Latar Belakang
wajib menjunjung hukum dan pemerintah itu dengan tidak ada kecualinya”. 1
Adapun maknanya yaitu segala peraturan dan perbuatan yang diatur oleh Undang-
Undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang juga merupakan sumber
hukum salah satunya harus memberikan perlindungan dan penegakan hak asasi
manusia setiap warga negaranya. Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan hak
dasar yang dimiliki serta melekat pada diri setiap manusia sepanjang hidupnya,
sejatinya merupakan hak individu serta kodrat yang diberikan oleh sang pencipta.
Garis besar hak-hak yang terangkum dalam hak asasi manusia antara lain hak-hak
asasi politik ataupun dikenal dengan political right ataupun hak politik. Menurut
melindungi kekebalan dan kebebasan, serta menjamin adanya peluang harkat dan
martabat.2
Hak sering kali dikaitkan dengan hak asasi manusia, di mana hak asasi
manusia merupakan hak-hak yang melekat pada setiap diri manusia, yang
tanpanya manusia mustahil dapat hidup sebagai manusia. 3 Berkaitan dengan hak
1
Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar Tahun 1945, Pasal 1.
2
Srijanti, Etika Berwarga Negara, (Yogayakarta: Salemba Empat, 2007), h. 43.
3
Tim ICCE UIN Jakarta, Pendidikan Kewarganegaraan: Demokrasi, Hak Asasi Manusia,
dan Masyarakat Madani, (Jakarta: Prenada Media, 2005), h. 117.
yang sama baik dalam hukum serta pemerintah. Disebutkan dalam Pasal 43
sudah lanjut usia dan penyandang disabilitas intelektual, mental dan sensorik.5
(kecatatan) fisik, mental ataupun sensorik dalam jangka waktu yang lama.
Biasanya selama ini penyebutan orang yang mempunyai gangguan fisik atau
mental disebut dengan kata disabilitas mental atau cacat. Jenis disabilitas terbagi
1. Disabilitas fisik (kelainan fisik), yaitu kelainan fisik yang disebabkan oleh
2. Disabilitas ganda (tuna ganda), yaitu orang yang memiliki kelainan disabilitas
dua atau lebih, contohnya seseorang memiliki kelainan double yaitu tuna netra
4
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia, Pasal 43.
5
Ghea Monique Putri, “Pemenuhan Hak Pilih Bagi Penyandang Disabilitas (Studi Pada
Pemilihan Umum Tahun 2019 di Kota Padang”, Skripsi, (Padang: Universitas Padang, 2020), h. 1-
2.
6
Yustinus Semiun, Kesehatan Mental Dua, (Yogyakarta: Kanisius, 2007), h 296.
Setiap warga negara memiliki hak untuk memilih dan dipilih tidak
terkecuali oleh yang telah lanjut usia. Lanjut usia yang biasa disebut lansia adalah
fase menurunnya kemampuan akal dan fisik, yang dimulai dengan adanya
beberapa perubahan dalam hidup. Hak pilih dalam pemilu bersifat universal dan
tidak dapat dikurangi (undererogble of right). Hal tersebut diartikan semua orang
memiliki hak pilih dalam pemilu tanpa ada diskriminasi. Namun, segmen
disabilitas (diffable) dan orang tua lanjut usia kurang mendapat perhatian dan
mengalami diskriminasi secara sistemik. Sebagai bagian dari warga negara, sudah
berpartisipasi dalam pemilu yang seperti disebutkan yaitu syarat menjadi pemilih,
warga negara Indonesia minimal berusia 17 tahun atau sudah menikah. Adapun
yaitu:
Penyandang disabilitas yang memenuhi syarat mempunyai kesempatan
yang sama sebagai pemilih, sebagai calon anggot DPR, sebagai calon
anggota DPD, sbagai calon Presiden/Wakil Presiden, sebagai calon
anggota DPRD, dan sebagai penyelenggara Pemilu.8
Adapun dengan adanya peraturan-peraturan yang secara ekplisit tidak
melarang pemberian hak pilih untuk para penyandang disabilitas mental, maka
peneliti ingin melihat lebih jauh lagi mengenai pemenuhan hak-hak untuk
penyandang disabilitas khususnya pada aspek politik yaitu hak pilih pada pemilu
agar pemberian hak pilih kepada penyandang disabilitas tidak hanya sebatas
7
Nugroho W, Perawatan Lanjut Usia, (Jakarta: Kedokteran EGC, 2005), h. 13.
