Diajukan Kepada
Susilo M. Th
Teologi PB 2
Oleh :
01.1.2017.2.02
November 2023
Bab 1
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Unitarianisme adalah salah satu cabang teologi Kristen yang menyatakan bahwa Allah
adalah Esa (Monotheis) berbeda dengan doktrin Trinitas (Allah sebagai tiga pribadi yang
satu). Unitarian adalah suatu ajaran yang menekankan mengenai ketunggalan Allah. Ajaran
ini muncul pertama kali pada gereja Lutheran. Ajaran Unitarianisme ini menolak persoalan
Trinitas yang mengatakan bahwa Allah adalah tiga pribadi yang menjadi satu. Ajaran Trinitas
ini adalah ajaran tentang tabiat Kristus yang dianut oleh Luther maupun Calvin pada zaman
reformasi. Selain masalah Trinitas, Unitarianisme juga menolak doktrin tentang dosa asal dan
predistinasi. Dalam hal ini pengajaran dan ibadah, ajaran ini tidak menaikkan doa kepada
Yesus Kristus. Unitarian sangat dikenal karena penolakan mereka terhadap ajaran-ajaran
Kristen yang umum, seperti doktrin mengenai keselamatan yang berhubungan dengan dosa
waris dan kevalidan Alkitab.1
ISI
Sejarah Unitarinisme-oneness
Unitarianisme suatu kepercayaan abad keempat yang disebarluaskan oleh Arius, yang
merupakan seorang pendeta dari Aleksandria. Arius mengajarkan bahwa Kristus adalah
makhluk ciptaan yang lebih rendah dari Tuhan, kemudian diciptakan sebelum penciptaan
dunia dan bahwa kodratnya ada diantara ilahi dan manusia. Gerakan Unitarian semakin
terorganisir sejak peristiwa gejolak reformasi Renaisan sehingga pembentukan kongregasi
setelah Reformasi. Selama Renaisans, cendekiawan humanist, Erasmus telah menujukkan
bahwa doktrin trinitas tidak muncul dalam manuskrip Perjanjian Baru yang paling tua tetapi
merupakan tambahan dikemudian hari. Kata Unitarian pertama kali digunakan di
Transylvania, tetapi tidak menjadi istilah yang diterima secara umum untuk anti-trinitarians
di sana sampai 1638 ketika Diet of Dess menetapkan kredo baru, di mana para Unitarian
diperintahkan untuk menyembah Kristus tetapi tidak sebagai Tuhan. Unitarianise umumnya
dipahami sebagai hasil dari reformasi protestan di abad ke-16, namun sebenarnya benih-benih
prinsip Unitarian sudah ada di abad-abad sebelumnya pada semua ajaran sesat diabad-abad
sebelum reformasi yang menentang ajaran Trinitas, dosa, penebusan oleh Tuhan Yesus
Kristus dan pengadilan terakhir.3 Pada akhirnya Trinitarianismelah yang menang secara
teologis dan politik pada akhir abad ke-4 dan sejak saat itu telah menjadi doktrin yang praktis
tidak tertandingi di semua cabang utama Gereja Timur dan Barat. Ajaran Unitarian yang
diajarkan oleh misionaris Arian, Ulfilas kepada suku-suku Jermanik, memang bertahan
selama beberapa abad di antara sejumlah suku Jermanik di Eropa barat, khususnya suku-suku
Goth dan Longobard, tetapi beberapa saat kemudian tidak memainkan peranan teologis yang
penting lagi.
Ketunggalan Allah
Dalam hal ini ajaran Unitarianisme hanya berfokus kepada ketunggalan Allah saja.
Allah sebagai pencipta: Allah pencipta langit dan bumi, Allah menciptakan manusia sesuai
3
Mark W. Harris, Historical Dictionary of Unitarian Universalism (Lanha m, Maryland, and Oxford: The
Scarecrow Press, Inc.,2004).
dengan rupa-Nya. Allah menciptakan langit dan bumi, dalam Kitab Suci diketahui bahwa
keyakinan iman bahwa segala sesuatu, sejauh dan benarsifatnya, berasal dari Allah.
Kesaksian Alkitab dalam kejadian 1 dan 2 ini adalah sebagai bentuk sejarah penciptaan-
perjanjian, dan sejarah yang dan perjanjian dengan Israel. Dimana bangsa Israel mau
menyatakan bahwa langit dan bumi tidak bersifat ilahi, sehingga tidak bisa disembah sebagai
allah. Allah sebagai sang pencipta dikenal sebagai sebuah perjanjian bahwa Allah begitu
mengasihi manusia sehingga Allah menghubungkan diri-Nya dengan manusia. Dalam
kejadian 1 dan 2 bukanlah suatu uraian atau informasi ilahi tentang bagaimana caranya alam
semesta terjadi. Dengan kisah kejadian itu umat Israel mau mengatakan bahwa langit dan
bumi bukanlah dewa dewi, melainkan mahkluk ciptaan Allah Israel.
