Anda di halaman 1dari 20

JURNAL AGREGASI

Jurnal Aksi Reformasi Government Dalam


Demokrasi
Volume 8– Nomor 1, Mei 2020

DOI: 10.34010/agregasi.v8i1.2598
Available online at: https://ojs.unikom.ac.id/index.php/agregasi

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMENUHAN HAK-HAK PENYANDANG


DISABILITAS BIDANG KESEJAHTERAAN SOSIAL (JAMINAN SOSIAL) DI
KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN 2018

Adila Puspa Hestiantini1), Ulung Pribadi2)


Program Studi Ilmu Pemerintahan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Jalan Brawijaya,
1,2

Geblagan, Tamantirto, Kec. Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta 55183, Indonesia.
E-mail: adilapuspahestya@gmail.com, Telp: +6285743294646

Abstrak
Permasalahan dalam penelitian ini ialah tingkat kepuasan masyarakat penyandang disabilitas
dalam menerima bantuan jaminan sosial dari pemerintah. Tujuan penelitian ini adalah untuk
melihat dan menganalisis sejauh mana pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas dalam
kesejahteraan sosial berupa jaminan sosial sudah terpenuhi. Hal ini mempunyai kaitan penting
dengan kebijakan pelayanan publik sebagai bentuk mensejahterakan masyarakat terutama
penyandang disabilitas. Serta menganalisis keberhasilan pengimplementasian kebijakan
pemenuhan hak-hak penyandnag disabilitas berupa jaminan sosial dan menganalisis secara kritis
sejauhmana pengimplementasian kebijakan pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas, sumber
daya, komunikasi, sumber daya dan disposisi mempengaruhi keberhasilan kebijakan berupa
jaminan sosial. Dalam variabel-variabel penelitiani ini memiliki keterhubungan yang signifikan
dan tidak signifikan. Sebab, penelitian ini menggunakan pendekatan jenis peneitian kuantitatif
SmartPLS dan kualitatif tanggapan wawancara (mixed methodology). Hasil penelitian
menunjukan terdapat 4 variabel yang tidak signifikan dalam implementasi kebijakan pemenuhan
hak penyandang disabilitas berupa jaminan sosial.

Kata kunci: Implementasi, Kebijakan, Pemenuhan Hak-Hak Penyandang Disabilitas,


Kesejahteraan Sosial dan Jaminan Sosial

POLICY IMPLEMENTATION TO FULFILL THE RIGHTS OF PERSONS WITH DISABILITIES IN


SOCIAL WELFARE (SOCIAL SECURITY) IN GUNUNGKIDUL REGENCY IN 2018

Abstract
The problem in this study is the level of satisfaction of people with disabilities in receiving social
security assistance from the government. The purpose of this study is to see and analyze which
fulfillment of disability rights in social welfare including social security that has been fulfilled. This
has an important meaning with public service policies as a form of community welfare related to
disability. Supporting the implementation of policies on the fulfillment of the right of persons with
disabilities including social security and analyzing comprehensively the implementation of policies
on fulfilling the right of persons with disabilities, resources, resources, communication, resources,
and dispositions to assist in the matter of social demand problems. In the variables of this study have
a significant and not significant relationship. The reason is that this study uses the type of Smart-PLS
quantitative research and qualitative interview responses (mixed methodology). The results showed
that 4 variables were not significant in implementing the policy on fulfilling the right to disability
that contained social security.

Keywords: Implementation, Policy, Filfillment of the Rights of Persons with Disabilities, Social
Welfare and Social Security

Copyright © 2020, Jurnal Agregasi, ISSN: 2337-5299 (Print), ISSN: 2579-3047 (Online) | 1
JURNAL AGREGASI
Jurnal Aksi Reformasi Government Dalam
Demokrasi
Volume 8– Nomor 1, Mei 2020

DOI: 10.34010/agregasi.v8i1.2598
Available online at: https://ojs.unikom.ac.id/index.php/agregasi

PENDAHULUAN tercantum dalam Pasal 28A, Pasal 27


Ayat (2), Pasal 28D Ayat (2) UUD 1945
Istilah Penyandang Disabilitas
sebelumnya dikenal dengan istilah Undang – Undang Dasar 1945 telah
mengamanatkan bahwa pada dasarnya
Penyandang Cacat. Namun
perkembangan terakhir Komnas HAM setiap orang memiliki hak untuk bekerja
dan mendapat imbalan dan perlakuan
dan Kementerian Sosial memandang
bahwa istilah Penyandang Cacat dalam yang adil serta layak dalam hubungan
kerja tersebut. Permasalahan yang
perspektif bahasa Indonesia mempunyai
makna yang berkonotasi negatif dan dihadapi penyandang disabilitas di
Indonesia antara lain kurangnya akses
tidak sejalan dengan prinsip utama hak
asasi manusia sekaligus bertentangan informasi tentang pentingnya
dengan nilai-nilai luhur bangsa yang melakukan rehabilitasi, kurangnya
menjunjung tinggi harkat dan martabat fasilitas umum yang mempermudah para
manusai. Penyandang Disabilitas penyandang disabilitas melaksanakan
kegiatan sehari-hari dan kurangnya
merupakan isu yang (seharusnya) sangat
akses pekerjaan untuk Penyandang
femiliar dikalangan masyarakat umum
saat ini, yang mana Penyandang Disabilitas, Kesehatan maupun
Kesejahteraan Sosial bagi Penyandang
Disabilitas merupakan sebuah bagian
Disabilitas (Sugi, 2012). Sebagai warga
dari kondisi manusia dan memiliki
negara Indonesia, kedudukan, hak,
prevalensi (jumlah orang dalam populasi
yang mengalami penyakit, gangguan atau kewajiban, dan peran serta penyandang
kondisi tertentu) yang cukup tinggi disabilitas adalah sama dengan warga
(M.Syafi’ie, 2014). Pengembangan ilmu negara lainnya. Bahkan UUD 1945 telah
di bidang perundang-undangan dapat mengatur bahwa “Setiap orang
mendorong fungsi pembentukan mendapat kemudahan dan perlakuan
peraturan perundang-undangan yang khusus untuk memperoleh kesempatan
dan manfaat yang sama guna mencapai
sangat diperlukan kehadirannya, oleh
persamaan dan keadilan”.
karena itu maka dalam negara hukum,
tujuan utama dari pembentukan undang- Perubahan dan pembaharuan
undang bukan lagi untuk menciptakan Undang-Undang mengenai Pemenuhan
Hak-Hak Penyandang Disabilitas.
kodifikasi bagi norma-norma dan nilai-
Undang-undang Nomor 4 Tahun 1997
nilai kehidupan, akan tetapi untuk
tentang Penyandang Cacat, kemudian
menciptakan modifikasi atau perubahan
disempurnakan menjadi Undang-
dalam kehidupan masyarakat.
Undang Nomor 19 Tahun 2011 mengenai
Secara konstitusional
Penyandang Disabilitas memiliki hak Corvention on the Rights of Persons with
yang sama untuk dapat hidup sejahtera Disabilities (Konvensi Hak-hak
dengan cara mendapatkan kerja dan Penyandang Disabilitas), Sampai pada
bekerja dengan layak. Sebagaimana sebuah pergeseran paradigma tentang
Penyandang Disabilitas dalam Undang-

Copyright © 2020, Jurnal Agregasi, ISSN: 2337-5299 (Print), ISSN: 2579-3047 (Online) | 2
JURNAL AGREGASI
Jurnal Aksi Reformasi Government Dalam
Demokrasi
Volume 8– Nomor 1, Mei 2020

DOI: 10.34010/agregasi.v8i1.2598
Available online at: https://ojs.unikom.ac.id/index.php/agregasi

Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Dari yang terlihat pada tabel di
Penyandang disabilitas maka kedudukan atas, bahwa dalam Pemenuhan Hak –
penyandang disabilitas sebagai subjek Hak Penyandang Disabilitas tentu tidak
(diakui keberadaannya) yaitu manusia bisa dilepaskan dari kewajiban pemerin-
yang bermartabat yang memiliki hak tah sebagai salah satu pemegang
yang sama dengan warga negara lainnya. kekuasaan. Pemerintah memiliki kuasa
Ditambah dengan adanya Peraturan untuk membuat peraturan atau
Daerah (PERDA) Kabupaten kebijakan sebagai representasi pe-
Gunungkidul Nomor 9 Tahun 2016 merintah untuk mewujudkan dan
tentang Penyelenggara Perlindungan melindungi hak tersebut. Kewajiban
Dan Pemenuhan Hak Penyandang pemerintah ini tertuang dalam Pasal 28I
Disabilitas dan Peraturan dari Bupati Undang-undang Nomor 8 Tahun 2016
Kabupaten Gunungkidul nomor 9 tahun bahwa perlindungan, pemajuan,
2016 tentang Penyelenggaraan penegakan, dan pemenuhan hak asasi
Perlindungan dan Pemenuhan Hak manusia adalah tanggung jawab negara,
Penyandang Disabilitas. Terdapat jumlah terutama pemerintah. Dalam rangka
Penduduk Penyandang Disabilitas di mewujudkan pembangunan nasional
Daerah Istimewa Yogyakarta yang bertujuan mewujudkan masyarakat
(DIY), yang mana tingkat tertinggi yang adil dan makmur berdasarkan
penyandang disabilitas terdapat pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar
daerah di Kabupaten Gunung Kidul yang 1945.
berjumlah 6.797 jiwa pada tahun 2018. Namun dalam sebuah
Berikut data tabel dibawah ini: implementasi kebijakan dalam
mensejahterakan dan menjamin
Tabel 1. Jumlah Penduduk Penyandang kesejahteraan sosial untuk Penyandang
Disabilitas Di Daerah Istimewa Yogyakarta Disabilitas terkadang memiliki kendala
Tahun 2018 dari internal yaitu pemerintah daerah itu
sendiri dan eksternal yaitu masyarakat
Kabupaten 2018
Penyandang Disabilitas. Terlebih lagi
F TN TW TM TFM TL Total banyak aktor yang terlibat dalam
Kulon Progo 256 141 183 390 88 80 3.425 mengsukseskan kesejahteraan bagi
Bantul 400 225 364 464 136 258 5.517
Penyandang Disabilitas di Kabupaten
Gunungkidul 1438 835 306 1747 643 1828 6797
Gunungkidul khususnya, kolaborasi yang
Sleman 396 224 329 519 164 230 5.226
baik dari pemerintah pusat ke daerah,
Kota Yogyakarta 358 166 305 304 89 413 4.553
Pemerintah Daerah Kabupaten
Gunungkidul dan Forum Komunikasi
Keterangan: F = Tuna Fisik, TN = Tuna Disabilitas Gunungkidul (FKDG), sangat
Netra, TM = Tuna Mental, TFM = Tuna Fisik menentukan kesejahteraan Penyandang
dan Mental, TW = Tuna Wicara, TL = Tuna Disabilitas (Berita Pristiwa Website
Lainnya Resmi Kabupaten Gunungkidul (2018)).

Copyright © 2020, Jurnal Agregasi, ISSN: 2337-5299 (Print), ISSN: 2579-3047 (Online) | 3
JURNAL AGREGASI
Jurnal Aksi Reformasi Government Dalam
Demokrasi
Volume 8– Nomor 1, Mei 2020

DOI: 10.34010/agregasi.v8i1.2598
Available online at: https://ojs.unikom.ac.id/index.php/agregasi

Jaminan Sosial yaitu merupakan Waktu dan Lokasi Penelitian


skema yang melembaga untuk menjamin
Penelitian ini dilakukan pada
Penyandang Disabilitas dapat memenuhi Agustus – November 2019. Adapun
kebutuhan dasar hidupnya yang layak
lokasi dari penelitian ini yaitu di Kantor
dan Jaminan sosial ini diberikan kepada Dinas Sosial Kabupaten Gunungkidul
orang tua yang tidak mampu dan yang
Jalan KH. Agus Salim No. 125, Wonosari,
memiliki anak penyandang disabilitas, Kepek, Wonosari, Ledoksari, Kepek,
penyandang disabilitas berat atau orang
Wonosari, Kabupaten Gunungkidul,
tua yang sudah tidak bekerja dan tidak Daerah Istimewa Yogyakarta, BAPEL
mampu karena mengurus anaknya
Jamkesos DIY jalan Prof. DR. Sardjito
dengan penyandang disabilitas dan No.5, Cokrodiningratan, Kec. Jetis, Kota
jaminan yang dimaksud disesuaikan Yogyakarta, Daerah Istimewa
dengan kemampuan keuangan daerah. Yogyakarta 55233, KANTOR
(Peraturan Daerah dan Peraturan Bupati PENDAMPING PKH kec Patuk Kab.
Kabuparen Gunungkidul No 8 Tahun
Gunungkidul
2016).

Target/Subjek Penelitian
METODE
Wawancara mendalam (in depth
Jenis Penelitian interview). Wawancara merupakan
Penelitian ini menggunakan Mixed sumber dari data primer yang sesuai
Methods Research. Mixed Methods dengan kebutuhan analisis. Wawancara
Research adalah suatu desain penelitian yang dilakukan kepada stekholders
yang didasari asumsi seperti metode dengan melakukan tanya jawab atau
inkuiri. Metode ini memberikan asumsi memberikan sejumlah pertanyaan
bahwa dalam menunjukkan arah atau kepada narasumber yang berkompeten
memberi petunjuk tentang cara di bidangnya sesuai dengan indikator-
pengumpulan dan mengalisis data serta indikator pada penelitian ini. Wawancara
perpaduan pendekatan kuantitatif dan dilakukan dengan secara lisan dan tatap
kualitatif melalui beberapa fase proses muka. Adapun pihak-pihak yang menjadi
penelitian. Mixed Methods Research informan dalam penelitian ini adalah:
berfokus pada pengumpulan dan analisis
daya serta memadukan antara data
kuantitaif dan kualitatif (Creswell, J. W
2010:50). Data kuantitatif dalam
penelitian ini menggunakan Smart-PLS.

Copyright © 2020, Jurnal Agregasi, ISSN: 2337-5299 (Print), ISSN: 2579-3047 (Online) | 4
JURNAL AGREGASI
Jurnal Aksi Reformasi Government Dalam
Demokrasi
Volume 8– Nomor 1, Mei 2020

DOI: 10.34010/agregasi.v8i1.2598
Available online at: https://ojs.unikom.ac.id/index.php/agregasi

Tabel 2. Sasaran Narasumber yang telah disediakan dan memberi


tanda pada jawaban yang menurut
No Jabatan mereka sesuai dengan pendapatnya.
1 Sekretaris Dinas Sosial Kuesioner dalam penelitian ini diberikan
Daerah Kabupaten kepada masyarakat Penyandang
Gunungkidul Disabilitas Kabupaten Gunungkidul
2 Kepala Seksi Kesejahteraan
dilihat dari jumlah Penyandang
Sosial Kabupaten
Gunungkidul Disabilitas.
4 Operator Program Keluarga
Harapan (PKH) Dinas Sosial Tabel 3. Penilaian Skor Pertanyaan
Kab Gunungkidul
5 Pendamping Program PKH
Kecamatan Patuk Jenis Jawaban Skor
6 Forum Komunikasi Sangat Tidak 1
Disabilitas Gunungkidul Setuju (STS) 2
(FKDG) Tidak Setuju (TS) 3
7 Penyandang Disabilitas Berat
8 BAPEL DIY
Netral (N) 4
Setuju (S) 5
Serta data dokumentasi berupa Sangat Setuju (SS)
Arsip Dokumentasi Dinas Sosial Kab. Sumber : Sugiyono (2013)
Gunungkidul dan LSM, Laporan Kegiatan
Jaminan Sosial, Struktur Birokrasi, Teknik pengambilan populasi pada
Peraturan Perundang-undangan, Buku penelitian ini Semua variabel
Literasi. Dan survey Survey merupakan dipertimbangkan dalam penelitian ini,
salah satu metode penelitian sosial yang dioperasionalkan dengan indikator
sangat luas penggunaannya. Penelitian masing-masing yang digunakan sebagai
ini memiliki ciri khas yang ditunjukkan basis dalam membuat kuesioner dan
dari jumlah sampel cukup besar, dan cara paduan wawancara. Data primer
pengumpulan datanya yang dilakukan dikumpulkan dengan menggunakan
dengan menggunakan perangkat survei cross-sectional yang dilakukan di
kuesioner (Wirawan, 2011: 41). antara Dinas Sosial, Bapel, FKDG, PKH
Kuesioner merupakan daftar pernyataan yang menjalankan pelayanan berupa
atau pertanyaan yang dikirimkan kepada jaminan sosial kepada penyandang
responden baik secara langsung atau disabilitas berat di Kabupaten
tidak langsung (melalui pos atau Gunungkidul.
perantara) (Usman, 2008: 51). Daftar Nursalam, (2013) cross sectional,
pertanyaan dalam penelitian ini diajukan dimana penelitian dipertimbangkan
dengan jawaban tertutup, yaitu sudah dengan pengukuran waktu atau
disediakan jawabannya sehingga pengamatan terhadap data dependen
responden hanya perlu memilih jawaban dan variabel dependen satu kali pada

Copyright © 2020, Jurnal Agregasi, ISSN: 2337-5299 (Print), ISSN: 2579-3047 (Online) | 5
JURNAL AGREGASI
Jurnal Aksi Reformasi Government Dalam
Demokrasi
Volume 8– Nomor 1, Mei 2020

DOI: 10.34010/agregasi.v8i1.2598
Available online at: https://ojs.unikom.ac.id/index.php/agregasi

waktu tertentu. Setiap variabel n=


ditentukan pada suatu waktu, maka 1+ 67.97
prevalensi dan efek dari suatu fenomena
6.797
akan diperoleh yang kemudian
n=
diselesaikan oleh faktor-faktor 68.97
penyebabnya. Jumlah Penyandang n = 98,5 maka dibulatkan menjadi 99
Disabilitas di Kabupaten Gunungkidul di
responden.
18 Kecamatan yaitu 6797.
Sedangkan pengambilan sempel cara Setelah diketahui jumlah sampel dari
pengumpulan data yang hanya populasi, selanjutnya jumlah sampel
mengambil sebagian elemen populasi tersebut dibagi secara proporsional ke
atau karakeristik yang ada dalam dalam setiap kelompok sampel.
populasi (Hasan, 2015: 85). Teknik Pembagian kelompok sampel penelitian
sampling yang digunakan dalam ini berdasarkan pada jumlah
penelitian ini adalah cluster proportional penyandang disabilitas berat di
random sampling. Kabupaten Kabupaten Gunungkidul, yang
Gunungkidul terdiri dari 18 Kecamatan. menggunakan random sampling ke 99
Setelah ditentukan populasinya, dalam responden penyandang disabilitas berat
menentukan besarnya sampel di Kabupaten Gunungkidul.
menggunakan rumus Slovin. Cara
menentukan jumlah sampel
Teknik Analisis Data
menggunakan rumus Slovin adalah
sebagai berikut (Noor, 2011: 158): Setelah dilakukan pengelompokan
dan reduksi data, maka baik data
kualitatif (hasil wawancara) maupun
data kuantitatif (hasil kuisioner)
Keterangan:
dilakukan analisis datanya dengan cara
n = Jumlah sampel
sebagai berikut:
N = Anggota populasi, dalam penelitian
ini populasinya adalah masyarakat di 1) Analisis Data Wawancara
Kabupaten Gunungkidul Hasil wawancara dianalisis guna
e = Tingkat kesalahan 10% (0,1) dengan mengukur sejauh mana
tingkat kepercayaan 90% berdasarkan pengimplementasian pemenuhan hak-
rumus di atas maka dapat dihitung hak penyandang disabilitas pada
sampel dalam penelitian,sebagai berikut: jaminan sosial di Kab. Gunungkidul. Hasil
wawancara ini dianalisis dengan cara
6.797 melakukan kroscek hasil wawancara
n= terhadap indikator-indikator dalam
1 + 6.797 (0,1)2 pengimplementasian pemenuhan hak-
hak penyandang disabilitas pada
6.797

Copyright © 2020, Jurnal Agregasi, ISSN: 2337-5299 (Print), ISSN: 2579-3047 (Online) | 6
JURNAL AGREGASI
Jurnal Aksi Reformasi Government Dalam
Demokrasi
Volume 8– Nomor 1, Mei 2020

DOI: 10.34010/agregasi.v8i1.2598
Available online at: https://ojs.unikom.ac.id/index.php/agregasi

jaminan sosial di Kab. Gunungkidul. diasumsikan bahwa variabel laten dan


2) Analisis Data Kuesioner indikator atau variabel manifest diskala
zero means dan unit varian sama dengan
Pada penelitian ini data kuesioner
satu, sehingga parameter lokasi
dianalisis menggunakan ini
(parameter konstanta) dapat
menggunakan Analisis Partial Least
dihilangkan dari model. Model
Squares (PLS) dengan alat bantu berupa
persamaannya dapat ditulis seperti di
program Smart-PLS 3.0. Menurut
bawah ini:
Hartono dan Abdillah (2015:161) PLS
adalah salah satu metode alternative
η= βη+Γξ +ς
statistik Structural Equation Modelling
(SEM) berbasis varian yang didesain Dimana menggambarkan
untuk menyelesaikan regresi berganda vektor variabel endogen (dependen),
ketika terjadi permasalahan spesifik adalah vektor variabel laten eksogen
pada data, seperti ukuran sampel dan adalah vektor residual
penelitian kecil, adanya data yang hilang (unexplained variance). Oleh karena
(missing values) dan multikolenieritas. PLS didesain untuk model rekursif,
Analisis PLS terdiri dari dua sub maka hubungan antar variabel laten,
model yaitu model pengukuran atau berlaku bahwa setiap variabel laten
outer model dan model struktural atau dependen , atau sering disebut causal
inner model (Ghozali dan Hengky, chain system dari variabel laten dapat
2014:7). Model pengukuran digunakan dispesifikasikan sebagai berikut:
untuk uji validitas dan realibilitas,
sedangkan model struktural digunakan ηj = Σiβjiηi + Σi γjbξb + ςj
untuk uji kausalitas. PLS dapat mengukur Dimana γjb (dalam bentuk
data dengan skala berbeda secara matriks dilambangkan dengan Γ)
bersamaan. PLS dapat dijalankan pada adalah koefisien jalur yang
data set berukuran kecil, yaitu sepuluh menghubungkan variabel laten
kali skala dengan jumlah terbesar dari endogen (η) dengan eksogen (ξ).
indikator yang bersifat formatif atau Sedangkan βji (dalam bentuk matriks
sepuluh kali jumlah path (jalur) yang dilambangkan dengan β) adalah
menunjukan hubungan kausalitas antar koefisien jalur yang menghubungkan
konstruk laten. variabel laten endogen (η) dengan
Inner Model, yaitu spesifikasi endogen (η); untuk range indeks i dan
hubungan antar variabel laten b. Parameter ςj adalah variabel inner
(structural model), disebut juga dengan residual.
inner relation, menggambarkan Outer model, yaitu spesifikasi
hubungan antar variabel laten hubungan antara variabel laten
berdasarkan teori substansif penelitian. dengan indikatornya, disebut juga
Tanpa kehilangan sifat umumnya, dengan outer relation atau

Copyright © 2020, Jurnal Agregasi, ISSN: 2337-5299 (Print), ISSN: 2579-3047 (Online) | 7
JURNAL AGREGASI
Jurnal Aksi Reformasi Government Dalam
Demokrasi
Volume 8– Nomor 1, Mei 2020

DOI: 10.34010/agregasi.v8i1.2598
Available online at: https://ojs.unikom.ac.id/index.php/agregasi

measurement model, mendefinisikan butuhkan. Dengan demikian pemerintah


karakteristik konstruk dengan daerah dituntut untuk
variabel manifesnya. Model indikator mengimplementasikan kebijakan-
refleksif dapat ditulis persamaannya kebijakan dalam pemenuhan hak-hak
sebagai berikut: penyandang disabilitas bidang
x = Λxξ + δ Kesejahteraan Sosial (Jaminan Sosial).
y = Λyη + ε Beberapa program yang telah di
laksanakan oleh Dinas Sosial Kabupaten
Di mana x dan y adalah indikator Gunungkidul yaitu Kartu JAMKESOS
untuk variabel laten eksogen (ξ) dan (Jaminan Kesehatan Sosial) dan PKH
endogen (η). Sedangkan Λx dan Λy (Program Keluarga Harapan) guna
merupakan matriks loading yang membantu masyarakat penyandang
menggambarkan seperti koefisien disabilitas yang masih minim dalam
regresi sederhana yang kesejahteraan sosialnya.
menghubungkan variabel laten
dengan indikatornya. Residual yang Implementasi Kebijakan dalam
diukur dengan δ dan ε dapat Pemenuhan Hak-Hak Penyandang
diinterpretasikan sebagai kesalahan Disabilitas Bidang Kesejahteraan
pengukuran atau noise. Model Sosial (Jaminan Sosial)
indikator formatif persamaannya Implementasi dalam
dapat ditulis sebagai berikut: Pemenuhan Hak-Hak Penyandang
ξ= ΠξXi + δ Disabilitas Bidang Kesejahteraan Sosial
η= ΠηYi + ε (Jaminan Sosial) di Kabupaten
Dimana ξ,η , X, dan Y sama Gunungkidul memiliki 2 program yang
dengan persamaan sebelumnya. mendukung pemenuhan hak-hak
Dengan Πξ dan Πη adalah seperti penyandang disabilitas yaitu Program
koefisen regresi berganda dari Keluarga Harapan (PKH) dan JAMKESOS
variabel laten terhadap indikator, (Jaminan Kesehatan Sosial). Program
sedangkan δ dan ε adalah residual dari Keluarga Harapan (PKH) adalah program
regresi. perlindungan sosial yang
memberikan bantuan uang tunai kepada
Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM)
HASIL DAN PEMBAHASAN
dengan syarat dapat memenuhi
Pada dasarnya setiap kebijakan kewajiban terkait pendidikan dan
yang dibuat oleh Pemerintah Daerah kesehatan. PKH, bertujuan mengurangi
memiliki manfaat untuk membantu beban RTSM dan diharapkan dapat
masyarakat terutama masyarakat memutus mata rantai kemiskinan antar-
Penyandang Disabilitas dalam generasi, sehingga generasi berikutnya
mendapatkan hak-haknya yaitu dapat keluar dari kemiskinan. PKH juga
mendapatkan pelayanan yang mereka mendukung pencapaian Tujuan

