Anda di halaman 1dari 14

oleh :

Putu Nagadian Lesmana


1404742010110
Kelas Reguler VI C
Tata hukum suatu negara adalah tata hukum yang
ditetapkan atau disahkan oleh negara itu. Jadi tata
hukum Indonesia adalah tata hukum yang ditetapkan
oleh pemerintah negara Indonesia. Aturan-aturan
hukum yang berlaku di Indonesia berkembang
secara dinamis sesuai dengan perkembangan zaman
dan perkembangan kebutuhan masyarakat. Oleh
karenanya suatu aturan yang sudah tidak memenuhi
kebutuhan masyarakat harus diganti dengan yang
baru.
Undang-undang dapat dilihat sebagai instrumen
pemerintah yang dipakai oleh pemerintah untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkannya. Dalam
visi ini orang dapat membedakan empat fungsi
yang ingin dicapai untuk pembuatan undang-
undang; fungsi mengatur, fungsi memberi
prestasi, fungsi mengarahkan, dan fungsi
mewasiti. Di luar kerangka pengertian ini terdapat
undang-undang yang bersifat instrumen, seperti
undang-undang di bidang hukum tata negara.
PASAL 1
Dalam undang-undang ini yang dimaksud dengan:
 Lanjut Usia Potensial adalah lanjut usia yang masih
mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang
dapat menghasilkan barang ada/atau jasa.
 Lanjut Usia Tidak Potensial adalah lanjut usia yang
tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya
bergantung pada bantuan orang lain.

Masalah :
Batasan lanjut Usia Potensial vs Tidak Potensial
 Lanjut Usia mempunyai hak yang sama dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
 Sebagai penghormatan dan penghargaan kepada lanjut
usia diberikan hak untuk meningkatkan kesejahteraan
sosial yang meliputi :
• Pelayanan keagamaan dan mental spiritual;
• Pelayanan kesehatan;
• Pelayanan kesempatan kerja;
• Pelayanan pendidikan dan pelatihan;
• Kemudahan dalam penggunaan fasilitas, sarana, dan prasarana
umum;
• Kemudahan dalam layanan dan bantuan hukum;
• Perlindungan sosial;
• Bantuan sosial.
Masalah :
Implementasi Persamaan Hak
 Lanjut usia mempunyai kewajiban yang sama dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
 Selain kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sesuai dengan peran dan fungsinya, lanjut usia juga
berkewajiban untuk:
• Membimbing dan memberi nasihat secara arif dan bijaksana
berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya, terutama di
lingkungan keluarganya dalam rangka menjaga martabat dan
meningkatkan kesejahteraannya;
• Mengamalkan dan mentransformasikan ilmu pengetahuan,
keahlian, keterampilan, kemampuan dan pengalaman yang
dimilikinya kepada generasi penerus;
• Memberikan keteladanan dalam segala aspek kehidupan
kepada generasi penerus.
Masalah :
Implementasi Persamaan Kewajiban
PASAL 11 PASAL 12
Upaya peningkatan Upaya peningkatan ke
kesejahteraan sosial bagi sejahteraan sosial bagi lanjut
lanjut usia potensial meliputi : usia tidak potensial meliputi :

 Pelayanan keagamaan dan  Pelayanan keagamaan dan


mental spiritual; mental spiritual;
 Pelayanan kesehatan;
 Pelayanan kesehatan;
 Pelayanan kesempatan kerja;
 Pelayanan pendidikan dan  Pelayanan untuk
pelatihan; mendapatkan kemudahan
 Pelayanan untuk dalam penggunaan fasilitas,
mendapatkan kemudahan sarana dan prasarana umum;
dalam penggunaan fasilitas,  Pemberian kemudahan dalam
sarana dan prasarana umum; layanan dan bantuan hukum;
 Pemberian kemudahan dalam  Bantuan sosial
layanan dan bantuan hukum;
 Bantuan sosial

Masalah : Kecenderungan Diskriminatif


Pencantuman istilah “Lanjut Usia Tidak Potensial”
(Pasal 1 angka 3 dan angka 4) memiliki kelemahan dan
berimplikasi pada seluruh isi pasal dan ayat lainnya
serta implementasinya di lapangan. Masalah ini
semakin kompleks manakala menyandingkan materi
Pasal 1 angka 2 (batasan lanjut Usia) dan hak yang
dimiliki lanjut Usia (Pasal 5 ayat (1) dan ayat (2)
1. LANDASAN FILOSOFIS
Konsep hukum sebagai sarana pembaruan
masyarakat mengingatkan kita pada pemikiran
Roscoe Pound, salah seorang pendukung
Sociological Jurisprudence. Pound mengatakan,
hukum dapat berfungsi sebagai alat merekayasa
masyarakat (law as a tool of social engineering),
tidak sekedar melestarikan status quo. Hukum
menjadi instrumen untuk mengarahkan masyarakat
menuju kepada tujuan yang diinginkan, bahka kalau
perlu menghilangkan kebiasaan masyarakat yang
dipandang negatif.
2. LANDASAN YURIDIS

UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia


HAM merupakan sebuah masalah hukum. Individu dan kelompok
memiliki HAM, dan negara wajib menghormati hak dalam hukum
(law in the books) dan kenyataannya (law in action). Dalam Pasal 1
angka 3 disebutkan tentang batasan diskriminasi yang berakibat
pengurangan, penyimpangan atau penghapusan pengakuan,
pelaksanaan atau penggunaan HAM.

UU No. 10 tahun 2004 tentang pembentukan Peraturan


Perundang-undangan.
Dalam pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik
harus berdasarkan pada tujuh asas antara lain “dapat dilaksanakan”
(Pasal 5 huruf d). Di samping itu, maeri muatan yang harus diatur
antara lain berisi hak asasi manusia (Pasal 8 huruf a).
3. LANDASAN EMPIRIS

Implementasi Pasal 11 (7 upaya untuk lanjut usia potensial) dan


Pasal 12 (5 upaya untuk lanjut usia tidak potensial) memiliki
kecenderungan diskriminatif, sehingga merupakan violation by
omission (pembiaran dengan sengaja) dan abuse of power
(kesewenangan) yang dilakukan negara.
Dalam Pembentukan Peraturan Daerah paling sedikit harus
memuat 3 (tiga) landasan yaitu:
A. Landasan filosofis, adalah landasan yang berkaitan dengan
dasar atau ideologi Negara;
B. Landasan sosiologis, adalah landasan yang berkaitan
dengan kondisi atau kenyataan empiris yang hidup dalam
masyarakat, dapat berupa kebutuhan atau tuntutan yang
dihadapi oleh masyarakat, kecenderungan, dan harapan
masyarakat; dan
C. Landasan yuridis, adalah landasan yang berkaitan dengan
kewenangan untuk membentuk, kesesuaian antara jenis
dan materi muatan, tata cara atau prosedur tertentu, dan
tidak bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan yang lebih tinggi.
4. RENCANA TINDAK LANJUT

Pencantuman istilah yang membedakan antara “Lanjut Usia Potensial”


dan “Lanjut Usia Tidak Potensial” harus diakhiri dan ditiadakan.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai