Pendahuluan
Darah merupakan aliran tubuh yang terdapat pada jantung dan pembuluh darah. Ssel – sel darah
terdiri dari eritrosit, leukosit, dan trombosit. Leukosit adalah sel darah yang mengandung inti. Didalam
darah manusia, terdapat jumlah normal leukosit 5.000 – 9.000 sel/ mm3 . Dimana lebih dari 12.000 disebut
leukositosis dan kurang dari 5.000 disebut leukopenia. Dilihat dalam mikroskop cahaya maka sel darah
putih memiliki granula spesifik (granulosit) yang dalam keadaan hidup berupa tetesan setengah cair
dalam sitoplasmanya dan mempunyai bentuk inti yang bervariasi.
Jenis leukosit :
4. 𝛾2 Laju kematian secara alami dari sel darah putih 2.4 hari
6. A Parameter amplifikasi 20
Awal mula dari pembentukan sel darah putih yaitu terdapat sel induk diam hematopoietik yang
belum berdiferensiasi 𝑄(𝑡). Populasi sel induk hematopoietik nonploriferasi setelah mengalami fase
proliferasi adalah populasi sel induk hematopoietik yang mengalami perlambatan pertama 𝑄(𝑡 − 𝜏1)
berinteraksi yang menghasilkan sel hematopoietik sebesar 2𝑒𝛾1𝜏1 satuan yang berlangsung secara terus
menerus hingga menjadi sel yang tidak berproliferasi lagi. Populasi sel darah hematopoietik berkurang
karena sel darah tersebut melakukan proses reintroduksi atau pengulangan siklus fase proliferasi dengan
laju 𝛽 karena sel darah tidak berdiferensiasi menjadi sel darah merah, sel darah putih, maupun trombosit.
Populasi sel darah hematopoietik juga berkurang karena, selain berdiferensiasi menjadi sel darah merah
dan trombosit, sel darah hematopoietik berdiferensiasi menjadi sel darah putih dengan laju sebesar 𝑘.
Setelah sel darah hematopoietik mengalami fase proliferasi berkali-kali, kemudian sel darah yang
berdiferensiasi menjadi sel darah putih akan melewati proses penambahan sel darah yang matur (dewasa)
dengan laju 𝐴 dan dengan waktu sebesar 𝜏2 agar menjadi sel darah putih yang sukses dengan laju 𝑘. Pada
pembentukan sel darah putih terdapat sel induk diam hematopoietik yang belum berdiferensiasi.
Untuk meningkatkan jumlah sel diam hematopoietik, sel ini mengalami sebuah proses yang
dinamakan fase proliferasi yaitu fase dimana sel mengalami pengulangan siklus yang akan menghasilkan
sel hematopietik atau juga mengalami kematian sel secara terprogram, sel hematopietik tersebut
berdiferensiasi dalam tingkat 𝛽 yang bergantung pada sel induk diam dalam jangka waktu 𝜏1, setelah sel
induk hematopoietik berada pada fase proliferasi, sel hematopietik berada pada fase istirahat. Setelah
pada fase istirahat, sel darah akan berubah menjadi yang lebih spesifik, perubahan tersebut yaitu
pembentukan DNA sel darah berdiferensiasi menjadi sel darah putih, juga menjadi sel darah merah dan
trombosit, atau berintroduksi kembali untuk menghasilkan sel darah lainnya. Sel yang berdiferensiasi
menjadi sel darah putih 𝑘(𝑊) akan mengalami proses regenerasi sel darah putih dengan parameter
tambahan 𝐴 dengan jangka waktu 𝜏2. Kemudian akan didapatkan persamaan populasi sel darah putih.
Dan sel darah putih akan mengalami kematian sel secara alami sebesar 𝛾2.
Kesimpulan
Proses pembentukan sel darah putih memungkinkan terdapat atau terjadi perlambatan. Dengan
adanya perlambatan yang tidak terlalu lama, maka sistem produksi leukosit tidak akan mengalami
gangguan, tetapi jika terjadi perlambatan yang berkepanjangan, maka dapat menyebabkan gangguan
pembentukan sel darah putih yang mengakibatkan menurunnya produksi sel darah putih yang dapat juga
disebut penyakit neutropenia siklis.
Referensi
Halimah, S. (2019). Analisis Kestabilan Model Matematika pada Pembentukan Sel Darah Putih dengan
Perlambatan. In SKRIPSI. Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim Malang.
Aceng Mutolib. Skripsi: Perbedaan Jumlah Leukosit Dalam Saliva Menurut Status Merokok Pada Pasien
Poli Gigi. 2005. http://www.fkm.undip.ac.id/data/index.php?action=4&idx=2434
Adimya Mostafa, Fabien Craustea, dan Shigui Ruan. (2006). Periodic oscillations in leukopoiesis models
with two delays. Laboratoire de Mathe´matiques Applique´es, USA.