Copyright © 2020, Jurnal Agregasi, ISSN: 2337-5299 (Print), ISSN: 2579-3047 (Online) | 8
JURNAL AGREGASI
Jurnal Aksi Reformasi Government Dalam
Demokrasi
Volume 8– Nomor 1, Mei 2020

DOI: 10.34010/agregasi.v8i1.2598
Available online at: https://ojs.unikom.ac.id/index.php/agregasi

Pembangunan Millenium atau Millenium terutama untuk masyarakat


Development Goals (MDGs) dari penyandang disabilitas yang
Kementrian Sosial. Yang mana keterbatasan untuk hadir saat
diiharapkan untuk masyarakat pertemuan. Pendamping PKH yang
penyandang disabilitas yang tersebar pada setiap kecamatan
membutuhkan di bantu agar hidupnya terdapat 200 SDM yang tersedia dan
lebih sejahtera. 1 kecamatan sekitar 10 SDM yang
Dari rincian banyaknya program tesedia dan yang dalam kategori
kerja dan kegiatan Dinas Sosial Kab. disabilitas yang mendapatkan PKH
Gunungkidul, terdapat 2 program yang yaitu disabilitas berat yang tidak
dilaksanakan yang berkaitan dengan dapat bangun dari tempat tidur dan
pemenuhan hak-hak penyandang yang sudah tidak bisa mencari
disabilitas, yaitu : nafkah.
1. PKH (Program Keluarga Harapan)
Untuk memperoleh bantuan dari 2. Jamkesus (Jaminan Kesehatan
Program PKH Dinas Sosial / TKSK Khusus) jaminan berupa kesehatan
akan mendata masyarakat yang sosial yang mana kartu Jamkesos dari
layak untuk mendapatkan PKH Dinas Kesehatan DIY melalui Balai
terutama penyandang disabilitas Penyelenggara Jaminan Kesehatan
yang miskin, kemudian setelah di Sosial (BAPEL) DIY. Kartu Jamkesus
data akan dimasukkan ke dalam bisa digunakan untuk mengakses
Operator PKH yang terdapat di layanan kesehatan khusus di wilayah
Dinsos Kabupaten Gunungkidul, DIY, contohnya untuk akses berobat,
setelah itu ada pendamping PKH di akses alat bantu dan terapi terapi
setiap kecamatan yang terdapat di khusus untuk penyandang disabilitas.
kabupaten gunungkidul yang Dinas Sosial belum mempunyai
mengkoordinir, melaksanakan, anggaran tersendiri dalam
memberi bantuan PKH tersebut pelaksanaan pelayanan jaminan
langsung ke masyarakat, pada tahun kesehatan khusus di Gunungkidul
2018 menggunakan sistem namun setiap tahun Dinas Kesehatan
komunitas, jadi komunitas itu DIY melalui Balai Penyelenggara
penerima PKH di kumpulkan jadi Jaminan Kesehatan Sosial DIY
satu kemudian diundang ke balai bekerjasama dengan Dinas Sosial
desa atau ke tempat yang memadai, Kabupaten Gunungkidul selaku
kemudian pihak bank datang dan Organisasi Perangkat Daerah yang
kmudian melakukan pencairan di melaksanakan pelayanan sosial
tempat, kan mereka pakai kartu dalam bidang jaminan kesehatan
atm/kks (kartu keluarga sejahtera). akan mengadakan pelayanan
Kemudian bisa juga homevisit kesehatan untuk warga penyandang
setelah untuk pencairan dana PKH disabilitas miskin di Kabupaten

Copyright © 2020, Jurnal Agregasi, ISSN: 2337-5299 (Print), ISSN: 2579-3047 (Online) | 9
JURNAL AGREGASI
Jurnal Aksi Reformasi Government Dalam
Demokrasi
Volume 8– Nomor 1, Mei 2020

DOI: 10.34010/agregasi.v8i1.2598
Available online at: https://ojs.unikom.ac.id/index.php/agregasi

Gunungkidul. Pelaksanaan Jamkesos Berdasarkan Tabel 4 di atas, penelitian


Terpadu pada tahun 2018 di Kodim ini memiliki 99 responden dari jumlah
Wonosari sasaran khusus peserta penyandang disabilitas yang
penyandang disabilitas dari mendapatkan bantuan berupa jaminan
Kecamatan Wonosari, Karangmojo, sosial yaitu program PKH dan jamkesus.
Semanu, Ponjong. Target peserta Secara praktis mewakili seluruh populasi
Pelayanan Jamkesos Terpadu pada yang diidentifikasi untuk penelitian ini.
tahun tersebut sebanyak 150 orang Validitas data tidak hanya bergantung
(terpenuhi sekitar 130-an) dengan pada jumlah dan karakteristik
melibatkan beberapa OPD terkait responden tetapi juga pada jenis
seperti Bapedda, Bagian Kesra Sekda, pertanyaan yang diajukan. Saat
Organisasi Masyarakat dan untuk pertanyaan untuk penelitian ini diuji,
memaksimalkan jumlah penyandang jumlah item pernyataan ada 30 dari 5
disabilitas yang memperoleh variable (Implementasi kebijakan
layanan, Dinas Sosial memberikan pemenuhan hak penyandang disabilitas,
informasi melalui FKDG yaitu Forum Komunikasi, Sumber Daya, Disposisi,
Komunikasi Disabilitas Gunungkidul. Struktur Birokrasi) dan nilai analisis
Untuk memperoleh bantuan dari Alpha Cronbach adalah 0.912. nilai ini
Jamkesus pemegang kartu jamkesos menunukan bahwa kuesioner yang
yang ingin mengakses alat bantu dan digunakan dalam mengumpulkan data
perawatan kesehatan meminta primer valid dan dapat diandalkan.
rujukan dari puskesmas, surat
rujukan dan kartu jamkesus di bawa Indikator (The Outer Model: Validity
pada saat dilaksanakannya jamkesos and Reliability)
terpadu yang atau langsung dibawa Pengujian outer model dilakukan
ke kantor Bapel Jamkesos. Kemudian dengan cara mengevaluasi outer model
Bapel menverifikasi berkas, dengan indikator refleksinya. Ada 3
mengecek keadaan pasien dan kriteria yang merupakan indikator
kebutuhan pasien, kemudian refleksinya, yaitu convergent validity,
diberikan surat SEP dari bapel untuk discriminant validity dan contructs
akses alat bantu atau perawatan validity dengan menggunakan
kesehatan di puskesmas/RS/ yang di convergent validity and discriminant
inginkan dan fasilitas kesehatan yang validity sebagai indikatornya.
dituju.
Tabel 4. Construct Realibility dan
Validaty
Cronbach's N of Items
Alpha
0.912 30

Copyright © 2020, Jurnal Agregasi, ISSN: 2337-5299 (Print), ISSN: 2579-3047 (Online) | 10
JURNAL AGREGASI
Jurnal Aksi Reformasi Government Dalam
Demokrasi
Volume 8– Nomor 1, Mei 2020

DOI: 10.34010/agregasi.v8i1.2598
Available online at: https://ojs.unikom.ac.id/index.php/agregasi

