LANDASAN TEORI
1
3. Tenaga Keperawatan :
a. Perawat Gigi
b. Perawat
4. Tenaga Kefarmasian :
a. Apoteker
b. Analis Farmasi
c. Asisten Apoteker
5. Tenaga Keteknisisan Medis :
a. Radiografer
b. Teknisi Gigi
c. Analis Kesehatan
d. Perekam Medis
2
3. pelayanan radiologi gigi;
4. pelayanan anestesi;
(sumber : Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1173/Menkes/Per/X/2004 Pasal 8:2)
2.1.4. Kebutuhan Ruang dan Peralatan Kesehatan
Peraturan MenKes Nomor 1173/MENKES/PER/2004 tentang Rumah Sakit
Gigi dan Mulut menjadi sebuah standar keharusan minimal yang harus
dipenuhi setiap RSGM yang akan dibangun ataupun yang sudah terbangun.
Berikut beberapa tinjauan penting dari isi PerMenKes yang perlu
diperhatikan :
1. Persyaratan sarana dan prasarana bangunan serta peralatan RSGM
a. Ruang Rawat Jalan;
b. Ruang Gawat Darurat;
c. Ruang pemulihan/Recovery room ;
d. Ruang Operasi;
e. Farmasi dan Bahan Kedokteran Gigi;
f. Laboratorium Klinik;
g. Laboratorium Teknik Gigi;
h. Ruang Sentral Sterilisasi;
i. Radiologi;
j. Ruang Tunggu;
k. Ruang Administrasi;
l. Ruang Toilet; dan Prasarana yang meliputi tenaga listrik,
penyediaan air bersih, instalasi pembuangan limbah, alat
komunikasi, alat pemadam kebakaran dan tempat parkir.
2. Tenaga Kerja wajib pada RSGM
a. Konsultasi medis;
b. Administrasi rumah sakit;
c. Penunjang Diagnostik;
d. Tindakan Medik Operatif;
e. Tindakan Medik Non Operatif;
3
f. Radiologi;
g. Farmasi;
h. Ambulans dan jasa rumah sakit;
i. Bahan dan alat habis pakai;
j. Laboratorium klinik;
k. Laboratorium teknik gigi;
l. Pelayanan untuk pendidikan dan penelitian, bagi RSGM Pendidikan
3. Jenis-jenis Komponen (Peralatan) Pelayanan RSGM
Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut berdasarkan peraturan Mentri
Kesehatan Nomor 1173 tahun 2004 harus memiliki peralatan yang
meliputi :
Dental Chair
Tempat Tidur
Laser
4
Intra Oral Camera
Dental Foto
Cephalometri x-ray
Autoclave/ sterilizator
Unit Laser
5
Radiografi
6
6. Saluran air limbah domestik dan limbah medis harus tertutup dan
terpisah, masing-masing dihubungkan langsung dengan instalasi
pengolahan limbah.
7. Di tempat parkir, halaman, ruang tunggu, dan tempat-tempat
tertentu yang menghasilkan sampah harus disediakan tempat
sampah.
8. Lingkungan, ruang, dan bangunan rumah sakit harus selalu dalam
keadaan bersih dan tersedia fasilitas sanitasi secara kualitas dan
kuantitas yang memenuhi persyaratan kesehatan, sehingga tidak
memungkinkan sebagai tempat bersarang dan berkembang biaknya
serangga, binatang pengerat, dan binatang pengganggu lainnya.
B. Konstruksi Bangunan Rumah Sakit
1. Lantai
- Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan
rata, tidak licin, warna terang, dan mudah dibersihkan.
- Lantai yang selalu kontak dengan air harus mempunyai
kemiringan yang cukup ke arah saluran pembuangan air limbah
- Pertemuan lantai dengan dinding harus berbentuk
konus/lengkung agar mudah dibersihkan
2. Dinding
Permukaan dinding harus kuat, rata, berwarna terang dan
menggunakan cat yang tidak luntur serta tidak menggunakan cat
yang mengandung logam berat
3. Ventilasi
- Ventilasi alamiah harus dapat menjamin aliran udara di dalam
kamar/ruang dengan baik.
- Luas ventilasi alamiah minimum 15 % dari luas lantai
- Bila ventilasi alamiah tidak dapat menjamin adanya pergantian
udara dengan baik, kamar atau ruang harus dilengkapi dengan
penghawaan buatan/mekanis.
7
- Penggunaan ventilasi buatan/mekanis harus disesuaikan dengan
peruntukkan ruangan.
4. Atap
- Atap harus kuat, tidak bocor, dan tidak menjadi tempat
perindukan serangga, tikus, dan binatang pengganggu lainnya.
- Atap yang lebih tinggi dari 10 meter harus dilengkapi penangkal
petir.
5. Langit-langit
- Langit-langit harus kuat, berwarna terang, dan mudah
dibersihkan.
- Langit-langit tingginya minimal 2,70 meter dari lantai.
- Kerangka langit-langit harus kuat dan bila terbuat dari kayu
harus anti rayap.