8
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum,
Pasal 5.
pengeluaran peraturan saja, namun juga dilaksanakan sebagaimana mestinya.
tersebut berfungsi untuk memberikan jaminan serta ruang yang lebih lebar
kesempatan maksimal untuk berpartisipasi aktif dan turut serta dalam bidang
keseriusan negara dalam hal ini adalah KPU dalam menjamin serta memberikan
hak politik khususnya hak pilih untuk penyandang disabilitas mental sesuai
oleh peraturan teknis yang dibuat oleh penyelenggara pemilu. Berdasarkan latar
9
Fajri Nursyamsi, “Aksesibilitas Pemilihan Umum Kepala Daerah Serentak Bagi Warga
Negara Disabilitas”, (Jurnal Magisten Ilmu Politik Universitas Hasanudin, Volume 2, Nomor, 1,
2016), h. 47.
Hak Pilih Penyandang Disabilitas di KPU Kabupaten Bolaang Mongondow
Utara”
B. Rumusan Masalah
Mongondow Utara?
1. Tujuan Penelitian
Utara.
2. Kegunaan Penelitian
a. Teoretis
Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum terkait hak pilih penyandang
a. Menjadi sumber referensi ilmiah baru dalam meneliti suatu masalah terkait
permasalahan yang ada di dalam penelitian ini dan menjadi referensi peneliti
1. Definisi Operasional
a. Implementasi
umum adalah suatu tindakan atau pelaksanaan rencan yang telah disusun secara
cermat dan rinci (matang).10 Kata implementasi berasal dari bahasa Inggris yaitu
10
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan, 2016), h. 427.
(menyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu) dan to give practical effect to
atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan
nilai maupun sikap yang terealisasi. Adapun implementasi yang dimaksud dalam
Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum terkait hak pilih penyandang disabilitas di
disabilitas. Deklarasi ini telah menjelaskan secara tegas bahwa setiap orang
berhak atas seluruh hak dan kebebasan sebagaimana yang telah diatur di
11
Solichin Abdul Wahab, Analisis Kebijakan dari Formulasi ke Implementasi Kebijakan
Negara, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h. 65.
12
Ibid., h. 66.
13
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum,
Pasal 5.
dalamnya, tanpa perbedaan dalam bentuk apa pun. Adanya perjanjian ini dapat
sama dengan masyarakat pada umumnya. Negara yang terlibat dalam perjanjian
Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum terkait hak pilih penyandang
d. KPU
umum, hanya ditegaskan dalam Pasal 22E ayat (5) Undang-Undang Dasar
suatu Komisi Pemilihan Umum yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri. Komisi
Umum Presiden dan Wakil Presiden, serta Pemilihan Umum Kepala Daerah dan
ditentukan dan diberikan oleh UUD 1945. Bahkan nama Komisi Pemilihan
Umum belum disebut secara pasti atau tidak ditentukan dalam UUD 1945, tetapi
Pasal 22E ayat (5), UUD 1945 yaitu Pemilihan Umum diselenggarakan oleh suatu
14
Muhammad Risal Arifin, Buku Panduan Pemilu 2024 untuk Pemilih Disabilitas,
(Jakarta: Universitas Bakrie Press, 2023), h. 31.
Komisi Pemilihan Umum yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri. Artinya,
bahwa Komisi Pemilihan Umum itu adalah penyelenggara pemilu, dan sebagai
Umum yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Komisi Pemilihan Umum di
Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum terkait hak pilih
penyandang disabilitas.
Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dalam penegakan hukum
Mongondow Utara.
E. Telaah Pustaka
15
Jimly Asshiddiqie, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia, (Jakarta: Sekretariat
Jendral dan Kepaniteraan MKRI, 2005), h. 238-239.