Tabel 5. Discriminant Validity – Heterotrait- Tabel 6. Faktor Analisis


Monotrait Ratio of Correlations (HTMT) Variabel Indikator- Outer Crinbach’s Composite Avarage
indikator Loadings Alpha Reliability Variance
Extracted
Variabe Dispo Kebijak Komuni Strukt Sumb (AVE)
l sisi an kasi ur er
Disabili Birokr Daya
tas asi
Disposis 0.637
i
Kebijakan Pelayanan 0.830 0.921 0.934 0.589
Kebijaka 0.692 0.767 Pemenuhan 0.783
n Hak-Hak 0.671
Penyandang 0.869
Disabilit
Disabilitas 0.819
as 0.747
Komuni 0.643 0.573 0.804 0.644
0.775
kasi 0.742
Struktur 0.727 0.475 0.437 0.699 0.764
Birokras Komunikasi Transforma 0.849 0.862 0.901 0.646
si Informasi, 0.863
i Kejelasan 0.852
Sumber 0.657 0.570 0.721 0.378 0.837 Informasi, 0.715
Daya dsn 0.726
Konsisten
Informasi
Sumber Staff, 0.901 0.854 0.903
daya Information 0.887
, Authority, 0.718 0.700
Nilai HTMT tertinggi di antara Disposisi
Facilities
Perilaku
0.828
0.537 0.822 0.866 0.453
variabel adalah 0,837. Oleh karena itu, dan
Karakteristi
0.773
0.781
k 0.710
lebih rendah dari nilai 0,85 atau 0,90 0.706
0.580
yang ditetapkan. Selain itu, temuan yang 0.500
0.735
sama berlaku untuk kriteria inferensi Struktur
Birokrasi
SOP dan
Struktur
0.821
0.645
0.564 0.739 0.489

HTMT yang didefinisikan dengan Birokrasi 0.615

menjalankan rutin bootstrap. Rutin


bootstrap menunjukkan nilai variabel di Untuk variabel kebijakan dengan
bawah interval kepercayaan dan interval indikator pelayanan memilliki nilai
bias kepercayaan dikoreksi. Semua nilai Crinbach’s Alpha 0.921, Composite
berbeda secara signifikan dari 1. Oleh Reliability 0.934, Avarage Variance
karena itu, validitas diskriminan Extracted (AVE) 0.589 bahwa nilai ini
ditetapkan untuk model luar yang valid. Berdasarkan tabel di atas bahwa
digunakan dalam penelitian ini. untuk variabel komunikasi memilliki
nilai Crinbach’s Alpha 0.862, Composite
Reliability 0.901, Avarage Variance
Extracted (AVE) 0.646 bahwa nilai ini
valid. Berdasarkan tabel di atas bahwa
untuk variabel Sumber daya memilliki
nilai Crinbach’s Alpha 0.854, Composite
Reliability 0.903, Avarage Variance
Extracted (AVE) 0.700 bahwa nilai ini
valid. Berdasarkan tabel di atas bahwa
untuk variabel Disposisi memilliki nilai
Crinbach’s Alpha 0.822, Composite
Reliability 0.866, nilai ini valid sedangkan

Copyright © 2020, Jurnal Agregasi, ISSN: 2337-5299 (Print), ISSN: 2579-3047 (Online) | 11
JURNAL AGREGASI
Jurnal Aksi Reformasi Government Dalam
Demokrasi
Volume 8– Nomor 1, Mei 2020

DOI: 10.34010/agregasi.v8i1.2598
Available online at: https://ojs.unikom.ac.id/index.php/agregasi

Avarage Variance Extracted (AVE) 0.453 Selain itu, multikolinieritas


tidak valid. Berdasarkan tabel di atas adalah masalah yang terjadi dengan
bahwa untuk variabel Struktur Birokrasi analisis regresi ketika ada korelasi tinggi
memilliki nilai Crinbach’s Alpha 0.564 setidaknya satu variabel independen
nilai ini tidak valid , Composite Reliability dengan kombinasi variabel independen
0.739 nilai ini valid, Avarage Variance lainnya. Dalam regresi berganda,
Extracted (AVE) 0.489 nilai ini tidak variance inflation factor (VIF) digunakan
valid. sebagai indikator multikolinieritas. Oleh
karena itu, nilai ideal VIF adalah 1.000
Tabel 7. Penilaian Model Struktural sementara nilai kurang dari 6 atau 10
The Inner Model: R Square, Q2, VIF, dan F2
dapat diterima dalam kondisi yang
Variable R Predictive Collinearity menguntungkan. Namun untuk struktur
Square Relevance Statistics
(Q2) (VIF)
birokrasi nilai R2 tidak dapat diterima.
Disposisi 0.754 0.169 1.760
Komunikasi 0.328 0.020 2.336
Struktur 0.266 0.623 1.363
Birokrasi
Sumber Daya 0.556 0.116 2.254

Sebelum analisis regresi, model


struktural penelitian ini dinilai
menggunakan nilai-nilai R2, Q2, and
Collinearity Statistics (VIF) untuk lebih
memastikan bahwa model struktural
valid. Terutama, nilai R2 berkisar antara
0 dan 1, tingkat yang lebih tinggi, akurasi
prediksi yang lebih tinggi. Menurut Chin Gambar 1. Model Struktural menunjukan
(1998) dan Henseler et al. (2009), nilai Model P yang sesuai
R2 lebih besar dari 0,840 menunjukkan
akurasi prediksi yang tinggi, kisaran 0,33 Model struktural dianggap cocok
- 0,67 menunjukkan efek yang untuk penelitian ini berdasarkan hasil
dimoderasi, R2 antara 0,19 dan 0,33 Analisis Fit Model (model fit). Model Fit
menunjukkan efek rendah, sedangkan Analysis digunakan untuk menguji
nilai R2 di bawah 0,19 dianggap tidak apakah model tersebut sesuai dengan
dapat diterima (variabel eksogen tidak ukuran konstruk yang digunakan dalam
dapat menjelaskan variabel dependen penelitian ini. Dengan partial least square
endogen). Sementara nilai Q2 lebih besar (PLS), model yang sesuai analisis untuk
dari nol untuk variabel laten endogen penelitian ini mempertimbangkan
reflektif tertentu menunjukkan relevansi indikator berikut: SRMR, d_ULS, d_G dan
prediktif model jalur untuk konstruk NFI. Hasil SRMR adalah 0.123 yang lebih
dependen spesifik (Hair et al. 2014). rendah dari 6.984 atau 18.226 dan
menyiratkan bahwa model tersebut

Copyright © 2020, Jurnal Agregasi, ISSN: 2337-5299 (Print), ISSN: 2579-3047 (Online) | 12
JURNAL AGREGASI
Jurnal Aksi Reformasi Government Dalam
Demokrasi
Volume 8– Nomor 1, Mei 2020

DOI: 10.34010/agregasi.v8i1.2598
Available online at: https://ojs.unikom.ac.id/index.php/agregasi

sesuai. Terakhir, nilai untuk NFI adalah Tabel 9. Hypotheses Testing: Summary of the
0,916 yang lebih dekat dengan 1 dan Path Anlysis Evaluation
karenanya menyiratkan kesesuaian yang
lebih baik untuk model tersebut. Atas Hypothesi
zed
Origanl
Sample(
Sample
Man(M)
Standard
Deviation
T Statistics
(O/STDEV)
P
Values
Assessmen
t of

dasar tes ini, model struktural pada


Relationsh O) (STDEV) Hypothesis
ips

Gambar 1 dianggap cocok untuk


penelitian ini.