6. Konstruksi
Balkon, beranda, dan talang harus sedemikian sehingga tidak terjadi
genangan air yang dapat menjadi tempat perindukan nyamuk
Aedes.
7. Pintu
Pintu harus kuat, cukup tinggi, cukup lebar, dan dapat mencegah
masuknya serangga, tikus, dan binatang pengganggu lainnya.
8. Jaringan Instalasi
- Pemasangan jaringan instalasi air minum, air bersih, air limbah,
gas, listrik, sistem pengawasan, sarana telekomunikasi, dan lain-
lain harus memenuhi persyaratan teknis kesehatan agar aman
digunakan untuk tujuan pelayanan kesehatan.
- Pemasangan pipa air minum tidak boleh bersilangan dengan
pipa air limbah dan tidak boleh bertekanan negatif untuk
menghindari pencemaran air minum.
9. Dilengkapi dengan pintu darurat yang dapat dijangkau dengan
mudah bila terjadi kebakaran atau kejadian darurat lainnya dan
dilengkapi ram untuk brankar.
8
10. Fasilitas Pemadam Kebakaran
Bangunan rumah sakit dilengkapi dengan fasilitas pemadam
kebakaran sesuai dengan ketentuan yang berlaku
2.1.6. Tipe Rumah Sakit Gigi dan Mulut
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1173/MENKES/PER/X/2004 rumah sakit khusus Gigi dan Mulut (RSGM)
dibagi menjadi 2 :
1. RSGM Pendidikan
9
4. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan
teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan
kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang
kesehatan.
Dalam mendukung fungsi dan tugas dari rumah sakit khusus gigi dan mulut,
harus ada struktur organisasi yang jelas dalam sebuah rumah sakit. Berikut
contoh organisai yang disusun berdasarkan peraturan Presiden Republik
Indonesia nomor 77 tahun 2015 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit :
10
2.2. Arsitektur Prilaku
2.2.1. Pemahaman Arsitektur Prilaku
Arsitektur perilaku adalah arsitektur yang dalam penerapannya
selalu menyertakan pertimbangan-pertimbangan perilaku dalam
perancangan kaitan perilaku dengan desain arsitektur (sebagai lingkungan
fisik) yaitu bahwa desain arsitektur dapat menjadi fasilitator terjadinya
perilaku atau sebaliknya sebagai penghalang terjadinya perilaku (JB.
Watson, 1878-1958).
Arsitektur Berwawasan Perilaku adalah ilmu merancang bangunan
yang mengacu kepada aspek-aspek yang mendasar dan penting yang terkait
dengan sikap dan tanggapan manusia terhadap lingkungannya, yang
bertujuan untuk menciptakan ruang dan suasana tertentu yang sesuai
dengan perilaku manusia beserta lingkungan dan budaya masyarakat
(Romo Mangun Wijaya dalam Wicaksono, Character Building Center di
Kaliurang;35)
Untuk mendapatkan suatu lingkungan yang bertujuan untuk
menciptakan ruang dan suasana yang sesuai dengan perilaku dapat dimulai
dengan cara memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Ruang dan Perilaku Manusia
Perilaku manusia yang berdasar faktor-faktor kebiasaan,
seperti adat ataupun pengalaman terdahulu akan terbawa ke dalam
bangunan maupun lingkungannya.Faktor fisik dan psikis dapat
memiliki peran dalam membentuk persepsi dan perilaku manusia
tersebut. Misalnya pada factor fisik setiap manusia tidak ada yang
sama antara satu dengan lainnya. Beberapa faktor fisik dalam ras
atau genetis yang memiliki kecenderungan sama antara lain adalah :
jenis kelamin, warna kulit, rata-rata tinggi badan dan
rambut.Sedangkan untuk faktor psikis nya yang berpengaruh adalah
faktor tingkat pendidikan, latar belakang budaya, factor kebiasaan,
agama dan lainnya
11
Sebuah gubahan ruang merupakan sebuah objek yang akan
dipersepsikan oleh manusia sebagai pengamat dan pengguna.
Gubahan ruang terdiri dari objek-objek pembentuk. Objek tersebut
tidak hanya dapat dilihat secar visual saja melainkan dapat
dirasakan oleh indera penciuman, pendengaran ataupun rabaan.
Objek pembentuk sbuah gubahan ruang interior dalam gubahan
arsitektur antara lain : garis, bidang, bentuk, tektstur, material,
warna, cahaya, penghawaan, akustik dan bau (Abercrombie dalam
Wicaksono, Character Building Center di Kaliurang;).
12
Bentuk yang stabil.Jika diletakan berdiri pada salah satu
sudutnya, dapat menjadi seimbang ila terletak dalam posisi
yang tepat pada suatu keseimbangan.
Lingkaran
Bentuk yang terpusat. Berarah kedalam dan pada umumnya
bersifat stabil dan dengan sendirinya menjadi pusat dari
lingkungannya.