Beberapa temuan kajian teori ataupun pendukung dapat dijadikan sebagai
sebagai berikut:
1. Skripsi dari Alfiena Sahriya yang berjudul, “Implementasi Hak Memilih Bagi
Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum dalam pemilu tahun 2019 di Kabupaten
terhadap pemilih disabilitas, namun dalam hal ini masih terdapat beberapa
kendala dalam proses pelaksanaannya. Kemudian faktor-faktor yang
dalam pemilihan umum tahun 2019 di Kabupaten Lumajang adalah masih ada
PPS masih ada yang belum paham memberikan pelayanan kepada pemilih
pemilih disabilitas lainnya yang tidak bergabung dalam komunitas masih ada
2. Skripsi dari Ghea Monique Putri yang berjudul, “Pemenuhan Hak Memilih
tahun 2019 di Kota Padang. Kesimpulan penelitian dari Ghea Monique Putri
16
Alfiena Sahriya, “Implementasi Hak Memilih Bagi Penyandang Disabilitas Berdasarkan
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum dalam Pemilihan Umum (Studi
Kasus Pelaksanaan Pemilihan Umum Tahun 2019 di Kabupaten Lumajang)”, Skripsi, (Jember:
Fakultas Syariah, Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember, 2023).
tentang Pemilihan Umum, dan regulasinya lainnya seperti Undang-Undang
Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Regulasi mengenai hak memilih bagi
penyandang disabilitas ini sudah jelas, sehingga dapat dilihat kembali pada
memilih bagi penyandang disabilitas pada pemilu tahun 2019 di Kota Padang.
Adapun langkah atau program yang dilakukan oleh KPU Kota Padang dalam
pemungutan suara.17
17
Ghea Monique Putri, “Pemenuhan Hak Memilih Bagi Penyandang Disabilitas (Studi
pada Pemilihan Umum Tahun 2019 di Kota Padang)”, Skripsi, (Padang: Fakultas Hukum,
Universitas Andalas Padang, 2020).
pendekatan hak pilih bagi penyandang disabilitas agar hak pilih bagi
kerja KIP dalam praktik di lapangan, fasilitas pada pemilu tersebut tidak ada
Kota Banda Aceh lakukan dan penyandang disabilitas tidak bisa menjangkau
lokasi TPS yang mungkin bisa dikatakan sulit untuk dilalui oleh penyandang
tanpa ditemani oleh saudara atau tetangga. Faktor hambatan yang dihadapi
KIP Kota Banda Aceh yaitu fasilitas yang tidak mencukupi dan dana
terbatas.18
Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum terkait hak pilih penyandang disabilitas di
KPU Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dan juga hambatan dan tantangan
18
Wiwin Nova Yulinda, “Hambatan Rendahnya Partisipasi Penyandang Disabilitas dalam
Pemilu 2019 Berdasarkan Pasal 5 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan
Umum (Studi Kasus Kota Banda Aceh)”, Skripsi, (Banda Aceh: Fakultas Syari’ah dan Hukum,
Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Darussalam Banda Aceh, 2022).
kendala penyandang disabilitas dalam menjalankan hak pilihnya di KPU
F. Kajian Teori
(machtstaat). Oleh karena itu, hukum harus dijadikan sebagai prinsip serta pijakan
sesuai dengan Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945 yang menjunjung tinggi
hak asasi manusia dan menjamin setiap warga negara mempunyai kedudukan
yang sama di muka hukum, serta wajib menjunjung hukum dan pemerintahan
tanpa terkecuali. Oleh karena itu, hukum yang efektif adalah hukum yang sesuai
dengan apa yang tertulis (law in book) dengan apa yang diterapkan dalam
berbicara tentang apa yang seharusnya (das sollen) dan bukan apa yang
semestinya (das sein), maka beberapa pakar seperti Hans Kelsen menegasikan
efektivitas hukum. Selama suatu hukum sudah dapat dinyatakan valid, yakni
merupakan norma yang mengatur perbuatan manusia, dibentuk oleh organ negara
maka hukum tersebut adalah sah dan dapat dianggap sebagai hukum.20
19
Hans Kelsen, Teori Umum Tentang Hukum Negara, (Bandung: Nusa Media, 2014), h.
21.
20
Hans Kelsen, Teori Umum Hukum Dan Negara, Dasar-Dasar Ilmu Hukum Normatif
Sebagai Ilmu Hukum Deskriftif-Empirik, (Jakarta: BEE Media Indonesia, 2007), h. 10.
kaidah yang dirumuskan secara eksplisit, di dalamnya terkandung tindakan yang
lakunya.21
suatu kegiatan yang terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan. 23Menurut
ketersediaan sumber daya dalam jumlah dan mutu tertentu, sikap dan komitmen
21
Ishaq, Dasar-Dasar Ilmu Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), h. 244.
