Petunjuk
1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.
1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE pada laman
https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan soal ujian
UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai pekerjaan
saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai dengan aturan
akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan tidak
melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media apapun, serta
tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik Universitas Terbuka.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat pelanggaran
atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi akademik yang ditetapkan oleh
Universitas Terbuka.
Tangerang,23 Desember 2023
SOAL 2
C adalah UMKM yang memprodusi keripik (Singkong, pisang dan keripik lainnya). UMKM ini berdiri 3
tahun lalu. Produk keripik nya, saat ini dipasarkan dari mulut ke mulut serta lewat grup Whatsapp. Selain itu
C pun menitipkan produk keripiknya ke warung warung sekitar dengan sistem titip dan warung tersebut akan
membayar sesuai dengan jumlah keripik yang terjual dan kesepakatan harga. Jika ada sisa maka keripik
dikembalikan ke C. Berdasarkan informasi dari sahabatnya yang mrembuka UMKM manisan segar, bahwa ia
bermitra dengan supermarket dan minimarket yang cabangnya banyak. Di mana supermarket tersebut
menyediakan rak yang diperuntukan bagi UMKM yang ingin menjual produknya. Agar dapat menjual
produk di supermarket dan minimarket, UMKM harus bermitra dan harus memenuhi persyaratan yang
ditetapkan oleh supermarket dan minimarket tersebut, Dari fenomena yang terjadi pada UMKM C:
1. Sebutkan Konsep yang dipilih dan apa hubungan kemitraan yang akan dijalankan C serta sebutkan
berbagai bentuk kerjasama dari hubungan kemitraan jenis ini ?
PEMBAHASAN
UMKM C dapat memilih konsep kemitraan dengan jaringan supermarket dan minimarket untuk memperluas
distribusi dan pemasaran produknya. Hubungan kemitraan ini terjalin dalam bentuk Business-to-Business
(B2B), di mana UMKM C bermitra dengan entitas bisnis lain (supermarket dan minimarket) untuk
memasarkan produknya. Hubungan ini akan membawa berbagai bentuk kerjasama:
1. Penyediaan Rak Khusus UMKM: Supermarket dan minimarket menyediakan rak khusus untuk
produk UMKM, termasuk produk keripik UMKM C. Ini memungkinkan UMKM untuk menjangkau
pelanggan yang lebih luas tanpa harus memiliki outlet fisik sendiri.
2. Konsinyasi atau Sistem Titip Jual: Sama seperti sistem yang telah diterapkan UMKM C dengan
warung sekitar, supermarket dan minimarket dapat menawarkan sistem konsinyasi di mana UMKM C
menitipkan produknya dan pembayaran dilakukan berdasarkan jumlah penjualan.
3. Promosi Bersama: Kerjasama ini dapat mencakup kegiatan promosi bersama, seperti pemasaran di
media supermarket atau minimarket, brosur, atau melalui kampanye pemasaran digital. Hal ini dapat
meningkatkan visibilitas produk UMKM C.
4. Standarisasi dan Kontrol Kualitas: Untuk masuk ke jaringan supermarket dan minimarket, UMKM
C harus memenuhi standar tertentu, baik dalam hal kualitas produk, kemasan, hingga standar
keamanan pangan. Ini akan mendorong UMKM C untuk meningkatkan standar produksinya.
5. Penyetokan dan Logistik: Hubungan ini juga mungkin melibatkan kesepakatan tentang penyetokan
dan manajemen logistik, termasuk pengiriman produk ke berbagai cabang supermarket atau
minimarket.
Dengan memilih kemitraan ini, UMKM C dapat memanfaatkan jaringan dan kekuatan pemasaran
supermarket dan minimarket untuk mengembangkan bisnisnya, sekaligus mempertahankan kontrol atas
produksi dan identitas brand mereka.
Referensi:
1. Tjiptono, Fandi. (2015). Strategi Pemasaran. Yogyakarta: Andi.
2. Rangkuti, Freddy. (2014). Strategi Promosi yang Kreatif dan Analisis Kasus Integrated Marketing
Communication. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
3. Sudarmanto, R. (2013). Kinerja dan Pengembangan Kompetensi SDM: Teori, Dimensi Pengukuran
dan Implementasi dalam Organisasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
2. Jelaskan Kewajiban masing masing pihak yang bekerjasama dalam jenis kemitraan di atas?
PEMBAHASAN
Kewajiban masing-masing pihak dalam kemitraan antara UMKM dan supermarket atau minimarket dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Kewajiban UMKM (dalam hal ini UMKM C):
Kualitas Produk: UMKM C harus memastikan bahwa keripik yang dihasilkan memiliki
kualitas yang baik dan konsisten. Ini termasuk mematuhi standar kebersihan dan kesegaran
produk.
Pemenuhan Persyaratan: UMKM C harus memenuhi semua persyaratan yang ditetapkan
oleh supermarket atau minimarket, yang bisa termasuk aspek legalitas usaha, standar
kemasan, dan label yang sesuai.
Pengiriman Tepat Waktu: Mengirim produk sesuai jadwal yang telah disepakati untuk
memastikan ketersediaan stok di supermarket atau minimarket.
Promosi dan Pemasaran: Walaupun produknya dijual di supermarket atau minimarket,
UMKM C mungkin masih perlu melakukan promosi sendiri untuk meningkatkan penjualan.
2. Kewajiban Supermarket atau Minimarket:
Pemberian Ruang dan Fasilitas: Menyediakan ruang atau rak khusus untuk produk UMKM
C sesuai dengan kesepakatan.
Transparansi dalam Penjualan: Memberikan laporan penjualan yang jelas dan akurat
kepada UMKM C, termasuk informasi tentang jumlah produk yang terjual.
Pembayaran Tepat Waktu: Melakukan pembayaran untuk produk yang terjual sesuai
dengan kesepakatan harga dan waktu pembayaran.
Dukungan Pemasaran: Dalam beberapa kasus, supermarket atau minimarket mungkin juga
memberikan dukungan pemasaran untuk produk UMKM yang mereka jual.
REFERENSI
1. Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia. (2022). Panduan Kerjasama UMKM dengan
Ritel Modern. Jakarta: Kementerian Koperasi dan UKM RI.
2. Suryana, Y. (2019). Kewirausahaan: Strategi Membangun UMKM Berdaya Saing. Bandung:
Penerbit Alfabeta.
3. Jelaskan keuntungan dan resiko dari UMKM C jika memilih jenis kemitraan di atas?
PEMBAHASAN
Keuntungan dan risiko dari UMKM C jika memilih kemitraan dengan supermarket atau minimarket dapat
dijelaskan sebagai berikut:
Keuntungan:
1. Peningkatan Jangkauan Pasar: Bermitra dengan supermarket atau minimarket membantu UMKM
C menjangkau pelanggan yang lebih luas, yang sebelumnya tidak terjangkau melalui pemasaran dari
mulut ke mulut atau penjualan di warung lokal.
2. Peningkatan Brand Awareness: Kehadiran produk UMKM C di supermarket atau minimarket
meningkatkan kesadaran merek dan citra profesionalisme perusahaan.
3. Stabilitas Penjualan: Dengan tersedianya produk di supermarket atau minimarket, penjualan
menjadi lebih stabil dan dapat diprediksi, terutama jika ada kesepakatan pembelian minimum.
4. Pengalaman dan Pembelajaran: Kemitraan ini memberikan pengalaman berharga dalam mengelola
pasokan dan memenuhi standar yang lebih tinggi, yang berguna untuk pengembangan usaha UMKM
C di masa depan.
Risiko:
1. Persaingan Tinggi: Produk UMKM C akan bersaing dengan banyak produk serupa di supermarket
atau minimarket, yang bisa berdampak pada penjualan jika produk tersebut tidak unik atau menarik.
2. Standar Tinggi dan Konsistensi: UMKM C harus memastikan bahwa mereka mampu memenuhi
standar kualitas dan konsistensi produk yang tinggi, yang mungkin memerlukan investasi tambahan
dalam proses produksi.
3. Risiko Finansial: Mungkin ada biaya tambahan yang terkait dengan kemitraan, seperti biaya rak atau
promosi, yang perlu ditanggung oleh UMKM C.
4. Ketergantungan pada Ritel Tertentu: Ada risiko menjadi terlalu bergantung pada satu atau
beberapa supermarket atau minimarket, yang bisa berisiko jika kemitraan tersebut berakhir atau
berubah kondisinya.