13
Warna
Pengaruh warna sangat penting bagi psikologis manusia
sebagai pengguna karena itu penggunaan warna pada ruangan
harusnya dapat memiliki nilai positif yang akan merubah atau
mempengaruhi perilaku manusia.
Berikut tabel warna yang disertakan makna positif dan
negatifnya :
14
kepolosan, kebenaran, dingin, kesedihan.
keadilan.
15
Wijaya dalam Wicaksono, Character Building Center di Kaliurang;38-42)
antara lain adalah :
1. Mampu berkomunikasi dengan manusia dan lingkungannya
Rancangan hendaknya dapat dipahami oelh pemakainya melalui
penginderaan ataupun imajinasi pengguna bangunan. Bentuk yang
disajikan oleh perancang dapat dimengerti sepenuhnya oleh pengguna
bangunan, dan pada umumnya bentuk adalah yang paling banysk
digunakan sebagai media komunikasi karena bentuk yang paling mudah
ditangkap dan dimengerti oleh manusia. Dari bangunan yang diamati
oleh manusia syarat-syarat yang harus dipenuhi adalah :
a. Pencerminan fungsi bangnan. Simbol-simbol yang menggambarkan
tentang rupa bangunan yang nantinya akan dibandingkan dengan
pengalaman yang sudah ada, dan disimpan kembali sebagai
pengalaman baru
b. Menunjukkan skala proporsi tang tepat serta dapat dinikmati
c. Menunjukkan bahan dan struktur yang akan digunakan dalam
bangunan
2. Mewadahi akitivitas penghuninya dengan nyaman dan menyenangkan
a. Nyaman berarti nyaman secara fisik dan psikis. Nyaman secara fisik
berarti kenyamanan yang berpengaruh pada keadaan tubuh manusia
secara langsung seperti kenyamanan termal. Nyaman secara psikis
pada dasarnya sulit dicapai karena masing-masing individu memiliki
standar kenyamanan yang berbeda-beda secara psikis. Dengan
tercapainya kenyamanan secara psikis akan tercipta rasa senang dan
tenang untuk berperilaku
b. Menyenangkan dapat dijabarkan dalam beberapa aspek. Yang
pertama yaitu menyenangkan secara fisik, bisa timbul dengan
adanya pengolahan-pengolahan pada bentuk atau ruangan yang ada
di sekitar. Menyenangkan secara fisilogis bisa timbul dengan adanya
kenyamanan termal yang diciptakan lingkungan sekitar terhadap
manusia. Menyenanhkan secara fisiologi bisa timbul dengan adanya
16
pemenuhan kebutuhan berkaitan dengan jiwa manusia seperti adanya
ruang terbuka ruang merupakan tuntutan atau keinginan manusia
untuk bisa bersosialisasi. Menyenangkan secara kultural bisa timbul
dengan adanya penciptaan karya Arsitektur dengan gaya yang sudah
dikenal oleh masyarakat yang berada di tempat tersebut.
3. Memenuhi nilai estetika, komposisi, dan estetika bentuk
Keindahan dalam Arsitektur harus memiliki beberapa unsur, antara
lain :
a. Keterpaduan (unity)
Yang berarti tersusunnya beberapa unsur menjadi satu kesatuan
yang utuh dan serasi
b. Kesimbangan
Yaitu suatu nilai yang ada pada setiap objek yang daya tarik
visualnya haruslah seimbang
c. Proporsi
Merupakan hubungan tertentu antara ukuran bagian terkecil
dengan ukuran keseluruhan
d. Skala
Kesan yang ditimbulkan bangunan itu mengenai ukuran
besarnya. Skala biasanya diperoleh dengan besarnya bangunan
dibandingkan dengan unsur-unsur manusiawi yang ada
disekitarnya
e. Irama
Yaitu pengulangan unsur-unsru dalam perancangan bangunan.
Seperti pengulangan garis-garis lurus, lengkung, bentuk massif,
perbedaan warna yang akan sangat mempengaruhi kesan yang
ditimbulkan dari perilaku pengguna bangunan
Beberapa konsep penting dalam kajian Arsitektur Prilaku adalah :
1. pengaturan perilaku (behavior setting) merupakan unsur-
unsur fisik atau spasial yang menjadi system tempat atau
ruang sebagai terciptanya suatu kegiatan tertentu;
17
2. kognisi spasial (spatial cognition) atau disebut sebagai peta
mental yang merupakan kumpulan pengalaman mental
seseorang terhadap lingkungan fisik;
3. persepsi lingkungan (environment perception) yang
mengungkapkan berbagai fenomena visual terhadap
pengaturan persepsi seseorang (Laurens, 2004).
Konsep desain tersebut digunakan dengan penyesuaian terhada
konsep behavior setting pada penyelesaian desain peruangan,
konsep spatial cognition padapenyelesaian sirkulasi, dan konsep
environment perception pada penyelesaian citra atau tampilan
bangunan.
