Anda di halaman 1dari 13

Mustika et al. Perilaku dan Promosi Kesehatan: Indonesian Journal of Health Promotion and Behavior.

2022; 4(2): 30-42


DOI: 10.47034/ppk.v4i2.6318

Stigma Pekerja terhadap Penyandang Disabilitas di Tempat Kerja


Stigma of Workers towards Persons with Disabilities in the Workplace
Ella Ayu Septia Mustika1, Ella N Hadi2*, Anharudin3, Aziz Rofi’i3, Siti Nurmala Dewi3
1
Program Pascasarjana Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Kekukhususan Kesehatan Men-
tal Komunitas dan Disabilitas, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia
2
Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Indonesia
3
Program Pascasarjana Program Studi Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Indonesia

*Korespondensi penulis: Diterima (Recieved) : 29 Oktober 2022


Direvisi (Revised) : 24 Desember 2022
ellanhadi28@gmail.com Diterima untuk diterbitkan (Accepted) : 30 Desember 2022

ABSTRAK
Latar Belakang. Inklusifitas di tempat kerja bagi pekerja dengan disabilitas diwajibkan dan diatur oleh
pemerintah. Namun pekerja dengan disabilitas tidak hanya menghadapi tantangan dalam pemenuhan hak untuk
memperoleh pekerjaan yang layak, tetapi juga menghadapi stigma dari rekan kerja. Hal tersebut memengaruhi
kinerja pekerja dengan disabilitas, yang dalam jangka panjang akan memengaruhi kinerja perusahaan.
Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran stigma pekerja terhadap pekerja dengan
disabilitas di tempat kerja.
Metode. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain studi potong lintang. Populasi penelitian
ini adalah pekerja yang sedang bekerja minimal tiga bulan. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah
accidental sampling dengan melakukan pengisian kuesioner melalui google form dengan total sampel sebesar
71 orang.
Hasil. Hasil penelitian menunjukkan 30,99% responden memiliki stigma yang tinggi, 40,85% responden
mempunyai sikap negatif yang tinggi, 38,03% responden dengan diskriminasi yang tinggi, dan 38,03% dengan
persepsi keadilan yang rendah terhadap pekerja dengan disabilitas.
Kesimpulan. Pekerja dengan disabilitas mendapatkan stigma dan diskriminasi di tempat kerja. Hal ini
merupakan salah satu faktor penyerapan angkatan kerja pada usia produktif kelompok penyandang disabilitas
rendah apabila dibandingkan dengan kelompok non disabilitas.

Kata Kunci: stigma, sikap negatif, diskriminasi, pekerja dengan disabilitas, tempat kerja inklusif

ABSTRACT
Background: Inclusiveness in the workplace for workers with disabilities is required and regulated by the
government. However, workers with disabilities face challenges in fulfilling their right to obtain decent work
and the stigma from colleagues. This situation affects the performance of workers with disabilities, which in
the long run will affect company performance.
Objective: This study aims to describe the stigma of workers against workers with disabilities in the workplace.
Method: The study was a descriptive study with a cross-sectional study design. The population was workers
working for at least three months. The sampling technique was accidental sampling by filling out a
questionnaire through Google form with a total sample of 71 people.
Results: The results showed that 30.99% of respondents had a high stigma, 40.85% of respondents had high
negative attitudes, 38.03% of respondents had high discrimination, and 38.03% had low perceptions of justice
towards workers with disabilities.
Conclusion: Workers with disabilities experience stigma and discrimination in the workplace. This is one of
the factors in the low absorption of the workforce at productive age groups with disabilities when compared
to non-disabled groups.

Keywords: stigma, negative attitudes, discrimination, workers with disabilities, inclusive workplace

30
Mustika et al. Perilaku dan Promosi Kesehatan: Indonesian Journal of Health Promotion and Behavior. 2022; 4(2): 30-42
DOI: 10.47034/ppk.v4i2.6318

LATAR BELAKANG nyediakan help desk untuk penyandang disa-


bilitas maupun perusahaan yang membutuhkan
Setiap warga Negara Indonesia memiliki
tenaga kerja penyandang disabilitas.
hak untuk memperoleh kesempatan atas peker-
Meningkatnya aksesibilitas dan persepsi
jaan yang layak, tidak terkecuali bagi warga
kesetaraan hak atas pekerjaan oleh pemerintah
negara dengan disabilitas. Undang-Undang
terhadap penyandang disabilitas ternyata tidak
Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagaker-
menjamin penyerapan penyandang disabilitas
jaan telah menjamin kesempatan dan perla-
di tempat kerja. Menurut data Survei Angkatan
kuan tanpa diskriminasi bagi penyandang dis-
Kerja Nasional (Sakernas) pada Agustus 2017,
abilitas untuk memperoleh pekerjaan.1 Un-
penduduk usia kerja disabilitas nasional
dang-Undang Nomor 8 tahun 2016 tentang
sebanyak 21,9 juta orang dimana hanya 10,8
Penyandang Disabilitas juga menyebutkan
juta orang yang sudah bekerja.5 Kemenaker
adanya kesamaan hak bagi penyandang disa-
mencatat dari 440 perusahaan di sektor formal
bilitas untuk memperoleh pekerjaan yang
dengan tenaga kerja sekitar 230.000 orang,
diselenggarakan oleh peme-rintah, swasta, dan
hanya menempatkan sekitar 2.760 orang (seki-
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan
tar 1,2%) tenaga kerja disabilitas.6 Hal ini
ketentuan: BUMN wajib mempekerjakan pen-
menunjukkan bahwa kelompok penyandang
yandang disabilitas paling sedikit 2% dari total
disabilitas masih belum sepenuhnya diterima
jumlah pegawai, sedangkan perusahaan swasta
dalam dunia kerja.
wajib mempekerjakan minimal 1%.2 Pemberi
Penyandang disabilitas menghadapi tan-
kerja wajib menyediakan akomodasi yang
tangan dalam pemenuhan hak untuk mem-
layak dan fasilitas yang mudah diakses oleh
peroleh pekerjaan yang layak, yaitu adanya
tenaga kerja penyandang disabilitas. Pera-
stigma, diskriminasi hingga persepsi ketid-
turan-peraturan tersebut dapat digunakan se-
akadilan terhadap penyandang disabilitas.
bagai pedoman bagi instansi pemerintah, pe-
Stigma adalah ciri fisik dan sosial yang mem-
rusahaan swasta, hingga BUMN untuk mem-
iliki sifat negatif serta mengurangi kualitas
buat kebijakan ketenagakerjaan di instansi
identitas sosial dan harga diri seorang individu
kerja masing-masing dalam rangka perlin-
atau kelompok.7 Stigma dapat berasal dari luar
dungan bagi pekerja dengan disabilitas.
diri (enacted/public stigma), yaitu dari orang
Undang-Undang Nomor 8 tahun 2016 ten-
lain pada seorang individu atau kelompok; dan
tang Penyandang Disabilitas mewajibkan
dapat pula berasal dari dalam diri (self-stigma).
pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk
menjamin, melindungi, dan memberikan pen- Menurut Sinulingga, stigma pada penyandang
disabilitas muncul karena masyarakat selalu
dampingan kepada penyandang disabilitas
mengacu kepada paham ‘normalisme’, dimana
yang ingin bekerja secara mandiri atau ber-
disabilitas sebagai abnormalitas dan seringkali
wirausaha. Menteri Perindustrian dan Kemen-
berujung pada anggapan bahwa penyandang
terian Sosial pada bulan Desember 2018 mem-
disabilitas adalah kelompok yang abnormal
buat nota kesepahaman terkait program pen-
dan obyek yang layak dikasihani, diberi do-
dampingan untuk meningkatkan kompetensi
nasi, serta tidak dapat mandiri.8
penyandang disabilitas agar siap bekerja di
Stigma di tempat kerja terhadap penyan-
sektor industri.3 Kementerian Tenaga Kerja
dang disabilitas masih sering terjadi baik
(Kemenaker) menyediakan Balai Latihan
berupa public stigma maupun self-stigma.
Kerja (BLK) sebagai wadah peningkatan kom-
Public stigma adalah stigma yang berasal dari
petensi atau keterampilan penyandang disabil-
orang lain terhadap seorang individu, seperti
itas agar siap masuk ke pasar kerja. Saat ini ter-
yang ditemukan oleh sebuah penelitian di ta-
dapat 19 BLK yang terbuka bagi penyandang
hun 2000, dimana sikap pekerja terhadap
disabilitas.4 Penyandang disabilitas dapat
pekerja dengan disabilitas fisik seringkali
memilih pelatihan sesuai minat tanpa ada bata-
melampaui disabilitas yang sebenarnya terjadi
san pendidikan dan usia. Selanjutnya untuk
dan menghubungkannya dengan persepsi ku-
mempertemukan kebutuhan antara penyedia
rangnya keterampilan sosial dan intelegensi,
kerja dengan pencari kerja, Kemenaker me-
meskipun kekurangan tersebut sebenarnya
31
Mustika et al. Perilaku dan Promosi Kesehatan: Indonesian Journal of Health Promotion and Behavior. 2022; 4(2): 30-42
DOI: 10.47034/ppk.v4i2.6318

