak atau didahulukan
dari yang lain.
2. Wilayah kadar nilai yang saling bertegangan itu pada
dasarnya saling desak mendesak antara satu sama
lain dalam kutub-kutub yang saling bertolak
belakang

Anda mungkin juga menyukai