Tabel 8. Model Fit Analysis Kebijakan


Disabilitas
0.270 0.285 0.110 2.457 0.014 Accepted

->
Disposisi
Indicator Suggested Saturated Assessment Kebijakan 0.573 0.579 0.068 8.380 0.000 Accepted
Disabilitas
Value Model ->
Komunika
SRMR >0.10 0.123 Modelnya si
Pas (model Kebijakan 0.335 0.311 0.165 2.029 0.043 Accepted
Disabilitas
fit) ->
d_ULS >.05 6.984 Modelnya Struktur
Birokrasi
Pas (model Kebijakan 0.229 0.234 0.132 1.735 0.083 Rejected
Disabilitas
fit) -> Sumber
d_G >.05 18.226 Modelnya Daya
Komunika 0.106 0.084 0.091 1.167 0.244 Rejected
Pas (model si->
fit) Disposisi
Komunika 0.245 0.265 0.135 1.820 0.069 Rejected
NFI Kurang 0.916 Modelnya si->
Struktur
dari atau Pas (model Birokrasi
lebih ke 1 fit) Komunika 0.583 0.566 0.092 6.326 0.000 Accepted
si->
Sumber
Daya
Test Hipotesis: Analisis Regresi (PLS- Struktur
Birokrasi -
0.457 0.475 0.124 3.683 0.000 Accepted

SEM) >
Disposisi
Struktur 0.015 0.040 0.096 0.154 0.878 Rejected
Pengujian hipotesis antar variable Birokrasi -
> Sumber
yaitu variable exsogen terhadap variable Daya
Sumber 0.253 0.236 0.089 2.852 0.005 Accepted

endogen, yang dilakukan menggunakan Daya ->


Disposisi

metode resampling bootstrap setelah


mengetahui valid dan reliabelnya data. Pade tabel 9 di atas dapat
Uji statistik yang digunakan adalah diketahui bahwa variabel yang tidak
statistic t atau uji t. pengujian dapat memiliki pengaruh yang signifikan
dinyatakan signifikan jika dari T-Statistik terhadap variable laten yaitu terdapat 4
nilainya > 1.96 dan nilai dari P values < variabel. Empat (4) hipotesa ini memiliki
0.05 (Haryono,2017). Pengujian statistik yang lebih rendah dari kriteria
hipotesis dilakukan dengan mengetahui pada T Statistics adalah > 1,96
output path coefficient dari hasil (Perhatikan pada tabel 8). Kemudian,
resampling. nilai P Values yang terdapat pada kelima
varibel/hipotesa tersebut memiliki nilai
lebih tinggi dari kriteria standard P
Values adalah<0,05 (Haryono,2017).

Copyright © 2020, Jurnal Agregasi, ISSN: 2337-5299 (Print), ISSN: 2579-3047 (Online) | 13
JURNAL AGREGASI
Jurnal Aksi Reformasi Government Dalam
Demokrasi
Volume 8– Nomor 1, Mei 2020

DOI: 10.34010/agregasi.v8i1.2598
Available online at: https://ojs.unikom.ac.id/index.php/agregasi

hubungan variabel Komunikasi


Pembahasan Hipotesa Antar Variabel dengan Disposisi, Struktur Birokrasi,
dalam Pemenuhan Hak-Hak Sumberdaya dalam Pemenuhan Hak-
Penyandang Disabilitas Berupa Hak Penyandang Disabilitas hanya
Jaminan Sosial di Kabupaten ada satu variabel yang memiliki
Gunungkidul Tahun 2018 pengaruh signifikan yaitu
Komunikasi-Sumberdaya.
1) Hubungan Kebijakan Disabilitas Komunikasi-Sumberdaya
Terhadap Disposisi, Komunikasi, mempunyai nilai setatistik yang lebih
Struktur Birokrasi, Sumberdaya tinggi dari kriteria pada T Statistics
dalam Pemenuhan Hak-Hak adalah >1,96 dan memiliki nilai lebih
Penyandang Disabilitas rendah dari kriteria standard P Value
Berdasarkan gambar 1 dan tabel 9 adalah >0.05. Sedangkan Komunikasi-
di atas, maka pengujian untuk Disposisi dan Komunikasi-Struktur
hubungan variabel Kebijakan Birokrasi tidak memiliki pengaruh
Disabilitas dengan Disposisi, signifikan, ini dikarenakan memiliki
Komunikasi, Struktur Birokrasi, setastistik yang lebih rendah dari
Sumberdaya dalam Pemenuhan Hak- kriteria pada T Statistics adalah >1.96.
Hak Penyandang Disabilitas terdapat Kemudian, nilai P Values memiliki
tiga yang berpengaruh signifikan yaitu nilai lebih tinggi dari kriteria standard
Kebijakan Disabilitas-Disposisi, P Values adalah >0.05.
Kebijakan Disabilitas-Komunikasi,
Kebijakan Disabilitas-Struktur 3) Hubungan Struktur Birokrasi
Organisasi. Yang mana tiga variabel Terhadap Disposis dan
yang berpengaruh signifikan tersebut Sumberdaya
mempunyai nilai setatistik yang lebih Berdasarkan gambar 1 dan tabel
tinggi dari kriteria pada T Statistics 9 di atas, maka pengujian untuk
adalah >1,96 dan memiliki nilai lebih hubungan variabel Struktur Birokrasi
rendah dari kriteria standard P Value Terhadap Disposisi dan Sumberdaya
adalah >0.05. Sedangkan Kebijakan dalam Pemenuhan Hak-Hak
Disabilitas-Sumberdaya tidak Penyandang Disabilitas hanya ada
memiliki pengaruh signifikan, ini satu variabel yang memiliki pengaruh
dikarenakan memiliki setastistik yang signifikan yaitu Struktur Birokrasi-
lebih rendah dari kriteria pada T Disposisi. Struktur Birokrasi-Disposisi
Statistics adalah >1.96. Kemudian, mempunyai nilai setatistik yang lebih
nilai P Values memiliki nilai lebih tinggi dari kriteria pada T Statistics
tinggi dari kriteria standard P Values adalah >1,96 dan memiliki nilai lebih
adalah >0.05. rendah dari kriteria standard P Value
adalah >0.05. Sedangkan Struktur
2) Hubungan Komunikasi Terhadap Birokrasi-Sumberdaya tidak memiliki
Disposisi, Struktur Birokrasi, pengaruh signifikan, ini dikarenakan
Sumberdaya dalam Pemenuhan memiliki setastistik yang lebih rendah
Hak-Hak Penyandang Disabilitas dari kriteria pada T Statistics adalah
Berdasarkan gambar 1 dan tabel >1.96. Kemudian, nilai P Values
9 di atas, maka pengujian untuk

Copyright © 2020, Jurnal Agregasi, ISSN: 2337-5299 (Print), ISSN: 2579-3047 (Online) | 14
JURNAL AGREGASI
Jurnal Aksi Reformasi Government Dalam
Demokrasi
Volume 8– Nomor 1, Mei 2020

DOI: 10.34010/agregasi.v8i1.2598
Available online at: https://ojs.unikom.ac.id/index.php/agregasi

memiliki nilai lebih tinggi dari kriteria pelayanan terhadap penyandang


standard P Values adalah >0.05. disabilitas. Bahwa ada kebijakan yang
di tingkat daerah dan ada kebijakan
4) Hubungan Sumberdaya Terhadap yang berada di tingkat pusat.
Disposisi Keberadaan pertama yaitu lembaga
Berdasarkan gambar 1 dan tabel 9 sosial yang mengurusi sosial dinas
di atas, maka pengujian untuk sosial di daerah banyak menangkap
hubungan variabel Sumberdaya- kegiatan-kegiatan, urusan-urusan
Disposisi dalam Pemenuhan Hak-Hak program yang sudah dikeluarkan oleh
Penyandang Disabilitas menunjukan kementrian sosial termasuk
pengaruh yang signifikan. Ini didalamnya jaminan bagi penyandang
dikarenakan mempunyai nilai disabilitas. kemudian ada regulasi-
setatistik yang lebih tinggi dari regulasi yang berkaitan tentang itu,
kriteria pada T Statistics adalah >1,96 daerah juga punya regulasi, tentunya
dan memiliki nilai lebih rendah dari turunan dari pusat. Dinsos Membuat
kriteria standard P Value adalah skala prioritas, mana yang harus di
>0.05. prioritaskan dulu. Ada disuatu daerah
yang membutuhkan alat bantu
Pengujian Hipotesis: Independent dan dengar, nah kita dekati daerah
Dependent tersebut dan akan diberikan bantuan.
Tetapi di daerah lain memiliki
1) Hubungan yang signifikan antara kebutuhan yang lain, maka kita
Kebijakan Disabilitas-Disposisi, memberikan bantuan yang di
Kebijakan Disabilitas-Komunikasi butuhkan juga.
dan Kebijakan Disabilitas- Struktur Selain itu, hubungan yang
Birokrasi signifikan antara kebijakan disabilitas
dan komunikasi, ada beberapa forum
Analisis yang terdapat pada tabel yang diselenggarakan oleh pusat, atau
7 dan 9 serta seperti yang ditunjukkan pusat melakukan kunjungan ke
pada gambar 1 mengungkapkan daerah, atau pusat mengundang
bahwa Kebijakan Disabilitas yang beberapa daerah di suatu daerah, kita
terdapat di Kabupaten Gunungkidul di undang. Mereka komunikasi di
ini signifikan secara statistik dengan mediasi oleh Dinas Sosial DIY sebagai
disposisi, komunikasi dan struktur respresentasi perwakilan daerah dan
birokrasi di jaringan. Sebagaimana Dinsos Kab Gunugnkidul aktif
dibahas, kebijakan publik di jaringan berkomunisasi dengan kementrian
dianggap baik oleh pemerintah langsung yang sifatnya konsultatif.
daerah maupun masyarakat Dilakukan sosialisasi terlebih dahulu
penyandang disabilitas (lihat tabel 9). tentang jamkesus ini, kemudian ada
Data menunjukan bahwa pendamping disabilitas dari DIY
kebijakan disabilitas memiliki untuk mendata jumlah penyandang
hubungan yang signifikan dengan disabilitas yang akan menerima
disposisi, yang mengacu pada jamkesos. Selebihnya masyarakat
altruisme dan keinginan pemerintah mendatangi Dinsos untuk pengajuan
daerah untuk meningkatkan jamkesus. Kemudian pemegang kartu