tidak terjadi.9 Penelitian lainnya di tahun 2011 umumnya disebabkan oleh prasangka dan ste-
menemukan bahwa pekerja dengan disabilitas reotip (citra kaku tentang rasa atau budaya ter-
merasa bahwa mereka mendapatkan label tentu tanpa mengindahkan kebenaran dari citra
negatif atau dianggap memiliki keterbatasan tersebut).16 Diskriminasi penyandang disabili-
yang lebih besar dari yang sebenarnya mereka tas di tempat kerja ditandai oleh bullying
miliki.10 Mereka merasa terisolasi dalam ling- secara terang-terangan, intimidasi, adanya
kungan kerja, seperti melakukan pekerjaan gurauan atau ucapan yang tidak sopan terkait
sendiri, hanya mendapatkan tugas yang mem- disabilitas dari seorang pekerja, akomodasi
butuhkan sedikit komunikasi dengan rekan yang sesuai dengan kedisabilitasan tidak dise-
kerja lainnya, serta jadwal kerja yang berbeda diakan, dan mendapat perlakuan yang berbeda
dari jadwal pekerja lainnya. Penyandang disa- atas keterbatasan yang dimiliki.17 Diskriminasi
bilitas sebenarnya sadar dan tahu akan perbe- erat kaitannya dengan ketidakadilan. Ketika
daan perlakuan yang mereka terima. Hal ini seseorang diperlakukan tanpa menghormati
dapat membuat mereka melakukan evaluasi atau menjaga akan hak orang tersebut, maka
diri secara negatif, merasa tidak berdaya, dan disana terjadi ketidakadilan. Tindakan dis-
frustasi11, sehingga memicu munculnya self- kriminatif dapat diasosiasikan dengan ketid-
stigma - stigma yang berasal dari dalam diri aksetaraan, misalnya ketidaksetaraan perla-
seorang individu. Sikap negatif terhadap pen- kuan, kesempatan pendidikan, mendapatkan
yandang disabilitas akan mengarahkan pada pekerjaan layak, dan sebagainya.
diskriminasi di tempat kerja serta disparitas Beberapa studi dari luar negeri, dian-
kerja untuk pekerja dengan disabilitas.12 taranya dari negara Australia18, Hong Kong19,
Diskiriminasi merupakan istilah yang be- dan Amerika20 telah mendalami persepsi
rasal dari basa Latin ‘discriminant’ dan telah pekerja terhadap penyandang disabilitas di
dikenal dalam Bahasa Inggris di awal abad ke- tempat kerja dengan menggunakan survey di
17. Kata ‘dis’ bermakna memilah atau mem- beberapa perusahaan baik skala wilayah mau-
isah, dan kata ‘crimen’ bermakna diputusi ber- pun skala nasional. Namun untuk penelitian di
dasarkan suatu pertimbangan baik-buruk.13 dalam negeri terhadap gambaran stigma, sikap,
Sebelum perang saudara di Amerika (abad ke- tingkat diskriminasi, serta persepsi keadilan
18), istilah diskriminasi hanya digunakan da- pekerja terhadap penyandang disabilitas di
lam konteks untuk ‘membedakan’.14 Namun tempat kerja sangat terbatas.12,21,22,23 Oleh ka-
setelah itu, ‘diskriminasi’ berkembang sebagai rena itu tujuan penelitian ini adalah untuk
kosakata untuk menjelaskan sikap prasangka mengetahui gambaran stigma pekerja terhadap
negatif.15 Selanjutnya kata ‘diskriminasi’ penyandang disabilitas di tempat kerja.
diterjemahkan sebagai suatu sikap mem-
bedakan secara sengaja terhadap golongan go- METODE
longan terkait kepentingan tertentu. Pem- Penelitian ini merupakan penelitian
bedaan tersebut umumnya berdasarkan agama, deskriptif dengan desain penelitian cross sec-
etnis, ras, dan suku dan dilakukan oleh ke- tional. Penelitian dilakukan pada bulan Juni
lompok mayoritas terhadap kelompok minori- 2021 melalui pengisian kuesioner meng-
tas.16 gunakan google form yang disebarkan melalui
Pada konteks disabilitas, pengertian dis- WhatsApp grup. Populasi dalam penelitian ini
kriminasi dijelaskan dalam dalam Undang-Un- adalah pekerja yang sedang bekerja minimal
dang Nomor 8 Tahun 2016 pasal 1 ayat 3 (2), tiga bulan, baik di sektor formal maupun infor-
yaitu: “Diskriminasi adalah setiap pembedaan, mal. Teknik pengambilan sampel yang
pengecualian, pembatasan, pelecehan, atau digunakan adalah accidental sampling.24
pengucilan atas dasar disabilitas yang bermak- Penghitungan sampel menggunakan proporsi
sud atau berdampak pada pembatasan atau stigma pekerja terhadap disabilitas pada
peniadaan pengakuan, penikmatan, atau penelitian Widyasari di tahun 202012 sebesar
pelaksanaan hak penyandang disabilitas.” Dis- 37,36%, limit error (d) sebesar 0,1 dan derajat
kriminasi yang terjadi dalam masyarakat kepercayaan 90%, sehingga didapatkan mini-
mal sampel sebesar 64 orang. Untuk mencegah
32
Mustika et al. Perilaku dan Promosi Kesehatan: Indonesian Journal of Health Promotion and Behavior. 2022; 4(2): 30-42
DOI: 10.47034/ppk.v4i2.6318