22
Affan Gaffar, Otonomi Daerah dalam Negara Kesatuan, (Yogyakarta: Pustaka Belajar
Kedasama, 2009), h. 294.
23
Nurdin Usman, Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum, (Bandung: CV Sinar Baru,
2002), h. 65.
24
Guntut Setiawan, Implementasi dalam Birokrasi Pembangunan, (Jakarta: Balai Pustaka,
2004), h. 40.
dari pelaksana program atau kebijakan birokrat, dan struktur birokrasi atau standar
aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan secara sungguh-
b. Target grup yaitu kelompok masyarakat yang menjadi sasaran dan ditetapkan
a. Komunikasi
b. Sumber Daya
25
Ibid., h. 45.
26
Ibid., h. 55.
pengimplementasi kekurangan sumber daya dalam pelaksanaan baik sumber daya
daya finansial.
menjalankan kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh pembuat
hukum; pertama, hukum yang dibuat oleh institusi kenegaraan, dapat kita sebut
kesadaran hukum dan budaya hukum, seperti hukum adat; ketiga, hukum yang
dibuat atau terbentuk sebagai bagian dari perkembangan pemikiran di dunia ilmu
27
Usman, Konteks….., h. 74-75.
Kejaksaan disusun dengan tujuan untuk mempersiapkan pemeriksaan perkara di
negara hukum yang demokratis. Persaman hukum sendiri merupakan HAM yang
dilindungi oleh konstitusi. Oleh sebab itu, setiap rakyat selalu memiliki kesetaraan
kedudukan dan posisi yang sama di muka hukum. Artinya, setiap masyarakat
dalam negara diperlukan sama dalam memperoleh haknya sebagai warga negara
dan diperlukan di hadapan hukum menurut hak asasi manusia. Taat hukum adalah
menjunjung tinggi hukum, mengambil sikap dengan hati nurani, dan mentaati
hukum termasuk komitemen semua warga negara, dan tidak ada diskiminasi
terhadap taat hukum. Artinya tidak ada seorang pun yang dikecualikan dari
hukum, baik sipil maupun tentara. Persamaan ini menyangkut hubungan antara
kekuasaan dan individu atau masyarakat. Di mana posisi individu dalam sistem
kekuasaan, hubungan antara kekuasaan dan individu atau masyarakat. Pasal 28D
UUD 1945 menyatakan bahwa semua orang sama di depan hukum, di mana
semua bidang kehidupan karena hal ini sudah dijelaskan di dalam UUD 1945
lebih tepatnya Pasal 27 ayat (1) mengatakan “bahwa semua warga negara
menjunjung hukum dan pemerintahan itu denan tidak ada kecualinya”. Hal ini
28
Ibid., h. 85.
29
Muladi, Hak Asasi Manusia Hakikat, Konsep dan Implikasi dalam Perspektif Hukum
dan Masyarakat, (Bandung: Refika Aditama, 2005), h. 253.
sebagai pedoman bahwasannya setiap warga negara tidak diperkenankan
mendapatkan sikap diskriminasi dan wajib diberikan semua haknya secara penuh
tanpa dikurangi salah satunya hak politik terutama hak politik terutama hak
sama di depan hukum. Persamaan di depan hukum yaitu hal yang sangat urgent
pada negara hukum saat ini. Persamaan hukum ini menjadi landasan ajaran the
rule of law yang telah digunakan prinsipnya dibanyak negara, termasuk Negara
Indonesia. Persamaan hukum ini juga sesuai dengan UUD 1945 Pasal 1 ayat (3)
Sebagai negara hukum, negara harus menjamin persamaan di depan hukum bagi
setiap orang, tanpa membedakan latar belakang, ras, agama, termasuk disabilitas.
adalah persaman hukum dan keadilan tanpa diskriminasi atas dasar apa pun.31
secara diskriminatif dan mendapatkan sikap yang tidak sesuai kodrat manusia dan
disabilitas.32 Adapun dalam pasal tersebut juga menjelaskan bahwa tidak boleh
30
As’ad Said Ali, Negara Pancasila Jalan Kemaslahatan Bangsa, (Yogyakarta: Pustaka
LP3ES, 2009), h. 107.