2.2.3. Ruang Personal (Personal Space)
a. Definisi Ruang Personal
Robert Sommer (1969) mendefinisikan ruang personal sebagai
suatu area dengan batas maya yang mengelilingi diri seorang dan orang
lain tidak di perkenankan masuk kedalamnya. Jadi, ruang personal itu
seolah-olah merupakan sebuah balon atau tabung yang menyelubungi
kita,membatasi jarak dengan orang lain, dan tabung itu membesar atau
mengecil bergantung dengan siapa kita sedang berhadapan.
b. Jarak Komunikasi
Edward Hall (1963) berpendapat bahwa ruang personal adalah
suatu jarak komunikasi, dimana jarak antara individu terhadap
gangguan-gangguan yang ada, manusia mengatur jarak personalnya
dengan pihak lain. Hall membagi 4 jarak tersebut dalam 4 jenis :
Jarak Intim (0,00-0,15m) dan fase jauh (0,15-0,50m)
Jarak untuk saling merangkul kekasih, shabat atau anggota
keluarga, untuk melakukan hubungan seks atau olahraga kontak
fisik, seperti gulat dan tinju. Pada jarak ini tidak diperlukan usaha
keras sperti berteriak atau menggunakan gerak tubuh untuk
berkomunikasi, cukup dengan berbisik.
18
Jarak Personal : fase dekat (0,50-0,75m) dan fase jauh (0,75-
1,20m)
Jarak untuk percakapam dua (2) sahabat atau antara orang
yang sudah saling akrab. Gerakan tangan diperlukan untuk
komunikasi normal.
Jarak Sosial : fase dekat (1,20-2,10m) dan fase jauh ( 2,10-3,60m)
Merupakan batas normal bagi individu dengan kegiatan
serupa atau kelompok social yang sama. Pada jarak ini
komunikasi dapat terjadi dengan baik apabila seseorang berbicara
dengan suara agak keras dan gerak anggota badan di sengaja
untuk membantu maksud dalam berkomunikasi. Fase jauh adalah
hubungan yang bersifat formal seperti bisnis dan sebagainya.
Pada kenyataanya, jarak ini merupakan patokan dasar dalam
pembentukan ruang atau dalam perancangan ruang.
Jarak Publik : fase dekat (3,60-7,50m) dan fase jauh (>7,50m)
Untuk hubungan yang lebih formal lagi seperti penceramah
di depan kelas atau actor dengan hadirinnya. Suatu jarak yang
tidak digunakan dalam interaksi antara dua individu, tetapi dalam
suatu pembicaraan antara satu orang dan tigapuluh atau lebih
orang. Pada jarak ini sering kali orang sudah tidak lagi
mengindahkan sesamanya dan diperlukan usaha keras untuk bias
berkomunikasi dengan baik.
c. Faktor yang Mempengaruhi Besarnya Ruang Personal
Faktor Personal
Faktor personal meliputi :
o Jenis Kelamin
Heska dan Nelson (1972) mengatakan bahwa salah
satu penentu perbedaan yang bergantung pada diriindividu
itu sendiri adalah jenis kelamin. Wanita ataupun pria sama-
sama membuat jarak pada lawan jenis kelamin. Sebaliknya,
dalam hal lawan bicaranya sesame jenis, wanita akan
19
mengurangi jarak ruang personalnya jika lawan bicaranya
itu akrab. Semakin akrab hubungannya dengan lawan
bicaranya maka semakin kecil jarak ruang personalnya.
Sementara itu, pada pria keakraban sesame jenis tidak
berpengaruh pada ruang personalnya. Pada umunya,
hubungan pria dan wanita mempunyai jarak ruang personal
yang terbesar (Gifford, 1982), diikuti hubungan antara
wanita dengan wanita dan ruang personal terbesar adalah
antara lawan jenis.
o Umur
Menurut Castell (1970), pada usia delapanbelas bulan
seorang anak memulai memilih jarak interpersonal yang
berbeda bergantung pada orang-orang dan situasi yang di
hadapinya. Altman ( dalam Sarlito, 1992) dalam
penelitianya menyatakan bahwa ruang personal baru timbul
pada usia remaja. Sementara itu, Evands dan Howard
(1973) mengatakan pada usia 12 tahun seorang remaja
sudah membentuk ruang personal yang sama sperti orang
dewasa.
o Tipe Kepribadian
Duke dan Nowski menyatakan bahwa orang dengan
kepribadian eksternal (merasa bahwa segala sesuatu lebih
di tentukan oleh hal di luar dirinya sendiri). Cook (1970)
juga berpendapat bahwa orang dengan kepribadian introver
(tidak mudah berteman, pemalu), memerlukan ruang
personal lebih besar dibandingkan dengan orang bertipe
ekstrover (orang yang mudah bergaul, banyak teman).
o Latar Belakang Budaya
Holahan (1982) mengatakan bahwa latar belakang
suku bangsa dan kebudayaan juga mempengaruhi besarnya
ruang personal seseorang. Misalnya, orang Jerman lebih
20
formal berkomunikasi dengan orang lain dan karenanya
mrka lebih menjaga jarak. Apabila ruang personal mereka
terganggu maka mereka menjadi ofensif. Orang Arab
dalam berkomunikasi harus sangat berdekatan, antar
sesame jenis mereka ber-sentuhan, saling memeluk,
mencium, dan orientasi mereka lebih banyak langsung
(Mehrabian, 1966).