terjadinya sampel yang drop out maka jumlah sebagaian besar responden penelitian ini ada-
sampel ditambah 10% sehingga total sampel lah pekerja laki-laki (69%) dan jenis pekerjaan
menjadi 71 orang. responden terbanyak pada sektor kesehatan
Karakteristik pekerja yang diukur adalah sebesar 40,85%. Lebih lanjut, lama bekerja re-
jenis kelamin, lama bekerja, jabatan, dan sponden sebagaian besar pada rentang 0-5 ta-
rumpun industri. Untuk mengukur stigma pada hun (53,52%) dengan jabatan atau posisi kerja
pekerja, peneliti mengadaptasi kuesioner AK9. responden tertinggi pada posisi sebagai opera-
HIV Stigma Scale.25 Kuesioner 19 item ini tor/staff (40,84%). Tabel 2 menyajikan pen-
memiliki tiga sub skala yang mengukur: sikap gukuran stigma menggunakan skala sikap
negatif, diskriminasi yang dirasakan, dan negatif, diskriminasi, dan persepsi keadilan.
dukungan untuk kesetaran yang selanjutnya Hasilnya menunjukkan bahwa separuh re-
disebut sebagai persepsi keadilan. Skala sikap sponden (59,15%) mempunyai sikap negatif
negatif yang digunakan terdiri dari 6 pern- yang rendah, 61,97% dengan dis-kriminasi
yataan, skala diskriminasi terdiri dari 6 pern- yang rendah, dan 61,97% responden memiliki
yataan, dan skala persepsi keadilan terdiri dari persepsi ketidakadilan yang rendah. Lebih
5 pernyataan. Penilaian menggunakan skala lanjut, pekerja yang memiliki stigma yang
Likert 1-5 (1 = Sangat Tidak Setuju, 2 = Tidak tinggi terhadap penyandang disabilitas di tem-
Setuju, 3 = Ragu-ragu, 4 = Setuju, dan 5 = San- pat kerja sebesar 30,99% (Tabel 3).
gat Setuju). Skala sikap dan diskriminasi Berdasarkan analisis pada enam pern-
menggunakan cut off point mean skor 15, di- yataan sikap negatif pada Gambar 1, pada sub
mana total skor >15 adalah dikategorikan se- item pertanyaan “Penyandang disabilitas itu
bagai sikap negatif dan diskriminasi yang ren- seharusnya merasa malu”, “Penyandang disa-
dah dan total skor < 15 adalah kategori sikap bilitas itu menjijikkan” dan “Penyandang disa-
negatif dan diskriminasi tinggi. Pada skala per- bilitas tidak boleh ada kegiatan di luar rumah”
sepsi keadilan menggunakan cut off point mempunyai proporsi tertinggi, yaitu 5,6%,
mean skor 12, dimana total skor > 12 adalah 5,6%, dan 7,0%.
kategori persepsi ketidakadilan rendah dan to- Berdasarkan analisis item diskriminasi
tal skor < 12 adalah kategori persepsi ketid- (Gambar 2), proporsi tertinggi (18,3%) pada
akadilan tinggi. Pengukuran stigma dilakukan item pertanyataan “Disabilitas tidak boleh
dengan menggunakan cut off mean total skor menerima perbedaan dalam penerimaan kerja”
dari ketiga subskala yaitu 78,71, dimana total disusul dengan 5,6% pada pernyataan “Pen-
skor > 78,71 artinya stigma responden rendah yandang disabilitas tidak boleh mendapatkan
dan total skor < 78,71 untuk stigma responden penolakan dari rekan kerjanya”.
tinggi. Ditinjau dari item persepsi keadilan
Uji validitas dilakukan pada 20 responden (Gambar 3), pada sub item pernyataan “Disa-
menggunakan uji analisis korelasi Pearson bilitas harus diperlakukan sama seperti pekerja
didapatkan nilai r = 0,444 pada tingkat kemak- lain terkait tunjangan/gaji” dan “Perusahaan
naan 5%. Uji reabilitas instrumen meng- tidak boleh membeda-bedakan antara pekerja
gunakan uji Cronbach Alpha dengan nilai r Al- disabilitas dengan pekerja lain terkait promosi
pha (0,632) > 0,6. Sehingga, tujuh belas pern- jabatan” memiliki persentase tertinggi, mas-
yataan untuk mengukur stigma pada instrumen ing-masing sebesar 7%. Hal ini mungkin
yang digunakan adalah reliabel. Data dikarenakan persepsi pekerja dengan disbilitas
kemudian diolah dan dianalisis secara tertentu yang membutuhkan waktu lebih lama
deskriptif/univariat untuk mendapatkan gam- dibandingkan pekerja non disabi-litas untuk
baran stigma pekerja pada penyandang disabil- menyelesaikan suatu pekerjaan. Oleh karena
itas. itu, rekan kerja menganggap bahwa pekerja
dengan disabilitas memiliki performa kerja
HASIL yang rendah dan tidak adil bila mendapatkan
Tabel 1 menunjukkan gambaran karakter- gaji yang sama untuk jenis tugas dan tanggung
istik pekerja yang menunjukkan hasil bahwa jawab yang sama tersebut, apalagi untuk
mendapatkan promosi jabatan.
33
Mustika et al. Perilaku dan Promosi Kesehatan: Indonesian Journal of Health Promotion and Behavior. 2022; 4(2): 30-42
DOI: 10.47034/ppk.v4i2.6318

Tabel 1. Gambaran Karakteristik Pekerja (n = 71)


Variabel dan Kategori n %
Jenis kelamin
Laki-laki 49 69
Perempuan 22 31
Jenis pekerjaan
Pelayanan jasa 2 2,82
Pengelola limbah B3 2 2,82
Kesehatan 29 40,85
Komunikasi 3 4,23
Konstruksi 4 5,63
Manufacturing 3 4,23
Oil, gas, mining 6 8,45
Pertanian/perkebunan 4 5,63
Transportasi 7 9,86
Pendidikan 11 15,49
Lama bekerja
0-5 tahun 38 53,52
5-10 tahun 21 29,57
>10 tahun 12 16,90
Jabatan
Operator/staff 29 40,84
Asisten supervisor 21 29,57
Asisten manajer 11 15,49
Supervisor 7 9,85
Manajer 3 4,22

Tabel 2. Distribusi Pengukuran Stigma Pekerja Berdasarkan Skala Sikap Negatif, Diskriminasi, dan Persepsi
Keadilan terhadap Penyandang Disabilitas (n = 71)
Variabel dan Kategori* n %
Sikap negatif
Rendah (total skor >15) 42 59,15
Tinggi (total skor < 15 29 40,85
Diskriminasi
Rendah (total skor >15) 44 61,97
Tinggi (total skor < 15) 27 38,03
Persepsi keadilan
Rendah (total skor >12) 44 61,97
Tinggi (total skor < 12) 27 38,03
Catatan: *Kategori pengukuran menggunakan cut
off point mean total skor = 15 pada variabel sikap
negatif dan diskriminasi, cut off point mean total
skor = 12 pada variabel persepsi keadilan

Tabel 3. Distribusi Stigma Pekerja terhadap Penyandang Disabilitas di Tempat Kerja (n = 71)
Variabel dan Kategori* n %
Stigma
Rendah (total skor > 78,71) 49 69,01
Tinggi (total skor < 78,71) 22 30,99
Total 71 100
Catatan: *Kategori pengukuran menggunakan cut
off point mean total skor = 78,71

34
Mustika et al. Perilaku dan Promosi Kesehatan: Indonesian Journal of Health Promotion and Behavior. 2022; 4(2): 30-42
DOI: 10.47034/ppk.v4i2.6318

Gambar 1. Distribusi Sikap Pekerja terhadap Penyandang Disabilitas Berdasarkan Item Pernyataan (n = 71)

Gambar 2. Distribusi Diskriminasi Pekerja terhadap Penyandang Disabilitas Berdasarkan Item Pern-
yataan (n = 71)

Gambar 3. Distribusi Persepsi Keadilan Pekerja terhadap Penyandang Disabilitas Berdasarkan Item Pern-
yataan (n = 71)

35
Mustika et al. Perilaku dan Promosi Kesehatan: Indonesian Journal of Health Promotion and Behavior. 2022; 4(2): 30-42
DOI: 10.47034/ppk.v4i2.6318

PEMBAHASAN pada penyandang disabilitas meskipun mereka


memiliki keterampilan untuk bekerja.28
Gambaran Stigma Pekerja terhadap Penyan-
Roidatua, dalam suatu paparannya, menu-
dang Disabilitas
turkan bahwa pekerja dengan disabilitas (disa-
Sikap bilitas fisik, netra, tuli, intelektual, mental)
Pada item distribusi skala sikap negatif, dapat mencari pekerjaan sesuai dengan
terdapat tiga item pernyataan dengan nilai keunggulan/keunikan yang mereka miliki.29
tertinggi terkait dengan persepsi terhadap pen- Penyandang disabilitas fisik memiliki kemam-
yandang disabilitas yang memiliki manifestasi puan sensorik yang baik dan hampir bisa
pada bentuk/tampilan secara fisik (Gambar 1). melakukan semua jenis pekerjaan sehingga
Sebagai contoh, perbedaan penampilan pada pekerjaan yang memungkinkan untuk dil-
disabilitas daksa (misalnya pada cerebral akukan diantaranya produksi konveksi, tenaga
palsy) atau disabilitas intelektual (misalnya admin, pengajar, dan sebagainya.29 Penyan-
pada down syndrome). Perbedaan secara visual dang disabilitas netra/low vision memiliki ke-
tersebut yang dapat menimbulkan stigma pada mampuan komunikasi dan mengingat yang
pekerja dengan disabilitas. baik serta memiliki kepekaan tinggi dan re-
Sikap positif lingkungan sekitar terhadap sponsif, sehingga cocok untuk ditempatkan se-
penyandang disabilitas dan penerimaan oleh bagai telemarketing, penyiar radio, customer
keluarga, teman, pemberi kerja, dan rekan service, content writer, konsultan, atau
kerja dapat menfasilitasi terjadinya lingkungan pengajar.29 Penyandang disabilitas tuli (rungu
inklusif,26 termasuk juga dalam lingkungan dan/atau wicara) sangat fokus dan memiliki
kerja. Ketika sikap lingkungan terhadap konsentrasi tinggi karena terbatasnya
pekerja dengan disabilitas menjadi negatif, gangguan yang diterima secara audio selama
maka hal tersebut dapat secara serius meng- bekerja.29 Oleh karena itu cocok untuk bekerja
hambat program inklusi dan berkontribusi sebagai analis keuangan, desainer, informasi
pada generalisasi gangguan yang sebenarnya dan teknologi (IT), admin data entry, tenaga
hanya terjadi pada aspek-aspek tertentu saja.27 inventaris, jasa housekeeping, bahkan juru
Oleh karena itu, penting untuk melakukan in- masak. Penyandang disabilitas intelektual,
tervensi meskipun studi ini menemukan contohnya down syndrome atau autis, memiliki
pekerja memiliki skala sikap negatif yang daya tahan tinggi untuk melakukan pekerjaan
tinggi terhadap pekerja dengan disabilitas yang repetitif.29 Oleh karena itu mereka dapat
sebesar 40,85% (Tabel 2). bekerja dengan pekerjaan repetitif, seperti
Diskriminasi pengemas sederhana, pembuat adonan roti,
Pengukuran skala diskriminasi (Tabel 2) tenaga kebersihan, dan sebagianya. Penyan-
menunjukkan bahwa terdapat diskriminasi dang disabilitas mental, mereka tidak membu-
tinggi terhadap pekerja disabilitas (38,03%). tuhkan modifikasi aksesibilitas dan mampu
Berdasarkan skala diskriminasi (Gambar 2), menyelesaikan pekerjaan individual dengan
item pertanyataan “Disabilitas tidak boleh sangat baik.29 Mereka dapat bekerja sebagai
menerima perbedaan dalam penerimaan kerja” seniman, animator, penata rias, terapis, teknisi
memiliki proporsi tertinggi (18,3%). Hal ini elektro, admin, dan sebagainya.
mungkin disebabkan oleh adanya stigma yang Sebuah website jaringan karir pertama di
memandang penyandang disabilitas tidak Indonesia khusus untuk penyandang disabili-
produktif karena keterbatasan yang dimiliki tas berhasil mengaplikasikan gagasan bahwa
tanpa mempertimbangkan keunggulan/keu- pekerja dengan disabilitas mampu bekerja
nikan mereka. Oleh karena itu mereka sesuai dengan keterbatasan dan kelebihan yang
melakukan pembedaan, pembatasan, atau pen- mereka miliki dan penyedia pekerjaan dapat
gucilan terhadap pekerja dengan disabilitas. merekrut pekerja dengan disabilitas sesuai
Sebuah studi di tahun 2015 menemukan bahwa kebutuhannya.30 Website ini tidak hanya mem-
masyarakat seringkali melakukan diskriminasi fasilitasi dengan informasi terkait penyedia

36
Mustika et al. Perilaku dan Promosi Kesehatan: Indonesian Journal of Health Promotion and Behavior. 2022; 4(2): 30-42
DOI: 10.47034/ppk.v4i2.6318

pekerjaan, tetapi juga disertai dengan kualifi- disabilitas yang telah bekerja terkadang ditem-
kasi khusus dari pekerjaan yang dibutuhkan patkan ditempatkan berdasarkan asumsi jenis
dan klasifikasi disabilitas yang cocok untuk pekerjaan yang cocok dengan jenis keterbata-
pekerjaan tersebut.31 Selain itu, terdapat ragam san yang dimiliki, bukan atas dasar keahl-
informasi yang terus diperbaharui terkait ke- ian/keunggulannya.35 Konsekuensinya pekerja
cakapan hidup dan pengembangan diri yang dengan disabilitas kesulitan untuk mengakses
mampu meningkatkan kemampuan pekerja pekerjaan di sektor formal (instansi
dengan disabilitas untuk bersaing di dunia pemerintah atau perusahaan swasta) dan men-
kerja.30 jadi karyawan tetap.
Stigma masih sering ditemukan pada saat
Persepsi Keadilan
rekrutmen pekerja yang dilakukan baik in-
Hasil studi ini (Tabel 2 dan Gambar 3) se-
stansi pemerintah maupun perusahaan, dian-
jalan dengan penelitian Hwa di Malaysia, di-
taranya dengan mensyaratkan kesehatan jas-
mana penyandang disabilitas akan mengalami
mani dan rohani dalam proses seleksinya. Per-
kesulitan dalam promosi dan peningkatan upah
syaratan ini dengan cepat mengguggurkan
kerja.29 Hal ini terkait dengan faktor kompe-
banyak calon pekerja dengan disabilitas. Hal
tensi dan kualitas yang dimiliki oleh penyan-
ini terkait dengan pertimbangan kemampuan
dang disabilitas. Studi oleh Mclaughlin, dkk
perusahaan dalam mengelola tenaga kerja
mengungkapkan nilai-nilai yang dirasakan
dengan keragaman. Kusumawardhani me-
rekan kerja penyandang disabilitas kepada pe-
nyebutkan bahwa dalam mengelola diversitas
rusahaan adalah aspek penerimaan yang sangat
tenaga kerja merupakan tantangan yang be-
relevan di tempat kerja dan dapat dibuktikan
sar.36 Contohnya pada tuna rungu dan/atau
dalam penilaian tentang mempekerjakan,
wicara memerlukan cara berkomunikasi dan
mempertahankan, dan mempromosikan indi-
bertindak yang berbeda dari pekerja non disa-
vidu tersebut.31 Artinya apabila terdapat nilai
bilitas pada umumnya. Pemberi kerja
negatif/stigma dari rekan kerja dan atasan ter-
berasumsi bahwa ketika mereka merekrut pen-
hadap pekerja dengan disabilitas, maka dalam
yandang disabilitas tersebut maka mereka ha-
melakukan penilaian performa kerja akan
rus merekrut juru bahasa isyarat sehingga
menjadi bias. Begitu halnya dengan bias ter-
biaya yang dikeluarkan untuk membayar gaji
hadap penerimaan dan cara memperlakukan
menjadi lebih besar dibandingkan merekrut
pekerja dengan disabilitas. Oleh karena itu un-
pekerja non disabilitas. Padahal pemberi kerja
tuk mendapatkan gaji yang sama atau untuk
mendapatkan promosi jabatan menjadi hal bisa mengantisipasi hal tersebut dengan mem-
berikan pelatihan bahasa isyarat, utamanya
yang sulit diterima. Hal ini apabila tidak di-
pada bagian sumber daya manusia (SDM) dan
tangani dengan baik, maka akan memengaruhi
rekan kerja yang berhubungan langsung
performa kinerja pekerja dengan disabilitas
dengan mereka. Seiring dengan kemajuan
yang dalam jangka panjang akan memengaruhi
teknologi saat ini, banyak inovasi aplikasi
kinerja perusahaan. Di sisi lain kehadiran
yang dapat diunduh secara gratis untuk men-
stigma pada pekerja akan memunculkan kesu-
jembatani keterbatasan tersebut. Oleh karena
litan dalam mencari bantuan bagi penyandang
itu menjadi penting upaya penghapusan stigma
disabilitas dan mengikis kepercayaan diri
di tempat kerja.
pekerja dengan disabilitas. Sehingga penyan-
dang disabilitas secara tidak langsung juga Penghapusan Stigma di Tempat Kerja
akan mengalami self-stigma.
Perlakuan yang setara dan non-diskrimi-
Stigma natif adalah hak asasi bagi setiap orang yang
Penyandang disabilitas rentan terhadap telah dijamin oleh Undang-Undang Dasar
stigma dan perlakuan diskriminatif baik dari 1945, Sila ke-2 Pancasila, Undang-Undang
penyedia kerja maupun rekan kerja. Anggapan No.39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manu-
bahwa penyandang disabilitas tidak bisa sia, hingga Undang-Undang No.8 Tahun 2016
bekerja,34 atau bahkan bagi pekerja dengan tentang Penyandang Disabilitas. Namun ken-
yataanya stigma dan ketidaksetaraan di tempat
37
Mustika et al. Perilaku dan Promosi Kesehatan: Indonesian Journal of Health Promotion and Behavior. 2022; 4(2): 30-42
DOI: 10.47034/ppk.v4i2.6318