Copyright © 2020, Jurnal Agregasi, ISSN: 2337-5299 (Print), ISSN: 2579-3047 (Online) | 15
JURNAL AGREGASI
Jurnal Aksi Reformasi Government Dalam
Demokrasi
Volume 8– Nomor 1, Mei 2020

DOI: 10.34010/agregasi.v8i1.2598
Available online at: https://ojs.unikom.ac.id/index.php/agregasi

jamkesos untuk akses alat bantu dan pelayanan untuk pemenuhan hak-hak
perawatan, trlebih dhulu minta penyandang disabilitas sesuai dengan
rujukan dri puskesmas/ rumah sakit SOP dan dalam pengurusan untuk
kemudian rujukan dan kartu memperoleh bantuan jaminan sosial
jamkesus di bawa ke bapel jamkesus, tidak terlalu panjang yang mana
terus bapel menverifikasi berkas, dalam wawancara dengan pak agus
keadaan pasien dan kebutuhan Bapel Jamkesos DIY untuk
pasien, kemudian di kasi surat mendapatkan bantuan masyarakat
eligibilitas peserta (SEP) dari bapel penyandang disabilitas yang sudah
untuk akses alat bantu dan perawatan terdaftar dan memiliki kartu jamkesus
ke puskesmas atau RS yang di tuju bisa langsung mengakses ke Bapel
untuk mendapatkan fasilitas Jamkesos DIY atau melalui Dinas
pelayanan kesehatan yang diinginkan Sosial Kab Gunungkidul. Sedangkan
tahun 2018 kebnyakan kita sistem untuk bantuan dari Progam Keluarga
komunitas, jadi komunitas itu Harapan (PKH) hanya melalui Dinas
penerima PKH di kumpulkan jadi satu Sosial ke Operator PKH dan akan di
kemudian diundang ke balai desa atau laksanakan pelayanan ke masing-
ke tempat yang memadai, kemudian masing pendamping PKH yang ada di
pihak bank datang dan kmudian setiap Kecamatan di Kabupaten
melakukan pencairan di tempat, kan Gunungkidul.
mereka pakai kartu atm atau kks
(kartu keluarga sejahtera) dan untuk 2) Komunikasi dan Sumber Daya
prosedur alat bantu dan mengakses Pada tabel 9 menunjukan bawa
bantuan jaminan sosial berupa komunikasi memiliki hubungan
jamkesus penyandang disabilitas ke signifikan dengan sumberdaya. Secara
puskesmas/ dokter keluarga/ umum komunikasi yang terjadi untuk
jamkesus terpadu kemudian ke menciptakan terwujudnya
prosedur pelayanan penjaminan SEP kesejahteraan dalam pemenuhan hak
dari jamkesos, kemudian RS spesialis, bagi penyandang disabilitas di
kemudian perlu alat bantu berupa apa Kabupaten Gunungkidul harus efektif
yang diperlukan kemudian SEP dari dalam mengekstraksi sumber daya
jamkesos dan penyediaan alat bantu yang diperlukan untuk memastikan
bisa disalurkan serta FKDG sebagai bahwa pemerintah daerah mampu
perantara antara masyarakat mengimplementasikan kebijakan
penyandang disabilitas dan dalam pemenuhan hak penyandang
pemerintah daerah. Makanya tugas disabilitas di bidang jaminan sosial
FKDG termasuk memberikan dan sumber daya keuangan
himbawan-himbawan untuk (anggaran), sesuai tupoksi serta
penyandang disabilitas yang berada di konsisten memberikan fasilitas
desa supaya membentuk kelompok, pelayanan. Ada beberapa kendala
agar bisa terlibat dalam forum yang dihadapi dalam
perencanaan program musren. mengimplementasikan kebijakan
Kemudian hubungan yang dalam pemenuhan hak penyandang
signifikan antara kebijakan disabilitas disabilitas di Kabupaten Gunungkidul.
dan struktur birokrasi bahwa pada

Copyright © 2020, Jurnal Agregasi, ISSN: 2337-5299 (Print), ISSN: 2579-3047 (Online) | 16
JURNAL AGREGASI
Jurnal Aksi Reformasi Government Dalam
Demokrasi
Volume 8– Nomor 1, Mei 2020

DOI: 10.34010/agregasi.v8i1.2598
Available online at: https://ojs.unikom.ac.id/index.php/agregasi

Pertama ada alokasi program mekerja sama dengan Bapel,


kegiatan yang kearah jaminan untuk penyandang disabilitas kategori kaya,
penyandang disabilitas. hanya, yang di hanya penyandang disabilitas yg
danai oleh daerah itu baru berkisar mendapakan jamkesus, jika miskin
pada bantuan alat bantu bagi makan 1 keluarga akan mendapatkan
disabilitas, meskipun tidak begitu jamkesus.
besar dari jumlah populasi
penyandang disabilitas. Yang kedua, 3) Struktur Birokrasi dan Disposisi
yaitu permintaan dari masyarakat Hubungan yang signifikan
penyandang disabilitas, yang mana Struktur Birokrasi dan Disposisi
membutuhkan pelatihan untuk terlihat pada tabel 9 bahwa
bagaimana memperbaiki kursi roda pemerintah daerah sudah
yang mana terdapat problem, jika mengimplementasikan kebijakan
sudah di pakai, mereka tidak bisa dalam pemenuhan hak-hak
memperbaiki jika terjadi kerusakan. penyandang disabilitas sesuai dengan
Dari melaksanakan pemenuhan atas SOP sebagaimana dalam pelaksanaan
permintaan. Secara keseluruhan pelayanan pemerintah daerah sudah
dalam pemenuhan hak-hak melaksanakan, mengoptimalkan
penyandang disabilitas di kab pelayanan jaminan sosial untuk
gunungkidul belum bisa terpenuhi penyandang disabilitas. pemerintah
semua. Terdapat kendala terjadinya, daerah sudah tepat sasaran dalam
yaitu dana (anggaran) dan sisi SDM, memberikan pelayanan dan
dalam artian jumlah SDM di Dinsos kebijakan, yang mana mengacu pada
yang kurang dengan jumlah SDM yang apa yang mereka terima oleh
sangat terbatas ini, kemungkinan masyarakat, keluhan, seta apa yang
tidak mampu juga melakukan dibutuhkan masyarakat , maka hal itu
kegiatan-kegiatan di luar kapasaitas lah yang akan di jadikan sebagai
Dinsos, dalam artian manajemen kebijakan dalam pemenuhan hak-hak
waktunya agak kesusahan karena penyandang disabilitas berupa
keterbatasan jumlah personel. Jumlah jaminan sosial. Namun terdapat
SDM di Dinsos Kab Gunungkidul yaitu kendala Untuk organisasi perangat
22 orang dan yang di harus di penuhi daerah di Kabupaten Gunungkidu
bukan permasalahan disabilitas saja, masih taraf penyesuaian juga, jadi
tetapi lansia, anak jalanan, sarana masih berkomunikasi untuk supaya
prasarana dll. memberikan usulan usulan program
Karena beban kerja tinggi, SDM contoh akses disabilitas seperti
yang IT kurang karena kita main di tempat yang ramah disabilitas. FKDG
data. Terkadang juga ada masyarakat memang kerjanya memberikan
yang tidak memiliki KTP, otomatis dia kritikan untuk pemerintah agar
tidak bisa mendapatkan fasilitas, penyandang disabilitas lebih di
makanya kita juga minta perangkat perhatikan. Dan untuk program-
desa untuk mengurusi hal tersebut. program yang belum merata belum
Untuk anggaran khusus untuk semua organisasi perangat daerah
pelayanan jamkesos belum mengurusi memberikan program ke FKDG.
sendiri, Dinsos Gunungkidul masih

Copyright © 2020, Jurnal Agregasi, ISSN: 2337-5299 (Print), ISSN: 2579-3047 (Online) | 17
JURNAL AGREGASI
Jurnal Aksi Reformasi Government Dalam
Demokrasi
Volume 8– Nomor 1, Mei 2020