REFERENSI
Wirawan. (2021). Manajemen Ritel: Teori dan Aplikasi di Indonesia. Jakarta: Rajawali Press.
SOAL 3
PT S perusahaan otomotif rutin melakukan internal audit yang dilakukan oleh auditor internal, yaitu personel
terlatih, independen dan terlatih untuk melakukan audit PT.S. Audit internal yang dilakukan PT S ini
meliputi audit keuangan, kecurangan, audit operasional dan audit Information Technology (IT) dan audit
kinerja. Audit fraud bertujuan untuk mengecek apakah terjadi kecurangan dalam proses transaksi, audit
operasional bertujuan untuk melihat apakah standar operation prosedur (SOP) dijalankan dengan baik sesuai
standar. Audit IT bertujuan untuk memastikan data perusahaan terlindungi dan akurat. Audit kinerja
bertujuan untuk mengevaluasi pencapaian kinerja perusahaan Komite audit mengumpulkan seluruh laporan,
berdiskusi dengan pimpinan puncak dan para manajer untuk menindaklanjuti temuan ketidaksesuaian. Dari
fenomena yang terjadi pada PT. S di atas, menurut Saudara :
1. Internal audit yang dilakukan oleh PT.S merupakan fungsi manajemen apa dan jelaskan apa yang
dimaksud dengan fungsi manajemen tersebut?
PEMBAHASAN
Internal audit yang dilakukan oleh PT. S merupakan bagian dari fungsi manajemen pengendalian (control).
Fungsi manajemen pengendalian adalah proses dimana manajemen memastikan bahwa sumber daya
digunakan secara efisien dan efektif dalam pencapaian tujuan organisasi. Fungsi ini mencakup kegiatan
memantau kinerja organisasi, memverifikasi apakah kegiatan operasional sesuai dengan rencana dan standar
yang telah ditetapkan, serta mengidentifikasi area yang memerlukan perbaikan.
Dalam konteks PT. S, audit internal berperan sebagai mekanisme pengendalian untuk mengevaluasi dan
meningkatkan efektivitas proses bisnis, manajemen risiko, dan tata kelola. Audit ini mencakup berbagai
aspek:
1. Audit Keuangan: Memeriksa akurasi laporan keuangan dan memastikan kepatuhan terhadap standar
akuntansi.
2. Audit Kecurangan (Fraud): Mengidentifikasi dan mencegah penipuan atau kecurangan dalam
transaksi.
3. Audit Operasional: Memastikan bahwa operasi perusahaan berjalan sesuai dengan SOP dan standar
yang telah ditetapkan.
4. Audit IT: Menilai sistem informasi dan teknologi untuk memastikan keamanan dan akurasi data.
5. Audit Kinerja: Menilai efektivitas dan efisiensi dalam mencapai tujuan organisasi.
Kegiatan audit internal ini berkontribusi pada proses pengendalian manajemen dengan memberikan wawasan
dan rekomendasi untuk perbaikan. Mereka membantu memastikan bahwa organisasi beroperasi secara
efektif, mematuhi peraturan dan hukum yang berlaku, mengurangi risiko, dan mencapai tujuan strategisnya.
Referensi:
Tjiptono, F. dan Chandra, G., Manajemen Operasional, Yogyakarta: Andi Offset.
Mulyadi, Audit Internal, Jakarta: Salemba Empat.
Simamora, H., Manajemen Sumber Daya Manusia, Yogyakarta: STIE YKPN.
2. Jelaskan metode motode pengawasan fungsi manajemen di atas serta tehnik yang digunakan untuk
setiap metode?
PEMBAHASAN
Metode pengawasan dalam fungsi manajemen, khususnya yang berkaitan dengan audit internal seperti di PT.
S, melibatkan berbagai teknik dan pendekatan untuk memastikan bahwa organisasi beroperasi efektif dan
sesuai dengan standar yang ditetapkan. Berikut adalah beberapa metode pengawasan utama beserta teknik
yang digunakan:
1. Audit Internal:
Pemeriksaan Dokumen: Melakukan pemeriksaan terhadap dokumen keuangan dan
operasional untuk memastikan keakuratan dan kepatuhan terhadap standar.