kerja bagi pekerja dengan disabilitas masih (HC).40 Hasil akhir dari pelatihan ini ada-
kerap terjadi.37,38 Public stigma, diskriminasi, lah pemberi kerja mampu menganalisis po-
serta perilaku negatif lainnya yang diterima sisi yang tepat untuk calon pekerja dengan
oleh pekerja dengan disabilitas, apabila tidak disabilitas berdasarkan dengan keu-
tertangani dengan baik, maka dapat terinternal- nikannya. Selain itu juga dapat
isasi menjadi nilai-nilai dan membentuk self- menganalisis kebutuhan akomodasi serta
stigma bagi mereka.39 Hal ini akan merugikan standard operational procedure (SOP) da-
baik bagi yang bersangkutan maupun bagi pe- lam mengelola pekerja dengan disabilitas.
rusahaan. Untuk itu upaya penghapusan stigma Pemenuhan akomodasi bagi penyan-
di tempat kerja sangatlah penting untuk dil- dang disabilitas di tempat kerja merupakan
akukan. Penghapusan stigma dapat dilakukan kewajiban bagi pemberi kerja demi terciptanya
dengan beberapa upaya,29 diantaranya: lingkungan kerja yang inklusif. Pemberi kerja
1. Meningkatkan literasi terkait hak-hak pen- seringkali menganggap bahwa penyediaan
yandang disabilitas dan kewajiban perus- akomodasi membutuhkan biaya besar se-
ahaan dalam merekrut pekerja dengan dis- dangkan perusahaan tidak memiliki anggaran
abilitas (merujuk pada Undang-Undang khusus untuk hal tersebut. Salah satu contoh
No. 8 tahun 2016, Undang-Undang No. 13 kasus pada pekerja dengan disabilitas fisik
tahun 2003, dan turunannya). (pengguna kursi roda), untuk memudahkan
2. Memahami karakteristik dan keunikan mereka dalam mengakses tempat kerja, pintu
ragam disabilitas sehingga penempatan ruangan kerja mereka haruslah cukup untuk
kerja dapat sesuai dengan keahlian pekerja kursi roda melintas, ketersediaan jalur landai,
dengan disabilitas. lift (apabila ruang kerja bukan di lantai dasar),
3. Mempromosikan kesadaran terhadap atau harus menyediakan meja yang ergonomis
kesetaraan hak dan kewajiban pada pekerja untuk bekerja.41 Pemberi kerja biasanya lang-
dengan disabilitas di tempat kerja, dian- sung berasumsi bahwa jika gedung tempat
taranya dengan melakukan kerjasama pekerja dengan disabilitas tersebut tidak me-
dengan komunitas disabilitas untuk men- menuhi kriteria tersebut, mereka harus menge-
gadakan sharing session sebagai kegiatan luarkan dana besar untuk renovasi gedung atau
rutin perusahaan. Sehingga pekerja dapat membeli perlengkapan baru yang sesuai
meningkatkan pengetahuan dan sikap ten- dengan kebutuhan. Padahal untuk menye-
tang stigma dan disabilitas di tempat kerja. diakan akomodasi yang layak di tempat kerja
4. Menyediakan kesempatan bagai pekerja tidak selalu memerlukan anggaran dana yang
dengan disabilitas dalam kegiatan rutin di besar. Penyediaan akomodasi yang layak bagi
tempat kerja, misalnya pada saat rapat bu- pekerja disabilitas memiliki beberapa prin-
lanan, mereka diikutsertakan dan diberi sip,41 diantaranya:
waktu untuk mengutarakan opini dan pen- 1. Pekerja disabilitas bertanggung jawab
galamannya selama bekerja, atau pada mengusulkan kebutuhan akomodasi untuk
kegiatan rutin perusahaan seperti employee mengurangi/menghilangkan hambatan da-
of the month/year. Hal ini bertujuan untuk lam bekerja
meningkatkan rasa percaya diri dan aktual- 2. Akomodasi yang layak harus efektif (tidak
isasi diri bagi penyandang disabilitas di perlu sempurna). Artinya pemberi kerja
tempat kerja. Di sisi lain kegiatan ini juga dapat menggunakan akomodasi yang su-
menjadi ajang pengenalan pekerja dengan dah tersedia namun dengan melakukan
disabilitas terhadap pekerja non disabilitas. reparasi sesuai kebutuhan (contohnya pen-
5. Mengadakan persiapkan sebelum merekrut gadaan meja untuk pekerja dengan kursi
penyandang disabilitas, seperti kegiatan roda, bisa menggunakan meja lama dan
edukasi dan pelatihan Disability Equality memotong kaki meja agar tinggi meja
Training (DET) terutama bagi Human Re- menjadi sesuai dengan tinggi pekerja terse-
sources (HR) terkait membuka peluang but ketika duduk di kursi roda).
kerja dan biro SDM/Human Capital

38
Mustika et al. Perilaku dan Promosi Kesehatan: Indonesian Journal of Health Promotion and Behavior. 2022; 4(2): 30-42
DOI: 10.47034/ppk.v4i2.6318