DOI: 10.34010/agregasi.v8i1.2598
Available online at: https://ojs.unikom.ac.id/index.php/agregasi

4) Sumber Daya dan Disposisi untuk pelaksanaan kebijakan dalam


Hubungan yang signiikan antara pemenuhan hak penyandang disabilitas
Sumber daya dan Disposisi terdapat terhadap disposisi atau karakteristik dan
pada tabel 9 menunjukan pentingnya prilaku pemberi jasa layanan, dan
suatu mekanisme yang efektif dalam komunikasi yang terjalin antar instansi
mengimplementasikan sebuath dan penerima jasa (penyandang
kebijakan dalam pemenuhan hak disabilitas) mengenai bantuan jaminan
penyandang disabilitas berupa jaminan sosial, serta struktur birokrasi yang tidak
sosial. Sebagaimana sumber daya yang panjang atau terfragmentasi dan juga
ada harus dimaksimalkan dengan sesuai SOP sudah berhasil dilaksanakan
disposisi. Dalam implementasi kebijakan dan penerima jasa atau masyarakat
pemenuhan hak penyandang disabilitas penyandang disabilitas yang
berupa jaminan sosial dalam mendapatkan bantuan jaminan sosial
pelaksanaannya masih banyak merasa puas dengan hal tersebut. Begitu
kekurangan, terutama miss untuk pula untuk komunikasi terhadap sumber
masalah pendataan yang mendapatkan daya, struktur birokrasi dengan disposisi
bantuan jamkesus maupun PKH. Namun dan sumber daya terhadap disposisi
terlepas dari itu bahwa Bapel Jamkesos pada bagian ini pemberi jasa maupun
DIY dan Dinsos Gunungkidul sudah penerima jasa mersa puas dan sudah
bekerja sama semaksimal mungkin memenuhi hak-hak penyandang
untuk mensejahterakan masyarakat disabilitas.
penyandang disabilitas, sudah berusaha Namun, pada
untuk memenuhi semua hak penyandng pengimplementasian kebijakan dalam
disabilitas melalui program-program pemenuhan hak-hak penyandang
yang tujuannya mensejahterakan. disabilitas berupa jaminan sosial
Dengan hal ini kekurangan SDM maupun terdapat kendala berupa sumber daya
SDA, kita tetap pada komitmen untuk yang tidak memadai, kekurangan
mensejahterakan dan memenuhi hak sumberaya sebagai ahli IT maupun SDM
penyandang disabilitas. yang melaksanakan pemenuhan hak
penyandang disabilitas dikarenakan
SIMPULAN DAN SARAN Dinsos tidak hanya memiliki tugas untuk
mensejahterakan masyarakat
Simpulan
penyandang disabilitas, namun lansia,
Hypotheses Testing: Summary of anak jalanan, rehabilitas dll. Selain itu,
the Path Anlysis Evaluation yang terdapat komunikasi terhadap disposisi dan
pada tabel 9 dan juga hasil wawancara struktur birokrasi masi mengalami
yang dilaksanakan di beberapa instansi kendala dikarenakan jarak tempuh yang
terkait dalam pengimplementasian jauh antar instansi dan masyarakat serta
kebijakan pemenuhan hak penyandang kadang kala terjadi miss komunikasi
disabilitas berupa jaminan sosial bahwa antar instansi dalam memberikan

Copyright © 2020, Jurnal Agregasi, ISSN: 2337-5299 (Print), ISSN: 2579-3047 (Online) | 18
JURNAL AGREGASI
Jurnal Aksi Reformasi Government Dalam
Demokrasi
Volume 8– Nomor 1, Mei 2020

DOI: 10.34010/agregasi.v8i1.2598
Available online at: https://ojs.unikom.ac.id/index.php/agregasi

pelayanan terutama soal pendataan Modeling (SEM) dalam Penelitian


jumlah masyarakat penyandang Bisnis. Yogyakarta: Penerbit.
disabilitas yang layak mendapatkan
Creswell, J. W. (2010). Research design:
bantuan jaminan sosial. Terkahir sudah
Pendekatan Kualitatif,
sangat jelas dengan permasalah tersebut
Kuantitatif, dan Mixed.
maka untuk struktur birokrasi terhadap
Yogjakarta: PT Pustaka Pelajar.
sumber daya pun tidak efisien dalam
pelaksanaan pelayanan jaminan sosial di Ghozali, Imam, Hengky Latan. (2015).
Kabupaten Gunungkidul. Konsep, Teknik, Aplikasi
Menggunakan Smart PLS 3.0
Untuk Penelitian Empiris. BP
Saran
Undip. Semarang.
Penelitian ini adalah penelitian
yang memfokuskan pada studi tentang Haryono, Siswoyo. (2017). Metode SEM
implementasi kebijakan dalam Untuk Penelitian Manajemen
pemenuhan hak-hak penyandang Dengan AMOS LISREL PLS.
disabilitas berupa jaminan sosial di Luxima Metro Media.
Kabupaten Gunungkidul dan
Hasan, M. Iqbal. (2015). Pokok-pokok
menganalisis faktor-faktor yang
Materi Statistik 2. Jakarta: PT
mempengaruhi keberhasilan. Oleh
karena itu, perlu adanya keberlanjutan Bumi Aksara.
dari penelitian ini yang meneliti Husaini Usman. (2008). Metodologi
mengenai implementasi kebijakan Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi
pemenuhan hak penyandang disabilitas Aksara.
dalam fokus yang berbeda yang masih
terkait di dalam kesejahteraan sosial Hardiansyah. (2011). Kualitas Pelayanan
menurut UU No 8 tahun 2016. Penelitian Publik. Yogyakarta: Gava Media.
tentang implementasi ini juga
M. Syafi'ie. (2014). Pemenuhan
diharapkan dapat mengukur dan
Aksesibilitas Bagi Penyandang
mengevaluasi kebijakan dari pemerintah
Disabilitas Peneliti pada LSM
tersebut untuk mengembangkan
Sigap Yogyakarta Vol.1, No. 2
kebijakan pemenuhan hak penyandang
disabilitas di daerah masing-masing. Noor, Juliansyah. (2011). Metodologi
Penelitian. Jakarta: Kencana
DAFTAR PUSTAKA Prenada Kencana Group.
Abdillah, W. dan Hartono, J. (2015). Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian
Partial Least Square (PLS): Ilmu Keperawatan: Pendekatan
Alternatif Structural. Equation Praktis. Jakarta: Selemba Medika.

Copyright © 2020, Jurnal Agregasi, ISSN: 2337-5299 (Print), ISSN: 2579-3047 (Online) | 19
JURNAL AGREGASI
Jurnal Aksi Reformasi Government Dalam
Demokrasi
Volume 8– Nomor 1, Mei 2020

DOI: 10.34010/agregasi.v8i1.2598
Available online at: https://ojs.unikom.ac.id/index.php/agregasi

Peraturan Bupati Kabupaten Disabilities (Konvensi Hak-hak


Gunungkidul Nomor 9 Tahun Penyandang Disabilitas
2016 Tentang Penyelenggaraan
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997
Perlindungan Dan Pemenuhan
tentang Penyandang Cacat
Hak Penyandang Disabilitas.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016
Peraturan Daerah (PERDA) Kabupaten
Tentang Penyandang Disabilitas
Gunungkidul Nomor 9 Tahun
2016 Tentang Penyelenggaraan Website Resmi Dinas Sosial Kabupaten
Perlindungan dan Pemenuhan Gunungkidul. Retrieved from
Hak Penyandang Disabilitas. http://gunungkidulkab.go.id/
Sugi Rahayu dan Utami Dewi. (2012). Wirawan. (2011). Evaluasi Teori Model
Pelayanan Publik Bagi Standar Aplikasi dan Profesi,
Pemenuhan Hak-Hak Disabilitas Contoh Aplikasi Evaluasi
Di Kota Yogyakarta, 3-5. Program: Pengembangan Sumber
Retrieved from Daya Manusia, Program Nasional
https://journal.uny.ac.id/index.p Pemberdayaan Masyarakat
hp/natapraja/article/download/ (PNPM) Mandiri Pedesaan,
3194/2676 Kurikulum, Perpustakaan, dan
Buku Tes. Jakarta: Raja Grafindo
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011
tentang Pengesahan Convention Persada.
on the Rights of Persons with

Copyright © 2020, Jurnal Agregasi, ISSN: 2337-5299 (Print), ISSN: 2579-3047 (Online) | 20

Anda mungkin juga menyukai