Faktor Situasi Lingkungan
o Daya Tarik dan persahabatan membuat orang secara fisik
lebih berdekatan, tidak ada rasa takut atau terganggu oleh
kehadirannya. Demikian pula adanya ras kebersamaan dan
kegembiraan akan mengurangi besarnya ruang personal.
o Tatanan fisik seperti penyekat ruangan bisa mempengarruhi
perasaan invasi terhadap ruang personal. Orang lebih
banyak menggunakan ruang di pojok daripada di tengah
ruangan.
o Sommer (1969) melakukan sejumlah simulasi mengenai
situasi kooperatif-kompetitif dan mendapati bahwa sudut
orientasi menjadi penting. Dalam situasi kompetitif orang
akan memilih duduk berhadapan, sedangkan dalam situasi
kooperatif orang memilih duduk berdampingan atau
orientasi tidak langsung.
o Semakin besar perbedaan status ini akan semakin besar
pula ruang personalnya. Misalnya, seorang sisa yang akan
makan di kantin lebih memilih duduk berdekatan dengan
temannya daripada dengan dosen atau rektornya karena
perbedaan status social yang dirasakannya.
d. Ruang Personal dan Desain Arsitektur
Ruang personal dalam kaitannya dengan desain Arsitektur di
bagi menjadi 2 :
Ruang Sosiopetal (sociopetal)
21
Istilah sosiopetal merujuk pada suatu tatanan yang mampu
memfasilitasi interaksi social. Tatanan sosiopetal yang paling
umum adalah meja makan, tempat anggota keluarga berkumpul
mengelilingi meja dan saling berhadapan satu sama lain. Ruang
rapat dengan tatanan perabotnya akan menentukan posisi
pimpinan rapat. Pemakaian meja Bundar akan semakin
memperkuat pembentukan ruang sosiopetal.
Selain tata perabot, pembentukan ruang pun akan sangat
berperan dalam keberhasilan membentuk ruang sosiopetal.
Ruang Sosiofugal (sociofugal)
Ruang sosiofugal adalah tatanan yang mampu
mengurangi interaksi sosial. Tatanan sosiofugal kerap kali
ditemukan pada ruang tunggu. Misalnya, ruang tunggu stasiun
kereta api atau bandara tempat para pengunjung duduk saling
membelakangi.
Tatanan yang baik bergantung pada interaksi sosial yang di
harapakan terjadi di lingkungan tersebut. Misalnya, pada ruang
tunggu di bandara, tampak deretan kursi yang di baut pada
lantai sehingga tidak memungkinkan untuk di geser. Tatanan
ini disukai oleh para pembisnis yang tidak memerlukan
perbincangan kepada sesame pengguna ruang tunggu. Namun,
bagi keluarga yang menunggu kedatangan anggota keluarga
atau kerabatnya, deretan kursi ini kurang nyaman. Banyak
terlihat anak-anak berlutut di kursi agar dapat saling
berbincang dengan orang tuanya atau anggota keluarga yang
lain sambal menunggu.
22
mempengaruhi pola perilaku manusia yang hidup didalam arsitektur dan
lingkungannya tersebut. Sebuah Arsitektur dibangun untuk memenuhi
kebutuhan manusia. Dan sebaliknya, dari arsitektur itulah muncul
kebutuhan manusia yang baru kembali (Tandal dan Egam, 2011)
1. Arsitektur Membentuk Perilaku Manusia
Manusia membangun bangunan demi pemenuhan kenutuhsn
pengguna, yang kemudian bangunan itu membentuk perilaku pengguna
yang hidup dalam bangunan tersebut dan mulai membatasi manusia
untuk beregerak, berperilaku, dan cara manusia dalam menjalani
kehidupan sosialnya. Hal ini menyangkut kestabilan anatara arsitektur
dan social diamana keduanya hidup berdampingan dalam keselarasan
lingkungan.
23
perilaku manusia senagai pengguna yang kemudian manusia mengkaji
kembali desain arsitketur tersebut sehingga perilaku manusia membentuk
kembali desain arsitektur yang baru.
24
jenis kelamin, warna kulit, rata-rata tinggi badan dan
rambut.Sedangkan untuk faktor psikis nya yang berpengaruh adalah
faktor tingkat pendidikan, latar belakang budaya, factor kebiasaan,
agama dan lainnya
Sebuah gubahan ruang merupakan sebuah objek yang akan
dipersepsikan oleh manusia sebagai pengamat dan pengguna.
Gubahan ruang terdiri dari objek-objek pembentuk. Objek tersebut
tidak hanya dapat dilihat secar visual saja melainkan dapat
dirasakan oleh indera penciuman, pendengaran ataupun rabaan.
Objek pembentuk sbuah gubahan ruang interior dalam gubahan
arsitektur antara lain : garis, bidang, bentuk, tektstur, material,
warna, cahaya, penghawaan, akustik dan bau (Abercrombie dalam
Wicaksono, Character Building Center di Kaliurang;).