3. Perusahaan memiliki hak dalam menen- penting guna mencapai lingkungan kerja yang
tukan apakah perlu mengadakan ako- inklusif. Upaya yang dapat dilakukan dalam
modasi spesifik. rangka penghapusan stigma di tempat kerja
Ragam akomodasi bagi pekerja disabilitas terhadap penyandang disabilitas, diantaranya
di tempat kerja, diantaranya restrukturisasi dengan memberikan edukasi dan pelatihan
pekerjaan, jadwal kerja yang adaptif, retensi kepada pemberi kerja, diseminasi informasi
karyawan/penugasan kembali, relokasi kerja, untuk meningkatkan literasi dan pemahaman
lingkungan aksesibel, teknologi pendukung, pekerja non disabilitas, serta mengikutsertakan
dan rekan kerja.41 Dalam pemenuhan ako- pekerja dengan disabilitas dalam kegiatan
modasi bagi pekerja disabilitas, teknologi pen- operasional di kantor maupun kegiatan rutin
dukung seringkali menjadi jawaban dalam perusahaan. Penyediaan akomodasi layak bagi
membantu pekerja disabilitas. Pemenuhan pekerja disabilitas tidak selalu mahal jika
teknologi pendukung dapat disiasati dengan mampu menerapkan prinsip dalam menye-
penggunaan ragam aplikasi yang kini sudah diakan akomodasi. Diantara ragam akomodasi,
tersedia di Appstore dan dapat diunduh baik rekan kerja merupakan hal terpenting bagi
secara gratis maupun berbayar. Hal terpenting pekerja disabilitas guna menjawab tan-
dalam penyediaan akomodasi bagi pekerja dis- tangan/hambatan di tempat kerja.
abilitas adalah rekan kerja. Ketersediaan rekan
kerja/buddies yang loyal dan memiliki mindset SARAN
positif terhadap pekerja dengan disabilitas, Penelitian yang akan datang diharapkan
dapat membantu mengatasi hambatan dari dapat menggunakan kelompok pekerja disabil-
lingkungan tempat bekerja. itas secara spesifik agar dapat menunjukkan
lebih detail terkait tantangan kerja yang
Keterbatasan Penelitian dihadapi, mengukur tingkat stigma pada ting-
Penelitian ini menggunakan teknik sam- kat literasi yang sama terkait penyandang dis-
pling accidental sampling dimana peneliti abilitas, serta dilakukan pada tingkat mana-
mengambil sampel pada siapa saja yang jerial dimana mampu mengkaji lebih dalam
ditemui tanpa perencanaan.24 Oleh karena itu terkait SOP dan lingkungan kerja untuk men-
hasil penelitian tidak terlalu akurat untuk capai inklusifitas kerja.
menggambarkan populasi yang sebenarnya.
Pada pengukuran stigma, peneliti tidak men- UCAPAN TERIMA KASIH
gukur tingkat literasi dan pemahaman pekerja Ucapan terimakasih kepada para dosen
terhadap penyandang disabilitass sehingga yang membantu dalam penelitian ini dian-
hasil pengukuran stigma dengan variabel sikap taranya adalah Dr. dra. Rita Damayanti, MSPH
dan diskriminasi tidak dapat diidentifikasi, dan Dr. Adang serta Cicilya Candi. Kami juga
apakah terjadi karena tingkat literasi dan pem- mengucapkan terimakasih kepada Marthella
ahamannya yang rendah sehingga terjadinya Rivera Roidatua, S.IP, MA dari Kementerian
stigma atau tingkat literasi dan pemahaman Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
cukup namun tetap melakukan stigma kepada Transmigrasi atas masukan terhadap penelitan
penyandang disabilitas di tempat kerja. kami.
KESIMPULAN DAFTAR REFERENSI
Pekerja dengan disabilitas mendapatkan 1. [
Republik Indonesia, "Undang-Undang
stigma dan diskriminasi di tempat kerja. Hal Nomor 13 tahun 2003 tentang
1
ini merupakan salah satu faktor penyerapan Ketenagakerjaan," [Online]. Available:
angkatan kerja pada usia produktif kelompok ]
https://kemenperin.go.id/kompetensi/UU
penyandang disabilitas rendah apabila _13_2003.pdf.
dibandingkan dengan kelompok non disabili-
tas. Penghapusan stigma dan diskriminasi pen- 2. Republik Indonesia, "Undang-Undang
yandang disabilitas di tempat kerja sangat No. 8 tahun 2016 tentang Penyandang

39
Mustika et al. Perilaku dan Promosi Kesehatan: Indonesian Journal of Health Promotion and Behavior. 2022; 4(2): 30-42
DOI: 10.47034/ppk.v4i2.6318

Disabilitas," [Online]. Available: 10. J. Novak, K. J. Feyes and K. A.


https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/ Christensen, "Application of Intergroup
37251/uu-no-8-tahun-2016. Contact Theory to the Integrated
Workplace: Setting the Stage for
3. Jatimnet.com, "Penyandang Disabilitas Inclusion.," Journal of Vocational
Dapat Pelatihan Kerja Pada 2019," 27 Rehabilitation, vol. 35, no. 3, pp. 211-226,
Desember 2018. [Online]. Available: https 2011.
://jatimnet.com/p-penyandang-disabilitas-
dapat-pelatihan-kerja-pada-2019-p.. 11. A. Jahoda and I. Markova, "Coping with
[Accessed 30 Juni 2021]. Social Stigma: People with Intellectual
Disabilities Moving from Institutions and
4. ekonomi.kompas.com, "Kolaborasi untuk Family Home," Journal of Intellectual
Wujudkan Indonesia Inklusif dan Ramah Disability Research, vol. 48, no. Pt8, pp.
Disabilitas," 03 Desember 2018. [Online]. 719-729, 2004.
Available:
https://ekonomi.kompas.com/read/2018/1 12. S. D. Widyasari, "Sikap Terhadap Tenaga
2/03/090400326/ kolaborasi-untuk- Kerja Disabilitas: Peran Jenis Kelamin
wujudkan-indonesia-inklusif-dan-ramah- dan Kedekatan," Jurnal Ecopsy, vol. 7, no.
disabilitas?page=all . [Accessed 30 Juni 1, 2020.
2021].
13. oxfordlearnersdictionaries.com,
5. N. Fatika, W. Yanti, A. R. Anindita and A. "Definition of discrimination; Origin,"
T. Raharjo, "Membangun Iklim Kerja 2017. [Online]. Available:
Inklusi: Tanggung Jawab Sosial https://www.oxfordlearnersdictionaries.c
Perusahaan pada Disabilitas," Prosiding om/definition/english/discriminate?q=dis
Penelitian & Pengabdian Kepada criminate. [Accessed 3 Juli 2021].
Masyarakat, vol. 7, no. 2, pp. 425-534,
14. J. Rabe, Equality, Affirmative Action and
2020.
Justice, Dissertation, English ed.,
6. CNNIndonesia.com, "Serapan Pekerja Germany: Universität Hamburg, 2001.
Difabel Oleh Perusahaan Masih Minim,"
15. D. J.A., Menjadi Indonesia Tanpa
30 Oktober 2019. [Online]. Available:
https://www. cnnindonesia.com/ekono Diskriminasi, Jakarta: Inspirasi, 2014.
mi/20181030140004-92-342624/ 16. C. D. Pratama, "Diskriminasi: Pengertian
serapan-pekerja-difabel-oleh-perusahaan- dan Penyebabnya," 21 Oktober 2020.
masih-minim. [Accessed 30 Juni 2021]. [Online]. Available:
[7] E. Goffman, Stigma Notes on the https://www.kompas.com/skola/read/202
Management of Spoiled Identity, London: 0/10/21/181505469/diskriminasi-
Pinguin, 1963. pengertian-dan-penyebabnya. [Accessed
3 Juli 2021].
8 I. N. Sinulingga, "Keindahan dalam
17. A. S. Oktriwina, "Hati-hati, Ini 5 Bentuk
Disabilitas: Sebuah Konstruksi Teologi
Disabilitas Intelektual," Indonesian Diskriminasi di Tempat Kerja," 12 Maret
Journal of Theology, vol. 3, no. 1, pp. 35- 2021. [Online]. Available:
60, 2015. https://glints.com/id/lowongan/diskrimina
si-tempat-kerja/#.YOAdum6yQ8Y.
9 B. Hunt and C. S. Hunt, "Attitudes toward [Accessed 3 Juli 2021].
People with Disabilities: A Comparison of
18. M. Evans, M. Edwards, C. Mcgregor and
Undergraduate Rehabilitation and
Business Majors," Rehabilitation P. Upton, "Doing It Differently: Staff
Education, vol. 14, no. 3, pp. 269-283, Perceptions of the Barriers to Workplace
2000. Participation Experienced by Public
Servants with Disability in the Australian
40
Mustika et al. Perilaku dan Promosi Kesehatan: Indonesian Journal of Health Promotion and Behavior. 2022; 4(2): 30-42
DOI: 10.47034/ppk.v4i2.6318