Allah menciptakan manusia menurut gambar dan rupa Allah, yang berarti manusia
diciptakan Allah serupa dengan Dia sehingga manusia memilki sedikit kesamaan dengan
Allah (bukan memilki kuasa yang sama). Kepada manusia itu Allah memberikan kuasa untuk
memerintah makhluk-makhluk yang lain. Kuasa ini tidak mutlak, sebab sebagai kuasa yang
diberikan, manusia berkewajiban memakainya sesuai dengan kehendak Allah, sang pemberi,
dan bukan seenaknya saja. Firman adalah tindakan Allah. Dia adalah Hikmat Allah yang
dimanifestasikan. Allah yang hakikat-Nya tidak terpahami oleh manusia (incomprehensible)
menjadi Allah yang dapat dikenali (knolable) karena Firman. Firman adalah Pribadi Allah.
Unitarinisme mempertahankan bahwa Tuhan adalah oknum yang mutlak dan tidak dapat
dibagi-bagi. Doktrin ini menyatakan bahwa Allah adalah Roh yang tidak terlihat, yang
memanifestasikan diri-Nya dalam wujud yang dapat dilihat manusia melalui teofani, manusia
dapat dilihat manusia melalui teofani Allah yang terakhir, terbaik dan paling sempurna (Kol.
1:15).16 Unitarinisme menolak doktrin Trinitas karena doktrin trinitas dianggap sebagai
penemuan diluar Alkitab (tidak alkitabiah), yang menyimpang dari ajaran monoteisme
Alkitab. Doktrin ini menolak segala versitrinitas yang merujuk kepada ke pluralitas Allah
karena doktrin ini menganggap bahwa Yesus Kristus adalah anak tunggal Allah, namun
hanya sebagai konteks bahwa Ia dilahirkan kembali melalui Maria.4
Selain masalah Trinitas, Unitarianisme juga menolak doktrin tentang dosa asal dan
Predestinasi. Dalam hal pengajaran dan ibadah, ajaran ini tidak menaikkan doa kepada
Kristus. Penolakan ajaran ini terhadap Trinitas, maka Roh Kudus pun ditolak atau tidak
diakui sama sekali. Yang menjadi penekanan juga pada ajaran Unitarianisme ini adalah
kebebasan manusia dan kebaikan Allah. Kristologi yang dipegang oleh ajaran Unitarianisme
bisa dibilang sebagi Monoteisme yang kuat. Ajaran ini mengakui adanya Allah, namun bagi
Kristus tidak diakui sebagai Tuhan. Bagi pengikut Unitarianism, Yesus hanyalah orang besar,
seorang nabi Allah atau bisa juga disebut sebagai orang yang ajaib karena mampu melakukan
mujizat.5
1. Satu Allah, Keesaan Tuhan. Mereka hanya percaya keesaan Allah saja dan mereka
2. Kehidupan dan ajaran Yesus Kristus merupakan model contoh untuk hidup sendiri
Pemikiran, rasional, ilmu pengetahuan dan filsafat hidup berdampingan dengan iman dalam
Tuhan Manusia memiliki kemampuan untuk melaksanakan kehendak bebas dan bertanggung
jawab konstruktif dan etis dalam ajaran agama.
5
David K. Bernard, The Onenes Of God (Hazelwood: Word Aflame Press, 1983), 288.
3. Sifat manusia bisa baik dan jahat, tidak ada yang bisa mengklaim pada roh Kudus atau
kebenaran Teologis. Meskipun para penulis alkitab telah diilhami oleh Allah, mereka adalah
manusia dan karena itu memiliki kesalahan manusia.
4. Menolak Doktrin Dosa waris (Prestinasi), hukuman kekal dan Penebusan dosa. Dalam hal
pengajaran dan ibadah, ajaran ini tidak menaikkan doa kepada Kristus. Penolakan ajaran ini
terhadap Trinitas, maka Roh Kudus pun ditolak atau tidak diakui sama sekali.6
Bab III
Penutupan
Kesimpulan
6
Http://www.golgothaministry.org/artikel/unitarianism.htm (Dikses 17/06/2021)
Unitarianisme adalah salah satu cabang teologi Kristen yang menyatakan bahwa Allah
adalah Esa (Monotheis) dalam artian bahwa Unitarian ini menolak dan tidak percaya akan
adanya doktrin Trinitas, sebagaimana yang kita percayai saat ini mengenai Allah Tritunggal.
Ajaran daripada Unitarian menekankan mengenai ketunggalan Allah sehingga dengan
demikian mereka menolak doktrin Trinitas karena doktrin trinitas dianggap sebagai
penemuan diluar Alkitab (tidak alkitabiah), yang menyimpang dari ajaran monoteisme
Alkitab. Hal inilah mengakibatkan timbulnya perselisihan antara para pengikut Athanasius
dengan pengikut Arius semakin meluas di seluruh gereja bagian timur, di jemaat dan
masyarakat sekitarnya. Namun perselisihan ini, mampu diambil alih oleh Kaisar Konstantius
Agung yang berusaha mendamaikan bela pihak dengan mengadakan konsili nicea pada tahun
325 (Konsili Oikumenis I).
Daftar Pustaka
Urban Linwood, Sejarah Pemikiran Kristen (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010).
Yakub B. Susabda, Mengenal & Bergaul Dengan Allah (Yogyakarta: Andi, 2010).
David K. Bernard, The Onenes Of God (Hazelwood: Word Aflame Press, 1983), 288.