Wawancara dan Observasi: Melakukan wawancara dengan karyawan dan manajemen serta
observasi langsung terhadap proses kerja untuk mengidentifikasi praktik yang berpotensi
menyimpang.
Analisis Risiko: Mengevaluasi area potensial risiko dalam organisasi dan menilai
pengendalian yang ada untuk mengurangi risiko tersebut.
2. Pengawasan Berbasis Kinerja:
Penggunaan KPI (Key Performance Indicators): Menetapkan dan memantau indikator
kinerja kunci untuk mengukur efektivitas dan efisiensi operasional.
Evaluasi Benchmarking: Membandingkan kinerja dengan standar industri atau pesaing
untuk mengidentifikasi area perbaikan.
3. Pengawasan Teknologi Informasi:
Audit Sistem: Memeriksa sistem TI, termasuk keamanan data dan infrastruktur TI, untuk
memastikan integritas dan keandalan sistem.
Pengujian Penetrasi: Menggunakan teknik simulasi serangan untuk mengidentifikasi
kerentanan dalam sistem TI.
4. Pengawasan Keuangan:
Analisis Varians: Membandingkan hasil keuangan aktual dengan anggaran atau perkiraan
sebelumnya untuk mengidentifikasi penyimpangan.
Analisis Rasio Keuangan: Menggunakan rasio keuangan untuk menilai kesehatan keuangan
perusahaan.
5. Pengawasan Berbasis Proses:
Flowchart dan Diagram Proses: Menggunakan flowchart untuk memetakan dan
mengevaluasi proses bisnis.
Analisis Penyebab Akar: Digunakan untuk mengidentifikasi penyebab utama dari masalah
atau kegagalan dalam proses bisnis.
Referensi
Simamora, Henry. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: STIE YKPN.
Mulyadi. Sistem Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat.
Tjiptono, Fandy, dan Chandra, Gregorius. Manajemen Operasional. Yogyakarta: Andi Offset.
3. Dalam kondisi apa fungsi manajemen di atas menjadi sangat penting untuk dilaksanakan?
PEMBAHASAN
Fungsi manajemen pengawasan, termasuk audit internal seperti yang dilakukan oleh PT. S, menjadi sangat
penting dalam beberapa kondisi khusus:
1. Perubahan Signifikan dalam Operasional atau Strategi Bisnis: Ketika sebuah perusahaan
mengalami perubahan besar dalam strategi atau operasionalnya, seperti ekspansi pasar, diversifikasi
produk, atau restrukturisasi internal, pengawasan menjadi krusial untuk memastikan bahwa
perubahan tersebut diimplementasikan secara efektif dan sesuai dengan tujuan organisasi.
2. Pengenalan Teknologi atau Sistem Baru: Implementasi teknologi atau sistem informasi baru
seringkali memerlukan pengawasan yang ketat untuk memastikan integrasi yang mulus dan
mengidentifikasi masalah potensial dalam penggunaan teknologi tersebut.
3. Regulasi dan Kepatuhan: Di lingkungan bisnis yang diatur secara ketat, fungsi pengawasan menjadi
penting untuk memastikan kepatuhan terhadap peraturan dan undang-undang yang berlaku, seperti
standar akuntansi, regulasi keuangan, dan undang-undang tenaga kerja.
4. Situasi Krisis atau Ketidakpastian Ekonomi: Dalam kondisi krisis, seperti krisis keuangan,
pandemi, atau bencana alam, pengawasan diperlukan untuk mengelola risiko, menjaga stabilitas
operasional, dan mengambil keputusan strategis dalam menghadapi ketidakpastian.
5. Deteksi dan Pencegahan Kecurangan: Di mana ada risiko tinggi kecurangan atau penyalahgunaan,
seperti dalam transaksi keuangan, pengawasan menjadi esensial untuk mendeteksi dan mencegah
kecurangan.
6. Evaluasi Kinerja dan Peningkatan Berkelanjutan: Untuk mengevaluasi efektivitas operasional
dan mencapai peningkatan berkelanjutan dalam kinerja, pengawasan memainkan peran penting dalam
mengidentifikasi area yang memerlukan perbaikan.
Referensi:
Simamora, Henry. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: STIE YKPN.
Mulyadi. Sistem Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat.
Tjiptono, Fandy, dan Chandra, Gregorius. Manajemen Operasional. Yogyakarta: Andi Offset.