Public Service," University of Canberra, 29. M. . R. Roidatua, Inclusive Workplace:


Canberra, 2016. Menghapus Stigma dan Menciptakan
Lingkungan Kerja Inklusif bagi Pekerja
19. Unleash Foundation Limited, "Baseline Disabilitas, Depok, 2021.
Survey on Employers’ Attitudes towards
Employment of People with Disabilities," 30. Kerjabilitas.com, "Kerjabilitas: Tentang
Unleash Foundation Limited, Hong Kong, Kerjabilitas," 2017. [Online]. Available:
2015. https://kerjabilitas.com/main_page/kerj-
about.php. [Accessed 2021 Juni 2021].
20. Kessler Foundation, "Report of Main
Findings from the Kessler Foundation 31. Kerjabilitas.com, "Cari Lowongan," 2017.
2017 National Employment and Disability [Online]. Available:
Survey: Supervisor Perspectives," Kessler https://kerjabilitas.com/main_page/public
Foundation, East Hanover, NJ, 2017. _vacancy_detail.php?novac=NDQ4NA=
=. [Accessed 26 Oktober 2022].
21. G. P. A, N. C. Apsari and N. M. ,
"PENYANDANG DISABILITAS 32. M. A. C. Hwa, "Rational Tactics dan
DALAM DUNIA KERJA," Focus: Jurnal Work Outcomes: Differential Effects of
Pekerjaan Sosial, vol. 1, no. 3, 2018. Disability," Journal of Social Science and
Humanity, vol. 2, no. 3, pp. 180-184,
22. S. D. Poerwanti, "Pengelolaan Tenaga 2012.
Kerja Difabel untuk Mewujudkan
Workplace Inclusion," INKLUSI, vol. 4, 33. M. E. McLaughlin, M. P. Bell and D. Y.
no. 1, pp. 1-24, 2017. Stringer, "Stigma and Acceptance of
Persons With Disabilities Understudied
23. A. L. Danu Aji and . T. N. Haryani, Aspects of Workforce Diversity," Group
"Diversitas dalam Dunia Kerja: Peluang & Organization Management, vol. 29, no.
dan Tantangan bagi Disabilitas," Spirit 3, pp. 302-333, 2004.
Publik: Jurnal Administrasi Publik, vol.
12, no. 2, 2017. 34. A. T. Hardi, "Muhammad Rubby Emir
Fahriza Jembatani Pekerja Disabilitas dan
24. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Perusahaan," 28 Juni 2018. [Online].
Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta, Available:
2009. https://mediaindonesia.com/read/detail/16
25. Public Health Agency of Canada, "AK9. 8624-muhammad-rubby-emir-fahriza-
HIV Stigma Scale," Public Health Agency jembatani-pekerja-disabilitas-dan-
of Canada, Canada, 2019. perusahaan. [Accessed 3 Juli 2021].

26. 35. M. Budiarti, "Factors Influencing


B. Wright, Physical Disability: A
Psychosocial Approach, 2nd ed., New Successful Employment for Men with
York: Harper & Row, 1983. Visual Impairment," Indonesian Journal
of Disability Studies, vol. 5, no. 1, pp. 81-
27. N. Vilchinsky and L. Findle, " Attitudes 90, 2018.
towards Israel’s Equal Rights for People
36. D. Kusumardhani S., "Diversitas Tenaga
With Disabilities Law: A
Multiperspective Approach," Kerja: Tantangan dan Strategi
Rehabilitation Psychology, vol. 49, no. 4, Pengelolaannya," Sinergi: Kajian Bisnis
pp. 309-316, 2004. dan Manajemen, vol. 7, no. 2, pp. 79-86,
2005.
28. S. Fatmawati, Penilaian Keadilan
37. I. Herdiana, "Bandungbergerak.id-Pekerja
Distributif Kesempatan Kerja Oleh
Tunadaksa, [Thesis] ed., Semarang: Penyandang Disabilitas Bukanlah
Universitas Negeri Semarang, 2015. Hambatan Perusahaan," 28 Juni 2022.
[Online]. Available:
41
Mustika et al. Perilaku dan Promosi Kesehatan: Indonesian Journal of Health Promotion and Behavior. 2022; 4(2): 30-42
DOI: 10.47034/ppk.v4i2.6318

https://bandungbergerak.id/article/detail/2
764/pekerja-penyandang-disabilitas-
bukanlah-hambatan-perusahaan.
[Accessed 26 Oktober 2022].
38. D. A. Zaelani, D. S. Yusuf, A. Y.
Mafruhat and W. Y. Essa, "Tantangan dan
Peluang Penyandang Disabilitas Fisik di
Kota Bandung," Jurnal Sosial
Humaniora, vol. 15, no. 1, pp. 16-29,
2022.
39. Human Right Watch, "Hidup di Neraka:
Kekerasan terhadap Penyandang
Disabilitas Psikososial di Indonesia,"
Maret 2016. [Online]. Available:
https://www.hrw.org/sites/default/files/re
port_pdf/indonesia0316bahasa_brochure
_web.pdf. [Accessed 3 Juli 2021].
40. International Labour Organization,
"Disability Equality Training (DET)
Workshop for Government Officials,"
2014. [Online]. Available:
https://www.ilo.org/jakarta/whatwedo/ev
entsandmeetings/WCMS_307803/lang--
en/index.htm. [Accessed 2021 Juli 4].
41. Asosiasi Pengusaha Indonesia, USAID,
Kementerian Ketenagakerjaan Republik
Indonesia, Panduan Kesetaraan dan
Inklusivitas di Tempat Kerja, 2020.

42

Anda mungkin juga menyukai