31
Arni Surwanti, Advokasi Kebijakan Prodisabilitas Pendekatan Partisipatif,
(Yogyakarta: MPMPP Muhammadiyah, 2016), h. 33-34.
32
Mugi Riskiana Halalia, “Pemenuhan Hak Politik Penyandang Disabilitas Sesuai dengan
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas oleh Komisi Pemilihan
siapa pun untuk merusak, menghapus bahkan mengurangi hak memilih warga
Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM pada Pasal 3 ayat (3) yang berbunyi, “setiap
orang berhak atas perlindungan hak asasi manusia dan kebebasan manusia, tanpa
diskriminasi”.34 Ini berarti bahwa semua warga negara berhak untuk diberlakukan
sama dengan yang lainnya karena ini terkait dengan asas non-diskriminasi yang
khusus agar dapat menyalurkan hak suara dalam pemilu. Aksesibilitas khusus
pemilu, yaitu:
1. Menyediakan informasi pemilu yang mudah diterima. Misalnya,
menggunakan metode visual untuk mensosialisasikan prosedur
pemungutan suara kepada penyandang tunarungu; atau menggunakan
templat untuk memperkenalkan contoh surat suara kepada penyandang
tunanetra.
2. TPS yang mudah diakses. Misalnya untuk pengguna kursi roda, kotak
suara harus diletakkan pada tempat yang mudah dilalui oleh pengguna
kursi roda, dan tanahnya harus rata dan tidak licin.
3. Menyediakan layanan jemput bola.
Umum (KPU) Kota Yogyakarta”, (Jurnal Supremasi Hukum, Volume 6, Nomor 2, 2017), h. 2.
33
Hilmi Ardani Nasution, Marwandianto, “Memilih dan Dipilih Hak Politik Penyandang
Disabilitas dalam Kontestasi Komisi Pemilihan Umum: Studi Daerah Istimewa Yogyakarta”,
(Jurnal HAM, Volume 10, Nomor 2, 2019), h. 162.
34
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia, Pasal 3 ayat (3).
4. Menyediakan alat bantu pemungutan suara bagi tuna netra di setiap
tingkat pemilihan. Adanya alat bantu pemungutan suara ini sangat
membantu para tuna netra untuk menyampaikan keinginannya secara
mandiri dan rahasia.35
Setiap orang memiliki keterbatasan atau disebut penyandang disabilitas
memiliki hak yang sama di semua bidanh dalam kehidupan. Oleh karena itu, maka
Hak memilih yaitu hak yang dipunyai atau dimiliki oleh rakyat suatu
atau tidak memilih atau memberikan suara atau tidaknya dalam pemilu. Hak
memilih adalah bentuk partisipasi politik dalam negara demokrasi yang dalam
diadakan dengan kegiatan secara bersama yang bertujuan untuk menentukan masa
depan negara dan warganya dan menetapkan siapa pemegang kekuasaan dalam
dalam suatu negara. Sehingga pemilu sebagai penyalur aspirasi dan kehendak
negara begitu pun hak masyarakat disabilitas. Hak untuk memilih penyandang
disabilitas dalam pemilu diantara lain, yaitu hak informasi terutaa hak terkait
35
Arni Surwanti, Advokasi Kebijakan Prodisailitas Pendekatan Partisipatif, (Yogyakarta:
Majelis Pemberdayaan Masyarakat Pimpinan Pusat Muhammadiyah, 2016), h. 38.
36
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2008), h. 368.
pemilu, hak untuk daftar mengikuti serangkaian penyelenggaraan pemilu, dan hak
Hak untuk memilih dimiliki oleh seluruh rakyat dalam suatu negara telah
dinyatakan sebagai pemilih yang memenui syarat tertentu untuk memilih orang-
orang yang akan duduk di badan perwakilan. Syarat-syarat yang dimaksud, yaitu
Pemilih, yaitu:
37
Henny Andriani, Feri Ansori, “Hak Pilih Kelompok Penyandang Disabilitas dalam
Pemilihan Umum Tahun 2019 di Sumatera Barat”, (Jurnal Konstitusi, Volume 17, Nomor 4,
2020), h. 784.
38
Republik Indonesia, Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 7 Tahun 2022 tentang
Penyusunan Daftar Pemilih dalam Penyelenggaraan Pemilihan Umum dan Sistem Informasi Data
Pemilih, Pasal 4.