25
Bentuk yang statis dan netral serta tidak memiliki arah tertentu.
Bentuk ini bila berdiri pada salah satu sisinya tampak stabil dan
dinamis berdiri pada salah satu sudutnya.
Segitiga
Bentuk yang stabil.Jika diletakan berdiri pada salah satu
sudutnya, dapat menjadi seimbang ila terletak dalam posisi
yang tepat pada suatu keseimbangan.
Lingkaran
Bentuk yang terpusat. Berarah kedalam dan pada umumnya
bersifat stabil dan dengan sendirinya menjadi pusat dari
lingkungannya.
26
Tekstur dan Material
Tekstur , baik halus maupun kasar akan memberikan kesan
berbeda pada suatu ruangatau bangunan.Karena bangunan ini
dibuat untuk anak-anak maka pemilihan tekstur dapat
disesuaikan dengan fungsi ruang, sedangkan pemilihan
material dipilih yang aman, alami, tidak bau.
Warna
Pengaruh warna sangat penting bagi psikologis manusia
sebagai pengguna karena itu penggunaan warna pada ruangan
harusnya dapat memiliki nilai positif yang akan merubah atau
mempengaruhi perilaku manusia.
Berikut tabel warna yang disertakan makna positif dan
negatifnya :
2.2.6. Prinsip-Prinsip Arsitektur Prilaku
Manusia sebagai makhluk social tidak pernah dari lingkungan yang
membentuk diri mereka. Bangunan yang didesain oleh manusia akan
mempengaruhi poa perilaku manusia yang hidup do dalam arsitektur dan
lingkungannya tersebut. Arsitektur ada untuk memenuhi kebutuhan
manusia. Begitu sebaliknya, dari arsitektur tersebut muncul suatu
kebutuhan manusia yang baru. Dari beberapa penjabaran mengenai
Behavioral Arcitecture tersebut maka dapat ditemukan beberapa prinsip-
prinsip yang harus diperhatikan dalam Arsitektur perilaku ((Romo Mangun
Wijaya dalam Wicaksono, Character Building Center di Kaliurang;38-42)
antara lain adalah :
4. Mampu berkomunikasi dengan manusia dan lingkungannya
Rancangan hendaknya dapat dipahami oelh pemakainya melalui
penginderaan ataupun imajinasi pengguna bangunan. Bentuk yang
disajikan oleh perancang dapat dimengerti sepenuhnya oleh pengguna
bangunan, dan pada umumnya bentuk adalah yang paling banysk
digunakan sebagai media komunikasi karena bentuk yang paling mudah
27
ditangkap dan dimengerti oleh manusia. Dari bangunan yang diamati
oleh manusia syarat-syarat yang harus dipenuhi adalah :
d. Pencerminan fungsi bangnan. Simbol-simbol yang menggambarkan
tentang rupa bangunan yang nantinya akan dibandingkan dengan
pengalaman yang sudah ada, dan disimpan kembali sebagai
pengalaman baru
e. Menunjukkan skala proporsi tang tepat serta dapat dinikmati
f. Menunjukkan bahan dan struktur yang akan digunakan dalam
bangunan
5. Mewadahi akitivitas penghuninya dengan nyaman dan menyenangkan
c. Nyaman berarti nyaman secara fisik dan psikis. Nyaman secara fisik
berarti kenyamanan yang berpengaruh pada keadaan tubuh manusia
secara langsung seperti kenyamanan termal. Nyaman secara psikis
pada dasarnya sulit dicapai karena masing-masing individu memiliki
standar kenyamanan yang berbeda-beda secara psikis. Dengan
tercapainya kenyamanan secara psikis akan tercipta rasa senang dan
tenang untuk berperilaku
d. Menyenangkan dapat dijabarkan dalam beberapa aspek. Yang
pertama yaitu menyenangkan secara fisik, bisa timbul dengan
adanya pengolahan-pengolahan pada bentuk atau ruangan yang ada
di sekitar. Menyenangkan secara fisilogis bisa timbul dengan adanya
kenyamanan termal yang diciptakan lingkungan sekitar terhadap
manusia. Menyenanhkan secara fisiologi bisa timbul dengan adanya
pemenuhan kebutuhan berkaitan dengan jiwa manusia seperti adanya
ruang terbuka ruang merupakan tuntutan atau keinginan manusia
untuk bisa bersosialisasi. Menyenangkan secara kultural bisa timbul
dengan adanya penciptaan karya Arsitektur dengan gaya yang sudah
dikenal oleh masyarakat yang berada di tempat tersebut.
6. Memenuhi nilai estetika, komposisi, dan estetika bentuk
Keindahan dalam Arsitektur harus memiliki beberapa unsur, antara
lain :
28
f. Keterpaduan (unity)
Yang berarti tersusunnya beberapa unsur menjadi satu kesatuan
yang utuh dan serasi
g. Kesimbangan
Yaitu suatu nilai yang ada pada setiap objek yang daya tarik
visualnya haruslah seimbang
h. Proporsi
Merupakan hubungan tertentu antara ukuran bagian terkecil
dengan ukuran keseluruhan
i. Skala
Kesan yang ditimbulkan bangunan itu mengenai ukuran
besarnya. Skala biasanya diperoleh dengan besarnya bangunan
dibandingkan dengan unsur-unsur manusiawi yang ada
disekitarnya
j. Irama
Yaitu pengulangan unsur-unsru dalam perancangan bangunan.
Seperti pengulangan garis-garis lurus, lengkung, bentuk massif,
perbedaan warna yang akan sangat mempengaruhi kesan yang
ditimbulkan dari perilaku pengguna bangunan
Beberapa konsep penting dalam kajian Arsitektur Prilaku adalah :
4. pengaturan perilaku (behavior setting) merupakan unsur-
unsur fisik atau spasial yang menjadi system tempat atau
ruang sebagai terciptanya suatu kegiatan tertentu;
5. kognisi spasial (spatial cognition) atau disebut sebagai peta
mental yang merupakan kumpulan pengalaman mental
seseorang terhadap lingkungan fisik;
6. persepsi lingkungan (environment perception) yang
mengungkapkan berbagai fenomena visual terhadap
pengaturan persepsi seseorang (Laurens, 2004).
Konsep desain tersebut digunakan dengan penyesuaian terhada
konsep behavior setting pada penyelesaian desain peruangan,
29
konsep spatial cognition padapenyelesaian sirkulasi, dan konsep
environment perception pada penyelesaian citra atau tampilan
bangunan.
2.2.7. Ruang Personal (Personal Space)
e. Definisi Ruang Personal
Robert Sommer (1969) mendefinisikan ruang personal sebagai
suatu area dengan batas maya yang mengelilingi diri seorang dan orang
lain tidak di perkenankan masuk kedalamnya. Jadi, ruang personal itu
seolah-olah merupakan sebuah balon atau tabung yang menyelubungi
kita,membatasi jarak dengan orang lain, dan tabung itu membesar atau
mengecil bergantung dengan siapa kita sedang berhadapan.
f. Jarak Komunikasi
Edward Hall (1963) berpendapat bahwa ruang personal adalah
suatu jarak komunikasi, dimana jarak antara individu terhadap
gangguan-gangguan yang ada, manusia mengatur jarak personalnya
dengan pihak lain. Hall membagi 4 jarak tersebut dalam 4 jenis :
Jarak Intim (0,00-0,15m) dan fase jauh (0,15-0,50m)
Jarak untuk saling merangkul kekasih, shabat atau anggota
keluarga, untuk melakukan hubungan seks atau olahraga kontak
fisik, seperti gulat dan tinju. Pada jarak ini tidak diperlukan usaha
keras sperti berteriak atau menggunakan gerak tubuh untuk
berkomunikasi, cukup dengan berbisik.
Jarak Personal : fase dekat (0,50-0,75m) dan fase jauh (0,75-
1,20m)
Jarak untuk percakapam dua (2) sahabat atau antara orang
yang sudah saling akrab. Gerakan tangan diperlukan untuk
komunikasi normal.
Jarak Sosial : fase dekat (1,20-2,10m) dan fase jauh ( 2,10-3,60m)
Merupakan batas normal bagi individu dengan kegiatan
serupa atau kelompok social yang sama. Pada jarak ini
komunikasi dapat terjadi dengan baik apabila seseorang berbicara
30
dengan suara agak keras dan gerak anggota badan di sengaja
untuk membantu maksud dalam berkomunikasi. Fase jauh adalah
hubungan yang bersifat formal seperti bisnis dan sebagainya.
Pada kenyataanya, jarak ini merupakan patokan dasar dalam
pembentukan ruang atau dalam perancangan ruang.
Jarak Publik : fase dekat (3,60-7,50m) dan fase jauh (>7,50m)
Untuk hubungan yang lebih formal lagi seperti penceramah
di depan kelas atau actor dengan hadirinnya. Suatu jarak yang
tidak digunakan dalam interaksi antara dua individu, tetapi dalam
suatu pembicaraan antara satu orang dan tigapuluh atau lebih
orang. Pada jarak ini sering kali orang sudah tidak lagi
mengindahkan sesamanya dan diperlukan usaha keras untuk bias
berkomunikasi dengan baik.
g. Faktor yang Mempengaruhi Besarnya Ruang Personal
Faktor Personal
Faktor personal meliputi :
o Jenis Kelamin
Heska dan Nelson (1972) mengatakan bahwa salah
satu penentu perbedaan yang bergantung pada diriindividu
itu sendiri adalah jenis kelamin. Wanita ataupun pria sama-
sama membuat jarak pada lawan jenis kelamin. Sebaliknya,
dalam hal lawan bicaranya sesame jenis, wanita akan
mengurangi jarak ruang personalnya jika lawan bicaranya
itu akrab. Semakin akrab hubungannya dengan lawan
bicaranya maka semakin kecil jarak ruang personalnya.
Sementara itu, pada pria keakraban sesame jenis tidak
berpengaruh pada ruang personalnya. Pada umunya,
hubungan pria dan wanita mempunyai jarak ruang personal
yang terbesar (Gifford, 1982), diikuti hubungan antara
wanita dengan wanita dan ruang personal terbesar adalah
antara lawan jenis.
31
o Umur
Menurut Castell (1970), pada usia delapanbelas bulan
seorang anak memulai memilih jarak interpersonal yang
berbeda bergantung pada orang-orang dan situasi yang di
hadapinya. Altman ( dalam Sarlito, 1992) dalam
penelitianya menyatakan bahwa ruang personal baru timbul
pada usia remaja. Sementara itu, Evands dan Howard
(1973) mengatakan pada usia 12 tahun seorang remaja
sudah membentuk ruang personal yang sama sperti orang
dewasa.
o Tipe Kepribadian
Duke dan Nowski menyatakan bahwa orang dengan
kepribadian eksternal (merasa bahwa segala sesuatu lebih
di tentukan oleh hal di luar dirinya sendiri). Cook (1970)
juga berpendapat bahwa orang dengan kepribadian introver
(tidak mudah berteman, pemalu), memerlukan ruang
personal lebih besar dibandingkan dengan orang bertipe
ekstrover (orang yang mudah bergaul, banyak teman).
o Latar Belakang Budaya
Holahan (1982) mengatakan bahwa latar belakang
suku bangsa dan kebudayaan juga mempengaruhi besarnya
ruang personal seseorang. Misalnya, orang Jerman lebih
formal berkomunikasi dengan orang lain dan karenanya
mrka lebih menjaga jarak. Apabila ruang personal mereka
terganggu maka mereka menjadi ofensif. Orang Arab
dalam berkomunikasi harus sangat berdekatan, antar
sesame jenis mereka ber-sentuhan, saling memeluk,
mencium, dan orientasi mereka lebih banyak langsung
(Mehrabian, 1966).
Faktor Situasi Lingkungan
32
o Daya Tarik dan persahabatan membuat orang secara fisik
lebih berdekatan, tidak ada rasa takut atau terganggu oleh
kehadirannya. Demikian pula adanya ras kebersamaan dan
kegembiraan akan mengurangi besarnya ruang personal.
o Tatanan fisik seperti penyekat ruangan bisa mempengarruhi
perasaan invasi terhadap ruang personal. Orang lebih
banyak menggunakan ruang di pojok daripada di tengah
ruangan.
o Sommer (1969) melakukan sejumlah simulasi mengenai
situasi kooperatif-kompetitif dan mendapati bahwa sudut
orientasi menjadi penting. Dalam situasi kompetitif orang
akan memilih duduk berhadapan, sedangkan dalam situasi
kooperatif orang memilih duduk berdampingan atau
orientasi tidak langsung.
o Semakin besar perbedaan status ini akan semakin besar
pula ruang personalnya. Misalnya, seorang sisa yang akan
makan di kantin lebih memilih duduk berdekatan dengan
temannya daripada dengan dosen atau rektornya karena
perbedaan status social yang dirasakannya.
33
pimpinan rapat. Pemakaian meja Bundar akan semakin
memperkuat pembentukan ruang sosiopetal.
Selain tata perabot, pembentukan ruang pun akan sangat
berperan dalam keberhasilan membentuk ruang sosiopetal.
Ruang Sosiofugal (sociofugal)
Ruang sosiofugal adalah tatanan yang mampu
mengurangi interaksi sosial. Tatanan sosiofugal kerap kali
ditemukan pada ruang tunggu. Misalnya, ruang tunggu stasiun
kereta api atau bandara tempat para pengunjung duduk saling
membelakangi.
Tatanan yang baik bergantung pada interaksi sosial yang di
harapakan terjadi di lingkungan tersebut. Misalnya, pada ruang
tunggu di bandara, tampak deretan kursi yang di baut pada
lantai sehingga tidak memungkinkan untuk di geser. Tatanan
ini disukai oleh para pembisnis yang tidak memerlukan
perbincangan kepada sesame pengguna ruang tunggu. Namun,
bagi keluarga yang menunggu kedatangan anggota keluarga
atau kerabatnya, deretan kursi ini kurang nyaman. Banyak
terlihat anak-anak berlutut di kursi agar dapat saling
berbincang dengan orang tuanya atau anggota keluarga yang
lain sambal menunggu.
34
3. Arsitektur Membentuk Perilaku Manusia
Manusia membangun bangunan demi pemenuhan kenutuhsn
pengguna, yang kemudian bangunan itu membentuk perilaku pengguna
yang hidup dalam bangunan tersebut dan mulai membatasi manusia
untuk beregerak, berperilaku, dan cara manusia dalam menjalani
kehidupan sosialnya. Hal ini menyangkut kestabilan anatara arsitektur
dan social diamana keduanya hidup berdampingan dalam keselarasan
lingkungan.
35
36